antar butir batuan serta berada dalam celah-celah batuan (Todd, 1980). Airtanah adalah air yang
berada di bawah permukaan tanah yang terletak di zona jenuh air (saturated zone). Imbuhan atau
sumber dari ketersediaan airtanah adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah mengikuti suatu
proses yang disebut sebagai daur hidrologi (Purnama, 2000). Daur hidrologi merupakan prinsip
fundamental dalam hidrologi (Maidment, 1992). Daur hidrologi merupakan proses perubahan
bentuk dan sifat yang terjadi berulang kali dan terus-menerus (Bear dan Cheng, 2010).Air hujan
yang jatuh di tanah mengalami proses lanjutan, salah satunya adalah terserap kedalam tanah atau
infiltrasi serta mengalami perkolasi hingga menjadi aliran airtanah (groundwater flow) dan/atau
cadangan airtanah (groundwater storage).
Perhitungan imbuhan airtanah sangat penting untuk dilakukan. Hal itu dilakukan untuk
mengetahui potensi air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan, baik itu kebutuhan domestik
maupun non domestik. Perhitungan cadangan air bawah tanah diperlukan data tebal akifer,
sebaran akuifer dan transmisibilitas akuifer baik akuifer tidak tertekan maupun tertekan. Data
imbuhan air tanah dapat pula didapatkan dari data air hujan. Asumsinya adalah air hujan menjadi
air permukaan dan meresap kedalam tanah.
Perhitungan imbuhan dilakukan menghitung dengan mengambil presentase dari curah hujan
rata-rata tahunan (RF) yang meresap ke reservoar air bawah tanah. Ketelitian metode ini
tergantung pada angka presentase imbuhan yang terpilih. Besarnya presentase dari curah hujan
yang masuk kedalam reservoir air bawah tanah tergantung dari jenis material yang terdapat di
wilayah perhitungan. Besarnya presentase yang dihitung oleh SNI 19-6728.1-2002 tentang
Penyusunan Neraca Sumberdaya adalah sebagai berikut:
a. Volkanik Resen: 30 50 %
b. Volkanik Tua/Sedimen/Campuran Sedimen Resen: 15-25%
c. Sedimen terutama Napal atau indurated rocks : 5%
d. Batugamping: 30-50%.
Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya berasal dari air hujan
(atmosferik), air permukaan dan air tanah. Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini
relatif tetap dari masa ke masa (Suripin, 2002). Ketersediaan air yang merupakan bagian dari
fenomena alam, sering sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat. Hal ini karena
ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang (spatial variability) dan variabilitas waktu
(temporal variability) yang sangat tinggi. Konsep siklus hidrologi adalah bahwa jumlah air di
suatu luasan tertentu di hamparan bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan keluaran (output)
yang terjadi.
Kebutuhan air di kehidupan kita sangat luas dan selalu diinginkan dalam jumlah yang
cukup pada saat yang tepat. Oleh karena itu, analisis kuantitatif dan kualitatif harus dilakukan
secermat mungkin agar dapat dihasilkan informasi yang akurat untuk perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya air. Evaluasi sumberdaya air penting dilakukan penilaian untuk
mengetahui potensi air yang dan ketersediaannya serta mengetahui kebutuhan air sehingga dapat
diupayakan sebuah rencana yang ideal agar kebutuhan manusia terpenuhi dan ketersesiaan air
tetap terjaga. Manusia membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya (Jasrotia dkk, 2009).
Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan
air perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan (Yulistiyanto dan Kironoto,2008). Standar
kebutuhan air dapat mengacu pada SNI 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca
Sumberdaya.
a. Kebutuhan Domestik
Dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan ditentukan kebutuhan airnya per orang per
hari. Misalnya untuk penduduk kota ditentukan sebesar 120 liter/orang/hari, sedangkan
penduduk desa sebesar 60 liter/orang/hari (SNI, 2002). Rumus yang dapat digunakan
untuk mengetahui besaranya kebutuhan domestik adalah:
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Penyusunan neraca sumber daya Bagian 1: Sumber daya air
spasial .Standar Nasional Indonesia, SNI 19-6728.1-2002
Bear, J., dan Cheng, A. H. D., 2010. Modelling Groundwater Flow and Contaminant Transport.
New York: Springer Science
Jasrotia,A. S, Abinash Majhi, Sunil Singh. 2009. Water Balance Approach for Rainwater
Harvesting using Remote Sensing and GIS Techniques, Jammu Himalaya, India. Water Resour
Manage (2009) 23:30353055 .DOI 10.1007/s11269-009-9422-5
Todd, D. K., 1980. Groundwater Hydrology. New York: John Wiley and Sons Inc.
Yulistiyanto, Bambang dan Kironoto, BA. 2008. Analisa Pendayagunaan Sumberdaya Air Pada
WS Paguyaman dengan RIBASIM. Media Teknik No 2 Tahun XXX Edisi Mei 2008 ISSN 0216-
3012