Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2252-3979

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio

Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin terhadap Pembentukan Buah


secara Partenokarpi pada Tanaman Mentimun Varietas Mercy

Effect of Giberellin Hormones on the Formation of Fruit n Parthenocarpy of


Cucumber Plants, Variety of Mercy

Dwi Cahyani Wulandari*, Yuni Sri Rahayu, Evie Ratnasari


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
*e-mail: clarice.lunch@yahoo.co.id

ABSTRAK
Partenokarpi merupakan gejala terbentuknya buah tanpa melalui proses fertilisasi. Buah yang terbentuk
secara partenokarpi biasanya menghasilkan biji yang lunak bahkan biji bisa tidak terbentuk. Partenokarpi dapat
terjadi secara alami ataupun buatan dengan menggunakan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Salah satu ZPT yang sering
digunakan untuk menginduksi pembentukan buah secara partenokarpi adalah giberelin. Penelitian bertujuan untuk
mendeskripsikan perbedaan bobot buah dan jumlah biji mentimun varietas mercy yang terbentuk secara
partenokarpi akibat pemberian hormon giberelin dengan berbagai konsentrasi. Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan, yaitu konsentrasi hormon giberelin dengan taraf 0 ppm, 150
ppm, 175 ppm dan 200 ppm. Pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 20 unit eksperimen. Data
hasil penelitian untuk bobot buah dianalisis menggunakan ANAVA dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT), sedangkan data jumlah biji dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan bobot buah dan jumlah biji pada buah mentimun varietas mercy yang terbentuk secara partenokarpi
akibat pemberian hormon giberelin dengan berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi 200 ppm berpengaruh paling
optimum terhadap bobot buah dan jumlah biji yang paling sedikit.

Kata kunci: Giberelin; partenokarpi; mentimun varietas mercy

ABSTRACT
Parthenocarpy is formation of fruit without fertilization process. Fruit that formed by Parthenocarpy usually produces
soft seeds even seeds could not be formed. Parthenocarpy can occur naturally or artificially by using PGR (Plant Growth
Regulators). One of the PGR that are often used to induce the formation of the parthenocarpy fruit are gibberellins. The aim of
this study was to describe the effect of gibberellins application to cucumber fruit formation (fruit weight and number of seeds).
This study used a randomized block design (RBD) with one treatment factor, namely concentration of the hormone gibberellin
with level 0 ppm, 150 ppm, 175 ppm, and 200 ppm. Repetitions performed 5 times to obtain 20 experimental units. Research
data on fruit weight were analyzed using ANOVA followed by the Least Significant Difference (LSD) Test, while data on
number of seed were analyzed descriptively. The results showed that there were differences in fruit weight and number of seeds in
cucumber varieties mercy that form by parthenocarpy as a result of the hormone gibberellin with various concentrations. At a
concentration of 200 ppm gave optimum effect on fruit weight and number of seeds the least.

Key words: Gibberellin; parthenocarpy; cucumber varieties mercy

PENDAHULUAN mercy. Karakteristik varietas mercy ini yaitu


Mentimun adalah salah satu jenis sayuran buahnya cukup besar, bebas rasa pahit, tekstur
yang sangat dikenal dan banyak dikonsumsi buah renyah sehingga banyak disenangi dan
masyarakat, baik dalam bentuk segar sebagai digunakan sebagai sayuran lalapan segar. Selain
lalapan maupun dalam bentuk olahan seperti itu umur panen untuk varietas ini relatif cepat
asinan, acar, dan salad. Kegunaan lain dari dibandingkan dengan varietas lainnya, yaitu
mentimun dapat dimanfaatkan sebagai bahan sekitar umur 34-36 hari. Dengan demikian
obat dan bahan kosmetika untuk kecantikan. kualitas buah menjadi sangat penting apalagi
Salah satu jenis mentimun yang banyak ditanam untuk memenuhi permintaan pasar-pasar
oleh petani lokal adalah jenis mentimun varietas tradisional dan pasar modern (Rukmana, 2010).
28 LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 2732

