Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 14 Oktober 2014

Biokimia Umum Waktu : 08.00 11.00 WIB


PJP : M. Syefudin
Asisten : Rahma Dara Ayunda
Abdul Qodir
Amar Husna
M. Maftukhin Sholeh

LIPID

Kelompok 3
Dame Hartini Afrina G34130008
Khalik Kusnandar G34130018
Riska Susilowati G34130028
Eka Mulyani G34130055

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam, semuanya tidak dapat
larut dalam air, namun dapat larut dalam zat pelarut nonpolar, seperti eter dan
kloroform (Sloane 2003). Lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus
agar bersirkulasi dalam darah karena lipid tidak larut dalam air. Lipid dalam
sirkulasi tersusun menjadi partikel-partikel lipoprotein besar dengan berbagai
golongan apolipoprotein. Apolipoprotein ini membantu kelarutan lipid serta
pengangkutannya dari saluran cerna ke hati, yang memiliki reseptor spesifik untuk
apolopoprotein (Sacher et al. 2004).
Lipid atau biasa disebut juga dengan lemak terdiri dari berbagai macam
jenis. Menurut struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (triglyceride),
phospholipida, lecithine, dan sphyngomyelineb. Menurut sumbernya (bahan
makanannya), lemak terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati. Menurut
konsistennya, lemak terdiri dari dari lemak padat (lemak atau gaji) dan lemak cair
(minyak). Menurut wujudnya, lemak terdiri dari lemak tak terlihat (invisible fat)
dan lemak terlihat (visible fat). Lemak nabati mengandung lebih bayak asam
lemak tak jenuh yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan berbentuk
cair (minyak), sedangkan lemak hewani mengandung asam lemak jenuh,
khususnya yang mempunyai rantai karbon panjang yang berbentuk padat (Riawan
1990).
Lipid memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh, diantaranya adalah
menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh, menghasilkan asam lemak esensial,
pelumas di antara persendian, membantu pengeluaran sisa makanan, dan memberi
kepuasan cita rasa. Lipid merupakan sumber energi yang pekat, 1 gram lipid
memberikan 9 gram kalori. Energi yang berlebihan dalam tubuh akan disimpan
dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Lipid adiposa ini tersimpan
dalam jaringan di bawah kulit/sub cutaneus tissues sebanyak 50%, sekeliling alat
tubuh dalam rongga perut sebanyak 45%, dan dalam jaringan bagian dalam
otot/intra muscular tissues sebanyak 5% (Suhardjo et al. 2010).
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menunjukkan sifat dan struktur
lipid melalui uji-uji kualitatif, serta mempelajari sifat-sifat lipid melalui beberapa
reaksi uji kualitatif untuk lipid.
METODE PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Biokimia 1-Departemen
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor. Waktu pelaksanaannya, yaitu pada hari Selasa, tanggal 13 Oktober 2014
pukul 08.00 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ialah tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, labu erlenmeyer, alat pengocok otomatis, pembakar Bunsen, kertas saring,
pipet tetes, pipet mohr, dan sumbat karet.
Adapun bahan-bahan yang digunakan ialah air, eter, kloroform, alkohol
panas, alkohol dingin, alkali, asam encer, minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin, blue band, gliserol, asam stearat, asam palmitat, kristal KHSO4, pati,
pereaksi Jod Hubl, minyak kelapa tengik, asam oleat, HCl pekat, floroglusinol,
serbuk CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, dan asam asetat
anhidrat.
Prosedur Percobaan
Uji Kelarutan
Uji kelarutan, sebanyak 2 mL pereaksi/pelarut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang bersih. Setelah itu, sedikit bahan percobaan dibubuhkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah bersih pelarut. Kemudian, isi tabung dikocok
kuat-kuat. Pelarut yang digunakan adalah air, eter, kloroform, alkohol panas,
alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Bahan percobaan yang digunakan adalah
minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam
stearat, dan asam oleat
Uji Akrolein
Uji akrolein, sedikit kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang bersih dan kering. Setelah itu, sebanyak 3-4 tetes bahan percobaan
dibubuhkan ke dalam tabung reaksi tersebut dan dipanaskan langsung di atas api.
Kemudian, bau akrolein yang berupa asap putih dibandingkan dengan bau SO 2
yang terbang dari karbohidrat yang dipanaskan. Uji ini dilakukan terhadap
miinyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat, asam stearat, dan pati.
Uji Ketidakjenuhan
Uji ketidakjenuhan, sebanyak 1 mL bahan percobaan dimasukkan ke
dalam tabung bersih. Selanjutnya, ditambahkan kloroform sama banyaknya dan
dikocok sampai semua bahan larut. Kemudian, dibubuhkan tetes demi tetes
pereaksi Jod Hubl sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Uji ini
dilakukan terhadap minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega,
blue band, asam palmitat, dan asam oleat.
Uji ketengikan
Uji ketengikan, labu erlenmeyer 100 mL yang bersih dan kering
disediakan dan dimasukkan bahan percobaan sebanyak 5 mL. Selanjutnya,
ditambahkan 5 mL HCl pekat dan dicampurkan hati-hati. Kemudian, disediakan
kertas saring yang dicelupkan ke dalam floroglusinol dan disumbat karet. Lalu,
serbuk CaCO3 dimasukkan dan segera ditutup dengan sumbat karet yang
dijepitkan kertas floroglusinol, sehingga kertasnya tergantung. Keadaan ini
dibiarkan 10-20 menit. Uji ini dilakukan pada minyak kelapa tengik, minyak
kelapa, lemak hewan, dan mentega.
Uji Salkowski untuk kolesterol.
Uji salkowski untuk kolestrol, beberapa milligram kolesterol dilarutkan di
dalam 3 mL kloroform anhidrat yang berada dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering. Selanjutnya, ditambahkan asam sulfat pekat dengan volume yang sama
dan dikocok perlahan-lahan. Kemudian, lapisan cairan tersebut dibiarkan terpisah
dan diamati warna yang terjadi.
Uji Lieberman-Buchard untuk kolesterol
Uji Lieberman-Buchard untuk kolesterol, sebanyak 10 tetes asam asetat
anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat ditambahkan ke dalam larutan-larutan
kolesterol dan kloroform dari percobaan Salkowski. Selanjutnya, tabung dikocok
perlahan-lahan. Kemudian, tabung dibiarkan selama beberapa menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lemak dan minyak disebut trigliserida atau triasilgliserol merupakan
anggota dari keluarga lipid. Bahan minyak dan lemak yang digunakan pada
percobaan di antaranya minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol,
asam oleat, dan asam stearat. Komposisi penyusun minyak kelapa adalah asam
laurat (Gunawan 1990). Lemak hewan dapat mengandung beberapa asam lemak,
di antaranya dapat berupa asam palmitat, asam stearat, asam palmitoleat, dan
asam oleat. Kadar asam lemak jenuh pada lemak hewan ini lebih besar
dibandingkan dengan lemak nabati. Mentega berasal dari lemak hewan dan
biasanya mengandung lebih banyak lemak jenuh (66%) dibandingkan lemak
takjenuh (34%). Mentega mengandung lebih banyak lemak tidak jenuh (85-87%)
dibandingkan lemak jenuhnya. Mentega mengandung sejumlah asam butirat, asam
laurat, dan asam linoleat. Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh
tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk pada mentega masing-masing
47,35; 26,10; dan 2,24 g per 100 gram. Mentega biasanya mengandung vitamin A,
D, protein, dan karbohidrat. Blue Band yang digunakan pada percobaan
merupakan suatu margarin. Margarin berasal dari lemak tumbuhan. (13-15%).
Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak
jenuh majemuk pada margarin masing-masing 29,02; 34,61; dan 13,78 g per 100
gram. Asam lemak tidak jenuh, yaitu omega-3 dan omega-6 juga terdapat pada
margarin. Lemak jenuh ini biasanya berhubungan dengan tingginya kadar
kolesterol dalam tubuh. (Susanti et al 2012).
Derajat kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut untuk dapat larut
dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.Tingkat polaritas berkaitan dengan
polaritas dari pelarut tersebut. Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan
lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran
yang sama. Hal ini sesuai dengan prinsip uji kelarutan yaitu berdasarkan pada
kaidah like dissolves like yang mana senyawa polar akan larut dalam pelarut polar
dan sebaliknya. Kelarutan lipid baik lemak maupun minyak diuji dengan berbagai
jenis pelarut untuk mengetahui derajat kelarutannya (Rukmini dan Raghuram
1991).
Gambar 1. Reaksi yang terjadi dalam uji kelarutan lipid
Tabel 1. Uji kelarutan lipid

