Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Plambing


Kesehatan merupakan salah satu milik manusia yang sangat berharga.
Menjaga kesehatan dapat dimulai dengan menjaga kesehatan lingkungan, baik
lingkungan kerja maupun lingkungan pemukimannya. Dalam hal ini, fasilitas
dalam gedung harus direncanakan dengan baik termasuk fasilitas sanitasi,
mengingat aspek-aspek lingkungan harus diperhatikan agar tercapai lingkungan
yang sehat. Untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana guna memberikan
kenyamanan dan kepuasan kepada pengguna gedung dimana dalam kondisi
normal penggunanya tidak memberikan bahaya potensial pada kesehatan manusia
maka salah satu upayanya adalah dengan merancang sistem plambing yang baik
dalam lingkungan gedung tempat bekerja maupun pemukimannya, yang meliputi
sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air buangan dan ven, sistem
pencegah kebakaran, dan sistem penyaluran air hujan.
Sistem plambing itu sendiri adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem
pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang
memenuhi syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan,
standar peralatan, dan instalasinya.
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan plambing
harus dilakukan secara bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri dengan memperhatikan secara
seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan
lainnya yang ada dalam gedung tersebut.
Persediaan air dengan kualitas dan kuantitas yang baik, diharapkan dapat
memberikan kepuasan bagi pengguna gedung sehingga dapat meningkatkan
keuntungan dan reputasi gedung itu sendiri.

3
4

Pada jenis penggunaan sistem plambing ini sangat tergantung pada


kebutuhan dari bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan
perancangan sistem Plambing dibatasi pada pendistribusian dan penyediaan air
bersih.
Komponen utama dari sistem distribusi air bersih khususnya sebagai air
minum suatu gedung adalah sistem jaringan pipa. Adapun kemungkinan
terjadinya permasalahan-permasalahan pada jaringan pipa seperti kebocoran,
sering terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya, besarnya tinggi energi yang
hilang, serta penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk konsumen.

2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih


Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005), ada beberapa sistem
penyediaan air bersih.
a) Sistem Sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan
pipa utama penyediaan air bersih (PDAM). Karena terbatasnya tekanan dalam
pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem
ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan
rendah.
b) Sistem Tangki Atap
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), lalu
dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan di atas
atap atau di bangunan yang tertinggi. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh
bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut:
1) Fluktuasi tekanan pada alat plambing tidak besar atau dianggap tidak berarti.
Perubahan tekanan diakibatkan perubahan muka air pada tangki atap,
2) Pompa pengisi tangki atap dapat bekerja secara otomatis,
3) Perawatan tangki atap sangat sederhana dan mudah dilaksanakan.
5

c) Sistem Tangki Tekan (Hidrosfor)


Prinsip hidrosfor :
Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu
tangki tertutup sehingga udara di dalamnya terkompesi. Air dari tangki tersebut
dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.
Daerah fluktuasi tekanan tergantung pada tinggi bangunan, misalnya untuk
bangunan 2-3 lantai tekanan air harus mencapai 1,0 sampai 1,5 kg/cm atau 10-
11,5 mka (muka kolam air), maka sebenarnya volume air efektif yang akan
mengalir hanyalah sekitar 10% dari volume tangki.
Kelebihan sistem tangki tekan, antara lain :
1. Lebih estetik dibandingkan dengan sistem tangki atap,
2. Perawatannya lebih mudah, karena dapat dipusatkan pada ruang mesin
bersama pompa-pompa lainnya,
3. Harga awal lebih murah dibandingkan dengan sistem tangki atap.
Kekurangan-kekurangannya :
1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm sangat besar dibandingkan
dengan sistem tangki atap,
2. Dengan berkurangnya udara, kompresor merupakan kebutuhan mutlak untuk
dipasang
3. Lebih berfungsi sebagai suatu sistem pengaturan otomatik pompa penyediaan
air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap,
4. Volume air yang lebih kecil, mengakibatkan pompa lebih berat kerjanya.
d) Sistem Tanpa Tangki
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan
pompa menghisap air langsung dari pipa utama.

