Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular yang disertai
dengan pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Hampir
800.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga penyakit ini
menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Di
Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Glaukoma
sudut terbuka primer bentuk tersering. Glaukoma akut sudut tertutup merupakan
10-15% kasus pada orang kaukasus. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia,
terutama di antara orang Burma dan Vietnam di Asia tenggara.1,2
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya
cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa eksavasasi serta degenerasi
papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan. Dalam ilmu penyakit
mata, maka mata dapat dikatakan dalam keadaan darurat ialah dimana mata dalam
keadaan terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau akan terjadi kebutaan
bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Jenis glaukoma
yang termasuk dalam golongan ini adalah glaukoma akut kongestif dan glaukoma
yang dibangkitkan oleh lensa. Pada jenis glaukoma ini diperlukan diagnosis dan
manajemen penatalaksanaan yang tepat dalam satu atau beberapa jam untuk
memberikan hasil yang baik.1,2,3

II. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan mengenai bagaimana mengenali kegawat
daruratan pada penderita glaukoma.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma merupakan kelainan mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
intraokular yang disertai dengan pencekungan diskus optikus dan pengecilan
lapangan pandang.1,3

II. Epidemiologi
Hampir 800.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga
penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma.
Glaukoma sudut terbuka primer bentuk tersering. Glaukoma akut sudut tertutup
merupakan 10-15% kasus pada orang kaukasus. Persentase ini lebih tinggi pada
orang Asia, terutama di antara orang Burma dan Vietnam di Asia tenggara.3

III. Patofisiologi
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah
gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut
kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke
sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). Efek peningkatan tekanan okular
ditemukan pada semua bentuk glaukoma, yang manifestasinya dipengaruhi oleh
perjalanan waktu dan peningkatan tekanan okular (TIO normal 10-21 mmHg).3
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atropi
sel-sel ganglion difuse yang menyebabkan penipisan sel saraf dan inti bagian
dalam retina dan berkurangnya akson sel saraf optikus. Diskus optikus menjadi
atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan corpus siliaris juga
menjadi atropik dan processus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada
glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intra okular dapat mencapai 60-80 mmHg,
sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea.3,5,6
Gambar 2.1 Aliran humor akueus4

IV. Klasifikasi
A. Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut:
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)
b. Glaukoma sudut sempit
2. Glaukoma konginental
a. Primer atau infantil
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
3. Glaukoma sekunder
a. Perubahan lensa
b. Kelainan uvea
c. Trauma
d. Bedah
e. Rubeosis
f. Steroid dan lainnya
4. Glaukoma absolut1
B. Dari pembagian diatas dapat dikenal glaukoma dalam bentuk-bentuk:
1. Glaukoma sudut sempit dan sekunder, ( dengan blokade pupil atau
tanpa blokade pupil)
2. Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder
3. Kelainan pertumbuhan, primer ( kongenital, infantil, juvenil),
sekunder kelainan pertumbuhan lain pada mata.1

V. Penatalaksanaan glaukoma
Tujuan penatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma adalah memelihara
fungsi penglihatan penderita secara adekuat dengan efek samping yang minimal
atau tidak ada sama sekali, gangguan yang minimal pada aktivitas sehari-hari,
dengan biaya yang sesuai.6
Sedangkan prinsip penanganan pada penderita glaukoma adalah
menurunkan tekanan intraokular yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghentikan kerusakan saraf optikus dan pengurangan lapangan pandang.
Meskipun pembedahan merupakan tindakan lanjut yang harus dilakukan namun
penatalaksanaan farmakologis masih merupakan penanganan pertama pada
penatalaksanaan pada penderita glukoma seperti yang ditunjukkan pada algoritma
dibawah ini.5,6,7

