KELAS:
XI GB 2
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini berisi tentang Sejaraha Beton dan Plat Lantai/Atap Beton .Dan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
pelajaran Beton Bertulang, di samping itu untuk meningkatkan dan
mengembangkan wawasan penulis.
Atas segala jerih payah dan kebaikan mereka ini, semoga Allah
membalasnya dengan berlipat ganda. Amin !
STRUKTUR BETON BERTULANG
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-
agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air
membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan
untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan
(workability), durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan
lainnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton
bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi
menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton.
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan terjadi
momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama sama. Momen - momen ini
yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya gravitasi dapat menimbulkan
beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga diakibatkan oleh beban lantai yang tidak
seimbang. Maka dari itu, setiap penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom
harus direncanakan kuat terhadap setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur,
gaya aksial, gaya geser maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap
pengaruh luar.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang beton dalam makalah ini di batasi pada :
1. Apa Defenisi Struktur Beton Bertulang?
2. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur?
3. Bagaimana Sifat-sifat Beton Bertulang?
C. Tujuan Penulisan
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mejelasakan tentang :
Defenisi Struktur Beton Bertulang, Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai
Suatu Bahan Struktur, Sifat-sifat Beton Bertulang, Kolom, Pengantar Gempa, dan Balok
BAB II
PEMBAHASAN
menghitung modulus elastisitas beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-
2500 kg/m3.
Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis
D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal
dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun balok anak.
Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya
sampai ke tanah melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur. Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri
yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertical yang besar,
selain itu harus mampu menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi
akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah
tinggi kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas
pembebanan yang terjadi.
E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal dan
horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat
sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa
beban angin dan gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan
bertujuan untuk memikul beban tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun
torsi. Oleh karena itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting
untuk suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar.
F. Pengantar Gempa
Kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer yang
mengapung di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut mantle, sehingga kerak
bumi ini dapat bergerak. Teori yang dipakai untuk menerangkan pergerakan-pergerakan kerak
bumi tersebut adalah teori perekahan dasar laut (Sea Floor Spreading Theory) yang
dikembangkan oleh F. V. Vine dan D. H. Mathews pada tahun 1963 (Irsyam, 2005).
Bersatunya masa batu atau pelat satu sama lain dicegah oleh gaya-gaya friksional, apabila
tahanan ultimate friksional tercapai karena ada gerakan kontinyu dari fluida dibawahnya dua
pelat yang akan bertumbukan satu sama lain akan menimbulkan gerakan tiba-tiba yang
bersifat transient yang menyebar dari satu titik kesuatu arah yang disebut gempa bumi.
Gempa bumi yang menimbulkan kerusakan yang paling luas adalah gempa tektonik. Gempa
bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran kerak bumi (lithosfer) yang umumnya
terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami kemajuan
yang berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban gempa. Kemajuan ini
dikombinasikan dengan hasil penelitian modern yang membuat para insinyur struktur dapat
mendesain suatu struktur yang aman ketika mengalami bebangempa yang besar, selain itu
dapat pula mendesain bangunan yang tetap dapat terus beroperasi selama dan setelah gempa
terjadi. Struktur suatu bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang
bekerja pada struktur tersebut, diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi
adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah
beban angin dan beban gempa.
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan mengalami
pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah tersebut menimbulkan
percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan mengalami gaya berdasarkan rumus
F = m x a. Namun struktur pada umumnya memiliki faktor keamanan yang cukup dalam
menahan gaya vertikal dibandingkan dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa vertikal harus
diperhitungkan untuk unsur-unsur struktur gedung yang memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap beban gravitasi seperti balkon, kanopi dan balok kantilever berbentang panjang,
balok transfer pada
struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih tingkat
diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya gempa lateral
bekerja pada setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah
terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar
sebagai berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi bukan
merupakan kerusakan structural
c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa kuat, namun
kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.
Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas beban itu
dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya,
dan oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur tersebut. Peluang dilampauinya
beban nominal tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa
yang menyebabkannya adalah gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat
daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat
lebih (f1) untuk struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban
gempa nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama didalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih
(f1).
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-
elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa diatas beban
gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan
dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah
berada dalam kondisi diambang keruntuhan. Faktor daktilitas struktur gedung () adalah rasio
antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat
mencapai kondisi diambang keruntuhan (max) dan simpangan struktur pada saat terjadinya
sendi plastis ya ng pertama (y0)
Untuk =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang berprilaku elastik
penuh, seangkan m adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat dikerahkan oleh
sistem struktur gedung yang bersangkutan.
