Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan semakin maju tapi moral dan perilaku anak bangsa terutama kalangan
remaja SMA semakin mengkhawatirkan. Perilaku remaja SMA saat ini sungguh
sangat memprihatinkan terjadi penurunan yang sangat drastis terhadap moral dan
perilaku remaja SMA.

Saat ini sistem pendidikan nasional khususnya pendidikan dasar dan menengah dapat
dikatakan mengalami kemajuan. Indikatornya adalah penerapan kelas percepatan
(akselerasi), sekolah bertaraf internasional (SBI), sekolah rintisan bertaraf
internasional (RSBI), dan sekolah standar nasional (SSN). Semuanya hampir tidak
ada sebelum tahun 2000. Kemajuan tidak hanya pada sistem tapi juga fasilitas
khususnya pada sekolah yang sudah berstandar nasional dan internasional, seperti
ruangan full AC, ruangan berLCD dan televisi untuk mendukung proses belajar-
mengajar yang nyaris tidak ada pada sekolah-sekolah biasa. Pelajar kita juga semakin
pintar karena nilai 10 (sempurna) UAN/UAS SD hingga SMA bukan sesuatu yang
langka. Bahkan di satu sekolah bisa lebih dari 10 orang yang mendapat nilai
sempurna. Padahal sebelum Era Revormasi, angka 10 benar-benar angka istimewa.

Namun kemajuan tersebut tidak diikuti dengan majunya perilaku siswa.


Penyebabnya sistem pendidikan kita yang mayoritas menilai kelulusan hanya
kecerdasan intelektual saja alias angka-angka yang ada di raport dan ijazah. Padahal
secara sederhana tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan kecerdasan
intelektual dan emosional atau spiritual. Saat ini perilaku pelajar sangat
mengkhawatirkan seperti menjauh dari ajaran agama, kurangnya rasa hormat
terhadap orang yg lebih tua, siswa yang merokok, model pakaian, hingga perbuatan
yang menjurus asusila.

Saat ini jika diperhatikan hanya sedikit pelajar yang melaksanakan ibadah berjamaah.
Mereka cenderung lebih suka berkumpul dengan teman-teman sebaya sekalipun
waktu solat telah tiba. Apalagi yang mengaji dan ibadah lainnya. Selain itu perilaku
pelajar saat ini terlihat kurang menghormati orang tua seperti berani membentak,
melawan, bahkan melakukan kekerasan fisik. Sesuatu yang benar-benar tidak sesuai
dengan budaya kita sebagi orang timur. Perilaku lainnya yang mengkhawatirkan
adalah meningkatnya jumlah pelajar yang merokok dari tahun ke tahun. Saat ini
sudah dapat kita temui pelajar kelas 4 SD yang sudah bisa bahkan terbiasa merokok.
Dua puluh tahun yang lalu pelajar yang merokok mayoritas mereka yang berstatus
pelajar SMA. Untuk masalah satu ini,, mereka tidak dapat disalahkan seutuhnya

1
karena mereka melihat perilaku orang tua mereka yang merokok bahkan terbiasa
disuruh membeli rokok sehingga mereka ingin mencobanya.

Model pakaian pelajar wanita sekarang sungguh memprihatinkan karena tidak sedikit
yang berpakaian ketat dan rok di atas lutut yang terlalu tinggi naiknya. Pakaian
seperti itu juga tidak nyaman dilihat. Menurut saya ini salah satu efek negatif
globalisasi karena model pakaian seperti itu berasal dari luar. Hal ini juga tidak
sesuai budaya pakaian kita yang cenderung lebih tertutup dan sopan. Saya rasa
pelajar yang berpakaian seperti itu hanya berpikir pendek. Sebagian hanya ingin
memamerkan tubuh mereka dan supaya dikenal oleh sekeliling mereka. Mereka tidak
berpikir akibat buruk yang ditimbulkan. Pelajar sekarang sudah biasa melakukan hal-
hal asusila mulai berciuman, ML, bahkan harus aborsi. Bahkan tidak sedikit pelajar
yang putus sekolah karena MBA. Sangat disayangkan jika masa depan yang cerah
menjadi rusak karena kenikmatan sesaat.