Gambar 2.2 Algoritma penatalaksanaan glaukoma5


VI. Kegawatdaruratan glaukoma
A. Glaukoma akut kongestif
Glaukoma akut kongestif biasanya disebabkan karena blokade pupil, iris
plateu dan rubeosis iridis.2
1. Gambaran klinik
Penyakit ini biasanya terdapat pada penderita berusia lebih dari 40 tahun.
Mata terasa sangat sakit, rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang
mata yang mendapat serangan glaukoma akut. Akibat rasa sakit yang berat
terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah yang kadang-kadang
dapat mengaburkan gejala glaukoma akut kongestif. Tajam penglihatan sangat
menurun, terdapat halo atau pelangi disekitar lampu yang dilihat, konjungtiva
bulbi kemotik atau edem dengan injeksi siliar, edem kornea berat sehingga kornea
terluhat keruh, bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal positif akibat
timbulnya reaksi radang uvea, pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang
lambat. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan pada
daerah penglihatan. Terdapat tekanan bola mata yang sangat tinggi. Biasanya
serangan akut ini diprovokasi dengan melebarnya pupil atau bila penderita berada
pada tempat yang gelap. 2
Serangan dapat mengenai kedua mata pada satu saat. Biasanya bila tidak
terdapat pada serangan pada kedua mata, maka mata yang lain mendapat serangan
sesudah 2-5 tahun kemudian. Bila serangan sudah berulang kali atau serangan
terlalu lama maka akan terjadi perlengketan antara pangkal iris dan kornea atau
goniosinekia. 2

2. Pengobatan
Pengobatan harus segera dilakukan dengan tujuan menurunkan tekanan bola
mata dengan memberikan obat topikal dan sistemik. Bila tekanan sudah menjadi
normal dan mata sudah dalam keadaan tenang maka pada glaukoma akut
kongestif dilakukan pembedahan. 2
Pengobatan topikal-miotik pilokarpin 2% setiap 10 menit. Pada blokade
pupil pemberian miotika sesuangguhnya akan menambah penutupan pengaliran
cairan mata. Keadaan ini tidak demikian karena pemberian miotika akan
membuka sudut bilik mata dan meregangkan iris. 2
Sistemik: diberi IV karena penderita sering mual2
a. Asetazolamid 50 mg IV disusul dengan 4 jam sesudah rasa mual negatif
b. Manitol 1,5-2 mg/kgbb dalam 20%
c. Urea IV 1gr/kgbb, hati-hati apabila terdapat kelainan hati dan ginjal
d. Gliserol 1 gr/kgbb larutan 50%
e. Anastesi retrobulbar xilokain 2% dapat mengurangi dengan pemberian
morfin 50 mg subkutis.
Biasanya dengan pengobatan diatas tekanan bola mata akan turun sesudah
30 menit atau beberapa jam kemudian. Mata sebelahnya yang tidak mengalami
serangan akut, karena juga telah memiliki sudut yang sempit, diberi miotika untuk
mencegah serangan akut. 2
Tindakan bedah harus segera dilakukan pada mata yang mengalami
serangan akut, karena pada suatu saat mata ini akan mengalami serangan kembali.
Tindakan bedah dilakukan bila:
a. Tekanan mata telah terkontrol baik
b. Mata tidak dalam keadaan meradang, jadi sudah tenang seluruhnya
c. Persiapan untuk pembedahan sudah cukup
d. Tindakan bedah pada sudut sempit adalah
e. Iredektomi bila serangan belum merubah sudut
f. Filtrasi bila serangan sudah berulang atau sudah terdapat kelainan sudut.2
Perawatan pada mata yang tidak mendapat serangan dilakukan sebagai berikut:
a. Miotika, bila mata sebelahnya masih dalam serangan akut
b. Iridektomi dilakukan, bila mata yang mendapat serangan tidak dalam
keadaan akut lagi.2
3. Penyulit
Bila glaukoma akut kongestif tidak mendapat pengobatan yang tepat dan
cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang pendek sekali, pengawasan
dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan diperlukan karena dapat
memberikan keadaan yang sama seperti mata dalam serangan. 2
4. Anjuran pada penderita dengan glaukoma sudut sempit
a. Emosi seperti bingung dan takut dapat menimbulkan serangan akut
b. Membaca dekat yang mengakibatkan miosis pupil kecil akan
menimbulkan serangan pada blokade pupil
c. Berbahaya memakai obat simpatomimetik karena dapat melebarkan pupil
yang menimbulkan serangan
d. Berbahaya penderita dengan hipermetropia dengan sudut bilik mata
dangkal memakai obat antihistamin dan antispasme. 2

B. Glaukoma yang dibangkitkan lensa atau glaukoma fakogenik


Glaukoma fakogenik dapat disebabkan oleh :
1. Katarak intumesen atau glaukoma fakomorfik
2. Glaukoma fakolitik
3. Dislokasi lensa yang dapat berupa:
a. Luksasio anterior
b. Luksasio posterior
c. Dan subluksasi

