Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat kesehatan yang
diberikan olehnya. Sehingga makalah guna memenuhi tugas bahasa Indonesia ini dapat
selesai sesuai yang diharapkan dan tepat waktu.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan
semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Amiin...

Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi, namun atas
bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, guru pembimbing, serta teman-teman yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu, akhirnya semua hambatan dalam penyusunan
makalah ini dapat teratasi.

makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan khususnya mengenai relevansi sistem peradilan di Indonesia, dan adapun metode
yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber
informasi dari berbagai karya tulis dan kajian dari orang-orang yang ahli dengan tema
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca. Dan tidak lupa
kami mohon maaf, apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam
kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan untuk itu kritik dan saran sangat membantu
kami untuk kedepannya.

Batam, 4 Maret 2017

Penulis
Awal Pemerintahan Jepang di Indonesia
Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang pada 8 Desember 1941,
serangan terus dilancarkan ke angkatan laut Amerika Serikatdi Pasifik. Kemenangan pasukan
Jepang seolah-olah tak dapat dikendalikandan pasukan itu berturut-turut menghancurkan
basis militer Amerika. Selainitu, serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia. Serangan
terhadap Indonesia tersebutbertujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan
industri perang,seperti minyak tanah, timah, dan aluminium. Sebab, persediaan minyak
diIndonesia diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan Jepang selama PerangPasifik.

Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh
Maluku. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan
dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatera setelah
berhasil memasuki Pontianak. Bersamaandengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa
(Februari 1942). Setelah daerah-daerah diluar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan
perhatiannya untuk menguasai tanahJawa sebagai pusat pemerintahanHindia Belanda.

Dalam upaya menguasai Jawa, telah terjadi pertempuran di Laut Jawa, yaituantara
tentara Jepang dengan Angkatan Laut Belanda di bawah Laksamana Karel Doorman. Tetapi
Belanda dan Laksamana Karel Doorman gagal . Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat
diJawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat,yakni di
Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratandi Eretan Wetan-
Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishoridan lalu pendaratan disekitar Bojonegoro
dikoordinir oleh Mayjen Tsuchihash. Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu
sudah mempersiapkandiri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM dan
sebagainya . Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang
sangat besar, sehingga pasukan Belanda tidak mampumemberikan perlawanan. Tanggal 5
Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang.Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan
menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke
tanganJepang.

Pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas namakomandan pasukan
Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidakbersyarat kepada Jepang yang diwakili
Jenderal Imamura Penandatangananini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Gubernur Jenderal
Tjarda ditawan. Namun Belanda segeramendirikan pemerintahanpelarian (exile government)
di Australia di bawahpimpinan H.J. Van Mook.

Sejak Jepang berkembang menjadi negara industri dan tampil sebagai imperialis,
Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah satu daerah baru yangdimaksud
adalah Indonesia. Karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan industri Jepang. Di samping itu, juga terdorong oleh ajaran yang
berkaitan dengan Shintoisme, khususnya tentang Hakkoichiu, yakni ajaran tentang kesatuan
keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju
bertanggung jawab. Ajaran Hakko ichiu diperkuat oleh keterangan antropolog yang
menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun.

Propaganda Jepang dan Pan Asia


Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat oleh bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan balatentara Jepang karena
menganggap akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa Belanda.
Namun dalam kenyataannya, Jepang datang dengan tujuan untuk menanamkan kekuasaannya
untuk menjajah Indonesia. Hakko Ichiu berarti kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran
tersebut telah memberi motivasi bangsa dan pemerintah Jepang untuk membangun
masyarakat dunia di bawah kendali Jepang. Semangat tersebut diaktualisasikan dalam bentuk
melancarkan semangat imperialisme dan ekspansi ke Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.

Pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-propaganda untuk terus


menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu
Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh
dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Simpati dan dukungan rakyat
Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci Belanda. Di
samping itu, diperkuat pula dengan berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Joyoboyo
yang berbunyi Jago wiring kuning cebol kepalang soko wetan. Menurut Joyoboyo
dalam buku Jangka Joyoboyo atau Ramalan Joyoboyo. Pulau Jawa akan kedatangan orang-
orang berkulit kuning, yang akan menguasainya dalam jangka waktu seumur jagung.
Sesudah itu Jawa akan merdeka.

Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk


membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan
membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan
dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang
menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah Jepang, jadi Jepang dan Indonesia
sama. Jepangmelancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar, menarik
simpati umat Islam untuk pergi Haji, menarik simpati organisasi Islam, melancarkan politik
dumping, mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional dengan cara
membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda. Bahkan untuk meneguhkan
progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama
Gerakan Tiga A yaitu "Jepang Pemimpin Asia", "Jepang Pelindung Asia" dan "Jepang
Cahaya Asia".

a. Propaganda Gerakan Tiga A (Pan Asia)


Jepang medirikan Gerakan Tiga A pada tanggal 29 April 1942, bertepatan dengan Hari
Nasional Jepang yakni kelahiran (Tencosetsu) Kaisar Hirohito. Pendiri gerakan ini ialah
Hitoshi Simizu, Kepala Sandenbu- Departemen Propaganda Pemerintahan Militer
Jepang. Semboyan dan semangat Gerakan Tiga A itu adalah Nippon cahaya Asia,
Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia. Dengan melalui surat kabar, selebaran,
dan siaran radio, sehingga dengan cepat terdengar di kalangan rakyat.

Tujuan dari Gerakan Tiga A adalah untuk meyakinkan rakyat Indonesia atas keputusan
tentara Jepang yang tidak terkalahkan, dan meyakinkan pula atas jasa-jasa Jepang kepada
rakyat Indonesia yang telah berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Selain itu, dukungan penduduk adalah untuk kepentingan perang yang nantinya
menjadi kepentingan Jepang.Untuk memimpin Gerakan Tiga A ini diangkat Mr.
Samsudin, seorang Parindrist dari Jawa Barat. Barisan pemudanya di percayakan kepada
Sukarjo Wirjopranoto, juga seorang Parisndrist.

Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh Jepang. Organisasi ini
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kaum pergerakan untuk menempa diri, mempertebal
semangat. Sukardjo Wirjopranoto, pemimpin barisan pemuda Gerakan Tiga A,
menggunakan kesempatan ini untuk menggembleng pemuda dengan semangat
kebangsaan.Gerakan 3A meliputi berbagai bidang pendidikan. Karena secara formal
bidang inilah yang dalam waktu singkat dapat memenuhi sasaran untuk menampung
pemuda-pemuda dalam jumlah yang cukup besar. Sekolah-sekolah berjalan menurut
sistem pendidikan Jepang. Pada bulan Mei 1942, Gerakan Tiga A mendirikan Sasan A
aeinen Kunrensyo (Pendidikan pemuda Tiga) di Jatinegara. Pemimpin dari pendidikan ini
terdiri dari seorang Jepang dan Seorang Indonesia, yang keduanya adalah anggota
Gerakan Tiga A. Pendidikan Gerakan Tiga A ini merupakan kursus kilat yang lamanya
hanya setengah bulan, dan para pemuda kursus terdiri dari kaum remaja berusia 14-18
tahun.

Cara-cara pendidikan yang diberikan oleh Jepang cukup unik. Mulai pagi-pagi sekali
harus sudah bangun tidur, lalu dilatih olahraga bersama-sama. Setelah itu baru bekerja
sebagai tukang masak di dapur, tukang kebun, tukang sapu, dan sebagainya. Jadi tidak
ada yang duduk ataupun menganggur. Dan ketika hari sudah mulai siang, maka mereka
akan mulai melakukan pendidikan olahraga yang terdiri dari gerak badan bermain Sumo,
Jujitsu, adu perang, dan lain sebagainya. Terkadang para pemuda itu juga harus bekerja
menggali tanah. Dalam segala hal sangat dipentingkan soal disiplin, sopan santun dan
tata tertib dalam pekerjaan. Pada malam hari para pemuda belajar bahasa Jepang. Dengan
jalan inilah orang berharap dapat membentuk pemuda yang bersemangat dan berjasa
untuk masyarakat.

Tetapi pada kenyataannya Gerakan Tiga A kurang begitu populer dikalangan rakyat,
karena sangat berbau Jepang. Mohammad Hatta dalam Memoirmenyatakan bahwa
Gerakan Tiga A itu umum dibenci orang, lebih banyak menggolong daripada menolong
dan untuk kaum intelektual yang telah bergerak dalam bidang politik Gerakan Tiga A
dianggap kurang menarik karena tidak ada manfaatnya dalam perjuangan mencapai cita-
cita kemerdekaan Indonesia, maka pada akhir tahun 1942 Gerakan Tiga A dibubarkan.

b. Pengaruh Propaganda Gerakan Tiga A


Kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya merupakan mimpi buruk bagi
bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan. Berbagai
tindakan pemerintahan bala tentara Jepang sangat menyengsarakan bangsa Indonesia.