2.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih


Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi
syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas
6

(jumlahnya) maupun syarat tekanan air. Diperkirakan untuk kegiatan rumah


tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.
Angka tersebut misalnya untuk:
a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari
b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga :45L/orang/hari
c. Masak, minum :5L/orang/hari
d. Menggelontor kotoran :20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan :10L/orang/hari
(Entjang, I, 1991).
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara
negara maju tiap orang memerlukan air antara 60120 liter per hari. Sedangkan di
negara negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air
antara 3060 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat
penting adalah kebutuhan untuk minum (Notoatmodjo, S., 2003).
Adapun persyaratannya yaitu:
a. Syarat Kualitas
Air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang
meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi
tidak menimbulkan efek samping, (Depkes RI, 1990).

b. Syarat Kuantitas
Air minum yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke dalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas
air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung
tersebut. Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan
gedung didasarkan pada pendekatan jumlah penghuni gedung, unit beban alat
plambing, luas lantai bangunan.
7

Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai bangunan hanya


digunakan untuk menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak
untuk bangunan gedung yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan
berdasarkan jumlah penghuni, dipakai untuk bangunan gedung rumah tinggal,
(Poerbo, H, 1995).
c. Syarat Tekanan
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena
pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar
dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian
atau alat yang harus dilayani. Tekanan air yang berada pada sistem plambing
(pada pipa) tekanannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diantaranya
yaitu, untuk perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm2 atau 25 meter kolom air
(mka) sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom air (mka), untuk Perkantoran 4,0
kg/cm2 atau 40 meter kolom air (mka) sampai 5,0 kg/cm2 atau 50 meter kolom air
(mka). Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat, (Noerbambang,
S.M., dan Takeo M., 2005)
Tabel 2.1 Tekanan yang Dibutuhkan Alat Plambing

TekananYang dibutuhkan Tekanan Standart


Nama Alat Plambing 2
N0 (kg/cm ) (kg/cm2)
Katup gelontor kloset 0,70 1) 2)
1 Katup gelontor peturasan 0,40 2)
Keran yang menutup sendiri, 0,70 3)
2 otomatik
Pancuran mandi, dengan 0,70 1,00
3 pancaran halus/tajam
Pancuran mandi (biasa) 0,35
4 Keran biasa 0,30
Pemanas air langsung, dengan 0,25 0,70 4)
5 bahan bakar gas
Sumber: Noerbambang, S.M., dan Takeo, M., 2005
8

Catatan : 1) 2) Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset


dan urinal yang dimuat dalam Tabel ini adalah tekanan statik pada
waktu air mengalir, dan tekanan maksimalnya adalah 4 kg/cm2.
3) Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis, kalau
tekanan airnya kurang dari yang minimum dibutuhkan maka
katup tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih
akan menetes dari keran.
4) Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan
minimum yang dibutuhkan biasanya dinyatakan/dicantumkan
pada alat pemanas tersebut.
Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat, maka tekanan
air dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan tangki atap)
akan sangat besar, yaitu sebesar 64 X 3,50 m = 224 meter kolom air (mka). Oleh
karena itu, agar tekanan air tidak melampaui batas yang ditentukan, maka
bangunan tersebut harus dibagi menjadi beberapa bagian atau zona, dimana setiap
zona tekanan airnya tidak melampaui tekanan yang telah ditentukan.

2.4 Komponen-Komponen Yang Penting dalam Sistem Penyediaan Air


Minum Suatu Bangunan
Menurut Poerbo, H. (1995), ada beberapa komponen atau bagian-bagian
yang penting didalam sistem penyediaan air minum suatu bangunan.

2.4.1 Sumber Air


Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2
(dua) macam yaitu, secara kolektif dan secara individual.
Secara individual adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya
diambil secara perorangan atau rumah tangga/bangunan. Air dari sumber air yang
ada di dalam tanah melalui sumur diangkat kepermukaan tanah dengan
menggunakan timba/pompa, lalu air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari. Ada juga air dari sumber air yang ada di dalam tanah melalui sumur di
pompa langsung ke alat-alat plambing atau di pompa ke menara air, lalu air dari
menara air dialirkan secara gravitasi ke alat-alat plambing. Ada juga yang
9

