bangkitan epileptik berulang akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang
disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan
anak.1 Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi
yang luas, sekitar 4-6 per 1000 anak, tergantung pada desain penelitian dan
kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan
Istilah epilepsi tidak boleh digunakan untuk serangan yang terjadi hanya
sekali saja, serangan yang terjadi selama penyakit akut berlangsung dan
1
STATUS PASIEN
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Dirasakan sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi 2 kali
masing-masing pukul 17.30 dan pukul 19.30 dengan lama kejang 30 menit
1 jam. Gejala dirasakan saat anak sedang bermain, tiba-tiba anak kejang
dan tidak sadarkan diri, kemudian anak sadar kembali dan beraktivitas
seperti semula dan kejang kembali beberapa jam kemudian sampai di
larikan ke rumah sakit. Demam (-), pilek (-), batuk (-), sesak (-), buang air
besar lancar, buang air kecil lancar.
ANAMNESIS MAKANAN
2
Anak mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga umur 1 tahun, dan susu formula
dari umur 1 tahun hingga 3 tahun. Sudah diberi makan bubur susu sejak
umur 6 bulan, dan sekarang sudah mengkonsumsi nasi.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.
3
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, massa tidak ada
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
Genitalia
Tidak ditemukan kelainan
Anggota Gerak
Ekstremitas atas dan ektremitas bawah akral hangat dan tidak ada oedema
Punggung
Kifosis (-), Lordosis (-), scoliosis (-)
Otot Otot
Tonus otot baik
Refleks
Fisiologis (+), patologis (-)
Pemeriksaan Tambahan (-)
IV. Diagnosis
Susp. Epilepsy
V. Terapi
O2 Sungkup 8 liter/menit
IVFD RL 20 tetes/menit
Diazepam rectal 10mg
VI. ANJURAN
DR, EEG, CT Scan kepala, MRI
VII. FOLLOW UP
Tanggal 29 November 2016
S : Pingsan (-), kejang (-), demam (+)
O : TANDA VITAL
- Nadi : 100 kali/menit (lembut)
- Suhu : 38 C
- Respirasi : 24 kali/menit
4
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala Leher : Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), bibir
sianosis (-/-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
- Thoraks : Ekspansi simetris pulmo kanan dan kiri,
bronkovesikuler, rhonki (-), wheezing (-).
- Abdomen : Masa (-), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-),
organomegali (-).
- Ekstremitas : Lengkap, cicatrix (-), edem (-)
- Refleks : Fisiologis (+), patologis (-)
- Tonus otot : Eutrofi
A: Susp. Epilepsi
P: IVFD RL 20 tetes/menit
Cefotaxim 3 x 230 mg iv
Cloramphenicol 3 x 230 mg iv
Dexamethasone 2 x 4 mg iv
ibuprofen syr 3x1cth
Asam valproat syr 3x1cth
Pro: Darah Rutin, Widal, DDR
5
- Trombosit : 443.000
- LED : 3/6
Hasil Lab widal:
- Salmonela thyphi O : 1/80
- Salmonela thyphi H : negative
- Salmonela parathyphi AO : 1/80
- Salmonela parathyphi AH : negative
- Salmonela parathyphi BO : 1/80
- Salmonela parathyphi BH : negative
- Salmonela parathyphi CO : negative
- Salmonela parathyphi CH : negative
Hasil lab DDR : (-)
A: Susp. Epilepsi
P: Terapi lanjut.
6
O : TANDA VITAL
- Nadi : 80 kali/menit (lembut)
- Suhu : 36,4 C
- Respirasi : 20 kali/menit
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala Leher : Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), bibir
sianosis (-/-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
- Thoraks : Ekspansi simetris pulmo kanan dan kiri,
bronkovesikuler, rhonki (-), wheezing (-).
- Abdomen : Masa (-), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-),
organomegali (-).
- Ekstremitas : Lengkap, cicatrix (-), edem (-)
- Refleks : Fisiologis (+), patologis (-)
- Tonus otot : Eutrofi
A: Susp. Epilepsi
P: IVFD RL 20 tetes/menit
Asam valproat syr 3x1cth
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala Leher : Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), bibir
sianosis (-/-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
- Thoraks : Ekspansi simetris pulmo kanan dan kiri,
bronkovesikuler, rhonki (-), wheezing (-).
- Abdomen : Masa (-), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-),
organomegali (-).
- Ekstremitas : Lengkap, cicatrix (-), edem (-)
- Refleks : Fisiologis (+), patologis (-)
- Tonus otot : Eutrofi
A: Susp. Epilepsi
P: Asam valproat syr 3x1cth
7
8
DISKUSI
berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor fisiologis,
bangkitan kejang. 3
Bila ditinjau dari faktor etiologis, maka epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok : 3
1. Epilepsi idiopatik
pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan tidak bodoh. Sebagian
dari jenis idiopatik disebabkan oleh interaksi beberapa faktor genetik. Kata
kejang umum sejak dari permulaan serangan. Umumnya faktor genetik lebih
2. Epilepsi simtomatik
Hal ini dapat terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan
9
keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat, gangguan hidrasi (dehidrasi, hidrasi
epilepsi, contohnya, yang mungkin berbeda pada tiap pasien adalah stress,
gangguan emosional.
simtomatik yang mana faktor risiko epilepsi pada anak yaitu adanya riwayat
asfiksia saat anak lahir yang dapat menyebabkan iskemi otak dan proses kelahiran
berlebihan dan cepat; letupan ini menjadi bangkitan umum bila neuron normal
disekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep ini masih tetap dianut
sekali terhadap ion kalium dan kurang permeabel terhadap ion natrium,
10
ion natrium yang rendah di dalam sel pada keadaan normal. Bila
dalam sel.