Buah mentimun yang saat ini ada di pasaran biji dari kultivar-kultivar anggur berbiji. Hanya
adalah jenis mentimun yang memiliki biji. Namun saja perlakuan GA ini mengakibatkan tidak
dalam pengolahannya menjadi bahan makanan, terbentuknya biji karena gangguan pertumbuhan
bahan dasar kosmetik serta obat-obatan, biji ini tabung sari sebelum pembuahan. Tingkat
dibuang. Hal tersebut tentu saja tidak efisien di keberhasilan penyilangan biji ini mencapai
dalam industri makanan, kosmetik dan obat- hampir 100%.
obatan. Kehadiran mentimun tanpa biji akan Berdasarkan penelitian Annisah (2009),
menambah kualitas buah dari mentimun itu giberelin terbukti berpengaruh terhadap
sendiri, dan akan menarik perhatian masyarakat pembentukan buah tanpa biji pada semangka
sehingga permintaan akan mentimun dapat (partenokarpi) dengan konsentrasi hormon
meningkat serta harga mentimun di pasaran giberelin berbeda-beda serta menghasilkan hasil
dapat naik dan para petani mentimun tidak selalu yang berbeda pula. Sesuai penelitian
merugi karena selama ini harga mentimun selalu pendahuluan yang telah dilaksanakan, terbukti
rendah. bahwa pemberian hormon giberelin berpengaruh
Pasar ekspor, misalnya Jepang, memiliki terhadap jumlah biji, ukuran dan bobot buah.
kriteria khusus untuk jenis mentimun yang Pada konsentrasi hormon 150 ppm memiliki hasil
diekspor. Kriteria utama pasar Jepang adalah terbaik dibandingkan dengan konsentrasi 50 ppm,
mentimun tanpa biji, buahnya bebas rasa pahit, dan 100 ppm.
ukuran buah yang besar dan bentuk buah yang Berdasarkan latar belakang di atas, maka
baik. Mentimun varietas mercy sesuai dengan perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
kriteria tersebut, namun mentimun mercy masih mendeskripsikan perbedaan bobot buah dan
memiliki biji. Permintaan pasar Jepang terhadap jumlah biji pada buah mentimun varietas mercy
mentimun rata-rata 50.000 ton per tahun, yang terbentuk secara partenokarpi akibat
terutama dalam bentuk Mentimun Asinan pemberian hormon giberelin.
(Pickling Cucumber). Pemasok mentimun ke
Jepang masih didominasi oleh RRC, Muangthai BAHAN DAN METODE
dan Taiwan. Jenis mentimun asinan yang diminta Penelitian ini merupakan penelitian
pasar Jepang berasal dari varietas mentimun eksperimental yang dilakukan dengan
hibrida Jepang pula, atau di sebut Kiuri yang memanipulasi konsentrasi hormon giberelin yang
hampir tidak memiliki biji pada buahnya. kemudian diberikan pada tanaman mentimun
Indonesia telah memanfaatkan peluang pasar varietas mercy untuk menginduksi terbentuknya
mentimun asinan ke pasar Jepang, tetapi buah secara partenokarpi. Penelitian dilaksanakan
kemampuannya masih sangat rendah, yakni di pada bulan Februari-Desember 2013. Penelitian
bawah 2.000 ton per tahun (Rukmana, 2010). dilaksanakan di lahan pertanian kelompok tani
Peningkatan produksi baik dari segi kualitas Desa Klampar Pamekasan.
dan kuantitas mentimun lokal Indonesia dapat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
ditingkatkan. Indonesia mempunyai peluang adalah benih mentimun varietas mercy yang
untuk menjadi pemasok ekspor utama mentimun diperoleh dari toko pertanian trubus di Komplek
ke Negara Jepang, tetapi dengan syarat mentimun Perumahan Delta Sari Indah Waru dan hormon
lokal harus memenuhi kriteria yang dimaksud giberelin GA3 sebagai induktor.
yaitu buah bebas rasa pahit, tekstur buah renyah, Penelitian menggunakan rancangan acak
bentuk mentimun yang baik dan ukuran buah kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 kali
yang besar serta mentimun tanpa biji. Salah satu ulangan. Perlakuan yakni kontrol (0 ppm),
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perlakuan konsentrasi 150 ppm, perlakuan
produksi tanaman mentimun baik dalam segi konsentrasi 175 ppm dan perlakuan konsentrasi
kualitas dan kuantitas adalah dengan proses 200 ppm. Pelaksanaan penelitian meliputi:
pemuliaan tanaman. Proses pemuliaan tanaman, persiapan lahan penanaman dan penanaman
misalnya mentimun, sebenarnya bukan hanya benih, pemeliharaan tanaman, aplikasi hormon
menghasilkan tanaman yang lebih berkualitas giberelin, pemanenan, pengamatan dan analisis
dibandingkan induknya, tetapi juga berusaha data.
menghasilkan buah tanpa biji untuk memenuhi Penelitian diawali dengan persiapan lahan
permintaan pasar yang saat ini terus meningkat. penanaman yang dilakukan dengan
Menurut Suswanto (2002), GA merupakan membersihkan lahan dari gulma dan batu-batuan
salah satu ZPT yang umum digunakan untuk dengan menggunakan cangkul. Kemudian lahan
menghasilkan pertumbuhan buah tanpa biji, yang dibuat bedengan-bedengan setinggi 50 cm dan
banyak digunakan oleh produsen anggur tanpa jarak antar bedengan 60 cm. Satu bendengan
Wulandari dkk.: Pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap pembentukan buah 29

