Anda di halaman 1dari 16

1

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

LAPORAN RESMI

PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME

I. Tujuan
I.1 Metode Turbidimetri
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memonitor pertumbuhan bakteri
dalam media yang ditunjukkan oleh kekeruhan media.
II.2 Metode Counting Chamber
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari cara menghitung jumlah
sel mikroorganisme dengan metode counting chamber.

II. Data Pengamatan


II.1 Metode Spektrofotometri
Tabel II. 1 Hasil Pengamatan Metode Turbidimetri
Faktor Pengenceran %T OD
1:1 25.2 0.599
1:2 46.87 0.329
1:4 76.83 0.114
1:8 79.03 0.102
1:16 86.57 0.063

II.2 Metode Counting Chamber


Massa ragi = 1 gram
Tabel II.2 Hasil Pengamatan pada Pengenceran 10.000 kali
Jumlah
Kotak Total
Run Sel/ Kotak
A B C D E
1 10 7 8 8 7 40 8
2 8 9 13 8 9 47 9,4
3 9 9 11 10 9 48 9,6
JUMLAH 27

Tabel II.3 Hasil Pengamatan pada Pengenceran 100.000 kali

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
2
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Jumlah
Kotak Total
Run Sel/ Kotak
A B C D E
1 5 6 12 7 9 39 7,8
2 3 5 13 6 11 38 7,6
3 5 4 15 5 7 36 7,2
JUMLAH 22.6

Tabel II.4 Hasil Pengamatan pada Pengenceran 1.000.000 kali


III. Jumlah P
Kotak Total
Run Sel/ Kotak e
A B C D E m
1 0 1 0 0 1 2 0,4
b
2 0 1 1 0 1 3 0,6
a
3 0 1 0 0 1 2 0,4
h
JUMLAH 1,4
a
s
an
III.1 Metode Turbidimetri
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memonitor pertumbuhan bakteri
dalam media yang ditunjukkan oleh kekeruhan media. Spektrofotometri
merupakan analisa kuantitatif berdasarkan absorbsi suatu zat terhadap panjang
gelombang elektromagnetik tertentu, dalam hal ini gelombang cahaya. Suspensi
dari suatu sel akan terlihat keruh, karena sel akan menyebarkan cahaya yang
melewati suspense. Semakin banyak sel, semakin banyak cahaya yang disebarkan,
sehingga suspensi terlihat semakin keruh. Kekeruhan sel akan sebanding dengan
jumlah sel yang ada di suatu suspense. Sehingga perlu dipahami bahwa absorbsi
yang terjadi pada sel bukan karena adanya absorbsi pada panjang gelombang
tertentu, tetapi penyebaran cahaya pada panjang gelombang tertentu. Pengukuran
kekeruhan sel disajikan dalam satuan Optical Density (OD) pada panjang
gelombang yang spesifik.
(Madigan, 2012, hal 131)

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
3
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

(Tortora,
Gambar III.1 Metode spektrofotometri untuk menghitung 2010,sel
jumlah hal 179)
Pertama-tama spektrofotometer dinyalakan lalu ditunggu sekitar 15 menit
agar alat yang digunakan mencapai kesetimbangan termal sehingga lebih optimal
ketika digunakan. Kemudian dilakukan pengenceran terhadap bakteri Escherichia
coli. Pengenceran berfungsi untuk mengurangi konsentrasi suspensi. Dengan
konsentrasi bakteri yang kecil, bakteri akan tersebar merata di seluruh larutan dan
kemungkinan membentuk gumpalan. Pengenceran yang digunakan adalah
pengenceran berantai, sehingga akan menghemat larutan dan bahan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengenceran adalah menyiapkan 5
tabung reaksi dan memberi label 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, dan 1:16. Nutrient Broth
dimasukkan ke dalam tabung (kecuali tabung 1:1) masing-masing sebanyak 4 ml.
Ditambahkan nutrient broth supaya mikroorganisme yang digunakan, yaitu
Escherecia coli tidak mati.
Nutrient Broth Agar (NBA) merupakan media yang berasal dari ekstrak
daging. Media NBA terdiri dari 2 jenis, yaitu cair (Nutrient Broth) atau padat
dengan penambahan agar (Nutrient Agar). NBA cocok digunakan untuk kultur
bakteri karena kandungannya kaya protein yang sangat dibutuhkan bakteri dalam
pertumbuhannya.
Komposisi Nutrient Agar adalah sebagai berikut:
Peptone 5.0 g
Beef extract 3.0 g
Agar 15.0 g
Distilled water 1,000.0 ml
Komposisi Nutrient Broth adalah sebagai berikut:
Peptone 5.0 g
Beef extract 3.0 g
Distilled water 1,000.0 ml
(Prescott, 2002, hal. 446)
Bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli dengan taksonomi sebagai
berikut:

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
4
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Domain : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : E. coli
Ciri-ciri dari Eschericia coli adalah berbentuk batang (basil) dan berukuran
panjang sekitar 3 m. Merupakan bakteri gram negatif dan tidak menghasilkan
spora. Eschericia coli merupakan bakteri yang dapat menguntungkan maupun
merugikan. Eschericia coli membantu dalam proses pembusukan makanan di
dalam usus besar. Namun di sisi lain dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit pada manusia, seperti diare, infeksi saluran kemih, sepsis, dan
meningitis.
(Leboffe, 2011, hal. 144)
Larutan suspesi Escherichia coli kemudian diambil 4 ml dan dimasukkan ke
tabung 1:1. Larutan suspesi Escherichia coli kemudian diambil 4 ml lagi dan
dimasukkan ke tabung 1:2. Dari tabung 1:2 diambil 4 ml dimasukkan ke tabung
1:4. Dari tabung 1:4 diambil 4 ml dimasukkan ke tabung 1:8. Dari tabung 1:8
diambil 4 ml dimasukkan ke tabung 1:16. Sebelum penambahan E. coli, masing-
masing tabung telah berisi 4 ml media NB. Ketika pengenceran, suspensi bakteri
diaduk dengan memutar-mutar tabung reaksi dengan telapak tangan. Tujuannya
agar larutan menjadi homogen sehingga tidak ada bakteri yang terkonsentrasi
pada satu titik. Pengadukan tidak boleh dilakukan dengan mengocok tabung
reaksi karena dapat menyebabkan sel-selnya mati dan terjadi penumpukan sel.
Selain itu untuk mencegah terjadinya busa yang dapat mengganggu pengukuran
dengan spektrofotometer. Busa berbeda warna dengan suspensi, sehingga akan
menimbulkan ketidakakuratan pengukuran.

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
5
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

(Benson, 2003, 97)


Gambar III.2 Proses Pengenceran secara Berantai
Kuvet yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan
alkohol untuk mensterilkan kuvet. Alkohol cukup baik dalam membunuh
mikroorganisme dan mudah menguap serta tidak meninggalkan residu. Panjang
gelombang pada spektrofotometer diatur menjadi 686 nm, lalu dimasukkan kuvet
yang berisi media Nutrient Broth sebagai blanko. Sel bakteri menyebarkan cahaya
dengan baik pada panjang gelombang 686 nm, ketika ditumbuhkan di media
standar. Setelah itu spektrofotometer dikalibrasi sehingga menunjukkan 0 A dan
100 %T, artinya semua berkas cahaya diteruskan dan tidak ada yang diserap.
Suspensi bakteri pada tabung 1:1 dimasukkan ke dalam kuvet hingga
volume kuvet. Kuvet tidak boleh diisi penuh untuk menghindari larutan tumpah di
dalam ruang pengukuran. Kuvet berisi blanko kemudian dikeluarkan dan diganti
dengan kuvet berisi suspensi bakteri yang akan diukur. Spektrofotometer akan
menunjukkan angka absorbansi dan transmitansi. Tunggu beberapa saat agar
spektrofotometer menunjukkan angka yang stabil lalu dicatat hasilnya.
Pengukuran pada suatu satu variabel lebih baik diulang sebnayak 3 kali kemudian
dirata-rata hasilnya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Prosedur yang
sama dilakukan untuk variable lainnya, yaitu 1:2, 1:4, 1:8, dan 1:16. Pada setiap
pergantian variabel pengenceran, juga dilakukan standarisasi dengan larutan
blanko.

