Anda di halaman 1dari 7

EKSPANSI PERUSAHAAN DAN CSR

Ekspansi sebuah perusahaan dilakukan dengan tujuan memperluas pasar


untuk mendapatkan keuntungan finansial, tentu saja memberikan dampak sosial bagi
daerah lama dan daerah baru, apakah merupakan suatu pengorbanan sosial ataupun
manfaat sosial yang didapat dengan melakukan ekspansi.
Dampak tersebut disebut tanggung jawab sosial atau Corporate Social
Responsilbility (CSR). CSR sebagai komitmen Perusahaan untuk berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perusahaan sendiri, masyarakat setempat
maupun masyarakat pada umumnya.
CSR merupakan kewajiban sebagai perusahaan yang beretika dan
bertanggungjawab. Perusahaan ini tumbuh dan menjalankan usahanya di tengah
masyarakat, serta berinteraksi secara intensif dengan berbagai pemangku
kepentingan, termasuk lingkungan hidup. Untuk menjalin hubungan yang harmonis
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang, perlu dilaksanakan
berbagai program CSR.
Untuk itu, maka secara umum, program CSR yang dapat dikembangkan oleh
Perusahaan, haruslah memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Berdampak positif, artinya bermanfaat dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat, temasuk pemangku kepentingan lainnya dan lingkungan
hidup.
2. Berkelanjutan, artinya bermanfaat dalam pembentukan masyarakat yang
mandiri, temasuk pemangku kepentingan lainnya.

Menurut Monintja (2013), menyatakan bahwa perusahaan yang kegiatan


usahanya tidak mengelola sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak
pada kemampuan sumber daya alam memiliki tanggung jawab yang sama dengan
perusahaan yang bergerak dibidang sumber daya alam. Perusahaan tersebut bergerak
dibidang asuransi jiwa yang tidak yang tidak langsung bersentuhan dengan alam
tetapi memiliki dampak terhadap sumber daya alam.
Perusahaan tersebut telah melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
tanggung jawab sosialnya, yaitu mendukung/mensponsori kegiatan-kegiatan gereja,
program sekolah seperti memberikan beasiswa kepada yang membutuhkan dan
berprestasi, kemudian memberdayakan masyarakat sekitar sebagai karyawan di
perusahaan tersebut.
Perusahaan tersebut berencana melakukan ekspansi ke daerah lain yang lebih
menguntungkan, yang target pasarnya lebih luas. Hal ini menyebabkan dampak yang
lumayan besar yang tidak menyenangkan bagi masyarakat di daerah yang lama
terutama para pegawai yang berdayakan untuk bekerja di perusahaan tersebut
kemungkinan besar akan kehilangan pekerjaan mereka, selain itu program bantuan
sekolah dan gereja juga bisa jadi juga ikut terhenti, image terhadap perusahaan akan
menjadi kurang baik dimata masyarakat inilah pengorbanan yang harus dibuat
perusahaan.
Kejadian ini tentu saja akan membuat masyarakat tidak setuju dengan ide
ekspansi perusahaan tersebut tetapi ketika perusahaan memberikan bantuan program
sekolah/pendidikan tentu saja dengan tujuan agar masyarakat sekitar yang
mendapatkan bantuan cerdas dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
karena hal tersebut merupakan pondasi utama, mensponsori kegiatan-kegiatan gereja
dengan maksud agar masyarakat mempunyai nilai keimanan yang tinggi agar nilai-
nilai keagamaan tetap terjaga di dalam kondisi kehidupan apapun baik itu baik
ataupun buruk yang terjadi, memberdayakan masyarakat setempat sebagai karyawan
dapat melatih masyarakat agar mempunyai skill dalam bekerja, kemudian juga dapat
dibina untuk dapat hidup mandiri.
Kegiatan-kegiatan tersebut seharusnya dapat membuat masyarakat menjadi
mandiri, sehingga suatu saat perusahaan melakukan ekspansi, daerah atau
masyarakat yang ditinggalkan sudah siap hidup mandiri secara berkesinambungan.
Artinya ada manfaat dari CSR yang diberikan kepada masyarakat di daerah lama
perusahaan mempunyai nilai yang positif.
Pengorbanan lain yang dapat mempengaruhi perusahaan di daerah yang baru
adalah memulai semuanya dari awal lagi terutama untuk tanggung jawab sosial
terhadap masyarakat, penyesuaian dengan budaya setempat, melakukan survei untuk
mencari tau apa yang dibutuhkan masyarakat sehingga bantuan dapat diberikan
dengan tepat dan berguna bagi masyarakat.
Manfaat yang didapatkan dengan melakukan ekspansi adalah tersedia pangsa
pasar yang lebih luas, kemungkinan mendapatkan karyawan dengan biaya yang lebih
murah.

