Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada
dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini
biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai
tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan
penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi
yang cukup lama.Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama
menyerang pada usia produktif (15-50 tahun) dan anak-anak. Dan dari satu
literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal setelah 5 tahun bila
tidak di obati.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka
kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan
ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat
menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat
besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari tuberculosis paru
2. Apakah penyebab terjadinya Tuberkulosis paru
3. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya Tuberkulosis paru
4. Apasaja komplikasi yang dapat timbul saat mengalami Tuberkulosis paru
5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien yang
mengalami Tuberkulosis paru

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan anak dengan Tuberkulosis
Paru.
1.3.2 Tujuan Khusus

1
1. Mengetahui definisi dari Tuberkulosis paru
2. Mengetahui penyebab terjadinya Tuberkulosis paru
3. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya Tuberkulosis paru
4. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul saat mengalami
Tuberkulosis paru
5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien
yang mengalami Tuberkulosis paru

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
pernafasan khususnya TB paru.
2. Bagi mahasiswa agar pengetahuan dapat dikembangkan ketika
mempelajari Keperawatan Anak.

BAB 2
KONSEP DASAR MEDIS
2.1 Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne
dan Brenda, 2001). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).

2
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka
dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit
infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ
tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

2.2 Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas
dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um.
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
a. Mycobakterium tuberculosis
b. Varian asian
c. Varian african I
d. Varian asfrican II
e. Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial
othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :
a. Mycobacterium cansasli
b. Mycobacterium avium
c. Mycobacterium intra celulase
d. Mycobacterium scrofulaceum
e. Mycobacterium malma cerse
f. Mycobacterium xenopi

2.3 Klasifikasi
a. Pembagian secara patologis :
1. Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).
2. Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).
b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tuberkulosis Paru BTA positif.
2. Tuberkulosis Paru BTA negative
c. Pembagian secara aktifitas radiologis :
1. Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.
2. Tuberkulosis non aktif .
3. Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

3
d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
1. Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non
kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak
melebihi satu lobus paru.
2. Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan
diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus
tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak
lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
3. For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas
yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.
e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American
Thorasic Society memberikan klasifikasi baru:
1. Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi,
riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.
2. Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya
infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
3. Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.
4. Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.
f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
1. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif
dan kasus baru dengan batuk TB berat.
2. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal
dengan sputum BTA positf.
3. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan
kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari
yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

2.4 Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan

4
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar
bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya
sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan
limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian
bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh
organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh
makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus
difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui
getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini
butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang
biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana

5
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan
perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan
bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini
dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis
penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.

6
2.5 Pathway

Mycobacterium
tuberculosis

Masuk traktus
respiratorius

Tinggal di alveoli

Pertahanan
MK :
primer tidak
Resiko
adekuat

reaksi Rrespon Gangguan


inflamasi imun termoregula
si

Kerusakan
membran Pembentuk MK :
alveolar an sputum Hiperterm
dan sekret
Gangguan
respirasi
Penumpuk
an secret

7
Ketidakseimban Sesak
gan suplai dan nafas
kebutuhan MK : Bersihan
oksigen jalan nafas tidak
Sianos efektif
MK : is
Intolerans
i aktivitas Hipoksi
a

MK : Gangguan
pertukaran gas

Pelepasan Respon
mediator kimia tubuh
seperti histamin, menurun
bradikinin dan
prostaglandidn Batuk
refleks
muntah
MK : Nyeri

Obstruk
si

Anoreksi
a

MK : Gangguan
keseimbangan

8
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

9
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

2.7 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.

2.8 Pemeriksaan penunjang


1) Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi
10 mm) terjadi 48 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara
berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.

10
7) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8) Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;
ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru
luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
9) Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /
fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis
luas).

2.9 Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya
adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat
dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol, Pyridoxin (B6).