Gangguan pada mekanisme inhibisi presinap dan pascasinap
Transmiter eksitasi (asetilkolin, asam glutamat) mengakibatkan
bangkitan epilepsi.
Sel Glia
Sel glia diduga berfungsi untuk mengatur ion kalium ekstrasel
disekitar neuron dan terminal presinap. Pada keadaan cedera, fungsi glia
yang tinggi antara kadar ion kalium ekstrasel dibanding intrasel dapat
11
1. Aktivitas ini tidak menjalar ke sekitarnya melainkan
2. Aktivitas menjalar sampai jarak tertentu, tetapi tidak melibatkan seluruh otak
kepada letak serta fungsi sel neuron yang berlepas muatan listrik berlebih serta
penjalarannya. Kontraksi otot somatik terjadi bila lepas muatan melibatkan daerah
motor di lobus frontalis. Gangguan sensori akan terjadi bila struktur di lobus
Kejang Parsial
12
Kejang mioklonik
Kejang atonik
Kejang yang tidak dapat diklsifikasikan
(International League Againts Epilepsi, 1981) 3
1. Kejang Parsial
Kejang parsial timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik otak
yang terjadi pada salah satu hemisfer otak atau salah satu bagian dari
hemisfer otak.
- Kejang parsial sederhana tidak disertai penurunan kesadaran
terganggunya kesadaran.
karena adanya fokus dilobus temporal atau sistim limbik dan sebagai
ditunjukkan.
2. Kejang Umum
Kejang umum timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik neuron
13
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar yang dapat
umum atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satau atau lebih
dan kepala ke satu sisi, dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh.
golongan ini.
kejang tipe atonik. Hal ini ditunjukkan dengan gejala anak yang tiba-tiba seperti
tidak memiliki kekuatan dan langsung terjatuh. Kondisi kejang tipe atonik
diperkirakan adanya induksi listrik berlebih pada daerah motorik negatif yang
14
daerah korteks sensorimotor primer, jalur talamokortikal dan jalur batang otak
karena gejala yang diceritakan oleh orang sekitar penderita yang menyaksikan
sering kali tidak khas, sedangkan penderitanya sendiri tidak tahu sama sekali
elektroensefalografi (EEG). 6
- Elektroensefalografi (EEG) 3
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua penderita epilepsi.
diagnosis klinis dengan baik, tetapi tidak dapat menegakkan diagnosis secara
15
Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak
menentukan terapi yang tepat. EEG harus diulangi apabila kejang sering dan
kejang yang berarti atau apabila timbul defisit neurologi yang progresif.
- Pencitraan 6
Ct Scan (Computed Tomography Scan) kepala dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) kepala adalah untuk melihat apakah ada atau tidaknya
- Semua kasus serangan kejang yang pertama kali dengan dugaan ada
CT Scan kepala ini dilakukan bila pada MRI ada kontra indikasi
otak pilihan untuk epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik
16
dibanding dengan CT Scan. Oleh karena dapat mendeteksi lesi kecil diotak,
Antiepilepsi
Monoterapi
Tipe Kejang Terpai Tambahan
Pilihan I Pilihan II
Parsial/fokal Karbamazepin Asam valproat Leviracetam, Topiramate
gabapentin
Tonik-klonik umum Asam valproat Fenitonin Topiramate, lamotrigine,
Karbamazepine
Clonazepam
Primidone
Tonik, klonik,atonik Asam valproate Fenobarbital Leviracetam,
felbamate, zonisamide
Absan Ethosuximid Felbamate, lamotrigine,
17
Mioklonik Asam valproate Fenobarbital Lepiracetam,
Felbamte, Zonisamide
(1) Hidantoin
Fenitoin
(2) Barbiturat
Fenobarbital
(3) Deoksibarbiturat
Primidon
18
Primidon mempunyai efek penurunan pada neuron eksitatori . Efek anti
kejang primidon hampir sama dengan fenobarbital, namun kurang poten. Efek
samping yang sering terjadi antara lain adalah pusing, mengantuk, kehilangan
keseimbangan, perubahan perilaku, kemerahan dikulit, dan impotensi.
(4) Iminostilben
Karbamazepin
(6) Benzodiazepin
19
benzodiazepin untuk anak usia 2-5 tahun 0,5 mg/kg, anak usia 6-11 tahun 0,3
mg/kg, anak usia 12 tahun atau lebih 0,2 mg/kg, dan dewasa 4-40 mg/hari. Efek
samping yang mungkin terjadi pada penggunaan benzodiazepin adalah cemas,
kehilangan kesadaran, pusing, depresi, mengantuk, kemerahan dikulit, konstipasi,
dan mual.
20
DAFTAR PUSTAKA
Institutions. 2009.
6. Harsono. Epilepsi, edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
2007.
7. Suwarba, I Gusti. Insiden dan karakteristik klinis epilepsi pada anak. Sari
2008.
21