Langkah pertama diawali dengan bagaimana perusahaan untuk menentukan


relevansi dan signifikansi dari isu-isu CSR dari perusahaan, dengan menentukan
core subject dan isu-isu CSR yang terkait dengan perusahaan kita. Setelah itu baru
kita menetapkan kebijakan, tujuan dan sasaran termasuk action plan/program
terkaitnya. Dengan begitu dapat mengarahkan akan dibawa kemana CSR dan akan
menjadi bagian yang penting dari kegiatan perusahaan. Agar penerapannya menjadi
lebih efektif dan konsisten maka setiap isu-isu CSR dan program yang telah
ditetapkan harus dibuatkan prosedur-prosedur tertulisnya. Untuk memenuhi
tanggungjawab sosialnya perusahaan harus berpatokan pada standar yang berlaku
secara global. ISO 26000 adalah ISO Standard International yang memberikan
bimbingan untuk Social Responsibilty. Hal ini dimaksudkan untuk digunakan oleh
organisasi dari semua jenis, baik di sektor publik dan swasta, di negara-negara maju
dan berkembang, serta dalam transisi ekonomi.

Dalam ISO 26000 terdapat tahapan implementasi dalam penerapan Social


Responsibility adalah klausal 7 mengenai Panduan untuk mengintegrasikan Social
Responsibility ke seluruh organisasi. Sub-klausal pertama terkait (7.1) dengan isu
umum mengenai gambaran hubungan antara organisasi dengan stakeholder termasuk
hubungannya dengan society dan lingkungan dalam konteks Social Responsibility.
Berikutnya sub-klausal (7.2) mengenai hubungan antara karakteristik organisasi dan
Social Responsibility. Dengan begitu dapat dengan mudah mengidentifikasi
karakateristik-karakteristik organisasi mulai dari jenis, besar dan lokasi dari
perusahaan, karakteristik ekonomi, social, lingkungan dan pekerja, riwayat kinerja
dari Social Responsibility di perusahaan tersebut. Dari proses ini akan lebih mudah
kita menentukan isu-isu sosial apa saja yang relevan terkait dengan core subject yang
ada.
Tahapan berikutnya akan dilanjutkan dengan pemahaman Social
Responsibilty dari organisasi sebagai sub-klausal ketiga (7.3). Tahapan ini
merupakan tahapan yang sangat penting karena akan menjadi pondasi dari
keseluruhan proses implementasi dimana mencakup identifikasi dari dampak negatif
terhadap sosial, lingkungan dan ekonomi baik dampak yang aktual maupun
potensial, penentuan relevansi dan signifikansi dari isu-isu sosial bagi organisasi,
ruang lingkup pengaruh organisasi dan menetapkan skala prioritas untuk
menindaklanjuti tanggapan terhadap isu-isu terkait. Pada dasarnya, subklausal 7.3
merupakan proses penyaringan dari organisasi untuk memilah-milah isu-isu sosial
apa saja yang relevan bagi perusahaan, isu sosial relevan mana saja yang signifikan
bagi perusahaan, isu sosial relevan yang signifikan mana saja yang perusahaan
mempunyai pengaruh yang cukup agar bisa melakukan kendali atau perbaikan, isu
sosial yang akan menjadi skala prioritas untuk di tindaklanjuti.
Untuk bisa melakukan proses penyaringan dengan baik dan konsisten bisa
dibuat dan ditetapkan metodologi untuk melakukan identifikasi dan evaluasi isu-isu
sosial. Bagi yang sudah terbiasa atau mengenal proses identifikasi aspek dan dampak
lingkungan yang di atur di standar Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001),
maka proses penyaringan di atas menjadi lebih mudah untuk di bayangkan bukan.
Setelah perusahaan sudah mengetahui apa skala prioritas dalam program Social
Responsibilty ini, maka sub-klausal berikutnya (7.4) akan menggiring kita untuk
menetapkan arah dan strategy Social Responsibilty ini dan agar strategi ini bisa
dilaksanakan maka harus diakomodasikan dalam sistem tata kelola perusahaan
(misal apakah di dalam struktur organisasi perusahaan sudah jelas siapa yang
bertanggungjawab dan berwenang untuk program Social Responsibilty ini) dan
penetapan prosedur-prosedur terkait Social Responsibilty (misal prosedur untuk
proses identifikasi dan evaluasi dari isu sosial, prosedur untuk stakeholder
engagement dll.).
Berikutnya proses komunikasi dari Social Responsibilty harus dilakukan baik
untuk stakeholder internal maupun eksternal (subklausal 7.5). Bagaimana contoh,
materi yang harus dikomunikasikan dan metoda proses komunikasi ini standard ISO
