Rawat Gabung
Oleh:
Kelas A
1
2016KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala kenikmatan, kekuatan, dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Makalah .
1. Ibu Alfima, S.Keb. Bd. selaku dosen pada mata kuliah Asuhan Kebidanan
pada Masa Persalinan patologis.
2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan makalah
ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 12
3.2 Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA . 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
mudah dilakukan adalah dengan memberikan ASI dengan segera (Reeder,
2012).
Menyusui adalah cara terbaik yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Agar menyusui dapat berhasil dengan baik, harus dimulai sejak dini,
yaitu segera setelah bayi lahir dalam waktu 30 menit hingga 1 jam
pertama, meletakkan bayi di dada ibu diantara dua payudara, lebih dekat
ke payudara untuk memulai kontak kulit (skin to skin contact). Bila
kondisi ibu dan bayi memungkinkan, ibu dapat mulai menyusui dalam
waktu 30 menit pertama setelah bayi lahir. Untuk itu perlu dipersiapkan
sejak masa kehamilan, dengan memperhatikan secara umum kesehatan ibu
hamil, difokuskan pada status gizi dan keadaan payudara ibu. Selanjutnya
bayi dan ibunya harus tetap berada dalam satu ruangan (perawatan ibu dan
bayi dengan rawat gabung), kecuali bila benar-benar diperlukan
penanganan khusus maupun adanya indikasi medis (Kodrat, 2010).
Rawat gabung yaitu merupakan model perawatan dengan
menempatkan bayi-bayi yang baru lahir di ruangan yang sama dengan ibu,
bukan di tempat perawatan khusus bayi pada umumnya. Disebut rawat
gabung (rooming in), pendekatan ini pertama kali muncul di rumah sakit di
Amerika Serikat pada awal 1940-an (Temkin, 2002). Secara khusus rawat
gabung ini berasal dari kecenderungan untuk membuat semua fase
pengasuhan anak sealami mungkin dan untuk memperkuat hubungan ibu
dan anak sejak hari-hari pertama. Dalam 24 jam pertama, pada umumnya
ibu sudah mampu berjalan. Setelah itu, dengan rawat gabung dia dapat
memberikan perawatan rutin untuk dirinya sendiri dan bayinya.
Keuntungannya adalah peningkatan kemampuan untuk melakukan
perawatan penuh terhadap bayinya saat tiba di rumah (Cunningham,
2012).
Untuk melaksanakan rawat gabung yang berkualitas atau sesuai
harapan perlu adanya panduan atau pedoman. Pedoman pelayanan rawat
gabung di Rumah Sakit telah disusun sejak tahun 1991 (Menkes, 2010).
Namun pada kenyataannya hanya dilakukan di beberapa rumah sakit saja.
Pelayanan rawat gabung merupakan salah satu wujud pelayanan kesehatan
2
ibu dan bayi yang berkesinambungan dan saling terkait. Kesehatan ibu,
khususnya ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang
dikandungnya, artinya kesehatan bayi ditentukan sejak bayi dalam
kandungan (Shelov, 2005).
