Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling baik
tidak pernah membeda-bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu
mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-
Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam lain.
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Quran dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang
melahirkan perbuatan baik dan buruk.
1.2 Rumusan masalah
1. Jelaskan yang dimaksud agama islam sebagai sumber moral ?
2. Jelaskan akhlak mulia dalam kehidupan ?
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas agama Islam dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penyusun
dan pembaca tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia
1.4 Metode Penulisan
Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain
seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan
bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan
dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab
pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan manusia dalam pandangan
islam serta fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam. Terakhir, bab penutup terdiri
atas kesimpulan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AGAMA ISLAM SEBAGAI SUMBER MORAL

2.1.1 Definisi Agama dalam Kehidupan

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, gama yang berarti "tradisi". Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
mile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai
umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita
melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-
agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu
terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang
luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,
Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu:
Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.

2
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
2.1.2 Pengertian Moral, Akhlak, dan Etika
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah
laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
(Azyumadi.2002.203-204)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai
paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Pengertian Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan.
Moral ini selalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima umum/masyarakat. .
(Azyumadi.2002.203-204)
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu
dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang
sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan
posisinya apakah baik atau buruk. (Amiruddin.2010)

3
3. Pengertian Etika

Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang
merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang
tercantum dalam al-quran sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar
penetapan keputusan, peraturan) Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas
budi pekerti yang agung ( Q.S Al-Qalam: 4 )
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain
aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
asas asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi
tentang sifat dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair 1980)
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu
yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative
yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
2.1.3 Agama Sebagai Sumber Moral

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu
adalah Al-Quran dan Hadits.
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama
bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:
1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

4
3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia
dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat
efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak
melakukan tindakan amoral.

2.1.4 Hubungan Moral, Akhlak dan Etika

Dilihat dari fungsi dan perannya, secara substansial dapat dikatakan bahwa
etika, moral, susila dan akhlak adalah identik, yaitu sama-sama mengacu kepada manusia
baik dari aspek perilaku ataupun pemikiran khususnya pada penentuan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah
tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman,
damai dantenteram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah. Peranan Etika, Moral, Susila,
dan Akhlak sangat penting bagi pembentukan karakter individu maupun masyarakat.
Perbedaan antara etika, moral dan akhlak dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika pada etika penilaian baik
buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan
yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik dan buruk itu adalahal-quran dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan akhlak terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka moral dan susila lebih banyak
bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan
susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral
dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian diatas menunjukkanengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasal
dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat
dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berasal petunjuk al-quran dan hadis. Dengan kata lain, jika etika, moral dan
susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak dari Tuhan.
Dengan demikian keberadaan etika, moral dan akhlak sangat dibutuhkan dalam
rangka menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang berada di dalam
agama khususnya pada Al-Quran dan Al-Hadits. Disinlah letak peranan dari etika, moral dan

5
susila terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batasan-
batasan umum dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat (tetap
pada koridor humanis).

2.1.5 Hubungan Agama dengan Moral

Kondisi bangsa Indonesia yang dilanda krisis berkepanjangan membuat orang


mengharap sumbangan riil dalam segi agama sehingga agama bisa hadir membawa
kesejukan ditengah badai krisis yang luar biasa derasnya. Agama harus dapat dibumikan
dan tidak boleh dibiarkan mengawang-ngawang tanpa bisa dijangkau oleh pemeluknya.
Karena pada kenyataannya banyak manusia merasa terasing dari kehidupan real yang
dihadapi. Problem kemanusiaan seperti ini tentu saja membutuhkan kehadiran agama untuk
memberikan jawaban. Dalam konteks inilah kita perlu membumikan pesan-pesan langit
yang hadir melalui wahyu tersebut. Sebab, agama seharusnya tampil dengan dimensi
kemanusiaannya agar agama tidak hanya hadir dalam bentuk ritual-ritual simbolik dan
memiliki ketegasan dalam melakukan pembelaan terhadap kemanusiaan. Dalam Al-Quran
juga disebutkan bahwa Islam dihadirkan oleh Allah SWT sebagai pembawa kasih sayang bagi
alam semesta.
Kita tentu saja tidak bisa membuat agama berpihak pada manusia tanpa memahami
bahwa agama diciptakan untuk manusia, bukan untuk Tuhan. Tuhan tidak butuh pembelaan,
penyembahan, bahkan Dia tidak butuh apapun kecuali dirinya sendiri. Manusialah yang
membutuhkan agama sebagai jalan keselamatan dan kesejahteraan. Andaikan seluruh rakyat
Indonesia maupun seluruh manusia didunia ini ingkar kepada Allah SWT, itu tidak akan
membuat kekuasaan-Nya berkurang. Allah SWT tetap maha kuasa dengan atau tanpa
penyembahan dari manusia.