terdiri atas 5 blok (ulangan) yang masing-masing diperoleh kemudian diuji dengan uji ANAVA
blok terdapat 4 lubang tanam. Pada masing- (Analisis Varian) taraf uji 5%. Bila pengaruh
masing lubang tanam diisi satu benih. perlakuan beda nyata dilanjutkan dengan uji BNT
Pemeliharaan tanaman meliputi pemasangan (Beda Nyata Terkecil) pada taraf signifikasi 5%.
ajir, penyulaman, penyiraman, pemupukan dan Untuk data rerata jumlah biji dianalisis secara
pengendalian hama. Ajir dipasang saat tanaman deskriptif.
berumur 10 HST, ajir berfungsi sebagai tiang
penyangga/tempat merambatnya tanaman HASIL
mentimun. Penyulaman mulai dilakukan setelah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanaman berumur 3-10 HST. Untuk penyiraman pemberian hormon giberelin dengan berbagai
dilakukan tiap hari pada pagi dan sore hari sesuai konsentrasi memengaruhi pembentukan buah
dengan kondisi lapangan. Penyiangan gulma secara partenokarpi pada tanaman mentimun
dilakukan secara manual dengan mencabut gulma varietas mercy dengan parameter bobot buah (g)
yang mengganggu pertumbuhan tanaman dan jumlah biji (biji). Pengukuran bobot dan
mentimun untuk mengurangi persaingan antara penghitungan jumlah biji dilakukan setelah 40
tanaman utama dengan gulma untuk HST. Pemberian hormon giberelin dengan
mendapatkan unsur hara dari tanah. Pemupukan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh
susulan diberikan dalam bentuk pupuk terhadap pembentukan buah secara partenokarpi
daun/sekam bakar. Pemupukan pertama pada tanaman mentimun varietas mercy dengan
dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST. parameter bobot buah (g) dan jumlah biji (biji).
Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman Data rerata bobot buah (g) setelah dianalisis
mulai berbuah, yaitu 28 HST. Pengendalian hama dengan uji BNT diketahui hasil terbaik terdapat
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida, pada perlakuan 200 ppm yang berbeda nyata
sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan 200
dengan menyemprotkan fungisida. ppm, rerata bobot buah yang dihasilkan memiliki
Aplikasi hormon giberelin (GA3) dilakukan nilai terbesar, yaitu 612 g (Tabel 1). Pada
pada bunga betina. Kepala putik bunga betina parameter jumlah biji, data dianalisis secara
disemprot dengan cara mendekatkan lubang deskriptif, diketahui perlakuan 200 ppm memiliki
hansprayer yang berisi hormon giberelin pada rerata jumlah biji paling rendah (sedikit), yaitu
lubang tabung mahkota. Penyemprotan dilakukan sebanyak 208 biji sedangkan perlakuan kontrol
sebanyak dua kali untuk setiap bunga dengan memiliki rerata jumlah biji paling tinggi (banyak),
selang waktu penyemprotan 24 jam. yaitu sebanyak 373 biji (Tabel 2). Semakin tinggi
Penyemprotan dilakukan pukul 07.00-08.00 WIB konsentrasi hormon giberelin (200 ppm) yang
dengan volume hormon sebanyak 2 ml. diberikan, maka semakin tinggi peningkatan
Penyemprotan bunga pertama dilakukan serentak bobot buah dan semakin rendah jumlah biji pada
saat tanaman berumur 25 HST, kemudian buah mentimun varietas mercy.
berselang dua hari untuk penyemprotan bunga
kedua dan seterusnya. Semua bunga jantan yang
muncul pada tanaman dipotong/dibuang pada Tabel 1. Pengaruh pemberian hormon giberelin
saat masih kuncup untuk mencegah terjadinya terhadap bobot buah (g) mentimun varietas mercy yang
penyerbukan. terbentuk secara partenokarpi
Pemanenan dilakukan dengan cara
memotong tangkai buah menggunakan pisau Perlakuan /
tajam. Pemanenan dilakukan berurutan dimulai konsentrasi hormon Rerata Bobot Buah (g) SD
giberelin (ppm)
dari buah pertama, selanjutnya buah kedua dan
buah ketiga. Pemanenan buah pertama dilakukan 0 230 36.57a
saat tanaman berumur 40 HST, kemudian 150 413 59.95b
berselang 2-4 hari untuk pemanenan berikutnya. 175 476 87.43b
Data yang diperoleh berupa hasil
pengukuran bobot buah (g), dan jumlah biji (biji) 200 612 14.40c
yang merupakan parameter terbentuknya buah Keterangan: notasi yang berbeda (abc) menunjukkan
adanya beda nyata antarperlakuan dengan taraf
secara partenokarpi pada tanaman mentimun
signifikasi 0,05%
varietas mercy. Data rerata bobot buah (g) yang
30 LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 2732