menggunakan sumber air dari mata air atau dari air permukaan (sungai atau
kolam).
Secara kolektif adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya
diambil secara bersama-sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh suatu badan
atau perusahaan, yang pada umumnya badan atau perusahaan yang
menyelenggarakannya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sistem
yang digunakan untuk mendistribusikan airnya menggunakan sarana perpipaan.
Oleh karena itu sistem ini juga disebut penyediaan air minum sistem perpipaan.
Air dari sumber air (air tanah tertekan, mata air, atau air permukaan) di alirkan
melalui saluran transmisi (saluran pembawa) air baku, baik secara gravitasi
maupun secara pemompaan ke bangunan atau unit pengolahan air minum (water
treatment plan) untuk diolah agar supaya air dari sumber air yang belum
memenuhi syarat kualitas air minum menjadi memenuhi syarat kualitas air
minum.
Air minum dari unit pengolahan air minum (water treatment plan) dialirkan
melalui pipa transmisi (pipa pembawa) air minum secara gravitasi atau
pemompaan ke reservoir. Air minum dari reservoir didistribusikan ke konsumen
atau pemakai melalui pipa atau jaringan pipa distribusi (pipa atau jaringan pipa
pembagi) secara gravitasi atau secara pemompaan atau gabungan pemompaan dan
gravitasi. Tekanan air pada pipa distribusi, maksimal 40 meter kolom air (mka),
dan pada ujung pipa distribusi minimal 10 meter kolom air (mka).
Dari pipa distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa secara langsung
keperalatan plambing, bisa juga secara tidak langsung (menggunakan menara air).
Air dari sistem penyediaan air minum kota (PDAM) pada umumnya kualitasnya
sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum, kalau air dari sumber air
individu, ada yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum ada juga yang
belum memenuhi. Kalau belum memenuhi syarat kualitas air minum, maka air
tersebut harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan air minum
sebelum masuk ke dalam sistem plambing bangunan gedung.
10

2.4.2 Pompa Air


Pompa air adalah suatu alat untuk menaikkan air dari level yang rendah ke
level yang lebih tinggi. Dilihat dari jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu pompa hisap dan pompa hisap-tekan. Pompa hisap hanya menaikkan air dari
level di bawah pompa ke level sama dengan level pompa. Pompa hisap-tekan
menaikkan air dari level di bawah pompa ke level di atas pompa. Dari cara
kerjanya, pompa dapat dibedakan menjadi pompa tangan dan pompa mekanik
(digerakan dengan cara mekanik). Pompa mekanik dibedakan menjadi 2 (dua)
golongan.
1. Pompa yang diletakkan di atas permukaan air (pompa sentrifugal dan pompa
jet),
2. Pompa yang diletakkan di dalam air, yang disebut pompa rendam
(submersible pump).
Pompa sentrifugal akan efektif digunakan untuk menaikkan air dari
kedalaman lebih kecil atau sama dengan 7.00 meter (jarak dari pompa sentrifugal
dengan permukaan air yang akan di pompa < 7.00 meter). Untuk menaikan air,
bila kedalaman muka air lebih besar dari 7.00 meter dari permukaan tanah,
sebaiknya digunakan pompa jet (jet pump) atau pompa rendam (submersible
pump). Agar pompa bisa berfungsi secara optimal (terutama pada pompa
centrifugal), maka udara tidak boleh masuk ke dalam pipa hisap.
Peralatan-peralatan serta fungsi serta yang ada sekitar pompa tersebut diatas
diantaranya adalah sebagai berikut
1. Foot valve, dari jenis katup searah : berfungsi untuk mencegah air turun
kembali,
2. Pipa hisap dan peralatannya (soket, knie): berfungsi sebagai jalan air ke
pompa air,
3. Pompa air : berfungsi untuk menaikan air,
4. Fleksible joint: berfungsi agar pada waktu pompa akan dipasang setelah
diperbaiki (dilepas), pada waktu pemasangnya kembali tidak mengalami
kesulitan,
11

5. Sambungan peredam getaran : berfungsi untuk meredam getaran pompa agar


tidak merambat ke pipa. Sambungan peredam getaran biasanya dipasang pada
pompa dengan kapasitas yang besar,
6. Pipa tekan : berfungsi sebagai jalan air dari pompa air,
7. Katup (valve) : berfungsi untuk mengatur aliran air biasanya yang digunakan
adalah dari jenis gate valve (katup sorong),
8. Katup searah (swing valve) : berfungsi untuk menahan air balik agar tidak
menekan pompa,
9. Saringan (strainer) : berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak masuk ke
dalam pompa,
10. Manometer :berfungsi untuk mengukur tekanan air. Biasanya dipasang pada
pompa dengan kapasitas yang besar.