1. Analisis Beban Gempa
Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan
gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama
denah nominal statik ekivalen (V) yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut
persamaan di bawah ini:
Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra gempa
rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total gedung termasuk
beban hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I adalah faktor keutamaan.
Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi
beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat ke-i
Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah
ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor
lantai tingkat paling atas.
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap sebagai beban
horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan
0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa
nominal statik ekuivalen.
2. Respon Spektra
Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa beban
geser dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan atau gaya geser dasar
nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak beraturan, untuk
masing-masing wilayah gempa ditetapkan respon spektra gempa rencana. Respon spektra
adalah suatu diagram yang memberi hubungan antara percepatan respon maksimum suatu
sistem Satu Derajat Kebebasan (SDK) akibat suatu gempa masukan tertentu, sebagai fungsi
dari faktor redaman (dumping) dan waktu getar alami sistem SDK tersebut (T). Bentuk
respon spektra yang sesungguhnya menunjukkan suatu fungsi acak yang untuk waktu getar
alami (T) meningkat menunjukkan nilai yang mula-mula meningkat dulu sampai suatu nilai
maksimum, kemudian turun lagi secara asimtotik mendekati sumbu-T.
BAB III
PLAT LANTAI & KOLOM BETON
Plat lantai yang dimaksud adalah plat yang terbuat dari beton bertulang, dapat difungsikan
sebagi lantai atau atap,
Plat Atap.
Plat Lantai
Untuk plat beton yang difungsikan sebagai lantai, tebal minimum adalah 12 cm, dengan
tulang (besi beton) 2 lapis, yaitu menggunakan besi beton diameter 10 mm berjarak 10 cm
pada lokasi momen maksimum, dan diameter 10 mm berjarak 20 cm pada lokasi momen
minimum. Penyeragaman diameter besi beton agar memudahkan pengerjaan dilapangan.
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada diatasnya.
Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari
3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai
ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya
jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan
jarak 10 cm).
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
C. Fondasi Telapak/Foot Plat.
Fondasi Telapak (foot plat) Biasanya dipakai pada bangunan lantai 2 keatas, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan digunakan pada bangunan rumah lantai 1 (melihat kondisi tanah),
akan tetapi sangat jarang sekali digunakan.
Tetapi pada tulisan ini saya membahas mengenai Fondasi untuk bangunan lantai dua yang
sering digunakan .
Pada bangunan rumah tinggal lantai 2, fondasi yang digunakan adalah kombinasi antara
Fondasi Staal (batu kali menerus) dengan fondasi Plat seperti Denah Fondasi pada gambar
4.1.03. letak fondasi plat yaitu pada kolom-kolom utama.
Bahan yang digunakan adalah Besi beton diameter (d) 10 mm dengan campuran untuk beton
adalah : 1 semen : 2 Pasir : 3 Split (krikil) atau 1 Semen : 1,5 Pasir : 2,5 split.
Untuk pasir gunakan yang tidak mengandung tanah dan split pakai ukuran ( satu dua), agar
hasil dari pengecoran beton tersebut baik, sedangkan alasan penggunaan split ,agar beton
yang dihasilkan tidak keropos.
Gambar 4.3.01
Gambar 4.3.02
Gambar 4.3.01 adalah fondasi plat yang terletak di tengah, sedangkan Gambar 4.3.02. fondasi
plat yang terletak disamping.
BAB IV
MENGGAMBAR PLAT LANTAI
tidak dapat dipisahkan dengan komponen lainnya karena merupakan salah satu
subsistem dalam bangunan. Dalam penggambaran kadang-kadang tidak sesuai
dengan keadaan lapangan. Untuk itu dalam penggambaran harus sesuai dengan
perencanaan, tetapi dalam pelaksanaan jangan sampai menyimpang terlalu jauh
karena dapat mengakibatkan fatal atau kegagalan dalam konstruksi.
Pada materi gambar konstruksi beton ini akan menjelaskan tentang simbol yang
dipakai, aturan, atau persyaratan dasar dalam konstruksi beton bertulang. Dengan
adanya materi ini diharapkan dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana
menggambar konstruksi beton yang benar tidak menyalahi aturan yang berlaku.
Dalam materi ini diawali dengan simbol-simbol, pembengkokan tulangan,
persyaratan konstruksi beton bertulang untuk pelat dan balok, penggambaran
konstruksi beton bertulang sesuai perhitungan konstruksi.