0ppm 150ppm

175ppm 200ppm

Gambar 1. Penampang melintang buah mentimun hasil pemberian hormon giberelin

0ppm 150ppm

175ppm 200ppm

Gambar 2. Morfologi buah mentimun varietas mercy hasil pemberian hormon giberelin dengan konsentrasi 0 ppm,
150 ppm, 175 ppm dan 200 ppm

Tabel 2. Pengaruh pemberian hormon giberelin varietas mercy. Pada perlakuan 200 ppm memiliki
terhadap jumlah biji (biji) pada buah mentimun varietas pengaruh paling besar dibandingkan dengan
mercy yang terbentuk secara partenokarpi perlakuan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
Perlakuan / konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 1 diketahui rerata bobot
Jumlah Biji (biji)
hormon giberelin (ppm) buah terbesar terdapat pada perlakuan
0 373 konsentrasi 200 ppm, sedangkan pada perlakuan
kontrol memiliki rerata bobot buah terkecil.
150 298
Untuk parameter kedua, yaitu jumlah biji dapat
175 259
dilihat pada Tabel 2, diketahui pada perlakuan
200 208
konsentrasi 200 ppm memiliki rerata jumlah biji
paling sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian hormon giberelin
PEMBAHASAN berpengaruh nyata terhadap bobot buah dan
Hasil analisis data diketahui bahwa jumlah biji.
pemberian hormon giberelin dengan konsentrasi 0 Hormon giberelin berpengaruh terhadap
ppm, 150 ppm, 175 ppm dan 200 ppm pembentangan sel-sel, pembungaan dan
berpengaruh signifikan terhadap besarnya bobot pembuahan. Giberelin juga mampu menginduksi
buah dan jumlah biji pada buah yang terbentuk
secara partenokarpi pada tanaman mentimun
Wulandari dkk.: Pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap pembentukan buah 31