2.2 AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN

2.2.1 Akhlak Mulia dan Akhlak Tercela

A. Akhlak Mahmudah (Terpuji)


Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh
agama (Allah dan RasulNya). Contohnya ikhlas, amanah, adil, bersyukur,
dan rasa malu.berikut penjelasannya :
a. Ikhlas

6
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi,
ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-
pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas
dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, Aku pernah
bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, Aku telah
menanyakan hal itu kepada Allah, lalu Allah berfirman, (Ikhlas) adalah
salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang
yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan
kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan
mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih dari sifat
kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta
kesejahteraan.
b. Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa (memenuhi) dan wadiah
(titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang
dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:















Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan
titipan-titipan kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara
manusia agar menghukumi dengan adil (QS 4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman:
















Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka mereka semua enggan memikulnya
karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka dipikullah amanah
itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh
(QS. 33:72).
c. Adil.

7
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil
juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para
Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap
diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw
bersabda, Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah
ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka
dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga
perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau
bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri. (HR. Abu Syeikh).

d. Bersyukur
Syukur menurut kamus Al-mujamu al-wasith adalah mengakui
adanya kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian
nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syari adalah :
Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang
dicintainya. Lawannya syukur adalah kufur. Yaitu dengan cara tidak
memanfaatkan nikmat tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang
dibenci oleh Allah SWT.
e. Rasa malu
Berbuatlah sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu
akan dimintakan pertanggungjawaban
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk
kemaksiatan. Sepanjang rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa
seseorang maka dirinya akan terjaga dari segala godaan syetan yang
mengajak kepada perbuatan dosa.
Dengan memiliki rasa malu, orang akan terjaga akhlaknya. Oleh
karena itu semua agama samawi mengajarkan kepada umatnya untuk
berakhlak mulia yang salah satunya adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai
akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
Allah berfirman :

8
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami,
mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang
dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang
datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang
kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. (Fushshilat Ayat : 40)
Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk
berbuat apa saja, tapi harus ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada
yang terlepas dari pengawasan Allah SWT dan kelak akan dimintakan
pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat apa saja tanpa
mempertimbangkan halal dan haram. Hilangnya rasa malu akan
mengakibatkan rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak mengakibaatkan
rusaknya iman. Itulah sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu
bagian dari iman."
Orang yang tidak memiliki rasa malu, sering disebut dengan
ungkapan tebal kulit muka. Karena kalau orang merasa malu, biasanya
akan memerah mukanya. Orang yang tidak pernah memerah mukanya
adalah orang yang kurang rasa malunya karena itu disebut tebal kulit
muka. Tentu ini hanya peribahasa saja, bukan berarti bahwa kulit
mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan
itu dapat memasukkan seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji
adalah sifat kasar, dan sifaat kasar itu menyebabkan masuk neraka
(Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat
kita, tentu disebabkan karena orang tidak atau kurang memiliki rasa malu.
Tidak malu dijatuhi hukuman oleh negara, bahkan penjara hanya
dianggap sebagai tempat istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak
malu berbuat pelanggaran lagi karena sudah siap masuk penjara berulang
kali.

9
Kalau masih memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari
segala tindakan kejahatan, keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan
haknya dan lain-lain. Marilah kita jaga diri kita dari segala bentuk
kema'siatan yang akan membawa kepada kehancuran pribadi dan
kehancuran masyarakaat, bangsa dan nengara.
B. Akhlak Mazmumah (Tercela)
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak
dibenarkan oleh agama (Allah dan RasulNya). Contohnya :, riya, takabur,
hasad,ghadab, dan namimah. Berikut penjelasannya :
1. Riya dan Sumah
Diantara penyakit hati yang tidak hanya menimpa orang umum
tetapi juga kader dakwah adalah riya dan sumah. Mulai dari definisi riya
dan sumah, faktor penyebab, dampak buruk, fenomena riya dan sumah,
sampai kiat mengatasinya.
Definisi Riya secara Etimologi
Kata riya berasal dari kata ruyah, yang artinya menampakkan.
Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar
dilihat oleh manusia. Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:





Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan
barang berguna. (QS. Al-Maauun : 6-7).
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia.
(QS. Al-Anfal : 47)
Definisi Riya secara Terminologi
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang
muslim yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara
langsung agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan
dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.
Pengertian Sumah secara Etimologi

10
Kata sumah berasal dari kata sammaa (memperdengarkan). Kalimat
sammaan naasa bi amalihi digunakan jika seseorang menampakkan
amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
Definisi Sumah secara Terminologi
Pengertian sumah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang
muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang
sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar
dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau
mengharapkan keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat
Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sumah.
Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah;
sedangkan sumah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan
amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.
Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sumah adalah
amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh
ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan
manusia.
Dalam Al-Quran Allah telah memperingatkan tentang sumah dan
riya ini:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sumah maka akan diperlakukan dengan sumah oleh
Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR.
Bukhari).
Diperlakukan dengan sumah oleh Allah maksudnya adalah
diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya
diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.
Naudzubillah min dzalik.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya

11
atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak
lain merupakan syirik kecil.
Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil. Para sahabat bertanya, Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu,
wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, Riya. Allah akan berfirman
pada hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan
hamba-Nya, Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya
terhadapnya. Lihat Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?
Kemudian Rasulullah mendengar seseorang membaca dan melantunkan
dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya dia
amat taat kepada Allah. Orang tersebut ternyata Miqdad bin Aswad. (HR.
Ahmad)
Demikianlah riya dan sumah akan membawa petaka di akhirat.
Namun, tidak semua yang diperdengarkan berarti sumah. Dalam hal ini
suara dzikir Miqdad bin Aswad tidak dikategorikan demikian. Karena riya
dan sumah adalah penyakit hati, maka perbuatan fisik yang sama bukan
berarti berangkat dari hati/niat yang sama
2. Takabur

:

{ }



Dari Abdillah ibn Masud r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda : tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong,
walaupun hanya sebesar atom. (HR. Muslim)
Takabur artinya : sombong, congkak atau merasa dirinya lebih tinggi
dari orang lain, baik kedudukan, keturunan, kebagusan, petunjuk, dan
lain-lain. Takabur itu terbagi atas 2 macam yaitu :
Takabur batin : yang merupakan pekerti di dalam hati
Takabur lahir : yang merupakan kelakuan-kelakuan yang keluar dari
anggota badan, kelakuan-kelakuan ini amat banyak sekali
bentuknya dan oleh karena itu sukar untuk dihitung dan diperinci
satu persatu.
Jelasnya ialah orang yang menghinakan saudaranya sesama muslim
melihatnya dengan mata ejekan, menganggap bahwa dirinya lebih baik

12
dari yang lain, suka menolak kebenaran, sedangkan ia telah mengetahui
bahwa itulah yang sesungguhnya benar, maka jelaslah bahwa orang
tersebut dihinggapi penyakit kesombongan dan mengabaikan hak-hak
Allah, tidak mentaati apa yang diperintahkan olehnya serta melawan
benar-benar pada zat yang maha kuasa.
Takabur itu hukumnya haram, kecuali pada 2 tempat :
1. Sombong terhadap orang yang sombong
2. Sombong diwaktu peperangan terhadap orang-orang kafir.
3. Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat
sangat terhadap keberuntungan atau kenikmatan yang di peroleh.
Hasad merupakan akhlak yang tercela, harus dihindari dalam kehidupan
sehari- hari. Wujudnya seperti memusuhi, menjelek- jelekan, mencemkan
nama baik orang lain, dan lain- lain. Sabda Rasullah Telah masuk
kedalam tubuhmu penyakit penyakit umat dahulu, ( yaitu ) benci dan
dengki. Itulah yng membinasakan agama, buakan sengki mencukur
rambut. ( Hr. Abu Daud Tirmidzi ).
Hadits diatas menjelaskan apabila manusia apabila manusia saling
mendengki, maka ajaran agama dan segala tatanan hukum tidak akan
mengaturnya. Sehingga Rasulullah SAW mengibaratkan sifat dengki
bagaikan api yang membakar kayu bakar.
Rasulullah SAW menggambarkan buruknya sifat hasad seprti api yang
membakar kayu bakar, sebagia perusak dan penghancur Sendi-sendi
agama, artinya orang bersikap dan berbuat dengki pada dasarnya sama
dengan penghancur agama. Hasad harus dihindari karena merugikan diri
sendiri ataupun orang lain.
o Adapun bahaya hasad antara lain:
a. Menimbulkan permusuhan dan pertikain