Ditentukan :
Diminta:
Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Gambar 10.2
Denah Penulangan Pelat Atap Satu Petak
Ditentukan:
Pelat atap satu petak (lihat gambar di atas)
Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat = A lb = 5,82 cm2
Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat = A ll = 3,30 cm2
Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat = A tb = 7,05 cm2
Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat = A tl = 6,20 cm2
Diminta:
Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Gambar 10.3
Denah Penulangan Pelat Lantai
Ditentukan:
Pelat lantai satu petak (lihat gambar di atas)
Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat = A lb = A lx = +6,82 cm2
Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat = A ll = A ly = +4,74 cm2
Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat = A tb = A tx = 8,16 cm2
Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat = A tl = A ty = 5,89 cm2
Diminta:
Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Catatan:
Tulangan pokok yang dipasang hanya boleh menggunakan besi tulangan
diameter 8 mm dan 10 mm.
Gambar 10.4
Penulangan Pelat Lantai Lebih dari Satu Petak
Ditentukan:
Diminta:
Gambarkanlah penulangan pelat lantai tersebut di atas dengan skala 1 : 50!
Hitunglah kebutuhan baja/besi beton bertulang dan kubikasi beton!
Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk pelat luifel, atap
dan lantai sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan perlu memahami
ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam konstruksi beton bertulang.
Jenis Tulangan
1) Tulangan pokok
a. Tulangan pokok primer, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah lebar (sisi pendek) dan dipasang mendekati
sisi luar beton.
b. Tulangan pokok sekunder, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah panjang dan letaknya di bagian dalam setelah
tulangan pokok primer.
Pemasangan Tulangan
gambar 10.5
tulangan Pokok Pelat
Keterangan:
T = Tebal pelat
t = Jarak bersih
pemasangan tulangan
= 2,5cm minimal
2,5 cm
= 2 T
= 20 cm
a = Selimut beton
a = 1,5 cm, bilamana berhubungan dengan air laut atau asam ditambah 1 cm
Apabila momen yang bekerja kecil, maka jarak tulangan pokok dari pusat ke
pusat maksimal 40 cm.
Untuk segala hal tulangan pelat tidak boleh kurang dari 0,25% dari luas
penampang beton (untuk keperluan tulangan pokok, pembagi, dan susut).
Tebal Pelat
Pelat atap = 7 cm minimal 7 cm
Pelat lantai = 12 cm minimal 12 cm
Dinding
Untuk konstruksi dinding, yang perlu mendapatkan perhatian adalah tebal dari
dinding vertikal (T) adalah:
T = 1/ 30 bentang bersih
Apabila menerima lenturan (M lentur) T = 12 cm minimal 12 cm
Apabila tidak menerima lentur T = 10 cm minimal 10 cm
Untuk dinding luar di bawah tanah tebalnya = 20 cm tebal minimal 20 cm
Penulangan dinding untuk reservoir air dan dinding bawah tanah:
Tebal dinding (T) 30 cm < T = 12 cm
Penulangan senantiasa dibuat rangkap
Penulangan dinding yang horizontal dan untuk memikul susut serat
perubahan suhu minimal 20% F beton yang ada
Contoh:
Gambar 10.6
Penulangan Dinding Reservoir Air dan Dinding Bawah Tanah
Gambar 10.8
Konstruksi Terjepit Penuh
Pemasangan Tulangan
Jumlah tulangan untuk kedua arah harus diambil sama dengan jumlah
tulangan yang terbesar, dan daerah pemasangannya = 1/5 bentang pelat.
Contoh:
Al = 2,96 cm2 817
Ab = 3,59 cm2 814
Maka tulangan disudut pelat tersebut, untuk atas dan bawah harus dipasang
dalam ke dua arah yaitu 814.
Gambar 10.9
Pemasangan Tulangan pada Empat Sisi
Gambar 10.10
Pemasangan Tulangan untuk Pelat Satu Petak
Catatan:
Pelat terletak bebas, dipasang minimal 1/5 lx atau 0,2 lx dan pada sisi
pendek harus juga dipasang tulangan tumpuan positif sebesar (M ty)
M ty = + 0,3 M lx dan tulangan dipasang panjang minimal lx
Gambar 10.11
Pemasangan Tulangan untuk Pelat Menerus
Dianggap dengan perbandingan ly/lx > 2,5 dan hanya ada tulangan
pokok
M ly = Momen lapangan // lebar pelat
M tx = Momen tumpuan // lebar pelat
Untuk pelat luifel terdiri dari tulangan pokok dan pembagi serta bilamana
perlu diberikan juga tulangan susut yang menyilang terletak di bawah
dengan diameter 6 mm jarak 40 cm ( 640).