terjadinya pembelahan pada sel-sel buah sehingga pertumbuhan sel buluh serbuk sari menuju
ukuran buah bertambah (Annisah, 2009). mikropil. Buluh serbuk sari yang berhasil
Tanaman secara alamiah sudah memiliki mencapai mikropil akan melepaskan dua inti
hormon pertumbuhan seperti auksin, giberelin sperma. Satu sperma membuahi satu sel telur
dan sitokinin. Sebagian besar hormon endogen di membentuk zigot dan yang satu lagi bergabung
tanaman berada pada jaringan meristem, yaitu dengan dua inti kutub membentuk endosperm
jaringan yang aktif tumbuh seperti ujung-ujung primer. Zigot tumbuh menjadi embrio dan
tunas/tajuk dan akar. Namun, karena pola budi endosperm primer menjadi endosperm yang
daya yang intensif yang disertai pengolahan tanah berfungsi sebagai sumber makanan bagi embrio
yang kurang tepat, maka kandungan hormon sekaligus supplier zat-zat pengatur tumbuh (ZPT)
endogen tersebut menjadi rendah/kurang bagi yang memengaruhi dan mengendalikan
proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif pertumbuhan ovule menjadi biji (Ashari, 2000).
tanaman. Akibatnya sering dijumpai Dalam partenokarpi, hormon giberelin
pertumbuhan tanaman yang lambat, kerontokan mencegah terbentuknya biji dengan menghambat
bunga atau buah, ukuran buah yang kecil proses fertilisasi. Proses penyerbukan dicegah
merupakan sebagian tanda kekurangan hormon dengan memotong seluruh bunga jantan yang
(selain kekurangan zat lainnya seperti unsur ada, hal ini untuk meminimalkan kemungkinan
hara). Oleh karena itu, penambahan hormon dari terjadinya fertilisasi. Hormon giberelin akan
luar (hormon-eksogen) seperti giberelin mutlak mencegah sampainya buluh serbuk sari ke celah
diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan mikropil pada ovarium dengan merusak dan
vegetatif dan generatif tanaman yang optimal. menghambat perkembangan buluh serbuk sari.
Giberelin aktif menunjukkan efek fisiologis, Akibatnya, sel sperma tidak dapat bertemu
masing-masing tergantung pada tipe giberelin dengan sel telur dan zigot tidak terbentuk. Jika
dan juga spesies tanaman. Beberapa proses zigot tidak terbentuk, maka perkembangan bakal
fisiologis yang dipengaruhi oleh giberelin adalah: biji terhenti dan tidak terbentuk biji. Partenokarpi
merangsang pemanjangan batang dengan dikatakan terjadi, apabila buah terbentuk tanpa
merangsang pembelahan sel dan pemanjangan, diawali proses fertilisasi, keberadaan giberelin
merangsang pembungaan, memecah dormansi mampu menggantikan proses fertilisasi. Jadi
