Anda di halaman 1dari 19

MANUSIA DALAM ISLAM

OLEH :

KELOMPOK II

Ummy Yatul Jannah


Nur Alifah Hasan
Widya Dwi Sastika
Nuspa Astriani Asiz
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya.
Dengan segenap ungkapan rasa terima kasih yang tidak terperi kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung seluruh proses penulisan makalah ini sehingga
penulisan makalah dengan judul MANUSIA DALAM ISLAM selesai di kerjakan tepat pada
waktu yang telah ditentukan.

Begitu banyak hal yang dilalui penulis sampai dengan selesainya makalah ini. Mungkin apa yang
telah penulis hasilkan bukanlah yang terbaik, namun penulis perharap apa yang telah kami tulis
ini akan bermanfaat dan bisa digunakan dengan sebaik mungkin bagi yang membacanya.

Kami sadar bahwa apa yang telah kami peroleh tidak semata-mata hasil dari jerih payah penulis
semata tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh sebab itu kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Mata Pelajaran yang memberikan tugas makalah ini.
Serta artikel dan referensi lainnya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Bulukumba, September 2016

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Penciptaan Manusia


1. Asal mula manusia pertama dalam pandangan Islam
a. Nabi Adam AS
b. Penciptaan Manusia kedua (Siti Hawa)
c. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
d. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
2. Asal mula Manusia dalam pandangan Pengetahuan
B. Dimensi-Dimensi Manusia dalam Al-Quran
1. Dimensi Kefitraan
2. Dimensi keindividualan
3. Dimensi Kesosialan
4. Dimensi kesusilaan
5. Dimensi keberagaman

BAB III PENUTUP

1. Kritik
2. Saran
3. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah ciptaan Tuhan Paling sempurna. Manusia memiliki beberapa potensi
sebagai modal awal untuk terus berkembang, seperti tubuh dengan fungsinya yang
lengkap dibandingkan makhluk lain, serta otak tepat berfikir dan menganalisi segala
perubahan yang ada dilingkungan tempatnya tinggal. hakikat manusia sebagai makhluk
paling indah dan paling tinggi derajatnya mendorong manusia untuk terus maju dan
berkembang tanpa henti. Proses pertumbuhan yang dialami oleh manusia selalui
dibarengi dengan proses perkembangannya. Manusia sebagai makhluk yang bersifat
dinamis selalu berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya serta
kebutuhan manusia itu sendiri yang mendorong pemenuhannya. Namun, untuk mencapai
pemenuhan dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, diperlukan sebuah proses
yang mengajarkan manusia untuk menjalankan peranan dan fungsinya, proses tersebut
yang disebut sebagai pendidikan.
Salah satu anugerah yang diberikan Allah kepada manusia adalah menjadikan manusia
mampu membedakan kebaikan dari kejahatan atau kedurhakaan dari ketakwaan. Ke dalam naluri
manusia, Allah menanamkan kesiapan dan kehendak untuk melakukan kebaikan atau keburukan
sehingga manusia mampu memilih jalan yang mampu mengantarkannya kepada kebaikan dan
kebahagiaan atau jalan yang menjerumuskannya pada kebinasaan.
Hakikat manusia merupakan inti dari kemanusiaan manusia. Dari awal
penciptaannya, dalam kondisi keberadaannya diatas bumi, sama dengan perjalanannya
kembali ke sang maha pencipta. Manusia memperoleh kehormatan dan kesempatan
untuk mengaktualisasikan hakikat dirinya itu dalam keseluruhan proses kehidupannya di
dunia dan di akhirat. Dengan berbekal hakikat yang selalu melekat pada dirinya, manusia
mengembangkan hidupnya di atas bumi. Dengan teraktualisasikan hakikat dirinya,
manusia akan dapat menemukan kehidupan di dunia dan di akhirat sesuai dengan tujuan
penciptaan manusia yaitu kehidupan yang mulia, bermartabat dan membahagiakan.
Kehidupan demikian itu diatur dengan memenuhi hak-hak asasi masing-masing individu
dalam keseluruhan kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan proses penciptaan manusia
2. Mendeskripsikan dimensi-dimensi manusia dalam Al-Quran

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk Mengetahui Proses penciptaan Manusia
2) Untuk mengetahui dimensi-dimensi manusia dalam Al-Quran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Penciptaan Manusia