1. Glaukoma fakoformik pada katarak intumesen


Bila lensa menyerap air sehingga lensa membengkak dan keruh atau yang
disebut sebagai katarak intumesen, maka dalam keadaan ini dapat terjadi
glaukoma sudut sempit. Bengkaknya lensa dapat terjadi akibat proses penuaan
atau akibat dari suatu trauuma yang diperoleh pada saat pembedahan dan
kecelakaan. Pada katarak senil. Yang merupakan proses tua, lensa akan
membengkak secara perlahan-lahan sesuai dengan proses degenerasinya. Pada
trauma intumesensi lensa terjadi akut sesudah trauma yang mengakibatkan
kontusio lensa tersebut. 2
a. Gambaran klinik
Bila terdapat penyulit sudut sempit akut pada katarak intumesens maka
akan timbul gejala serangan akut pada gambaran kliniknya sama dengan
serangan glaukoma sudut sempit primer. Beda dengan sudut primer sempit,
gambaran sudut sempit pada glaukoma fakoformik hanya terdapat pada satu
mata. Pada katarak yang intumesen lensa yang katrak membengkak disertai
dengan bertambahnya miopia pada lensa tersebut. Berbeda dengan glaokoma
sudut sempit primer, kelainan refraksi yang ditemukan berupa hipermetropi
sedang atau tinggi. Pada katarak intumesen sumbu anteroposterior lensa
bertambah sehingga kontak iris bagian belakang dengan lensa bertambah
besar. 2,3
Terlihat iris terdorong kedepan, keadaan ini menambah tahanan pengaliran
cairan melalui pupil dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Akibat pada
kelainan ini akan terjadi blokade pupil relatif. Cairan mata yang mempunyai
tekanan relatif lebih besar pada bilik mata belakang akan mendorong iris
sehingga terjadi iris bombans. Iris bombans ini yang akan mengakibatkan
tertutupnya trabekulum oleh pangkal iris. Pembendungan yang terjadi
mendadak akan mengakibatkan tekanan bola mata menjadi sangat tinggi.
Pupil akan berdilatasi akibat tekanan dari belakang disertai dengan iskemia
iris. Bila iskemia ini disertai dengan kongesti maka keadaan tertutupnya sudut
bilik mata akan bertambah. Bilik mata depan terlihat dangkal akibat
bertambah cembungnya lensa disertai dengan iris bombans. 2

b. Pengobatan
Penderita sebaiknya segera dirawat, tujuan utama pengobatan adalah
menurunkan tekanan pada mata untuk segera mengeluarkan lensa yang
membengkak dengan miotika 4% tetes mata tiap 5 menit, untuk menimbulkan
miosis kuat dan melepas blokade pupil. Asetazolamida, oral,IV atau IM,
manitol IV. 2
Pengobatan menurunkan tekanan bola mata sama dengan pengobatan
pada glaukoma sudut sempit primer akut kongestif
Pembedahan dilakukan apabila:
1. Tekanan bola mata sudah terkontrol maka dilakukan pembedahan
pengeluaran lensa yang bengkak. Bila katarak intumesen terjadi akibat
trauma penderita berusia dibawah 30 tahun, dilakukan aspirasi lensa
melalui luka kecil.
2. Iredektomi sesungguhnya akan memberikan hasil baik untuk mengatasi
setiap glaukoma blokade pupil. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil
sekaligus untuk perbaikan tajam penglihatan dan glaukoma dipilih satu
tindakan yaitu dengan mengeluarkan lensa yang keruh.
c. Penyulit pasca bedah
Sesudah mengeluarkan lensa akan terjadi pembukaan sudut bilik mata
kembali. Bila perlekatan pada sudut atau goniosinekia sudah permanen dan
menutup trabekulum akan tetap terdapat glaukoma sudut sempit sekunder.
Pada glaukoma sekunder ini dilakukan tindakan pembedahan untuk
mengatasinya.