b. Menimbulkan perasaan dendam

c. Menghilangkan persahabatan

d. Tidak disenangi oleh orang banyak

13
e. Menghilangkan semua aml baik yang telah dilakukan

f. Dibenci Allah SWT ( mendapat dosa )


o Cara menghindari sifat hasad,antara lain
a. Meningkatkan iman dan taqwa kerada Allah SWT.
b. Mendekatkan diri kepada Allah SWT,dengan harapan hati dan
pikiran menjadi tenang.
c. Menyadari bahwa hasad dapat menghupus kebaikan.
d. Mempererat tali persaudaraan guna terjalin kerukunan dan
kebersamaan
e. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT
f. Menumbuhkan sifat qanah ( merasa cukup terhadap apa yang
dimiliki )

4. Ghadab
Ghadab (pemarah) artinya orang yang suka marah. Sedangkan
marah artinya berontaknya jiwa dalam menghadapi sesuatu yang tidak
disenangi atau marah adalah luapan hawa nafsu, baik dengan perkataan
maupun dengan perbuatan yang tidak terkendali.
Dalam pergaulan hendaknya manusia jangan mudah marah. Apabila
arah karena hal-hal yang sepele, yang sebenarnya tidak perlu
marah,tetapi menjadi marah besar (murka). Hal yang demikian tidak
sesuai dengan pribadi muslim yang sebenarnya. Sebab selain
menganjurkan agar kita menjadi pemaaf, suka maafkan kesalahan atau
kehilafan orang lain agar persaudaraan dapat terpelihara dengan sebaik-
baiknya.
Disekolah ada seorang guru yang sabar dalam menghadapin perilaku
siswanya. Meskipun siswanya tidak memeperdulikannya, namun ia tetap
melaksanakan kewajibannya sebagai guru dengan baik, bahkan ia tetap
menyayangi siswanya. Pada suatu ketika ia mendadak marah, anak-anak
tidak ada yang berani berbicara dan mereka tidak mengerti apa
penyebabnya, sehingga mereka diam semuanya.

14
Sikap guru tersebut sangat bertentangan dengan norma agama,
padahal islam menganjurkan kepda umatnya untuk bersabar bila
mengadapi ujian atau cobaan. Permasalahan tidak boleh dihadapi dengan
marah. akan tetapi harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Sabda
Rasulullah SAW. Janganlah kamu memutuskan suatu perkara antara yang
bersengketa ketika engkau dalam keadaaan marah. (HR. Bukhari)
Al Ghazali juga mengatakan bahwa orng tyang sabar ialah orang
yang sanggup bertahan dalam mengadapi gangguan dan rasa sakit, yang
sanggup memikul beban yang tidak disukainya, yang sanggup
mengendalikan kemarahan.
Firman Allah SAW. Hai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan
dengan sabar dan sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang
sabar. (QS Al Baqarah: 153)
Allah SWT juga menjanjikan kepada orang-orang yang sanggup
menahan amarahnya dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
..dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disedikan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memanfaatkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs Ali Imran : 133
134)
Jika terlajur marah, maka sikap yang diajarkan Rasulllah SAW adalah
Sesungguhnya marah itu dari syetan dan sesungguhnya setan itu
dijadikan dari api dan pai akan mati dengan (disiram) air, maka apabila
marah seseorang di antara kamu, maka berwudhulah. (HR Abu Dawud)
Demikianlah, kita harus mampu menahan amarah, karena amarah itu
datangnya dari syetan yang akan senantiasa menyesatkan kita, sehingga
kita akan berbuat yang tidak seharusnya kita lakukan. Orang yang kuat
bukanlah orang yang kuat dan menang dalam bergulat melainkan orang
yang sanggup menahan marahnya.
o Adapun bahaya sifat pemarah antara lain:
a. Dibenci oleh Allah SWT, teman dan masyarakat

15
b. Menimbulkan permusuhan

c. Retaknya tali persaudaraan


o Cara menghindari sifat pemarah antara lain sebagai berikut:
a. Membaca taawuz
b. Seringlah membaca istigfar
c. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu
d. Jika saat marah itu kita sedang berdiri, segeralah duduk dan jika
dalam keadaan duduk, segeralah berbaring.
5. Namimah
Namimah atau mengadu domba adalah usah atau perbuatan
seseorang baik berupa ucapan atau perbuatan yang bertujuan mengadu
domba satu orang dengan orang lain, satu golongan dengan golongan
yang lain, dan lain sebagainya.Perbutan namimah adalah perbuatan yang
dibenci orang Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya.