1) Pemerasan Sumber Daya Alam


Cara-cara Jepang untuk mengeruk kekayaan alam atau bahan mentah guna
kepentingan industri perang diantaranya:
Semua harta peninggalan Belanda di Indonesia di sita
Melakukan monopoli penjualan hasil perkebunan
Melancarkan kampanye pengerahan barang-barang dan menambah bahan
pangan secara besar besaran
Tanaman perkebunan yang tidak berguna dimusnahkan dan diganti dengan
tanaman pangan
Rakyat hanya boleh memiliki 40 % dari hasil panen, sedangkan yang 60 %
harus diserahkan kepada Jepang
Rakyat dibebani tambahan untuk menanam pohon jarak sebagai bahan minyak
pelumas senjata dan mesin perang.

2) Pemerasan Sumbar Daya Manusia


Untuk memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia dalam membantu kepentingan Jepang
dalam Perang Asia Timur Raya, pemerintah bala tentara Jepang melaksanakan:
Romusha
Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia
Belanda (Kerja Rodi) juga terjadi pada masa pendudukan bala tentara Jepang,
yang disebut dengan Romusha. Para tenaga kerja paksa ini dipaksa sebagai
tenaga pengangkut bahan tambang (batu bara), pembuatan rel kereta api serta
mengangkut hasil hasil perkebunan.Tidak terhitung berapa ratus ribu bahkan
jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban romusha. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia terhadap Romusha, Jepang menyebut romusha sebagai
Pahlawan Pekerja/Prajurit Ekonomi.

Pembentukan Pemerintahan Militer


Pada tahun 1942 timbul pemikiran dari markas besar tentara jepang untuk
melibatkan penduduk dalam kemiliteran. Pemerintah Jepang di Indonesia kemudian
membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda
itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer :
a. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi
Shudan) untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi.
b. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas(Asamu Shudan)
untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini
kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar

Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu
masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan Osamu
Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16) yang bernama
Letnan Jendral Kumakichi Harada. Di dalam undang-undang itu antara lain berisi
ketentuan sebagai berikut:
a. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala
kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di
Jawa.
b. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap
diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan
Jepang.
c. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara
sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan
militer Jepang.

Pembentukan Pemerintahan Sipil


Pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan yang terpenting, bahkan jabatan Gubernur
Jenderal masa Hindia Belanda dihapus dan diambil alih oleh penglima tentara Jepang di
Jawa. Sementara status pegawai dan pemerintahan sipil masa Hindia Belanda tetap diakui
kedudukannya asal memiliki kesetiaan terhadap jepang. Status badan pemerintahan dan UU
di masa Belanda tetap diakui sah untuk sementara, asal tidak bertentangan dengan aturan
kesetiaan tentara Jepang. Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang
yang bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus
1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan
mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU
No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi.

a. Stuktur Pemerintahan Sipil Jepang


Menurut UU No. 28 pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan).
Seluruh Pulau Jawa dan Madura ( kecuali Kochi Surakarta dan Kochi Yogyakarta) dibagi
atas enam wilayah pemerintahan.
Shu ( Karesidenan ), dipimpin oleh seorang shucokan
Syi ( Kotapraja ), dipimpin oleh seorang syico
Ken ( Kabupaten ), dipimpin oleh seorang kenco
Gun ( Kawedanan atau distrik ), dipimpin oleh seorang gunco
Son ( Kecamatan ), dipimpin oleh seorang sonco
Ku ( Kelurahan atau desa ), dipimpin oleh seorang kuco

Pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini,

1. Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki


kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif
dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan
Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu
(bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi),
dan Keisatsubu (bagian kepolisian).

2. Pemerintah pendudukan Jepang juga dapat membentuk sebuah kota yang dianggap
memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra
(otonomi). Daerah ini ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan
kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan Gunseikan.
Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah
pimpinan Tokubetu shico.

Dari penjelasan tentang kebijakan pemerintah militer Jepang di bidang politik dan
birokrasi dampak yang dirasakan bangsa Indonesia antara lain terjadinya perubahan
struktur pemerintahan dari sipil ke militer, terjadi mobilitas sosial vertikal dalam
masyarakat Indonesia. Sisi positif yang dapat Anda ketahui, bangsa Indonesia mendapat
pelajaran berharga sebagai jawaban cara mengatur pemerintahan, karena adanya
kesempatan yang diberikan pemerintah Jepang untuk menduduki jabatan penting seperti
Gubernur, dan wakil Gubernur, Residen, Kepala Polisi.
Daftar Pustaka

http://jordanlov.blogspot.co.id/2012/11/makalah-penjajahan-jepang-di-indonesia.html

http://denisbocahngawi.blogspot.co.id/2011/11/awal-kedatangan-jepang-ke-indonesia.html

https://ourpast.wordpress.com/2008/12/12/awal-kedatangan-jepang-ke-indonesia/

http://destyarochmawati.blogspot.co.id/2016/09/awal-pemerintahan-saudara-tua-di.html

Anda mungkin juga menyukai