26000 telah memberikan point-point petunjuknya. Dari sini implementasi dari Social
Responsibilty ini sudah lebih jelas dan lebih mudah untuk dijalankan setelah selesai
tahapan di sub-klausal 7.5 ini.
Menurut Klausul 7.5 Kotak 15, ISO 26000 - Pelaporan Tanggung Jawab
Sosial dalam Global Reporting Initiative (www.globalreporting.org) : Suatu organisasi
dalam tenggang waktu yang dianggap tepat seharusnya melaporkan kinerjanya di
bidang tanggung jawab sosial kepada pemangku kepentingan yang terkena dampak.
Dalam laporan tersebut, suatu organisasi harus menyertakan informasi tujuan dan
kinerjanya untuk hal-hal pokok dan permasalahan yang relevan terkait tanggung
jawab sosialnya, organisasi tersebut juga harus menjelaskan bagaimana dan kapan
pemangku kepentingan dilibatkan dalam pelaporan di bidang tanggung jawab sosial.
Suatu organisasi harus menyediakan satu gambaran komplit dan seimbang terhadap
kinerjanya di bidang tanggung jawab sosial, termasuk pencapaian dan kekurangan
dan langkah-langkah menangani kekurangan tersebut. Publikasi suatu laporan
tanggung jawab sosial dapat menjadi aspek yang berharga untuk aktivitas organisasi
di bidang tanggung jawab sosial.
Berikutnya proses komunikasi dari Social Responsibility harus dilakukan
baik untuk stakeholder internal maupun eksternal (subklausal 7.5). Bagaimana
contoh, materi yang harus dikomunikasikan dan metoda proses komunikasi ini
standard ISO 26000 telah memberikan point-point petunjuknya. Dari sini
implementasi dari Social Responsibilty ini sudah lebih jelas dan lebih mudah untuk
dijalankan setelah selesai tahapan di sub-klausal 7.5 ini. Berikutnya adalah
bagaimana proses peningkatan kredibilitas dari implementasi SR (sub-klausal 7.6)
dan review & tindakan perbaikan (sub-klausal 7.7) harus dilakukan untuk menjamin
proses implementasi ini akan lebih baik secara berkesinambungan. Subklausal
terakhir yaitu 7.8 memberikan panduan jika perusahaan pun bisa mengadopsi
berbagai panduan atau standar lain yang bersinergi dengan standar ISO 26000 ini
misal panduan untuk membuat laporan SR dengan mengacu kepada standard Global
Reporting Initiatives (GRI). Dari keseluruhan tahapan, proses yang akan menguras
banyak energi adalah proses di sub-klausal 7.3 dan 7.4 karena merupakan tahapan
dasar yang wajib dimengerti untuk menjalani tahapan selanjutnya.
Menurut Rothman, dkk (2001) mengemukakan, bahwa : locality
development merupakan suatu cara untuk memperkuat warga masyarakat dan untuk
mendidik mereka melalui pengalaman yang terarah agar mampu melakukan kegiatan
berdasarkan kemampuan sendiri untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka
sendiri pula.
Berdasarkan dari pandangan tersebut, pihak perusahaan mempunyai
kewajiban untuk menggali lebih dalam hubungan mereka dengan komunitasnya.
Kemudian mengindentifikasi titik-titik yang dianggap kritis dalam menjalin
hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, kemudian dirumuskan
bagaimana perusahaan merespon kebutuhan serta masalah-masalah yang hadapi.
Langkah-langkah yang kongkrit yang harus dilakukan adalah melakukan
analisa kebutuhan komunitas (community need analysis). Dalam melakukan analisa
kebutuhan harus diperhatikan benar agar dapat memenuhi kebutuhan (needs), dan
bukan sekedar keinginan (wants) yang dapat bersifat superfisial demi pemenuhan
sesaat saja. Analisa harus dilakukan secara mendalam agar dapat mengggali
kebutuhan yang sesungguhnya.

Pendekatan kultural/budaya dapat dimasukkan dalam proses eksplorasi


kebutuhan dan identifikasi masalah., agar inti dari community development yaitu
harus mengandung unsur pemberdayaan dapat terlaksana sehingga konteks program
yang dahulu berbentuk bekerja untuk masyarakat kemudian menjadi bekerja
bersama masyarakat.
REFERENSI

Global Reporting Initiative. PO BOX 10039. 1001 EA Amsterdam The Nederland.


(www.globalreporting.org)

Monintja Reggiannie. (2013). Tanggung Jawab Sosial Pengelola Perusahaan Real


Estate Terhadap Masyarakat. Lex et Societatis.

Rothman, J. Erlich, JL. Tropman, JE. (2001). Strategies of Community Intervention.


Itasca: FE Peacock Publisher.

Anda mungkin juga menyukai