Maraknya penerapan pendidikan karakter di sekolah sekolah sebagai upaya untuk


menangulangi kemerosotan moral dan tingkah laku anak bangsa dan remaja SMA
pun dilakuakan. Perbaikan demi perbaikan moral dan prilaku anak bangsa dan
remaja SMA pun semakin gencar dilakukan. Selamatkan anak bangsa dari
kehancuran moral karena masuknya budaya budaya asing yang mengancam
generasi muda.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Peristiwa apa sajakah yang kini marak terjadi sebagai bentuk penyimpangan
dari karakter bangsa ?

1.2.2 Apa sebab-sebab terjadinya penyimpangan karakter tersebut ?

1.2.3 Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat penyimpangan karakter ini ?

1.2.4 Bagaiman upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan


karakter tersebut ?

1.3 Rumusan masalah

1.3.1 Bagaimana pengaruh penyimpangan karakter ini pada prestasi siswa ?

1.3.2 Bagaimana Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter?

1.3.3 Bagaimana nilai-nilai pendidikan berkarakter?

1.3.4 Bagaimana aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah?

2
1.3.3 Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah
menengah Atas?

1.4 Tujuan dan manfaat

1.4.1 Mengembangkan kebiasaan dan perilaku anak bangsa yang terpuji dan sejalan
dengan karakter bangsa Indonesia.

1.4.2 Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada anak bangsa
sebagai generasi penerus bangsa.

1.4.3 Mengembangkan sikap mandiri, disiplin, jujur, kreatif dan berwawasan


kebangsaan

1.4.4 Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.

1.4.5 Mengetahui nilai-nilai pendidikan berkarakter.

1.4.6 Untuk mengetahui proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah


menengah pertamater di sekolah.

1.4.7 Untuk mengetahui aktivitas pendidikan berkarakter

1.5 Metode penelitian

1.5.1 Mengamati kondisi di lapangan

1.5.2 Membaca buku pendukung

1.5.3 Browsing di Internet

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Berkarakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan. Untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, dan sesama.Untuk itu proses pendidikan karakter di sekolah
melibatkan semua komponen seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.

Adapun pengertian pendidikan berkarakter menurut para ahli :

1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona, yaitu suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan
nilai-nilai etika yang inti.

2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto, yaitu cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

3. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi, yaitu kepribadian ditinjau dari


titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).

2.2 Contoh-contoh perilaku penurunan moral

Ada beberapa peristiwa yang tergolong penyimpangan karakter di negeri ini. Contoh
kecil saja, di zaman yang sudah modern ini banyak orang yang lupa beretika, lupa
menjaga sopan santun, tak mau saling tolong menolong, tak bertanggung jawab,
tidak tahu batas-batas pergaulan dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak
terkendali, apalagi hal yang besar.

Realitanya, banyak makelar kasus, penggelapan pajak, korupsi, kejahatan yang


dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab dan yang amat sangat
memprihatinkan adalah perilaku remaja Indonesia yang masih berada di usia sekolah.
Menurut survey, pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sekitar
18.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja
melakukan hubungan seksual di luar nikah, 21% diantaranya melakukan aborsi dan
sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta diantaranya

4
adalah pelajar tingkat SMP hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang membuat
keadaan negeri ini semakin buruk.

2.3 Sebab-sebab penurunan moral

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sekaligus orang pertama
yang memberikan kasih sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam kandungan.
Contohnya saja seorang ayah mengumandangkan adzan dengan lirih di telinga sang
anak ketika ia baru saja dilahirkan, itulah bekal awal untuk mengawali hidup dengan
kebaikan. Sedangkan, ketika sang anak hendak tidur, ibulah yang menenangkan atau
membacakan dongeng untuknya. Tidak hanya itu, ayah dan ibu juga mengajari putra
putrinya berjalan, berbicara dan mulai berkomunikasi dengan orang lain. Dengan
begitulah, orang tua memberi bekal utama dalam megendalikan anaknya untuk
menjadi anak yang baik.