BAB 3

11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
a. Riwayat Kesehatan Ibu Saat Hamil

Pada klien dengan Tuberkulosis Paru perlu dikaji kesehatan ibu saat
hamil apakah pernah mengalami batuk yang berkepanjangan.
b. Riwayat Kelahiran

Kelahiran spontan, ketuban pecah dini, partus lama.


c. Riwayat Pos Natal

Berat badan, tinggi badan, nilai apgar score, kondisi bayi usia 0-28
hari, trauma dan infeksi, atau kelainan kongenital.
d. Riwayat Kesehatan Anak

Apakah rutin melaksanakan penimbangan ke posyandu, imunisasi,


dan apakah pernah dirawat di rumah sakit. Apakah anak pernah
menderita penyakit sebelumnya, dan apakah ada riwayat alergi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat pengobatan


OAT atau pnemonia bukan merupakan penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit menular.
2 Pengkajian 11 pola Gordon
1. Pola persepsi dan penatalaksanaan hidup sehat
KU : alergi, kebiasaan, imunisasi
2. Pola nutrisi metabolic :
Anoreksia, mual, tidak enak perut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit
kering dan kehilngan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor
kulit jelek
3. Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
4. Pola aktifitas latihan

12
Sesak nafas, fatique, tachycardia, aktifitas berat timbul sesak nafas
( nafas pendek )
5. Pola tidur dan istirahat
Irritable, sulit tidur, berkeringt pada malam hari
6. Pola kognitif perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum,
takut, masalah financial ( umumya dari keluarga tidak mampu )
7. Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah
8. Pola peran hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ ayah) / tidak
mandiri
9. Pola seksualitas / reproduksi
Anak biasanya dekat dengan ibu dari pada ayah
10. Pola koping toleransi stress
Menarik diri, pasif
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan reaksi
inflamasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
7. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.

3.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawata
n
Bersihan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
jalan napas tindakan 1. Kaji ulang fungsi 1. Penurunan bunyi napas
tidak efektif keperawatan pernapasan: bunyi indikasi atelektasis, ronki

13
berhubungan kebersihan jalan napas, kecepatan, irama, indikasi akumulasi
dengan napas efektif, kedalaman dan secret/ketidakmampuan
penumpukan dengan criteria penggunaan otot membersihkan jalan napas
sekret. hasil: aksesori. sehingga otot aksesori
Memperta digunakan dan kerja
hankan jalan pernapasan meningkat.
2. Pengeluaran sulit bila
napas pasien.
sekret tebal, sputum
Mengeluar2. Catat kemampuan untuk
berdarah akibat kerusakan
kan sekret mengeluarkan secret
paru atau luka bronchial
tanpa bantuan. atau batuk efektif, catat
yang memerlukan
Menunjuk karakter, jumlah sputum,
evaluasi/intervensi lanjut
kan prilaku adanya hemoptisis. 3. Meningkatkan ekspansi
3. Berikan pasien posisi
untuk paru, ventilasi maksimal
semi atau Fowler,
memperbaiki membuka area atelektasis
Bantu/ajarkan batuk
bersihan jalan dan peningkatan gerakan
efektif dan latihan napas
napas. sekret agar mudah
dalam.
Berpartisi dikeluarkan.
4. Bersihkan sekret dari 4. Mencegah
pasi dalam
mulut dan trakea, obstruksi/aspirasi. Suction
program
suction bila perlu. dilakukan bila pasien tidak
pengobatan
mampu mengeluarkan
sesuai kondisi.
5. Pertahankan intake sekret.
Mengident 5. Membantu mengencerkan
cairan minimal 2500
ifikasi secret sehingga mudah
ml/hari kecuali
potensial dikeluarkan.
kontraindikasi.
komplikasi dan6. Lembabkan 6. Mencegah pengeringan
melakukan membran mukosa.
udara/oksigen inspirasi.
tindakan tepat. Kolaborasi: Kolaborasi :
a. Menurunkan kekentalan
1. Berikan obat: agen
sekret, lingkaran ukuran
mukolitik,
lumen trakeabronkial,
bronkodilator,