1) Asal mula manusia pertama dalam pandangan Islam
a. Nabi Adam AS

Mungkin dalam hati kita pernah terbesit pertanyaan Siapakah Makhluk Sebelum
Adam AS ? dan mengapa Allah S.W.T berfirman kepada malaikat didalam Al
Quran surah Al Baqarah ayat 30 yang artinya ;

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka


bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): Adakah Engkau
(Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat
bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa
bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?. Tuhan berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya

(Q.S Al-Baqarah:30)

Dalam hal ini tentunnya yakinlah kita bahwa memang benar telah ada makhluk
yang pernah tinggal diatas dunia atau bumi fana ini sebelum Adam AS. Siapakah
mereka ?
Menurut ahli tafsir pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaanya masih
kosong.Di sini sudah terdapat banyak biji sawi putih. Kemudian Allah SWT
menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar. Lalu Allah SWT
berfirman kepadanya Hai unggas tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu.
Apabila habis biji sawi itu, engkau akan kumatikan. Sang unggas pun memakan
biji-bijian itu namun, cara memakannya diatur yakni; pertama, sehari satu biji
yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji
selama sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja.

Oleh karena begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya
memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya habislah biji-biji sawi itu.
Tabirunnasar pun akhirnya mati. Setelah kematian tersebut, Allah SWT
menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh puluh orang laki-
laki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah
SWT menciptakannya. Apabila seorang meninggal, maka langsung diciptakan
lagi yang lain. Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon,
setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang.

Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, Allah SWT kemudian menciptakan Jin
dengan nyala api, sebagaimana firman Allah dalam surah () :

Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat, berkaki dua, dan ada yang
terbang. Kemudian Allah SWT mengutus salah satu seorang di antara mereka
yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama.
Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang
menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya. Penghuni bumi berikutnya
adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang., keluar dari
dalam neraka. Binatang itu pun beranak, dan anaknya dinamakan dengan Azazil.
Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT
seribu tahun lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama.
Selama seribu tahun, disini pun ia tekun beribadah. Lalu Allah SWT
menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikan yang hijau, Dengan izin-
Nya maka terbanglah ia ke langit kedua. Seribu tahun lamanya ia beribadah.
Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit berikutnya hingga ke lapisan langit
ketujuh.

Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya, yaitu dari bangsa jin
yang bernama Janna. Tujuh Puluh Ribu (70000) tahun lamanya hingga lahir anak
cucunya. Kata ahli tafsir yang lain, delapan belas ribu tahun mendiami bumi yang
kemudian mereka menjadi sombong dan kufur kepada Allah. Karena hal itulah
maka Allah SWT pun mematikan Janna. Sebagai gantinya Allah menurunkan dua
kelompok jin yang bernama BANUNAL JANNA (banul jan) dan ABAL JANNA
(abal jan). Mereka mendiami bumi selama delapan belas ribu tahun lamanya.
Lalu dua kelompok ini tidak pernah akur dan selalu bertempur sehingga
menimbulkan yasfiquddima (pertumpahan darah).

Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk
beribadah. Azazil menjadi penghulu para malaikat selama tujuh ribu tahun
lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu
permohonan kepada Allah SWT, katanya : Ya tuhanku, tujuh ribu tahun hamba-
Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau
dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit
keenam,berbuat kebaikan kepada-Mu.

Pergilah engkau ! tegas Allah SWT.

Maka turunlah Azazil atau iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke
langit keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon izin lagi kepada Allah
SWT agar diturunkan ke angit kelima. Di langit kelima pun ia memohon
diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga sampai
mereka di langit dunia.

Di langit dunia, Azazil mengajukan suatu permohonan pula: Ya Tuhanku,


hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahawasanya
hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul
Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas
hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka
bumi itu.

Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil itu. Diturunkanlah ia bersama


tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah
sebelumnya Banunal Janna dimatikan kerana banyak berbuat kerusakan. Setelah
delapan ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencoba mengemukakan ungkapan
hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betahnya, dan tidak ada tempat lain
yang membuatnya demikian betah.

Dan memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada
Allah SWT. Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu
keterangan kepada Azazil. firmannya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.
(Q.S. 2: 30). Mendengar firman tersebut, Iblis menjadi berduka, disebabkan
dengkinya. Mereka (para Malaikat) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai
siapa yang akan menjadi khalifah itu.