2.4.3 Pipa Air Dan Peralatannya (Accessories)


Air yang mengalir dalam pipa, mengalir di bawah tekanan (under pressure)
atau disebut juga air mengalir dengan tekanan, yaitu air mengalir dalam pipa
dalam kondisi pipa terisi penuh oleh air, jadi tidak ada udara di dalam pipa. Oleh
karena itu air bisa mengalir ke bawah, ke atas, atau ke samping. Jadi pipa dapat
dipasang tegak, miring ke atas, miring ke bawah atau mendatar. Pada waktu air
mengalir dalam pipa, akan timbul gesekan-gesekan antar molekul air dan gesekan-
gesekan antara air dengan dinding pipa. Hal ini mengakibatkan timbulnya
kehilangan tekanan (head loss) pada waktu air mengalir di dalam pipa. Besarnya
kehilangan tekanan dalam pipa tergantung dari :
1. Kekasaran dinding pipa makin kasar dinding pipa makin besar kehilangan
tekanannya,
2. Panjang pipa makin panjang pipa, makin besar kehilangan tekanannya,
3. Kecepatan air dalam pipa makin cepat air mengalir dalam pipa makin besar
kehilangan tekanannya,
4. Banyaknya perlengkapan (Accessories) pipa makin banyak perlengkapan pipa
makin besar kehilangan tekanannya.
12

Pipa yang digunakan untuk digunakan dalam sistem plambing air minum
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Pipa yang terbuat dari bahan yang kuat menahan tekanan air,
2. Tidak mudah berkarat,
3. Tidak mudah bocor,
4. Tidak merubah kualitas air dalam pipa,
5. Tidak berubah kualitasnya oleh cuaca (terutama kalau pipa dipasang di luar
bangunan gedung).
Peralatan (Accessories) pipa harus terbuat dari bahan yang sama dengan
bahan pipa yang akan dipasang. Peralatan pipa diantaranya terdiri dari :soket,
knie, tee, reduser, croos, valve, dan Dop.
1. Soket: berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa lurus,
2. Knie : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa berubah arah,
3. Tee : berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) pipa yang bertemu,
4. Reduser: berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa dengan garis tengah
berbeda,
5. Croos: berfungsi untuk menyambung 4 (empat) pipa lurus,
6. Valve: berfungsi untuk mengatur atau menutup aliran air,
7. Dop: berfungsi untuk menutup ujung pipa.
Pada umumnya garis tengah pipa air minum bergaris tengah kecil, oleh
karena itu pipa air minum dapat dipasang dengan cara menanam pipa dalam
dinding bangunan. Garis tengah pipa air minum yang ada adalah : , , 1, 1
, 1 , 2, 2 , 3, 4, 6, 8 10. Pada umunya yang dipergunakan, yang
bergaris tengah sampai dengan 1 untuk rumah tinggal.

2.4.4 Tangki Air


Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat
menyimpan air minum sementara. Tangki air bisa diletakkan di bawah atau di atas
tanah (ground reservoir), pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan
pada menara air. Sebaiknya tangki bawah untuk bangunan gedung tidak
diletakkan di dalam tanah (ditanam), tetapi diletakkan di atas tanah dengan
13

ketinggian sekitar 45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah terkotori,