14
kortikosteroid sesuai berguna jika terjadi
indikasi. hipoksemia pada kavitas
yang luas.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
pertukaran tindakan 1. Kaji dispnea, takipnea,1. Tuberkulosis paru
gas keperawatan bunyi pernapasan dapat rnenyebabkan
berhubungan pertukaran gas abnormal. Peningkatan meluasnya jangkauan
dengan efektif, dengan upaya respirasi, dalam paru-pani yang
kerusakan kriteria hasil: keterbatasan ekspansi berasal dari
membran Melaporka dada dan kelemahan. bronkopneumonia yang
alveolar n tidak terjadi meluas menjadi inflamasi,
dispnea. nekrosis, pleural effusion
Menunjuk dan meluasnya fibrosis

kan perbaikan2. Evaluasi perubahan- dengan gejala-gejala

ventilasi dan tingkat kesadaran, catat respirasi distress.


2. Akumulasi secret
oksigenasi tanda-tanda sianosis dan
dapat menggangp
jaringan perubahan warna kulit,
oksigenasi di organ vital
adekuat membran mukosa, dan
dan jaringan.
dengan GDA warna kuku.
3. Demonstrasikan/anjurka
dalam rentang
n untuk mengeluarkan
normal.
napas dengan bibir
Bebas dari
disiutkan, terutama pada3. Meningkatnya
gejala distress
pasien dengan fibrosis resistensi aliran udara
pernapasan.
atau kerusakan untuk mencegah kolapsnya
parenkim. jalan napas.
4. Anjurkan untuk bedrest,
batasi dan bantu
aktivitas sesuai
kebutuhan.
4. Mengurangi konsumsi
5. Monitor GDA.
oksigen pada periode

15
respirasi.

5. Menurunnya saturasi
oksigen (PaO2) atau
Kolaborasi:
meningkatnya PaC02
5. Berikan oksigen sesuai
menunjukkan perlunya
indikasi.
penanganan yang lebih.
adekuat atau perubahan
terapi.
Kolaborasi :
a. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan
alveolar paru.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
keseimbanga tindakan 1. Catat status nutrisia. Berguna dalam
n nutrisi keperawatan paasien: turgor kulit, mendefinisikan derajat
kurang dari diharapkan timbang berat badan, masalah dan intervensi
kebutuhan kebutuhan nutrisi integritas mukosa mulut, yang tepat.
tubuh adekuat, dengan kemampuan menelan,
berhubungan kriteria hasil: adanya bising usus,
dengan Menunjuk riwayat mual/rnuntah
anoreksia. kan berat atau diare. b. Membantu intervensi
2. Kaji ulang pola diet
badan kebutuhan yang spesifik,
pasien yang
meningkat meningkatkan intake diet
disukai/tidak disukai.
mencapai pasien.
c. Mengukur keefektifan
tujuan dengan
nutrisi dan cairan.
nilai d. Dapat menentukan jenis
3. Monitor intake dan
laboratoriurn diet dan mengidentifikasi
output secara periodik.
normal dan4. Catat adanya anoreksia, pemecahan masalah untuk

16
bebas tanda mual, muntah, dan meningkatkan intake
malnutrisi. tetapkan jika ada nutrisi.
Melakuka hubungannya dengan
n perubahan medikasi.Awasi
pola hidup frekuensi, volume,
untuk konsistensi Buang Aire. Membantu menghemat
meningkatka Besar (BAB). energi khusus saat demam
5. Anjurkan bedrest.
n dan terjadi peningkatan
mempertahan metabolik.
f. Mengurangi rasa tidak
kan berat
6. Lakukan perawatan enak dari sputum atau
badan yang
mulut sebelum dan obat-obat yang digunakan
tepat.
sesudah tindakan yang dapat merangsang
pernapasan. muntah.
g. Memaksimalkan intake
7. Anjurkan makan sedikit
nutrisi dan menurunkan
dan sering dengan
iritasi gaster.
makanan tinggi protein
dan karbohidrat.
Kolaborasi :
Kolaborasi:
1. Memberikan bantuan
a. Rujuk ke ahli gizi untuk
dalarn perencaaan diet
menentukan komposisi
dengan nutrisi adekuat
diet.
unruk kebutuhan metabolik
b. Awasi pemeriksaan
dan diet.
laboratorium. (BUN,2. Nilai rendah
protein serum, dan menunjukkan malnutrisi
albumin). dan perubahan program
terapi.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
rasa nyaman : tindakan 1. Observasi karakteristik1. Nyeri merupakan respon
nyeri keperawatan rasa nyeri, mis tajam, subjekstif yang dapat