Diagram Faktor Pengenceran VS Optical Density


0.8
0.6
0.6
0.33
Optical Density 0.4
0.2 0.11 0.1 0.06
0
1:1 1:2 1:4 1:8 1:16
Faktor Pengenceran
Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan, dapat dibuat grafik faktor pengenceran terhadap OD.

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
6
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Gambar III.3 Grafik Faktor Pengenceran terhadap Optical Density


Grafik tersebut didapatkan dengan perhitungan Optical Density (OD) dari data-
data pengamatan yang diperoleh melalui percobaan. Perhitungannya adalah
sebagai berikut :
OD = Asampel Ablanko
OD = log (1/Tsampel) log (1/Tblanko)
OD = - log Tsampel (- log Tblanko)
OD = log Tblanko log Tsampel
OD = log (100) log % Tsampel
OD = 2 log %Tsampel
(Leboffe, 2010, 446)

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
7
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa Optical Density berbanding terbalik
dengan pengenceran, dimana semakin besar pengenceran yang dilakukan maka
Optical Density akan semakin kecil. Optical Density juga menunjukkan hubungan
dengan konsentrasi sel mikroorganisme yang terdapat dalam sampel uji, yakni
semakin besar Optical Density, maka semakin besar konsentrasi mikroorganisme
atau semakin banyak pula jumlah sel mikroorganisme dalam sampel tersebut.
Sedangkan, untuk persen transmitans berbanding terbalik dengan konsentrasi atau
jumlah sel mikroorganisme, yakni semakin besar konsentrasi atau jumlah sel,
maka semakin kecil persen transimtan. Hal ini disebabkan karena semakin besar
konsentrasi sel, maka semakin banyak cahaya yang diserap sehingga cahaya yang
diteruskan semakin sedikit. Optical Density berbanding terbalik dengan faktor
pengenceran, tetapi berbanding lurus dengan jumlah bakteri dalam sampel. Oleh
karena itu, semakin besar pengencerannya atau semakin encer, maka jumlah sel
mikroorganisme semakin sedikit. Namun, dengan metode turbidimetri ini tidak
bisa mengetahui jumlah sel mikroorganisme secara kuantitatif. Hal itu juga
dijelaskan pada literatur hubungan antara optical density terhadap jumlah sel
mikroorganisme dengan grafik berikut.

Gambar III.4 Grafik Faktor Pengenceran terhadap Optical (Madigan,


Density dari literatur
2012, 132)
Pengukuran dengan mengukur turbiditas dengan spektofotometri mempunya
beberapa kelemahan. Beberapa bakteri dapat membentuk gumpalan kecil maupun
besar. Hal ini dapat menyebabkan perhitungan absorbansi dan transmitansi
menjadi tidak akurat, sehingga terdapat kesalahan perhitungan Optical Density.
Akibatnya jumlah sel yang didapatkan juga menjadi tidak akurat. Selain itu
metode ini memiliki kelemahan untuk pengukuran pada suspense dengan jumlah
sel yang sangat banyak. Cahaya yang disebarkan oleh salah satu individu bakteri

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
8
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

dapat dipantulkan kembali oleh individu lainnya, sehingga pengukuran menjadi


tidak akurat.
(Madigan, 2012, hal 132)