2. Glaukoma fakolitik
Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma sekunder akibat kebocoran kecil
atau mikro pada kapsul lensa. Bahan lensa yang keluar akan merangsang
makrofag untuk memakannya yang kemudian tertimbun pada sudut bilik mata,
jalinan trabekulum dan stroma iris sehingga mengakibatkan pembendungan aliran
keluar cairan mata. Bahan lensa yang keluar melalui kebocoran kapsul lensa dapat
menutup jalinan trabekulum secara langsung sehingga juga akan mengganggu
pengaliran keluar cairan mata.
Kebocoran kapsul lensa dapat akibat katarak senil bergenerasi (terutama pada
katarak hipermatur) atau akibat ruptur kapsul lensa pada trauma. Pada katarak
hipermatur terjadi penipisan kapsul lensa disertai teregangnya kapsul dan
kebocoran lensa. Terjadinya uveitis oleh bahan lensa yang keluar dapat juga
menjadi penyebab timbulnya glaukoma pada mata. 2
a. Gambaran klinik
Biasanya glaukoma fakolitik terdapat pada penderita pada usia lanjut.
Sebelumnya pada penderita terdapat katarak atau tanda-tanda katarak senil
yang menjadi katarak hipermatur. Pada glaukoma fakolitik akan terdapat
tanda-tanda glaukoma akut kongestif dengan rasa sakit berat pada mata
disertai dengan nausea dan muntah.5,6
Bilik mata depan dalamnya normal atau menjadi lebih dalam
daripada normal akibat terjadinya pengecilan lensa pada lensa katarak
hipermatur. Pada katarak fakolitik jarang terlihat adanya sinekia posterior
akibat dari radang uvea yang terjadi.
Tidak terdapat keratik presipitat pada dataran belakang kornea.
Tekanan bola mata sangat tinggi dengan tajam penglihatan yang dapat tinggal
hanya proyeksi sinar yang salah akibat edem papil.

2.3 Glaukoma fakolitik

b. Pengobatan
1. Tekanan bola mata diturunkan dengan obat hiperosmotik IV
a. Manitol 2 gr/kgbb atau
b. Urea 1 gr/kgbb
2. Steroid diberikan untuk menekan radang. Sesungguhnya steroid pada
glaukoma fakolitik tidak banyak memberi hasil untuk menekan
radang.
3. Atropin atau midriatika diberikan untuk menghilangkan rasa sakit
4. Asetazolamida diberikan peros bila mungkin karena biasanya
penderita ini muntah.
5. Pembedahan lensa direncanakan secepatnya dan pengeluaran lensa
biasanya dilakukan intrakapsular dengan krio. Dengan krio lensa lebih
mudah dikeluarkan intrakapsular, karena lensa yang rapuh pada
katarak hipermatur menempel baik pada ujung alat krio yang dingin.2
c. Penyulit
Glaukoma fakolitik biasanya prognosisnya baik selama belum terdapat
kerusakan papil saraf optik
3. Glaukoma akibat dislokasi lensa
Dislokasi lensa dapat ditemukan dalam beberapa bentuk sehingga dilakukan
perawatan tersendiri untuk setiap bentuk:
a. Luksasio anterior, dalam keadaan ini diperlukan pengeluaran lensa segera
b. Luksasio posterior, lensa tidak dikeluarkan apabila:
1. Lensa tidak hipermatur
2. Tidak memberikan radang
3. Tidak terjadi glaukoma
c. Subluksasi, bila terjadi blokade pupil dilakukan pembedahan/laser
iridektomi
Glaukoma dapat ditemukan pada kelainan konginental, trauma bedah atau
kecelakaan bersamaan dengan luksasi lensa anterior, posterior dan subluksasi.
Pada keadaan ini sebaiknya dibedakan kausa dari glaukoma yang terjadi untuk
menentukan pengobatan atau rrencana pembedahan. Trauma dapat mengakibatkan
kerusakan zonula zinn yang menyokong lensa untuk berada
ditempatnya.Penderita dengan kelainan yang disertai zonulla zinn rapuh seperti
sindrom marphan dan marschesani akan mudah mendapat kelainan ini.
a. Glaukoma akibat luksasi anterior lensa
Luksasi lensa ke depan atau kedalam bilik mata depan terjadi akibat putusnya
seluruh zonnula zinn dilingkaran ekuator lensa. Putusnya zonula ini dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital dengan zonula rapuh atau akibat trauma
keras yang merusak seluruh zonula
1. Gambaran klinik
a. Pada glaukoma yang disebabkan oleh luksasi lensa anterior akan
terdapat tanda-tanda glaukoma akut kongestif sekunder yang berat
akibat blokade pupil lensa.
b. Penderita merasa matanya sakit sekali disertai dengan nausea dan
muntah.
c. Kelopak mata edem dengan blefarospasme
d. Terlihat injeksi silier yang berat
e. Kornea akan terlihat keruh dan pada dataran belakangnya menempel
lensa yang luksasi.
f. Pada orang muda akan terlihat lensa yang jernih di dalam bilik mata
depan dan lensa yang katarak pada orang tua. Bilik mata depan di
bagian sentral dalam akibat dorongan lensa yang berada dalam bilik
mata depan pada iris ke belakang.
g. Bagian tepi atau di daerah sudut bilik mata terlihat dangkal akibat
tekanan cairan bola mata dibelakang iris yang tinggi. Pupil melebar
akibat iskemia dan atropi iris.1,2