17
berhubungan nyeridapat konstan , ditusuk. diukur.
dengan reaksi berkurang atau Selidiki perubahan
inflamasi terkontrol, dengan karakter
KH: /lokasi/intensitas nyeri.
2. Pantau TTV
Menyatak 2. Perubahan frekuensi
an nyeri jantung TD menunjukan
berkurang bahwa pasien mengalami
atauterkontrol nyeri, khususnya bila
Pasien alasan untuk perubahan
3. Berikan tindakan
tampak rileks tanda vital telah terlihat.
nyaman mis, pijatan3. Tindakan non analgesik
punggung, perubahan diberikan dengan sentuhan
posisi, musik tenang, lembut dapat
relaksasi/latihan nafas. menghilangkan
ketidaknyamanan dan
4. Tawarkan pembersihan
memperbesar efek terapi
mulut dengan sering.
analgesik.
4. Pernafasan mulut dan
terapi oksigen dapat
mengiritasi dan
5. Anjurkan dan bantu
mengeringkan membran
pasien dalam teknik
mukosa, potensial
menekan dada selama
ketidaknyamanan umum.
episode batukikasi. 5. Alat untuk mengontrol
Kolaborasi : ketidaknyamanan dada
1. Kolaborasi dalam sementara meningkatkan
pemberian analgesik keefektifan upaya batuk.
sesuai indikasi Kolaborasi :
1. Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan

18
Hipertermi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
berhubungan tindakan 1. Kaji suhu tubuh pasien. 1. Mengetahui
dengan reaksi keperawatan peningkatan suhu tubuh,
inflamasi. diharapkan suhu memudahkan intervensib.
2. Mengurangi panas
tubuh kembali2. Beri kompres air hangat.
dengan pemindahan panas
normal dengan
secara konduksi. Air
KH :
hangat mengontrol
Suhu
pemindahan panas secara
tubuh 36C-
perlahan tanpa
37C
menyebabkan hipotermi
atau menggigil.
3. Berikan/anjurkan pasien
3. Untuk mengganti
untuk banyak minum
cairan tubuh yang hilang
1500-2000 cc/hari
akibat evaporasi.
(sesuai toleransi).
4. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
4. Memberikan rasa
yang tipis dan mudah
nyaman dan pakaian yang
menyerap keringat.
tipis mudah menyerap
5. Observasi intake dan
keringat dan tidak
output, tanda vital (suhu,
merangsang peningkatan
nadi, tekanan darah) tiap
suhu tubuh.
3 jam sekali atau sesuai5. Mendeteksi dini
indikasi. kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam
Kolaborasi :
tubuh. Tanda vital
1. Pemberian cairan
merupakan acuan untuk
intravena dan nutrisi
mengetahui keadaan umum
lewat infus.
pasien.
Kolaborasi :

19
1. Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnya untuk
menurunkan panas tubuh
pasien.
Intoleransi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
aktivitas tindakan 1. Evaluasi respon pasien1. Menetapkan kemampuan
berhubungan keperawatan terhadap aktivitas. Catat atau kebutuhan pasien
dengan pasien diharapkan laporan dispnea, memudahkan pemilihan
ketidakseimb mampu peningkatan kelemahan intervensi.
angan antara melakukan atau kelelahan.
2. Menurunkan stress dan
2. Berikan lingkungan
suplai dan aktivitas dalam
rangsanagn berlebihan,
tenang dan batasi
kebutuhan batas yang
meningkatkan istirahat.
pengunjung selama fase
oksigen. ditoleransi
akut sesuai indikasi.
dengan kriteria
3. Jelaskan pentingnya3. Tirah baring dipertahankan
hasil:
istirahat dalam rencana selama fase akut untuk
Melaporka pengobatandan perlunya menurunkan kebutuhan
n atau keseimbangan aktivitas metabolic, menghemat
menunjukan dan istirahat. energy untuk
peningkatan penyembuhan.
4. Bantu pasien memilih
toleransi
posisi nyaman untuk
terhadap 4. Pasien mungkin nyaman
istirahat.
aktivitas yang dengan kepala tinggi, tidur
dapat diukur di kursi atau menunduk ke
5. Bantu aktivitas
dengan adanya depan meja atau bantal.
perawatan diri yang
dispnea, 5. Meminimalkan kelelahan
diperlukan. Berikan
kelemahan dan membantu
kemajuan peningkatan
berlebihan, dan keseimbanagnsuplai dan
aktivitas selama fase
tanda vital kebutuhan oksigen.
penyembuhan.
dalam rentan