pada beberapa tanaman yang menghendaki pemberian hormon giberelin mampu
cahaya untuk merangsang perkecambahan, menginduksi terbentuknya buah secara
merangsang produksi enzim (a-amilase) dalam partenokarpi (Pardal, 2001).
mengecambahkan tanaman sereal untuk Pada penelitian yang telah dilakukan,
mobilisasi cadangan benih, menyebabkan diketahui biji masih bisa terbentuk. Hal ini
berkurangnya bunga jantan pada bunga dicious membuktikan bahwa fertilisasi masih
(sex expression), dapat menyebabkan berlangsung meskipun tidak maksimal, akan
perkembangan buah partenokarpi (tanpa biji), tetapi pada perlakuan konsentrasi 200 ppm biji
dapat menunda penuaan pada daun dan buah yang terbentuk memiliki ukuran yang sangat kecil
jeruk (Salisbury dan Ross, 1985). Sebagaimana dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan
telah dijelaskan di atas bahwa keberadaan perlakuan 150 ppm serta 175 ppm. Tekstur biji
giberelin mampu menginduksi terjadinya yang terbentuk pada perlakuan 200 ppm lunak,
pembelahan sel, pemanjangan sel sehingga secara sedangkan pada perlakuan lainnya terutama
tidak langsung penambahan hormon giberelin perlakuan kontrol tekstur biji masih sangat keras.
mampu berkontribusi dalam penambahan ukuran Ukuran biji yang kecil dan lunak menunjukkan
buah, umbi, batang, dan lainnya. bahwa pembentukan biji tidak terjadi dengan
Pada kondisi normal, fertilisasi pada sempurna, hal ini dikarenakan hormon giberelin
tanaman diawali dengan proses penyerbukan, mampu menghambat perkembangan embrio
yaitu peristiwa menempelnya serbuk sari pada sehingga biji yang terbentuk tidak sempurna.
kepala putik. Inti serbuk sari membelah menjadi 2 Bakal buah sendiri akan terinduksi untuk
sel, sel besar sebagai sel generatif dan sel kecil berkembang apabila telah terjadi fertilisasi. Saat
sebagai sel protalus (vegetatif). Sel generatif fertilisasi berlangsung, terjadi pengaturan
memanjang membentuk buluh serbuk sari. Di perubahan hormonal seperti peningkatan kadar
ujung buluh serbuk sari terdapat sel generatif auksin dan giberelin yang diperlukan untuk
yang membelah menjadi dua yaitu inti generatif proses metabolism seluler sehingga bakal buah
dan inti buluh. Inti generatif inilah yang akan akan berkembang bersamaan dengan
membelah menjadi sperma-1 dan sperma-2. Inti berkembangannya bakal biji. Dalam kasus
vegetatif bertugas mengendalikan proses partenokarpi, hormon giberelin akan
32 LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 2014: 2732