-



dan janganlah engkau patuhi orang orang yang suka bersumpah
dan suka menghina , suka mencela, yang kian kemari menyebarkan
fitnah. ( QS. Al Qalam : 10- 11)
Orang yang terbiasa dengan sifat naminah akan slau berbuat
kerusakan dimana pun dan kapanpun, apalagi sifat ini sudah terpatri kuat
dalam hati. Orang orang seperti akan selsu menggunakn siasat
buruknya untuk kepentingan pribadinya. Selain itu, ia akan selalu mencela
orang lain dengan kesana kemari menyebar fitnah, mereka adalah orang
yang selalu bersama sama berada ditengah tengah dengan tujuan
untuk menghasut, membuat huru hara, dan kerusakan . Adapun
beberapa akibat negatif yang ditimbulkan dari sifat namimah antara lain
sebagai berikut :
o Dapat merusak hubungan baik antar sesama manusia
o Orang yang memiliki sifat namimah akan dikucikan darii kehidupan
masyarakat,dan diperlakukan buruk lainnya.
o Orang yang memiliki sifat namimah akan mendapat siksa kubur.
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Rasulullah Saw melewati
dua kuburan, lalu Rasulullah bersabda penghuni kedua kuburan ini telah

16
disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Yang satu tidak
membersihkan kencing dan yang lain berjalan untuk mengadu
domba.( H.R. Asy- Syakhani )
d. Mendapat siksa dari kubur
Rasulullah SAW bersabda: Dan Abu Darda berkata : Rasulullah
bersabda : setiap orang yang menyebarkan pada seseorang dengan
kalimat untuk melakukan di dunia, maka baginya atas Allah siksa yang
menghancurkan di neraka pada hari kiamat. ( HR. At. Tabaini )
Cara menghindari perbuatan namimah
a. Menyadari bahwa perbuatan tersebut dibenci oleh Allah SWT, dan orang
melakukannya akan mendapat siksa yang pedih, baik dilam kubur
maupun di akhirat.
b. Menyadari bahwa sesama muslim adalah saudara yang harus saling
menolong, bukan saling bermusuhan.
c. Memahami bahwa perpecahan akan berakibat sangat merugikan bagai
semua elemen masyarakat.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2.2.2 Akhlak Mulia dalam Kehidupan

1) Akhlak kepada Allah


Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain :
Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah yang
wajib disembah oleh kita.
Beribadah
Bersyukur
Berdoa
Berdzikir
Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha
Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang diwujudkan
dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2) Akhlak kepada Diri Sendiri
Perwujudannya yaitu :
Kreatif dan dinamis

17
Sabar
Benar
Amanah / Jujur
Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Tawadu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong
3) Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga
Perwujudannya yaitu :
Berbakti kepada kedua orang tua
Mendoakan orang tua
Adil terhadap saudara
Membina dan mendidik keluarga
Memelihara keturunan

4) Akhlak terhadap Orang/Masyarakat


Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan akhlak,
antara lain:
Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan
Melakukan silaturahmi
Taawun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan
Bersikap adil
Bersikap pemaaf dan penyayang
Bersikap dermawan
Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut)
Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun persamaan
dalam hukum
Tasamuh, yaitu saling menghormati
Bermusyawarah
Menjalin perdamaian
5) Akhlak kepada Alam
Perwujudannya yaitu :

18
Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
Memanfaatkan alam

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral utama dalam
kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana akhlak yang baik dan mana
akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan.
2. Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak karena suatu
pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa pembangunan itu kepada suatu
kehancuran.
3. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan akhlak yang
baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari paham-paham yang
menyimpang di dunia ini.
4. Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak telah menjadi inti dari penyebaran
agama islam.
3.2 SARAN
1. Dalam pendidikan hendaknya tidak hanya ditanamkan hanya pengajaran tentang ilmi-ilmu
ilmiah tapi juga yang paling penting adalah penanaman moral dan akhlak mulia pada peserta
didik.
2. Dalam pembahasan moral dan akhlak mulia hendaknya dibahas secara tuntas namun mudah
dijangkau dalam pemikiran sehingga tidak tumbuh tindakan-tindakan yang tidak benar
mengatasnamakan moral.
3. Moral dan akhlak mulia hendaknya tidak hanya dipelajari saja, namun diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

19

Anda mungkin juga menyukai