III.2 Metode Counting Chamber


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari cara menghitung jumlah
sel mikroorganisme dengan metode counting chamber. Metode termasuk metode
langsung karena menghitung jumlah sel pada sebagian kecil sampel kemudian
dihitung rata-rata jumlah sel per ml. Metode ini mempunyai keuntungan karena
hanya membutuhkan waktu yang singkat, mudah, dan tidak memerlukan biaya
mahal. Namun apabila tidak diberi pewarnaan khusus, sel hidup atau sel yang
mati tidak dapat dibedakan sehingga mengurangi tingkat kepercayaan
perhitungan.
(Tortora, 2010, 176)
Pertama-tama 1 gram fermipan (Saccharomyces cerevisiae) dilarutkan dengan
aquadest 10 ml lalu diencerkan secara berantai. Larutan fermipan kemudian
diambil 1 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml dan dimasukkan ke
tabung A. Dari tabung A diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung B lalu
diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml. Dari tabung B diambil 1 ml dan
dimasukkan ke tabung C lalu diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml. Dari
tabung C diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung D lalu diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml. Dari tabung D diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung
BElalu diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml. Dari tabung E diambil 1 ml dan
dimasukkan ke tabung F lalu diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml. Ketika
pengenceran, suspensi fermipan diaduk dengan memutar-mutar tabung reaksi
dengan telapak tangan. Tujuannya agar larutan menjadi homogen sehingga tidak
ada yeast yang terkonsentrasi pada satu titik. Pengadukan tidak boleh dilakukan
dengan mengocok tabung reaksi karena dapat menyebabkan sel-selnya mati dan
terjadi penumpukan sel. Pengenceran sendiri bertujuan agar bakteri yang akan
diamati tidak berkoloni, sehingga mempermudah pengamatan.
Hemasitometer dan deck glass yang akan digunakan dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan alkohol. Hal ini bertujuan untuk membunuh segala
mikroorganisme yang ada pada hemasitometer maupun deck glass. Alkohol

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
9
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

efektif untuk membunuh bakteri dan jamur, tetapi tidak dengan endospore dan
virus yang tidak mempunyai envelope. Mekanisme alkohol digunakan sebagai
desinfektan karena alkohol menyebabkan denaturasi protein, dapat merusak
membran dan melarutkan lemak, termasuk komponen lemak penyusun lapisan
pelindung pada virus. Alkohol cukup baik dalam membunuh mikroorganisme dan
mudah menguap serta tidak meninggalkan residu. Selanjutnya menghitung
banyaknya sel secara langsung.
(Tortora, 2010, hal. 197)

Mikroskop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari micos yang artinya
kecil dan scopein yang artinya melihat. Mikroskop merupakan alat bantu yang
dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat mengamati
organisme berukuran kecil (mikroskopis). Dua karakteristik kunci dari mikroskop
adalah magnification, atau kemampuan untuk memperbesar objek, dan resolving
power, atau kemampuan untuk menampilkan detail objek. Ada beberapa jenis
mikroskop, yaitu mikroskop konvensional, mikroskop cahaya (compound light
microscope), dan mikroskop elektron. Mikroskop konvensional adalah mikroskop
yang menggunakan cahaya matahari yang dipantulkan melalui cermin sebagai
sumber cahaya. Mikroskop cahaya (compound light microscope) adalah
mikroskop yang hampir mirip dengan mikroskop konvensional, tetapi sumber
cahaya berasal dari lampu elektrik pada mikroskop. Mikroskop elektron adalah
mikroskop yang mengunakan elektron sebagai sumber cahaya. Mikroskop
elektron dibagi menjadi 2, yaitu Transmission Electron Microscope (TEM) dan
Scanning Electron Microscope (SEM).
(Cowan, 2016, hal 50-51)
Pada percobaan ini, mikroskop yang digunakan adalah mikroskop cahaya
(Compound Light Microscope) dengan perbesaran lensa obyektif 40x dan lensa
okuler 10x, sehingga perbesaran totalnya 400x. Perbesaran total didapatkan
dengan mengalikan perbesaran pada lensa okuler dengan perbesaran pada lensa
obyektif.
(Cowan, 2016, hal 48)
Hemasitometer dapat dikatakan sebagai kaca obyek yang dibuat secara
khusus sehingga terdapat jarak antara hemasitometer dengan deck glass yang

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
10
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

dikenal dengan kedalaman. Pada permukaan hemasitometer terdapat suatu grid


dengan luasan tertentu yang digunakan untuk menghitung sel.