Berdasarkan hal tersebut pelaksanaan rawat gabung yang bertujuan
agar ibu dapat bersama bayi setiap saat, agar ibu dapat menyusui bayinya
setiap saat bayi lapar (on cue) dan membutuhkan (on demand), hendaknya
dimulai semenjak masa kehamilan. Mengingat bahwa rawat gabung
merupakan pelaksanaan dari langkah ketujuh dari sepuluh langkah menuju
keberhasilan menyusui (LMKM) yang tertuang pada Kepmenkes No. 450
tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada
bayi di Indonesia, maka kenyataan akan pentingnya pengetahuan dan
kemampuan komunikatisi edukatif yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan demi mewujudkan kesejahteraan kesehatan ibu dan bayi itulah
yang menjadi latar belakang penyusunan makalah ini.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami definisi dari rawat gabung
1.3.2 Untuk memahami jenis-jenis dari rawat gabung
1.3.3 Untuk memahami tujuan dari adanya rawat gabung
3
1.3.4 Untuk memahami manfaat yang diperoleh dari adanya rawat gabung
1.3.5 Untuk memahami sasaran model rawat gabung dan memahami apa saja
syaratnya
1.3.6 Untuk memahami faktor-faktor yang mempengauhi rawat gabung
1.3.7 Untuk memahami indikasi dan kontraindikasi dari rawat gabung
1.3.8 Untuk memahami persiapan yang diperlukaan saat ruang gabung
1.3.9 Untuk memahami langkah-langkah pelaksananaan dari rawat gabung
1.3.10 Untuk memahami pelaksanaan dari rawat gabung
1.3.11 Untuk memahami Siapa saja peran yang diperlukan untuk mendukung
dalam rawat gabung
1.3.12 Untuk memahami kesulitan dalam rawat gabung
1.3.13 Untuk memahami metode rawat gabung
1.3.14 Untuk memahami KIE yang dapat diberikan dalam ruang gabung
BAB II
PEMBAHASAN
- Kontinu, dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus atau
- Parsial, ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa jam seharinya.
Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
(Marmi, 2012)
Rawat gabung atau rooming-in adalah sistem perawatan ketika bayi dan
ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya, bayi harus selalu berada
4
di samping ibu segera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan hal baru
karena di Indonesia persalinan 80% terjadi di rumah dan bayi langsung
dirawat gabung (Tando, 2016).
Setelah proses persalinan, bayi harus segera diserahkan kepada ibunya dan
dilakukan kontak antara kulit ibu dan kulit bayi atau dilakukan inisiasi
menyusui dini sedikitnya satu jam setelah persalinan sampai bayi menyusu.
Setelah itu, bidan melakukan perawatan bayi baru lahir. Kemudian bayi
diserahkan kembali kepada ibunya untuk dilakukan rawat gabung. Rawat
gabung adalah cara perawatan ketika ibu dan bayi baru lahir tidak dipisah,
melainkan ditempatkan di dalam satu ruangan, kamar atau tempat bersama-
sama selama 24 jam penuh. Hal ini bertujuan untuk memudahkan ibu dalam
memberikan ASI dan merawat bayi (Tando, 2016).
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dialhirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah
ruang selama 24 jam penuh. Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak
dianut seperti hanya dilakukan pada siang hari sedangkan pada malam harinya
bayi dirawat dikamar bayi, sudah tidak dibenarkan lagi (Prawirohardjo,
2014)
5
tertentu ( misal: pada malam hari dan wak tu kunjungan bayinya,
untuk bayi yang menglami asfiksia, maka rawat gabung dilaksanakan
setelah tindakan resusitasi selesai) (Dewi, 2010)
1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, setiap saat, dan kapan saja
ketika bayi membutuhkan.
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti
yang dilakukan oleh petugas.
4. Suami serta keluarga dapat ikut serta dilibatakan dalam mendukung dan
membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan
benar.
- Mulai melatih panca ibdera bayi dengan mendengar suara ibu, perabaan
ibu, serta dekapan ibu.
- ASI merupakan nutrisi paling ideal yang dibutuhkan bayi, karena telah
siap setiap saat, steril, mudah dicera, dan memang disesuaikan dengn
kemampuan pencernaan makanan bayi.
8. Penghindaran infeksi
6
- Karena bayi sudah bersama ibunya, hal ini berarti sudah terdapat
adaptasi yang baik, sehingga tidak akan terjadi infeksi silang dari bayi
lain, khususnya nosokomial di dalam rumah sakit.
7
tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran percernaan
bayi., dan diserap bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang
tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap diare.
d. Pendidikan Kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu terutama primipara.
Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat,
perawatan payudara dan naihat makanan yang baik, merupakan bahan-
bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat
tidur, menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi,
sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan. (Marmi, 2012)
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan bayi
adalah:
1. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya maka ibu akan mudah untuk ,elakukan
perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini
,mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang
dari pasien lain atau petugas kesehatan.
2. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering.proses ini merupakan proses fisiologi yang
alami,dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek oksitosin yang dapat
membantu proses fisiologis involusi rahim.
3. Psikologis
Dari segi psikologis akan terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara
ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
psikologis bayi. Selain itu kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkam oleh bayi.
4. Edukaif
Ibuakan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di
RS atau di rumah bersalin ibu akan melihat, belajar, dan mendapatkan
8
bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara,
tali pusat, memandikan bayi, dll.
5. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin, bagi rumah sakit,
terutama RS pemerintah hal tersebut merupakan suatu penghematan
terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu
dll. Beban perawat jadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam
merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan lain.
6. Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadnya
infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbilitas dan
mortalitas ibu maupun bayinya (Dwienda R:2014).
Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari kamar bersalin
seharusnya tetap dipertahankan dengan merawat bayi bersama ibunya.
Keuntungan rawat gabung adalah sebagai berikut:
Aspek psikologis:
Aspek fisik:
Aspek fisiologis:
9
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang
lebih sering dan menimbulkan reflex prolaktin yang memacu proses
produksi ASI dan reflex oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan
mempercepat invulusi rahim. Pemberian ASI eksklusif dapat juga
dipergunakan sebagai metode keluarga berencana (MAL) asal memenuhi
syarat yaitu usia bayi belum 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih
diberikan ASI secara eksklusif.
Aspek edukatif:
Aspek medis:
Aspek ekonomi:
10
Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut:
a. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung
dapat diakukan setelah bayi cukup sehat.
b. Bayi yang lahir secara SC dengan anatesi umum, rawat gabung dapat
dilakukan setelah bayi dan ibu sadar total.
c. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7).
(Dwienda, 2014).
Sementara kondisi bayi yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukan rawat
gabung adalah sebagai berikut:
(Dwienda, 2014).
1. Kondisi Bayi
semua bayi.
11
kecuali bayi beresiko dan mempunyai kelainan yang tidak
memungkinkan untuk menyusu pada ibu.
2. Ibu.
Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi
lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup
sehat
12
Reflek mengisap baik
Tidak ada tanda - tanda infeksi dll
Apabila lahir SC dengan biusan umum, rawatgabung setelah ibu sadar
dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setalah SC
Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (Susanti, 2013)
5. Kebijakan Pemerintah RI
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan kecualiatas indikasi medis (pasal 128
ayat 1 UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan).
b. Selama pemerintah ASI, baik pihak keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi
secara penuh dengan penyedian waktu dan fasilitas khusus (pasal
128 ayat 2 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan).
c. Pembangunan diarahkan pada meningkatkan mutu sumber daya
manusia.
d. Mengajurkan menyusui secara ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan
dan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
13
e. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah
maupun swasta.
f. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
kemampuan petugas kesehatan dalam hal peningkatan pemberian
ASI, sehingga petugas tersebut terampil dlam melaksanakan
penyuluhan pada masyarakat luas.
g. Perencanaan peningkatan pengunaan ASI scara nasional pada
peringatan hari ibu ke-62 (tahun 1990).