Untuk pelat luifel sebuah bangunan kantor lihat gambar dibutuhkan tulangan
A = 5,31 cm2. Gambarlah rangkaian penulangan luifel tersebut dengan mutu
beton K 125 dan baja U22! Penyelesaian:
A = 5,31 cm2 dipilih 1014 = 5,61 cm2 > 5,31 cm2 (OK)
Tulangan pembagi = 20% x 5,61 = 1,12 cm2 dipilih 625 =
1,13 > 1,12 cm2 (OK)
Suatu pelat lantai satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,37 cm2;
Aly = 2,37 cm ; Atx = 7,05 cm2 ; Aty = 5,00 cm2
Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K175 dan
baja : U22
Alx = 3,37 cm2 dipilih 814,5 = 3,47 cm2 > 3,37 cm2 (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 8 29
Tulang tumpuan tambahan Atx = 7,05 1,73 = 5,32 cm2 dipilih 1014,5
= 5,42 cm2 > 5,32 cm2 (OK)
Jadi, jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 7,05 cm2
Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20% x 7,15 = 1,43 cm2 dipilih 615
= 1,89 cm2 > 1,43 cm2 (OK)
Aly = 2,37 cm2 dipilih 820 = 2,51 cm2 > 2,37 cm2 (OK)
Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 840
Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 6,83 cm2
Aly = 1,89 cm2 dipilih 820 = 2,51 cm2 > 1,89 cm2 (OK)
Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 4,63 cm2 OK
Tulangan pembagi yang dibutuhkan untuk tumpuan Atx = 20% x 7,15
= 1,43 cm2 dipilih 615 = 1,89 cm2 > 1,43 cm2
Untuk tumpuan Aty = 20 % x 5,18 = 1,04 cm2 614,5 = 1,95 cm2 > 1,04 cm2
Tulangan susut perlu dipasang karena pelat atap tidak terlindung dari
perubahan-perubahan.
Sebuah rumah jaga dengan atap pelat datar dari beton bertulang.
Luas tulangan Alx = 3,66 cm2
Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,96 + 7,85 = 9,81 > 9,00 cm2
VW = 1/5 x 9,81 = 1,96 cm2 614 = 2,02 cm2 > 1,96 cm2 OK
Aly = 3,45 cm2 dipilih 814 = 3,59 cm2 > 3,45 cm2 (OK)
VW = 1/5 x 7,40 = 1,48 cm2 615 = 1,89 cm2 > 1,48 cm2 OK
Luifel A = 5,30 cm2 1010 // lx
1014 // ly
Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak
gambar 10.16
Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak
Pelat (a) Atx = 2.77 cm2 813 = 2,87 cm2 > 2,77 cm2
Aty = 2.90 cm2 817 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1.90 cm2 820 = 2,57 cm2 > 1,90 cm2
Aly = 1,66 cm2 820 = 2,57 cm2 > 1,66 cm2
Pelat (b) Atx = 4.16 cm2 812 = 4,19 cm2 > 4,16 cm2
Aty = 2.90 cm2 817 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1,90 cm2 820 = 2,51 cm2 > 1,90 cm2
Ay = 1.66 cm2 820 = 2,51 cm2 > 1,66 cm2
Pelat Luifel (c) : 3,25 cm2 812 = 3,87 cm2 > 3,28 cm2 // Atx
87 dan 868 = 2,70 > 3,28 cm2 // Aty
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-
agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air
membentuk suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi,
Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, Struktur beton
bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi,
memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan
yang ekonomis, kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam,
membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk
membangun konstruksi beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai kuat tarik
yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena
bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat
dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum
dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton bertulang antara lain,
Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas dinamis, Perbandingan Poisson,
Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-Regangan.
Plat lantai yang dimaksud adalah plat yang terbuat dari beton bertulang, dapat difungsikan
sebagi lantai atau atap.
Kolom Utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada
diatasnya.
Kolom Praktis dalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut).
B. Saran
Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan mampu
mamahami dasar-dasar dari beton bertulang dan plat lantai/atap beton, kalaupun didalam
makalah ini terdapat materi yang bertentangan dengan materi sebenarnya agar memberikan
koreksi untuk memperbaiki penyusunan makalah yang sangat sederhana ini.