Namun, kenyataannya ada orang tua yang belum mengerti bagaimana cara mengasuh
anak dengan penuh cinta dan kasih sayang. Buktinya, ada saja orang tua yang
menitipkan anaknya kepada babby sitter atau pembantu rumah tangga. Sehingga,
anak tersebut mendapatkan pendampingan tumbuh dan berkembang bukan dari
orang tua yang sudah berkeahlian mengurus anak dan tidak pula orang tua itu
menjadi pendamping terindah ketika anaknya tumbuh. Ada saja alasan yang
dijadikan para orang tua untuk memutuskan menitipkan anak kepada babby sitter.
Salah satu alasan andalannya adalah karena harus mencari nafkah untuk membiayai
anak itu, padatnya jam kerja dan lain sebagainya. Seharusnya tidak begitu. Boleh saja
bekerja, tanpa melupakan tugas utama sebagai orang tua.

Ada pepatah bilang, bahwa segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan
ahlinya, tunggulah saat kehancurannya. Berarti harusnya para orang tua harus
memiliki kemampuan dalam hal mengurus anak.

Tidak hanya itu, bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan,
menentukan kualitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang memiliki
kepribadian lemah karena ia kurang mendapat perhatian penuh dari orang tua, kurang
rasa aman, sering dimanjakan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian
yang kuat karena ia telah mendapat perhatian penuh dari orang tua, kehangatan jiwa
dan pemberian pengalaman hidup dari orang tuanya.

Peran kedua sebagai seseorang yang mengembangkan karakter anak adalah guru.
Sebagai seorang guru, hendaknya memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya
terutama sering-sering mengecek siswanya. Tidak hanya sekedar menghabiskan bab-
bab pada buku pelajaran, sekedar menyampaikan informasi atau mengejar target
kurikulum.

Menurut pengakuan salah satu siswa, ada saja penyakit guru yang dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, diantaranya :

5
Tidak punya selera mengajar

Kurang memperkaya materi (lemah sumber)

Kurang disiplin

Asal masuk kelas

Tidak bisa komputer

Kurang terampil

Asal sampaikan materi, urutan tidak akurat

Di kelas diremehkan anak

Hal yang seperti inilah yang bisa menjadi salah satu penghambatnya.

Peran ketiga adalah masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau
bergaul. Anak bisa terkontaminasi kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar.
Sehingga, sedini mungkin orang tua harus bisa menjaga anak-anaknya dari pengaruh
luar yang negatif.

2.4 Dampak penurunan moral

2.3.1 Banyak anak berperilaku anarkis

2.3.2 Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain

2.3.3 Tidak mau tolong menolong dengan sesama

2.3.4 Tidak menghargai sesuatu

2.3.5 Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya

2.3.6 Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, social dan budaya

2.3.7 Jati diri bangsa Indonesia luntur

2.5 Upaya meminimalisir penurunan moral

2.4.1 Bagi pra orang tua, sebaiknya mulai sekarang belajar bagaimana mengasuh
anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting education

2.4.1 Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak dalam situasi apapun

2.4.1 Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat

6
2.4.1 Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu
mata pelajaran.

2.4.1 Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi
contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan,
disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.

2.4.1 Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin


melakukan upacar bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam
bila bertemu guru atau teman

2.4.1 Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur
ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung

2.4.1 Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu teman
atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga

2.4.1 Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya ddan karakter


bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak
di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih

2.4.1 Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik
menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita

2.6 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar

Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang


dalam meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel
Goleman yang menyatakan bahwa 80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh
kecerdasan emosinya (emotional quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh
IQnya. Disinilah pembentukan karakter itu sangat berperan untuk meraih
kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat dijadikan obat
agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada siswa.

2.7 Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.

2.2.1 Fungsi Pendidikan Berkarakter

Pendidikan karakter berfungsi untuk:

mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.

memperkuat dan membangun perilaku siswa yang multikultur.

meningkatkan peradaban siswa yang kompetitif dalam pergaulan.