Adam namanya, jawab Allah SWT. Mereka berkata ,Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau. Lalu Allah pun berfirman : Sesungguhnya Aku
lebih mengetahui apa yang engkau tidak ketahui.(Q.S. 2 :30)

Lalu Allah SWT menciptakan Adam diantara azajil dan malaikat., dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah
lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut (Q.S,
Al Anaam 6: 2),(Al Hijr 15: 26,28,29), (Al Muminuun 23:12), (Al Ruum 30:20),
(Ar Rahman 55:4). Diberikan ilmu oleh Allah karena tujuannya untuk menjadikan
kholifah dibumi, setelah diuji ternyata yang lulus dari ujian tersebut adalah nabi
Adam akhirnya semuanya diperintah Allah untuk sujud penghormatan kepada
Adam maka dengan segera semua para malaikat melaksanakan sujud kecuali
Azazil yang menolak perintah Allah swt itu. Adapun sujudnya para malaikat pada
Nabi Adam As. tadi bukanlah sujud ibadah sebagaimana sjudnya orang solat,
tetapi sujud Ta'ata tau tunduk memuliakan atau menghormati Nabi Adam As.
Kerana Nabi Adam As, mempunya ilmu pengetahuan dari Allah Awt. sehingga
boleh memberi nama pada barang-barang yang di tanya pada pada Adam.
sedangkan malaikat tidak mengetahuinya. Allah SWT Berfirman dalam (Surah
Al-A'raf Ayat11) yang artinya berbunyi sebagai berikut :
Sesunggunya kami telah menciptakan kamu (Adam) lalu kami bentuk tubuhmu,
kemudian kami katakan kepada para malaikat: bersujudlah kamu kepada Adam,
maka mereka sujud kecuali Iblis, dia tidak termasuk mereka yang sujud.
Allahpun bertanya pada Iblis wahai iblis apakah yang menghalangi dirimu untuk
bersujud kepada (Adam As) di waktu aku menyuruhmu ? Iblis menjawab: saya
lebih baik daripada Adam, engkau menciptakan aku dari api, sedang dia (Adam)
engkau ciptakan dari tanah, maka Allah swt berfirman, turunlah kamu dari
Syurga itu, kerana kamu tak sepatutnya ada sifat sombong didalam dirimu, maka
keluarlah. sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina. (Surah Al-Araf
ayat 13).

Sesudah keadaan Azazil atau iblis di keluarkan oleh Allah dari Syurga, Maka Iblis
meminta pada Allah agar umurnya di panjangkan (tidak mati) hingga datangnya
hari kiamat. Iblis berjanji kepada Allah untuk selalu menyesatkan Nabi Adam dan
anak cucunya, dari jalan (tuntunan) yang benar, sehingga tidak ada yang (ta'at)
mengikuti perintah Allah swt, dan melakukan semua larangan yang diberikan oleh
Allah.
Kerana itulah Allah memberikan peringatan kepada Adam (anak cucunya) siapa
yang mengikuti tingkah laku syaitan/iblis, maka dia menjadi temanya dan
nantinya akan aku masukan, yaitu Neraka (tempat Iblis dan teman-temannya) dan
untuk mengalahkan iblis maka Allah memerintahkan Adam untuk selalu taat dan
beribadah kepada Allah, dan menjauhi segala larangan yang allah berikan, dengan
begitu maka Adam dan anak cucunya akan selamat dari iblis yang tak lain adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
b. Penciptaan manusia kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini
selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia,
Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup
(isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya yang artinya :

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik


dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat
An Nisaa ayat 1 yaitu :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
sangat banyak..." (QS. An Nisaa (4) : 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan :

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam"

(HR. Bukhari-Muslim)

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha
untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula
dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan
yang akan meneruskan generasinya.

c. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)


Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan
Hawa kecuali Nabi Isa AS. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al
Quran dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.

Di dalam Al Quran proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara


terperinci melalui firman-Nya :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al
Muminuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama
itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah
beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya),
amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Quran dan Hadits 15 abad silam telah menjadi
bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-
organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Quran dengan
"saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah
protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari
tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh
diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan
(hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum
(sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan
bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara
bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al
Quran dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini
sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu
Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan
ilmiyah pernyataan Al Quran yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain itu
beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al-Quran dan hadits banyak
mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan
hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika
ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya
itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-
18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan
genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi
jauh sebelumnya Al-Quran telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah)
menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan
sifat-sifat dan nasibnya."

Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin)


bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang
menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan
lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan
kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini
ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran :

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan
dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat.
Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia diciptakan tidak diciptakan dari mani utuh tetapi dari sebagian
kecilnya sajah (spermatozoa).

2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Penjelasan :

a. Setetes Mani :

Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-
laki pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap
siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu
sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang berkelok-
kelok, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan menyapu
dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang
berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian
kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Quran :
Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya
setitik mani yang dipancarkan? (QS Al Qiyamah:36-37).
b. Segumpal Darah didalam Rahim :
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya
segumpal darah yang disebut alaqah.
"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". (al Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk
sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai zigot , zigot ini akan segera
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi segumpal
daging. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan
mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja.
Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi
dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada
bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Quran terungkap. Saat merujuk
pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata
alaq dalam Al Quran. Arti kata alaq dalam bahasa Arab adalah sesuatu
yang menempel pada suatu tempat. Kata ini secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
c. Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Quran bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS Al Muminun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Quran
adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam
ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras.
Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang
bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

d. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani


Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani
disinggung di Al-Quran, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan
campuran: Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia
mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina. (Al-Quran, 32:7-8).

2). Asal mula Manusia dalam pandangan Pengetahuan

Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam
semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari
teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu: Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya
ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil
Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo
pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus. Ketiga, manusia purba,
yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan
genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di
neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di
Solo (Homo Soloensis). Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah
pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada
dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia
dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan
mahluk yang memiliki karakter paling unik.Manusia secara fisik tidak begitu
berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang.
Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya
adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya
manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai
kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di
darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Diantara karakteristik manusia adalah :
a. Aspek Kreasi
b. Aspek Ilmu
c. Aspek Kehendak
d. Pengarahan Akhlak
B. Dimensi-Dimensi Manusia Dalam Al-Quran

1. Dimensi kefitrahan

Kata kunci yang menjadi isi dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran.
Kandungan dimensi kefitrahan ini dapat dibandingkan dengan makna teori tabularasa
(jhon locker). Menyatakan bahwa individu ketika dilahirkan ibarat kertas putih, bersih
dan belum tertulis apapun. Dengan kefitrahannya itu, individu memang pada dasarnya,
sejak dilahirkan dalam keadaan bersih. Namun, kondisi belum tertuliskan apapun
sebagaimana dinyatakan dalam teori tabularasa tidaklah menjadi ciri dimensi
kefitrahan yang dimaksudkan itu. Didalam kefitrahan telah tertuliskan kaidah-kaidah
kebenaran dan keluruhan yang justru menjadi cirri kandungan utama dimensi ini. Jadi
dengan demikian dimensi kefitrahan tidak sama dengan tabularasa menurut jhon locke.

2. Dimensi keindividualan

Kata kunci yang terkandung dalam dimensi keindividualan adalah potensi dan
perbedaan. Disini dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potens,
baik potensi fisik maupun mental psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat
dan kemampuan pribadi lainnya. Kenyataan keilmuan yang menampilkan isi dimensi
keindividualan ini adalah apa yang sering digolongkan kedalam kaidah-kaidah
perbedaan individu (individual difference) dan penampilan statistic berupa kurva (baik
kurva normal ataupun kurva tidak normal).

3. Dimensi kesosialan

Kata kunci dari dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan. Dengan
bahasa (baik bahsa verbal maupun non-verbal, lisan maupun tulisan) individu
menjalani komunikasi atau hubungan dengan individu lain. Disamping itu individu
juga menggalang kebersamaan dengan individual lain dalam berbagai bentuk.

4. Dimensi kesusilaan

Kata kunci kandungan dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral. Sesuatu dapat
dinilai sangat tinggi (misalnya dengan diberi label baik), seang (dengan label cukup),
atau rendah (dengan label rendah). Rentang penilaian itu dapat dipersempit dapat pula
diperlebar. Sedangkan ketentuan moral biasanya diikuti oleh sanksi atau bahkan
hukuman bagi pelanggarnya. Sumber moral adalah agama, adat, hokum ilmu dan
kebiasaan.

5. Dimensi keberagaman

Kata kunci kandungan dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. Dalam
dimensi ini terkandung pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki
kecendrungan dan kemampuan untuk mempercai adanya sang maha pencipta dan
maha kuasa serta mematuhi segenap aturan dan perintahnya.

Anda mungkin juga menyukai