20
normal.
Risiko tinggi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
infeksi tindakan 1. Review patologi1. Membantu pasien agar mau
berhubungan keperawatan tidak penyakit fase aktif/tidak mengerti dan menerima
dengan terjadi aktif, penyebaran infeksi terapi yang diberikan untuk
pertahanan penyebaran/ melalui bronkus pada mencegah komplikasi.
primer tidak aktivitas ulang jaringan sekitarnya atau
adekuat. infeksi, dengan aliran darah atau sistem
kriteria hasil: limfe dan resiko infeksi
Mengident melalui batuk, bersin,
ifikasi meludah, tertawa.,
intervensi ciuman atau menyanyi.
2. Identifikasi orang-
untuk 2. Orang-orang yang beresiko
orang yang beresiko
mencegah/men perlu program terapi obat
terkena infeksi seperti
urunkan resiko untuk mencegah
anggota keluarga,
penyebaran penyebaran infeksi.
teman, orang dalam satu
infeksi.
perkumpulan.
Menunjuk3. 3. Kebiasaan ini untuk
Anjurkan pasien
kan/melakukan menutup mulut dan mencegah terjadinya

perubahan pola membuang dahak di penularan infeksi.


hidup untuk tempat penampungan
meningkatkan yang tertutup jika batuk.
lingkungan 4. Gunakan masker

yang. aman. setiap melakukan4. Mengurangi risilio


tindakan. penyebaran infeksi.
5. Monitor temperatur.5. Febris merupakan indikasi
terjadinya infeksi.
6. Identifikasi individu
6. Pengetahuan tentang
yang berisiko tinggi
faktor-faktor ini membantu
untuk terinfeksi ulang
pasien untuk mengubah
Tuberkulosis paru,
gaya hidup dan
seperti: alkoholisme,

21
malnutrisi, operasi menghindari/mengurangi
bypass intestinal, keadaan yang lebih buruk.
menggunakan obat
penekan imun/
kortikosteroid, adanya
diabetes melitus, kanker.
7. Tekankan untuk
tidak menghentikan
7. Periode menular dapat
terapi yang dijalani.
terjadi hanya 2-3 hari
setelah permulaan
kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko,
Kolaborasi:
penyebaran infeksi dapat
1. Pemberian terapi INH,
berlanjut sampai 3 bulan.
etambutol, Rifampisin.
Kolaborasi :
1. INH adalah obat
pilihan bagi penyakit
Tuberkulosis primer
dikombinasikan dengan
obat-obat lainnya.
Pengobatan jangka pendek
2. Pemberian terapi
INH dan Rifampisin
Pyrazinamid
selama 9 bulan dan
(PZA)/Aldinamide,
Etambutol untuk 2 bulan
para-amino salisik
pertama.
(PAS), sikloserin,2. Obat-obat sekunder
streptomisin. diberikan jika obat-obat
3. Monitor sputum BTA.
primer sudah resisten.

3. Untuk mengawasi

22
keefektifan obat dan
efeknya serta respon pasien
terhadap terapi

3.4 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selamamelaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan kesehatan klien.

3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
TBC adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat
sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen,
tulang, dan nodus limfe.
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3
0,6/um. Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan
atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
4.2 Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan prosedur yang ada. Bagi para orang tua diharapkan
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini untuk dapat

24
mengetahui adakah gejala gejala penyakit pada anak terutama
pengetahuan tentang penyakit TBC.

25

Anda mungkin juga menyukai