h. Uapaya penerapan sepuluh langkah untuk berhasilnya program
menyusui d semua RS, RB, dan puskesmas dengan tempat tidur
(Dwienda R:2014)
14
dengan baik menghisap
Kelainan metabolism segingga tidak
dapat menerima ASI
15
Umur kehamilan 37-42 minggu
Tak ada faktor risiko
Ibu sehat (Susanti, 2013)
A. Persiapan
Untuk melaksanakan rawat gabung yang perlu dipersiapkan adalah
institusi pelayanan, ibu hamil, suami dan keluarga, petugas, sarana dan
prasarana pelayanan
1. Intitusi pelayanan
a. Perlu adanya kebijakan tertulis dari rumah sakit yang merupakan
komitmen dari unsur terkait untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan rawat gabung ibu dan bayi
b. Rawat gabung ibu dan bayi merupakan salah satu kegiatan atau
program untuk mendukung keberhasilan menyusui pada program
sayang bu dan sayang bayi
c. Program sayang ibu dan sayang bayi dengan memberikan hak ibu
antara lain mendapat pelayanan yang sesuai standar, dekat dengan
bayinya, bisa mencurahkan kasih sayang sesuai keinginan
d. Hak bayi antara lain mendapatkan gizi terbaik untuk tumbuh
kembang. Gizi yang terbaik bagi bayi adalah ASI yang tidak dapat
tergantikan oleh apapun dan juga dapat setiap saat mendapatkan
ASI sesuai kebutuhan, mendapat kasih sayang, dan selalu dekat
dengan ibunya
2. Ibu hamil, suami dan keluarga
a. Salah satu faktor keberhasilan menyusu adalah kesiapan calon ibu
dan dukungan dari keluarga. Sehingga sejak awal ibu hamil sudah
memahami pengertian rawat gabung.
b. Suami dan keluarga perlu juga mendapatkan informasi tentang
rawat gabung ibu dan bayi sejak masa kehamilan pada waktu
pelayanan antenatal care (ANC)
c. Informasi dapat diperoleh melalui sosialisasi tentang rawat gabung
ibu dan bayi minimal 2x pertama pada ANC (trimester I dan II),
16
dimulai secara kelompok dilanjutkan dengan konseling kepada ibu,
suami, keluarga
3. Petugas
Dalam mendukung keberhasilan rawat gabung diperlukan kesiapan
dari petugas pelayanan seperti:
a. Memahami pentingnya rawat gabung untuk kesejahteraan ibu dan
bayi
b. Mampu menilai persyaratan ibu dan bayi untuk dilakukan rawat
gabung
c. Terampil dalam memberikan asuhan rawat gabung untuk
kesejahteraan ibu dan bayi
d. Terampil dalam melakukan asuhan ibu dan bayi yang lahir dengan
tindakan
e. Mampu menolong ibu dalam memposisikan bayi dan perlekatan
yang baik
f. Mampu menolong ibu dalam megatasi kendala yang timbul dalam
menyusui bayinya, misalnya puting lecet, payudara bengkak
g. Mampu menolong ibu memerah ASI, bila atas indikasi medis bayi
harus berpisah dari ibunya
h. Memahami dan mampu melakukan laktasi yang benar
4. Sarana dan prasarana pelayanan rawat gabung
Sarana dan prasarana yang dapat menunjang dilakukannnya rawat
gabung yaitu:
a. Ruang poli kebidanan atau antenatal care (ANC) dilengkapi
dengan ruang konsultasi dan pojok ASI
b. Kamar beralin, ruang nifas dengan rawat gabung dilengkapi
dengan ruang penyuluhan dan bimbingan
c. Ruang perinatalogi dilengkapi dengan ruang istirahat bagi ibu yang
bayinya dirawat
d. Sarana dan sarana yang tersedia harus memenuhi persyaratan rawat
gabung disesuaikan dengan masing-masing institusi/fasilitas
pelayanan persalinan dan di komunitas
B. Pelaksanaan rawat gabung ibu dan bayi
1. Pelaksanaan rawat gabung disiapkan sejak perawatan kehamilan
(ANC)
2. Diawali dengan inisiasi menyusu dini pada masa persalinan di kamar
bersalin
3. Dilanjutkan rawat gabung di ruang nifas, sebagai berikut:
a. Menyusu on cue (melihat tanda-tanda bayi ingin menyusu)