dan mudah untuk pemeliharaan.
Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup di
sekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, seperti, di sebelah atas, di
sebelah dinding, dan di bawah dasar reservoir, agar supaya dapat dilakukan
pemeriksaan dan perawatan dengan baik. Ruang bebas tersebut sekurang-
kurangnya 45 cm, tetapi lebih baik dibuat sekitar 60 cm agar memudahkan
pengecatan dinding luar tangki.
Pada tangki air harus dilengkapi perlengkapan sebagai berikut :
1. Penutup tangki : agar tangki terhindar dari pengotoran,
2. Ventilasi : agar ada hubungan antara udara didalam tangki dan udara diluar
tangki,
3. Man hole: agar orang bisa masuk untuk membersihkan tangki,
4. Pipa peluap : agar air bisa meluap keluar tangki bila tangki sudah penuh,
5. Pipa inlet: untuk memasukan air kedalam tangki,
6. Pipa outlet: untuk mengalirkan air kebangunan gedung,
7. Pipa drain: untuk pengurasan.
Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus
dibersihkan secara teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Di samping itu
sinar matahari tidak boleh masuk atau menembus ke dalam tangki, agar lumut
(ganggang) tidak tumbuh. Disyaratkan juga agar tangki air tidak merupakan
bagian struktural dari bangunan, serta lokasinya tidak berdekatan dengan tempat
pembuangan air kotor atau kotoran lainnya. Serta lokasi tangki juga tidak boleh di
tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas yang akan melakukan
perawatan dan pembersihan.
Tangki air harus terbuat dari bahan sebagai berikut :
1. Tidak mudah bocor,
2. Tahan terhadap tekanan air,
3. Tahan terhadap perubahan cuaca (bila tangki air diletakkan di luar bangunan),
4. Tidak menyebabkan air berubah kualitasnya.
14

Di dalam tangki air tidak boleh ada air mati, jadi air yang masuk duluan
harus keluar duluan (antri). Ke dalam tangki air tidak boleh ada binatang atau
serangga yang masuk, oleh karena itu lubang ventilasi harus ditutup oleh bahan
yang tidak bisa ditembus serangga, tetapi udara bisa masuk (biasanya bahan yang
digunakan adalah kasa nyamuk).

2.5 Proyeksi Jumlah Kebutuhan Air Bersih


Menurut Linsley, R.K., dan Joseph, F. (1991), untuk memproyeksi jumlah
kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk
berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air
untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi dalam :
a. Kebutuhan Domestik
- sambungan rumah
- sambungan kran umum
b. Kebutuhan Non Domestik
- Fasilitas sosial (Masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya)
- Fasilitas perdagangan/industri
- Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya
Sedangkan kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa distribusi
b. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar,
kerusakan meteran air, untuk kebakaran dan lain-lainnya.
a. Kebutuhan Domestik
Merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan sambungan kran
umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk, persentase yang
diberi air dan cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui
kran umum.
Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan standar yang biasa
digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya. Di
dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari berbeda-beda.
15

Tabel 2.2 Standar Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan Air Bersih
Kategori Kota
(liter/orang/hari)
Kota Metropolitan 190
Kota Besar 170
Kota Sedang 150
Kota Kecil 130
Desa 60
Sumber: Linsley, R.K., dan Joseph, F., 1991

b. Kebutuhan Non Domestik


Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan
rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk
perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah,
sekolah, hotel, puskesmas, militer serta pelayanan jasa umum lainnya.

2.6 Metode penaksiran laju aliran air


Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005). Metode yang
digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air adalah :
- Berdasarkan Jumlah Penghuni
- Berdasarkan Jumlah dan Jenis Alat Plambing
- Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing

2.6.1 Penaksiran Berdasarkan Jumlah Penghuni


Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap
penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian
air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum
ditentukan. Metode ini praktis untuk tahap perencanaan atau juga perancangan.
Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan, untuk sesuatu gedung maka
angka tersebut dipakai menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan
standar mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan
16

gedung tersebut. Tetapi kalau jumlah penghuni tidak dapat diketahui, biasanya
ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai.
Luas lantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif, berkisar antara
55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya.
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan
untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, pompa, dan sebagainya.
Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa
penyediaan air (misalnya, pipa dinas)dan bukan untuk menentukan ukuran pipa-
pipa dalam seluruh jaringan. Tabel 2.3 dapat digunakan sebagai referensi, tetapi
harus diperiksa terhadap kondisi pemakaian gedung yang dirancang.