(Leboffe, 2011, hal. 219)


Gambar III.5 Hemasitometer

A B

Sel yang dihitung hanya sel yang berada di area A, B, C, D, dan E kemudian
Gambar III.6 Ruang Hitung pada Hemasitometer
dirata-rata. Sel yang berada di garis batasDatas dan kiri tetap
C dihitung, sementara

pada garis batas kanan dan bawah tidak dihitung. Hal ini untuk menghindari
kelebihan perhitungan pada sel yang berada di garis batas.
(Benson, 2001, hal 295)

Pengamatan pada setiap sampel variabel diulang sebanyak tiga kali,


kemudian dirata-rata hasilnya. Hal ini untuk menghindari kesalahan
perhitungan. Dari percobaan diperoleh data jumlah sel per kotak. Dari data
tersebut, dapat dihitung jumlah sel per ml dengan cara :
Jumlah sel/ mm3 = jumlah sel rata rata per kotak
(luas per kotak) x tebal
Jumlah sel / ml = jumlah sel / mm3 x 1000 (mm3/ml)
(Tortora, 2010, hal 178)
Setelah dilakukan perhitungan, hemasitometer dan deck glass dibersihkan
kembali dengan alkohol untuk membunuh bakteri yang tersisa. Prosedur yang
sama dilakukan untuk larutan di tabung E (pengenceran 100.000 kali) dan larutan
di tabung F (pengenceran 1.000.000 kali). Pengamatan untuk metode ini hanya

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
11
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

pada pengenceran 10.000 kali, 100.000 kali, dan 1.000.000 kali. Hal ini
dilakukan karena metode counting chamber ini memiliki kekurangan yaitu:
1. Sel mati tidak bisa dibedakan dengan sel hidup,
2. Sel kecil sukar terlihat pada mikroskop, sehingga hal ini mengakibatkan sel
tersebut terlewatkan atau tidak terhitung,
3. Tingkat ketelitian kurang,
4. Dibutuhkan mikroskop dengan kontras tinggi ketika tidak digunakan
pewarnaan terhadap bakteri
5. Metode ini tidak cocok untuk suspensi sel dengan kepekatan atau kekentalan
rendah,
6. Sel yang bersifat motile harus dibuat tidak bergerak sebelum dihitung,
7. Debu pada lensa mikroskop sering terhitung sebagai sel mikroorganisme.
(Madigan, 2012, hal. 129)
Dari data hasil pengamatan dan perhitungan, dapat dibuat grafik yang
menyatakan hubungan antara pengenceran dan jumlah sel sebagai berikut :

Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Pengenceran


25
22.5
20 18.83
15
Jumlah sel / ml sampel (x105) 10

0 1.18
0 500000 1000000
Pengenceran (kali)

Gambar III.6 Grafik Hubungan Jumlah sel dengan Pengenceran

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
12
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

Berdasarkan grafik yang telah dibuat, diketahui bahwa harga gradiennya


negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pengenceran berbanding terbalik dengan
nilai jumlah sel. Dengan kata lain, semakin besar pengenceran, maka semakin
sedikit jumlah sel ragi/ml dalam sampel yang diamati, begitu pula sebaliknya. Hal
ini juga sesuai pada literatur, yaitu ketika konsentrasi bakteri dalam suatu sampel
menurun, maka jumlah sel mikroorganisme juga semakin menurun.
(Tortora, 2010, 177)

Jawaban Pertanyaan
1. Apa hubungan antara OD dengan jumlah sel pada culture saudara?
Optical Density akan berbanding terbalik dengan jumlah sel. Semakin banyak
jumlah sel, maka akan semakin banyak pula cahaya yang disebarkan oleh
bakteri sehingga nilai transmitannya akan kecil. Hal itu menyebabkan nilai
Optical Density menjadi lebih kecil. Begitu pula sebaliknya.
2. Apakah diperlukan untuk membuat suatu hubungan antara perhitungan
sel antara metode 1 (dilution) dengan metode 2 (turbidimetri) ?
Perlu. Hal ini dikarenakan agar data yang diperoleh dari turbidimetri dapat
dinyatakan sebagai konsentrasi mikroorganisme, maka diperlukan suatu
kurva standar yang menyatakan korelasi antara kekeruhan biakan dengan
jumlah mikroorganisme per volume biakan. Namun, pada praktikum kali ini
tidak bisa dilakukan, karena mikroorganisme yang digunakan pada kedua
metode berbeda.

IV. Kesimpulan

IV.1 Metode Turbidimetri


Berdasarkan hasil percobaan dengan metode turbidimetri dapat
disimpulkan bahwa nilai Optical Density berbanding terbalik dengan faktor
pengenceran, akan tetapi berbanding lurus dengan jumlah sel dalam sampel
ditunjukkan dengan data %T.