b. Menyusu eksklusif
17
c. Asuhan bayi baru lahir antara lain:
1) Mencegah hipotermi
2) Pemeriksaan klinis bayi
3) Perawatan umum (merawat tali pusat, mengganti popok,
memandikan bayi, menjaga hygiene bayi)
4) Deteksi dini bayi baru lahir
d. Asuhan ibu nifas antara lain
1) Puerperium
2) Breast care, termasuk memerah dan menyimpan ASI
3) Pendampingan menyusui, termasuk perlekatan dan posisi
menyusui yang benar, mengenali tanda bayi ingin menyusu,
dan tanda bayi telah puas dalam menyusu
4) Mengenali hambatan pada nifas
5) Asuhan ibu nifas pasca tindakan
6) Membantu ibu bia ditemukan penyulit dalam menyusui
(kelainan puting, pembengkakan mamae, engorgement, dll)
7) Senam nifas
e. Komunikasi informasi edukasi (KIE)
Informasi yang perlu disampikan pada ibu nifas selama rawat
gabung antara lain:
1) Nutrisi ibu menyusui
2) Pengetahuan tentang menyusui secara eksklusif
3) Kerugian bila bayi tidak mendapat ASI
4) Manajemen laktasi yang benar, termasuk kendala-kendala
dalam menyusui bayi
5) Mengenali tanda bahaya pada ibu dan bayi
6) Perawatan payudara
7) Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI dengan
sendok
8) KB terutama metode laktasi amenorrhoe (MAL)
C. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan merupakan bukti kualitas pelayanan atau asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi, hal-hal yang perlu ditulis/direkam dalam
pencatatan pelaporan rawat gabung adalah:
1. Catatan perkembangan klien rawat gabung sebagai bkti asuhan yang
diberikan oleh bidan dengan menggunakan metode SOAP tercatat.
2. Cakupan rawat gabung:
a. Jumlah rawat gabung
- Rawat gabung penuh
- Rawat gabung partial
b. Inisiasi menyusu dini
c. Menyusui on cue
3. Jumlah persalinan
18
a. Persalinan normal
b. Persalinan tindakan
4. Jumlah ibu dan bayi yang bermasalah dalam menyusui
5. Jumlah rujukan (dirujuk dan menerima rujukan)
D. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan melihat pelaksanaan program
rawat gabung dari proses awal sampai akhir kegiatan untuk menentukan
apakah suatu program rawat gabung berhasil atau tidak. Dalam monitoring
dan evaluasi terdapat beberapa indikator yang telah ditetapkan.
1. Indikator keberhasilan yang dilihat antara lain:
a. Semua ibu dan bayi mendapat perawatan gabung
b. Tidak ada susu formula di ruang rawat gabung
c. Menyusui secara eksklufsif
2. Alat monitoring dan evaluasi yang perlu disiapkan adalah daftar tilik
untuk monitor tenaga, sarana, prasarana, pelayanan, Standar Operating
Prosedur (SOP) bayi normal dan dengan tindakan (KEPMENKES,
2010)
19
Memeberikan penyuluhan mengenai ASI perawatan
gabung, terutama bagi yang belum mendapat penyuluhan
di poliklinik
Mengisi status secara lengkap dan benar
Persiapan agar ibu dan bayinya dapat bersama-sama
keruangan
Memberitahukan kepada petugas diruangan perinatologi
dan bahwa ada bayi yang akan dirawat serta pengurusan
administrasinya
20
mengganggu proses laktasi
Anamnesis mengenai makanan bayi yang akan diberikan
serta keluhan yang timbul
Mengecek keadaan ASI
Memeberikan nasihat mengenai makanan bayi, cara
menyusui bayi, perawatan payudara, perawatan bayi dan
makanan ibu menyusui
Memberikan peraturan makanan bayi
Pemeriksaan bayi oleh ahli anak
Kamar Bersalin di a. Jika rumah sakit telah berfungsi sabagai rumah sakit sayang ibu,
Rumah Sakit hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat
penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik.
b. Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan
ANC di rumah sakit tempat ibu akan melahirkan. Di dalam
ruangan persiapan diperlukan gambar poster dan brosur untuk
membantu konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh ada botol
susu, empeng apalagi iklan susu formula yang semuanya akan
menganggu keberhasilan ibu menyusui
Kamar Bersalin di a. Di ruangan ini dapat dipasang poster menyusui yang baik dan
Klinik benar serta poster menyusui segera setelah bayi lahir/IMD.
b. Setelah bayi lahir, segera lakukan IMD. Rangsangan pada puting
susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk
segera memproduksi ASI. Bayi dibiarkan mencari puting susu
sampai satu jam
Kamar Perawatan a. Bayi diletakkan dekat ibunya.
b. Awasi keadaan umum dan kenali kondisi yang tidak normal.
c. Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan merawat
payudara.
d. Mencatat keadaan bayi sehari-hari.
21
e. KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan
payudara, cara memandikan bayi, imunisasi dan penanggulangan
diare.
f. Jika bayi sakit, pindahkan ke ruang khusus
22
b. Mengamati kelainan yang terjadi pada bayi atau dirinya dan
melaporkan kepada petugas
23
2.14 KIE
24
Keberhasilan dalam melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi, untuk
mendukung keberhasilan menyusui, calon ibu perlu mendapatkan
informasi tentang berbagai hal sebagai berikut:
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia dapat diminimalisir
salah satunya dengan melaksanakan Rawat Gabung (rooming-in),
bahkan infeksi nosokomial pada penatalaksanaan rawat gabung
dapat kita tekan. Rawat gabung (rooming-in) merupakan suatu cara
perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan (baik dengan
proses persalinan normal maupun SC) ditempatkan bersama dalam
sebuah ruang selama 24 jam penuh dari saat mereka tiba di kamar
mereka setelah melahirkan. Ada dua jenis rawat gabung, yaitu
rawat gabung penuh dan rawat gabung partial. Sedangkan tujuan
dari rawat gabung sendiri di antaranya adalah peningkatan
hubungan emosional ibu-bayi, penggunaan ASI on demand (call),
penghindaran infeksi, pendidikan kesehatan ibu dan bayi. Manfaat
yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan
bayi adalah manfaat fisik, fisiologis, psikologis, edukaif, ekonomi,
medis. Dalam pelaksanaan rawat gabung perlu diperhatikan
mengenai beberapa syarat dan juga pertimbangan-pertimbangan
tertentu, sihingga dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3.2 Saran
3.2.1 Sebagai tenaga medis khusunya bidan hendaknya mampu
memberikan KIE yang jelas dan benar mengenai program rawat
gabung kepada klien dan juga keluarga.
3.2.2 Pihak penyelenggara pelayanan kesehatan hendaknya
memiliki komitmen yang kuat dalam penyelenggaraan rawat
gabung tersebut, sehingga diharapkan program ini dapat berjalan
dengan baik dan memberikan manfaat seperti yang diharapkan.
3.2.3 Pihak penyelenggara pelayanan kesehatan juga hendaknya
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai program rawat
gabung ini dan juga tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan
selamam rawat gabung.
26
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2014. Data Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia
tahun 2012. Jakarta.
Dewi, Vivian S.ST.,M.Kes. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Kebidanan Neonataus, Bayi/Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepubliksh.
Dwienda, R. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidana Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish.
Kepmenkes RI. 2004. Kepmenkes RI No. 450 tahun 2004 tentang Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Jakarta: Kepmenkes
RI.
Kodrat, Laksono. 2010. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGC.
Manuaba, ida bagus gde. 2004. Penuntun penaniteraan klinik obstetric dan
ginekologi. Jakarta : EGC
Marmi, Kukuh Raharjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Menkes. 2010. Lampiran: Pedoman Rawat Gabung Ibu dan Bayi. Jakarta.
27
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Shelov, Steven P. 2005. Panduan Lengkap Perawatan untuk Bayi dan Balita.
Jakarta: Arcan.
Susanti, Fransiska Sri. 2013. Buku Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : EGC
28