2.4 Glukoma akibat luksasio lensa anterior


2. Pengobatan
Lensa yang luksasi ke depan harus dikeluarkan secepatnya. Miotika
diberikan hanya untuk mencegah lensa tidak jatuh kebelakang.

b. Glaukoma akibat luksasio posterior lensa


Glaukoma yang terjadi akibat luksasio posterior lensa atau lensa jatuh
kedalam badan kaca adalah:
1. Sudah terdapatnya kelainan kongenital pada sudut bilik mata bersamaan
dengan yang zonula rapuh
2. Terdapat kelainan sudut akibat trauma (kontusio sudut) bersamaan dengan
luksasio posterior lensa
3. Terjadi blokade pupil oleh badan kaca yang terdorong kedepan sehingga
tercepit oleh pupil.
1. Pengobatan
a. Bila glaukomanya terjadi akibat reses sudut maka diobati sebagai
glaukoma sudut terbuka atau glaukoma simpleks.
b. Bila glaukomanya terjadi akibat pupil maka diobati dengan:
1. Mengeluarkan lensa walaupun agak sukar
2. Untuk sementara dapat diberikan midriatika
3. Bila blokade terjadi berulang-ulang dapat dilakukan
iridektomi
2. Penyulit
Pada luksasi posterior dapat terjadi:
a. Katarak
b. Glaukoma fakolitik
c. Uveitis

c. Glaukoma akibat subluksasi lensa


Subluksasi lensa dapat terjadi akibat trauma atau kelainan kongenital dimana
sebagian zonula zinn putus. Glaukoma yang terjadi adalah akibat blokade pupil
oleh badan kaca yang terdorong atau akibat lensa yang terjepit dalam pupil.2
1. Gambaran klinik
Penderita akan mengeluh penglihatannya berkurang dapat terjadi keluhan
diplopia akibat lensa terletak tidak normal atau terjadi astigmatisma karena
perubahan bentuk lensa. Terlihat gambaran bilik mata yang tidak normal. pada
daerah zonula putus biasanya bilik mata akan dalam, sedang pada bagian mata
yang utuh bilik mata dangkal akibat lensa mencembung.2
2.5 Subluksasi lensa

2. Pengobatan
Pada subluksasi lensa pengeluaran lensa dilakukan bila:
a. Mengganggu tajam penglihatan
b. Terjadi glaukoma fakolitik
Tindakan pembedahan pada penderita berupa suatu iridektomi perifer.
Pengeluaran lensa biasanya memberikan hasil yang tidak memuaskan
sehingga glaukoma masih memerlukan pengobatan selanjutnya.2
3. Penyulit
Apabila keadaan lensa menjadi bulat atau sferofakia dapat menimbulkan
penyulit glaukoma akibat terjadinya blokade pupil.2

BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma merupakan kelainan mata yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokular yang disertai dengan pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapangan pandang.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah
gangguan aliran keluar humor akueus.
Jenis glaukoma yang memerlukan tindakan segera adalah glaukoma akut
kongestif dan glaukoma yang dibangkitkan oleh lensa.
Prinsip penanganan pada penderita glaukoma adalah menurunkan tekanan
intraokular dengan pemberian obat-obatan (penanganan lini pertama pada
penderita glaukoma).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta. 2007. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: balai
Penerbit FK-UI.
2. Ilyas, Sidharta. 2007. Kegawatdaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: balai Penerbit FK-UI.
3. Vaughan, Daniel G., Asbury T., Riordan-Eva, P. Oftalmologi Umum Edisi
14 (Alih bahasa: Jan Tambajong, Brahm U. Pendit). Jakarta: Widya
Medika).
4. Sehu K. Weng, Lee William R. 2005. Ophthalmic Pathology An
Illustrated Guide for Clinicians. United Kingdom: Blackwell Publishing.
5. Schwartz Kenneth, Budenz Donald. 2004. Current Management of
Glaucoma. United Stated: Lippincott Williams and Wilkins.
6. Duvall Brian, Kershner Robert. 2005. Opthalmic Medications and
Pharmacology second Edition. United Kingdom: SLACK Incorporated.
7. Galloway N.R., Amoaku W.M.K., Galloway P.H. Galloway, Browning
A.C. 2006. Common Eye Diseases and Their Management Third Edition.
London: Springer-Verlag.
8. South African Glaucoma Society. 2006. Glaucoma Algorithm and
Guidelines for Glaucoma. (online) [http://glaucomanews.ru, diakses 15
September 2011]

Anda mungkin juga menyukai