IV.2 Metode Counting Chamber


Berdasarkan hasil percobaan dengan metode counting chamber dapat
disimpulkan bahwa jumlah sel pada pengenceran 10.000x adalah 2.250.000

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
13
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

sel/ml sampel, pada pengenceran 100.000x adalah 1.883.250 sel/ml sampel, dan
pada pengenceran 1.000.000x adalah 117.500 sel/ml sampel.

Daftar Pustaka

Benson. 2001. Microbiological Applications Laboratory Manual 8th Edition. The


McGraw Hill

Cowan, Marjorie Kelly, et al. 2016. Microbiology Fundamentals A Clinical


Approach Second Edition. New York: McGraw Hill

Leboffe, Michael J., Pierce, Burton E. 2011. A Photographic Atlas for the
Bicrobiology Laboratory 4th Edition. US: Morton Publishing Company

Madigan, Michael T. et al. 2012. Brock Biology of Microorganisms 13th Edition.


San Francisco: Benjamin Cummings

Prescott. Harley. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Edition. The


McGraw Hill Company

Tortora, Gerard J., Funke, Berdell R. Case, Christine L. 2010. Microbiology an


Introduction 10th Edition. US: Benjamin Cummings.

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
14
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

APPENDIKS

I. Metode Turbidimetri

OD = Asampel Ablanko
OD = log (1/Tsampel) log (1/Tblanko)
OD = - log Tsampel (- log Tblanko)
OD = log Tblanko log Tsampel
OD = log (100) log % Tsampel
OD = 2 log %Tsampel
(Leboffe, 2010, 446)
- Faktor Pengenceran 1:1 (%T = 25.2%)

OD = 2 log %Tsampel
OD = 2 log 25.2
OD = 2 1.40140054
OD = 0.59859946 = 0.599
- Faktor Pengenceran 1:2 (%T = 46.87%)

OD = 2 log %Tsampel
OD = 2 log 46.87
OD = 2 1.670895
OD = 0.329105 = 0.329
- Faktor Pengenceran 1:4 (%T = 76.83%)

OD = 2 log %Tsampel
OD = 2 log 76.83
OD = 2 1.8855308
OD = 0.1144692 = 0.114
- Faktor Pengenceran 1:8 (%T = 79.03%)

OD = 2 log %Tsampel
OD = 2 log 79.03
OD = 2 1.897792

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
15
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

OD = 0.102208 = 0.102
- Faktor Pengenceran 1:16 (%T = 86.57%)

OD = 2 log %Tsampel
OD = 2 log 86.57
OD = 2 1.937367
OD = 0.062633 = 0.063

II. Metode Counting Chamber


- Pengenceran 10.000 kali
Jumlah sel ragi rata-rata = 27/3
= 9 sel/kotak
Jumlah sel ragi = 9 x (1/25) sel/mm2
= 225 sel/mm2
Jumlah sel ragi = [225 sel/mm2 x (1/0,1mm)] sel/mm3
= 2.250 sel/mm3
Jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000x = 2.250 sel/mm3 x (1 mm3/0,001 ml)
= 2.250.000 sel/ml sampel

- Pengenceran 100.000 kali


Jumlah sel ragi rata-rata = 22,6/3
= 7,533 sel/kotak
Jumlah sel ragi = 7,533 x (1/25) sel/mm2
= 188,325 sel/mm2
Jumlah sel ragi = [ 188,325 sel/mm2 x (1/0,1mm)] sel/mm3
= 1883,25 sel/mm3
Jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000x =1.883,25 sel/mm3 x (1 mm3/0,001
ml)
= 1.883.250 sel/ml sampel

- Pengenceran 1.000.000 kali


Jumlah sel ragi rata-rata = 1,4/3

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik
16
Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

= 0,47 sel/kotak
Jumlah sel ragi = 0.47 x (1/25) sel/mm2
= 11,75 sel/mm2
Jumlah sel ragi = [11,75 sel/mm2 x (1/0,1mm)] sel/mm3
= 117,5 sel/mm3
Jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000x = 117,5 sel/mm3 x (1 mm3/0,001
ml)
= 117.500 sel/ml sampel

Laboratorium Mikrobiologi
Teknik

Anda mungkin juga menyukai