7
2.2.2 Tujuan Pendidikan Berkarakter

Tujuan pendidikan karakter yaitu meningkatkan mutu


penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter , berakhlak mulia dan berbudi luhur. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik SMA mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.

2.8 Nilai-nilai pendidikan berkarakter.

Nilai- nilai di bawah ini belum dilaksanakan secara optimal. Nilai nilai pendidikan
karakter di SMA seharusnya seperti :

1 Religius 10 Semangat Kebangsaan

2 Jujur 11 Cinta Tanah Air

3 Toleransi 12 Menghargai Prestasi

4 Disiplin 13 Bersahabat/Komunikatif

5 Kerja Keras 14 Cinta Damai

6 Kreatif 15 Gemar Membaca

7 Mandiri 16 Peduli Lingkungan

8 Demokratis 17 Peduli Sosial

9 Rasa Ingin Tahu 18 Tanggung Jawab

2.9 Aktivitas pendidikan berkarakter di sekolah.

a.Pembelajaran umum

Dilakukan secara bersama (semua jenjang atau perjenjang kelas), dengan aktivitas:
seminar, talk show, kesaksian, demonstrasi (seni, OR, ketrampilan, kreativitas, dan
lain-lain yang sudah dimiliki siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun
mandiri). Tujuan: Menambah wawasan, mengembangkan adversity question,

8
spiritual question. Pengenalan diri dan kemampuan mengeksplorasi diri serta
penghargaan terhadap kemampuan orang lain.

b.Pembelajaran klasikal
Dilakukan di dalam kelas dengan berbagai metode dan topik yang mengacu pada
kompetensi dasar:
1). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan Tuhan
2). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan diri sendiri
3). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan keluarga
4). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
5). Sikap dan perilaku yang hubungannya dengan alam sekitar.

c.Pembelajaran lapangan/pendidikan berbasis masyarakat/sekolah alam


Program kegiatan: live in, bakti sosial, Camp (perkemahan), sanggar belajar.
Tujuan: agar siswa mengenal dan mampu beradaptasi serta berinteraksi secara sehat
dengan masyarakat yang heterogen tanpa kehilangan identitas diri. Meningkatkan
dan mewujudkan kepedulian dan kepekaan sosial. Mengenal dan mampu beradaptasi
serta memanfaatkan lingkungan bagi kesejahteraan hidup. Mengembangkan minat
dan menumbuhkan motivasi instrinsik serta dapat mengembangkan dan memperoleh
pengalaman.

d.Pendampingan mentor
Penunjukan siswa senior untuk dapat memberikan pendampingan terhadap yuniornya
dalam menghadapi berbagi problematika pengembangan diri dan pergaulan. Tujuan:
melatih kemandirian dan memupuk rasa tanggung jawab. Mampu memahami
perasaan dan masalah orang lain serta mendengarkan ide-ide dan mengatasi masalah
secara bertanggung jawab. Meningkatkan rasa percaya diri dan hubungan yang
mendalam serta penerimaan apa adanya terhadap orang lain. Memperdalam
pemahaman nilai-nilai moral dan kebenaran.

e.Belajar membelajarkan
Aktivitas dilakukan dalam kelompok kecil di kelas dengan membahas topik-topik
permasalah/isu-isu up to date dalam diri siswa dan di masyarakat. Guru bertindak
sebagai pengamat. Tujuan: memupuk dan mengembangkan cara berpikir kritis,
kreatif, etis dan menghargai orang lain. Mengembangkan rasa percaya diri, berani
namun sopan. Menguatkan nilai-nilai moral dan kebenaran yang telah dimiliki.

Sistem evaluasi pendidikan karakter:


Evaluasi pendidikan karakter mencakup 3 aspek kecerdasan:
a.Kognitif: melalui obyektif test dan essay test
b.Afekti dan konatif: melalui essay test dan pengamatan
c.Psikomotorik: melalui pengamatan

9
3.0 Proses perencanaan pendidikan karakter di sekolah menengah atas.