menggantikan proses fertilisasi dalam pengaturan berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap bobot
perubahan hormonal sel, karena giberelin buah dan jumlah biji pada buah tanaman
memiliki kemampuan menginduksi pembentukan mentimun varietas mercy. Pada penelitian ini,
hormon auksin, dan bersinergi dengan hormon terdapat perbedaan bobot buah antara perlakuan
lainnya (Pardal, 2001). kontrol yang tidak diberi hormon giberelin
Dalam perkembangan buah, giberelin akan dengan perlakuan pemberian hormon giberelin
menginduksi terjadinya pembelahan dan dengan konsentrasi 150 ppm, 175 ppm dan 200
pembentangan pada lapisan perikarpi di bakal ppm. Hasil terbaik untuk parameter bobot buah
buah. Lapisan perikarpi sendiri terbagi menjadi adalah perlakuan 200 ppm. Parameter lainnya
tiga lapisan, yaitu eksokarpi yang akan yaitu jumlah biji, diketahui juga terdapat
berkembang menjadi kulit buah, mesokarpi yang perbedaan jumlah biji antara perlakuan kontrol
akan mengalami pembelahan dan pembentangan dan perlakuan lainnya yang diberi hormon
lebih cepat akibat induksi giberelin membentuk giberelin. Hasil terbaik yaitu buah yang jumlah
daging buah serta endokarpi yang merupakan bijinya paling sedikit sebagai indikator bahwa
lapisan terdalam (Pardal, 2001). Namun, perlu terjadi partenokarpi yaitu pada perlakuan 200
diperhatikan bahwa pada buah mentimun, ppm. Penelitian ini membuktikan bahwa hormon
lapisan perikarpi hanya terbagi menjadi dua giberelin mampu memengaruhi pembentukan
lapisan, yaitu eksokarpi dan mesokarpi. buah secara partenokarpi pada tanaman
Giberelin dalam tumbuhan memengaruhi mentimun varietas mercy, sebagaimana sejalan
proses pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan dengan teori yang ada.
memengaruhi pembelahan sel (peningkatan
jumlah). Adanya pembesaran sel mengakibatkan SIMPULAN
ukuran sel yang baru lebih besar dari sel induk. Terdapat perbedaan bobot buah dan jumlah
Pertambahan ukuran sel menghasilkan biji pada buah mentimun varietas mercy yang
pertambahan ukuran jaringan, organ dan terbentuk secara partenokarpi akibat pemberian
akhirnya meningkatkan ukuran organ atau hormon giberelin dengan berbagai konsentrasi (0
bagian-bagian tanaman secara keseluruhan ppm, 150 ppm, 175 ppm dan 200 ppm). Perlakuan
maupun berat atau bobot tanaman tersebut. dengan konsentrasi 200 ppm berpengaruh paling
Peningkatan pembelahan sel menghasilkan optimum terhadap bobot buah, pengurangan
jumlah sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang jumlah biji dan ukuran biji menjadi kecil pada
meningkat termasuk di dalam jaringan pada buah mentimun varietas mercy.
daun, memungkinkan terjadinya peningkatan
fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat DAFTAR PUSTAKA
memengaruhi bobot tanaman (Salisbury dan Ross, Annisah, 2009. Pengaruh Induksi Hormon Giberelin
1995). terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi pada
Peran giberelin dalam pembentangan sel Beberapa Varietas Tanaman Semangka. Skripsi. Tidak
melalui beberapa mekanisme, yaitu peningkatan dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera
kadar auksin dan enzim a-amilase. Giberelin akan Utara.
memacu pembentukan enzim yang melunakkan Ashari S, 2000. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman.
dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan Jakarta: Rineka Cipta.
melepaskan amino triptofan (prekusor/ Pardal SJ, 2001. Pembentukan Buah Partenokarpi melalui
pembentuk auksin) sehingga kadar auksin Rekayasa Genetik. Di akses dari
meningkat. Hormon auksin mengatur proses http://biogen.litbang.deptan.go.id?terbitan?pdf?a
pembentangan sel (pembesaran sel). Giberelin grobio_4_245-49.pdf. pada tanggal 4 Februari
2013.
merangsang pembentukkan polihidroksi asam
Rukmana R, 2010. Budidaya Mentimun. Yogyakarta:
sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja
Kanisius.
dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini
Salisbury FB and Ross CW, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid
merupakan enzim perusak Auksin. Selanjutnya
3. (Terjemahan: Dian R Lukman dan Sumaryono).
giberelin akan merangsang terbentuknya enzim a-
Bandung: ITB.
amilase dimana enzim ini akan menghidrolisis
Suswanto A, 2002. Berbahayakah Semangka dan Anggur
pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik Tanpa Biji. Diakses dari: http://inspiration-
yang akan menyebabkan air lebih banyak lagi bioteknologi.kompas.com/2009/06/semangka-
masuk ke sel sehingga sel mengalami dan-anggur-tanpa-biji-doktor.html pada tanggal 4
pembentangan (Salisbury dan Ross, 1995). Februari 2013.
Berdasarkan penelitian yang telah selesai
dilakukan, pemberian hormon giberelin dengan

Anda mungkin juga menyukai