Tabel 2.3 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung


Jangka waktu
Pemakaian pemakaian air
NO Penggunaan Gedung Satuan
Air rata rata
sehari (jam)
1 Rumah tinggal 120 8 - 10 Liter/Penghuni/Hari
2 Rumah susun 100 8 - 10 Liter/Penghuni/Hari
3 Asrama 120 8 Liter/Penghuni/Hari
4 Rumah sakit Liter/Tempat tidur
500 8 - 10
pasien/Hari
5 Sekolah Dasar 40 5 Liter/Siswa/Hari
6 SLTP 50 6 Liter/Siswa/Hari
7 SMU/SMK dan lebih Liter/Siswa/Hari
80 6
tinggi
8 Ruko/Rukan Liter/Penghuni dan
100 8
pegawai/Hari
9 Kantor/Pabrik 50 8 Liter/Pegawai/Hari
10 Toserba/toko Liter/m2
5 7
pengecer
11 Restoran 15 7 Liter/Kursi
17

12 Hotel Berbintang Liter/Tempat


250 10
tidur/Hari
13 Hotmelati/Penginapan Liter/Tempat
150 10
tidur/Hari
14 Gd. Pertunjukan, Liter/Kursi
10 3
Bioskop
15 Gd. Serba Guna 25 5 Liter/Kursi
16 Stasiun, Terminal Liter/Penumpang tiba
3 15
dan pergi
17 Peribadatan Liter/Orang (Belum
5 2
dengan air wudhu)
Sumber: Noerbambang, S.M., dan Takeo, M., 2005

Catatan: Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000


Permen kesehatan RI No : 986/Menkes/Per/XI/1992

Untuk menentukan kebutuhan puncaknya, dapat dihitung dengan:


a. Kebutuhan harian maksimum
Untuk mencari kebutuhan air per hari menggunakan rumus:
Q = n x keb. rata-rata per hari .............................................................. (2.1)
Kebutuhan rata-rata per hari didapat berdasarkan jenis gedung. Kebutuhan
rata-rata per hari dapat dilihat pada tabel 2.3.
dimana,
Q = Pemakaian air bersih rata rata per hari (m3/hari)
n = Jumlah Penghuni
Dan diperkirakan butuh tambahan sampai 20% untuk mengatasi kebocoran,
penyiraman taman, dan lain-lain. Sehingga debit air bersih rata rata per hari
dapat diketahui dengan rumus:
Qd = (100% + 20%) x Q....................................................................... (2.2)
b. Kebutuhan rerata
Pemakaian air rata-rata menggunakan persamaan berikut:
Qh = Qd/T............................................................................................. (2.3)
18

dimana,
Qh : Pemakaiaan air bersih rata rata per jam (m/jam)
Qd : Debit air bersih rata rata per hari (m/hari)
T : Jangka waktu pemakaian (jam)
c. Kebutuhan air pada jam puncak
Qh-max = Qhm = C1 x Qh ................................................................... (2.4)
dimana,
Qhm = Kebutuhan air jam puncak (m/jam)
C1 = 1,5-2,0

d. Kebutuhan menit puncak


Qm-max = Qmm = C2 x Qh/60 ............................................................ (2.5)
dimana,
Qmm = Kebutuhan air menit puncak (m/menit)
C2 = 3,0-4,0

2.6.2 Penaksiran Berdasarkan Jumlah dan Jenis Alat Plambing


Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus
diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut. Lihat
tabel 2.4 sebagai referensinya.
Tabel 2.4 Pemakaian Air pada Alat Plambing
Setiap
Waktu pengisian
Nama alat plambing pemakaian
No (detik)
(Liter)

Kloset, katup gelontor 15 10


1

Kloset, tangki gelontor 14 60


2
19

Peturasan, katup
5 10
3 gelontor

Peturasan, tangki
14 300
4 gelontor

Bak cuci tangan biasa 10 18


5

Bak cuci tangan kecil 10 40


6

Bak cuci dapur, dgn


15 60
7 keran 13 mm

Bak cuci dapur, dgn


25 60
8 keran 20 mm

Bak mandi rendam


125 250
9 (bathtub)

Pancuran mandi
42 210
10 (shower)
Sumber: SNI-03-7065-2005, 2005

2.6.3 Penaksiran Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing


Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit), dimana 1 fu=7,5 galon/menit. Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan
besarnya unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian
dicari besar laju aliran airnya dengan Kurva pada gambar 2.1. Kurva ini
memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran
air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serentak dari alat alat
plambing.
20

Gambar 2.1 Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup penggelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki penggolontor.
21