Seperti bagan diatas, pendidikan berkarakter dimulai dari membentuk watak/karakter


itu sendiri. Karakter meliputi : konsep moral, sikap moral, perilaku moral. Pertama,
harus membentuk konsep-konsep pendidikan karakter. Karena sebelum membuat
rencana,harus membuat konsepnya terlebih dahulu. Selanjutnya,setelah menbuat
konsep,kita harus menentukan sikap yang akan kita lakukan. Setelah itu,melakukan
sikap dengan perilaku atau perbuatan.

Selanjutnya, dalam membangun karakter seorang siswa, pihak sekolah perlu


memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku. Di era globalisasi ini, banyak
sekolah yang sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga
hubungan antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya
siswa yang acuh tak acuh dengan keberadaan guru, tidak menghormati guru, dan
lain-lain. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan
karakter masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan
intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat
menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib
yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat kantin
kejujuran. Dalam hal ini, sekolah dapat menumbuhkan karakter kejujuran pada setiap
siswa.

3.1 Peran guru dalam membentuk karakter siswa.

Selain guru mengajar dan mendidik siswanya, prilaku dan tingkah laku guru
biasanya ditiru oleh siswa. Perilaku ini akan membentuk karakter siswa. Contohnya :

Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)

Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang
kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)

Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)

Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)

Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)

Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)

Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli)

10
3.2 Penyimpangan karakter pada siswa.

Meskipun guru telah mengajarkan nilai-nilai karakter yang baik kepada siswa,
kadangkala siswa tidak menuruti atau tidak mematuhi nilai karakter tersebut.
Contohnya :

Siswa tidak jujur ketika mengerjakan soal ujian.

Tidak disiplin ketika mengikuti upacara bendera (tidak memakai atribut yang
lengkap) .

Tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan.

Bertengkar karena suatu permasalahan (merupakan contoh siswa yang tidak cinta
damai) .

Dll.

3.3 Upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter pada


siswa.

Bagi orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan anaknya

Orangtua mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja


padat

Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu
mata pelajaran.

Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi
contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan,
disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.

Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin


melakukan upacara bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam
bila bertemu guru atau teman.

Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur


ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung.

Memuji perbuatan yang baik , misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu


teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga.

11
Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya dan karakter bangsa
dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak di
berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih.

Kita sendiri sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik
menurut kita dan hal-hal yang buruk bagi kita.

3.4 Cara menumbuhkan pendidikan berkarakter pada jati diri siswa.

Dibekali dengan ilmu pengetahuan

Meningkatkan motivasi siswa dalam meraih prestasi.

Memberi ruang kepercayaaan pada diri bahwa karakter yang tidak baik bisa
diubah menjadi karakter yang baik.

Antara siswa dengan guru sering berinteraksi,di dalam kelas maupun di luar kelas.

Berani mengakui kesalahan dan mau berubah.

Harus menyelesaikan setiap persoalan yang masih belum terselesaikan.

12
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pendidikan berkarakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada


siswa sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan. Karakter bangsa ini sangat berpengaruh pada prestasi siswa dan akhlak
setiap individu.

Perilaku siswa tergantung dari didikan orang tua dan guru

Pendidikan berkarakter akan membentuk siswa berbudi luhur.

4.2 Kritik

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak


pendidikan dasar di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina . Hasil
penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter
yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian
akademis. Sedangkan di Indonesia pendidikan karakter belum dilaksanakan secara
optimal.

4.3 Saran

Hendaknya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah harus


dilaksanakan secara optimal oleh semua warga sekolah.

Hubungan kerjasama/timbal balik antara Kepala sekolah-Guru,Guru-


Siswa,Guru-Orang tua lebih ditingkatkan lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/

file:///C:/Users/Mr.%20Rudy%20W/Documents/aiu%20de%20cessa/data/contoh
%20karya%20ilmiah%20yang%20baik%20dan%20benar%20_%20ilmu
%20pengetahuan.html

http://pipitmasihtk.blogspot.com/2012/11/mendidik-dan-menumbuhkan-
manusia.html

14

Anda mungkin juga menyukai