Tabel 2.5 memberikan besarnya unit beban untuk setiap alat plambing.
Tabel 2.5 Unit Beban Alat Plambing
Unit alat plambing
Jenis alat plambing Jenis penyedian air
Untuk pribadi Untuk umum
Kloset Katup gelontor 6 10
Kloset Tangki gelontor 3 5
Peturasan, dengan tiang Katup gelontor _ 10
Peturasan terbuka (urinal
Katup gelontor _ 5
stall)
Peturasan terbuka (urinal
Tangki gelontor _ 3
stall)
Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1
Bak cici tangan Keran 1 2
Bak cuci tangan, untuk
Keran _ 3
kamar operasi
Keran pencampur air
Bak mandi rendam (bath tub) 2 4
dingin dan panas
Keran pencampur
Panuran mandi (shower) 2 4
air dingin dan panas
Keran pencampur
Pancuran amandi tunggal 2 _
air dingin dan panas
Satuan kamar mandi Kloset dengan katup
8 _
dengan bak mandi rendam gelontor
Satuan kamar mandi Kloset dengan tangki
6 _
dengan bak mandi rendam gelontor
Bak cuci bersama (untuk tiap keran) _ 2
Bak cuci pel Keran 3 4
Bak cuci dapur Keran 2 4
Bak cuci piring Keran _ 5
Bak cuci pakaian ( 1 - 3) Keran 3 _
Pancuran minum Keran air minum _ 2
Pemanas air Katup bola _ 2
Sumber: Noerbambang, S.M., dan Takeo, M., 2005

2.7 Volume Tangki Atas dan Tangki Bawah

2.7.1 Volume tangki bawah


22

Sebelum menghitung volume tangki, dihitung terlebih dahulu kapasitas


pipa dinas (Qs). Menghitung kapasitas pipa dinas dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Qs = 2/3 x Qh .................................................................................... (2.6)

Diketahuinya kapasitas air maka dapat dihitung volume tangki bawah


tanah untuk menampung air yang akan didistribusikan ke semua lantai.
Maka dapat digunakan rumus:
Vr = Qd Qs x T............................................................................... (2.7)

dimana,
Vr = Volume tangki bawah tanah (m3)
Qd = Kapasitas air per hari (m3)
Qs = Laju aliran pipa dinas (m3/jam)
T = Waktu pemakaian (jam)

2.7.2 Volume tangki atas


Volume tangki atas dapat dihitung dengan rumus:

Ve = (Qm maks Qh maks) Tp + Qh maks x Tpu ................................ (2.8)

dimana,
Ve = Volume tangki atas (m3)
Tp = Waktu kebutuhan jam puncak (menit)
Tpu = Waktu pompa angkat (menit)

2.8 Kapasitas Dan Head Pompa

2.8.1 Pompa Angkat


Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebuthan air
pada jam puncak (Qh maks). Kecepatan aliran pompa diasumsikan 2 m/s dengan
menggunakan rumus:

A = .......................................................................................... (2.9)

dimana,
23

Q = kapasitas pompa
A= Luas Penampang Pipa
V = Kecepatan aliran pompa

Untuk mencari besar head pompa yang diperlukan dapat dinyatakan


dengan persamaan Bernoulli:


Besar Head Total (H) = ha + hp + hl + ....................................... (2.10)

dimana,
H = Head total pompa (m)

ha = Head statis total, yaitu vertikal antara permukaan air sisi keluar

dengan permukaan air sisi isap (m)

hp = perbedaan Head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)

hl = Kerugian Head pada pipa yang menyakut panjang pipa, fitting, katup
(valve), dan lain-lain.


= tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)

a. Head statis (Ha)


Adalah jarak antara permukaan air tangki atas dengan permukaan air tangki
bawah dalam gedung.

b. Perbedaan Head Tekanan pada kedua permukaan air (hp)


Karena P1 dan P2 merupakan tangki terbuka, maka P1 dan P2 = 0, sehingga:

hp = .
= 0m..................................................................... (2.11)

c. Kerugian Head (Hl)


Head kerugian gesek dalam pipa (hf)
24

Sebelum mencari Head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi
adalah aliran laminer atau aliran turbulen dengan menggunakan bilangan
Reynolds, yaitu:

.
Re = ....................................................................................... (2.12)

dimana,
Re = Bilangan Reynolds

V = Kecepatan aliran (m/s)

d = Diameter pipa (m)

= visikositas kinematik air (m2/s)

Visikositas kinematik air dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut:

Tabel 2.6 Sifat Fisik Air (Air dibawah 1 atm dan air jenih diatas 100C)
Temperature Kerapatan Viskositas Tekanan uap
(C) (kg/l) Kinematik Jenuh
(m2/s) (kgf/cm2)
0 0,9998 1,792 x 10-6 0,00623
5 1,0000 1,520 0,00889
10 0,9998 1,307 0,01251
20 0,9983 1,004 0,02383
30 0,9957 0,801 0,04325
40 0,9923 0,658 0,07520
50 0,9880 0,554 0,12578
60 0,9832 0,475 0,20313
70 0,9777 0,413 0,3178
80 0,9716 0,365 0,4829
90 0,9652 0,326 0,7149
100 0,9581 0,295 1,0332
120 0,9431 0,244 2,0246
140 0,9261 0,211 3,685
160 0,9073 0,186 6,303
180 0,8869 0,168 10,224
Catatan : 1 atm = 101,3 kPa = 76 cmHg 1 kgf/cm2 = 98,1 kPa
Sumber: Pompa dan Kompresor Pemilihan, Pemakaian dan Pemeliharaan, 1994

Maka untuk menghitung kerugian gesek yang terjadi dalam pipa


menggunakan persamaan Darcy Weisbach:
25

.
hf = .
....................................................................................... (2.13)

dimana,
hf = Head kerugian dalam pipa (m)

= Koefisien kerugian gesek

L = Panjang pipa (m)

d = Diameter pipa (m)

g = Percepatan gravitasi (m/s)

v = Kecepatan aliran (m/s)

Untuk mencari menggunakan formula Darcy untuk aliran turbulen,


dengan rumusnya adalah:
,
= 0,020 + ..................................................................... (2.14)
Kerugian head kerugian plumbing accessories (he).
Dengan menggunakan rumus:

he = K .................................................................................. (2.15)

dimana,
he = Head kerugian plumbing accesories (m)

K = Koefisien kerugian (dapat dilihat dalam tabel 2.6 dibawah ini)

Tabel 2.7 Nilai nilai Koefisien Kerugian (K)


Katup bola (terbuka lebar) 10
Katup pengatur ayunan (terbuka 2,5
lebar) 0,2
Katup pintu (terbuka lebar) 5,6
Katup pintu (terbuka separuh) 2,2
Tikungan balik 1,8
T baku 0,9
o
Siku siku 90 baku
Sumber: Linsley, R.K., dan Joseph, F., 1989
26

Setelah semua bagian Hl = hf + he

Maka besar head total pompa (H) adalah:



H = Ha + hp + Hl +

Tetapi pada kenyataannya dalam praktek lapangan untuk mencari head


pompa yang dipergunakan menggunakan rumus:
H = 11 2 x t ............................................................................ (2.16)

dimana,
H = Head pompa
t = Tinggi gedung

2.8.2 Pompa Booster

Air bersih dalam pendistribusiannya dari tangki atap instalasi pipa pada
perancangan ini menggunakan gaya gravitasi, oleh sebab itu sangatlah dibutuhkan
tekanan yang disyaratkan untuk alat alat plambing. Tekanan yang berlebihan
dapat menimbulkan rasa sakit jika terkena pancaran air serta mempercepat
kerusakan perlalatan plambing. Untuk itu pompa booster digunakan untuk
mendistribusikan air pada lantai 5 sampai roof floor. Untuk pompa ini tidak perlu
dihitung head total, karena yang penting untuk pompa ini adalah tekanan yang
mampu dihasilkan. Untuk memenuhi tekanan minimum alat alat plambing maka
perancangan ini tekanan pompa booster yang digunakan sebesar 2 kg/cm2 atau
196000 N/m2. Kapasitas pompa booster dapat ditentukan dengan jumlah penghuni
yang menempati lanati 5 sampai roof floor.

Q = n x Kebutuhan air rata rata .................................................... (2.17)

dimana,
Q = Pemakaian air rata rata per hari (m3/hari)
n = Jumlah penghuni
2

Anda mungkin juga menyukai