Pelarut
Bahan Alkohol Alkohol Asam
Air Eter Klorofom Alkali
panas dingin encer
Minyak kelapa - + ++ - - - -
Lemak hewan - + ++ - - - -
Mentega - + ++ - - - -
Margarin - + ++ - - - -
Gliserol - + ++ + + + +
Asam oleat - + ++ + + - -
Asam stearat - + ++ - - - -
Keterangan : ++ Sangat Larut

+ Larut

- Tidak larut

Berdasarkan hasil percobaan semua bahan tidak larut dalam air karena
semua bahan bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Pada pelarut eter
(nonpolar) semua bahan larut (nonpolar). Klorofom menjadi pelarut sempurna
untuk semua bahan karena merupakan pelarut organik (nonpolar). Alkohol panas
dapat melarutkan gliserol dan asam oleat meskipun alkohol bersifat polar tetapi
karena suhu panas alkohol dapat melarutkan sebagian lemak dan minyak. Alkohol
dingin melarutkan gliserol dan asam oleat, karena gliserol yang memiliki 3 gugus
hidroksil sehingga bersifat cenderung polar dan asam oleat seharusnya tidak larut
dalam alkohol dingin karena sifatnya yang nonpolar. Alkali melarutkan gliserol
karena terjadi reaksi penyabunan. Asam encer melarutkan gliserol.

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi
dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein. uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan
gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen
pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan
terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein
(CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan
asap putih (Hart et al 2003).

Gambar 2. Reaksi yang terjadi dalam uji akrolein

Tabel 2. Uji akrolein

Bahan Pengamatan Keterangan


Minyak kelapa Asap putih, bau +
Lemak hewan Asap putih, bau ++
Gliserol Asap putih, bau +++
Asam oleat Asap putih, bau ++
Asam stearat Asap putih, bau ++
Pati Asap,bau manis -
Keterangan : + Bau Akrolein

- Tidak Bau Akrolein

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, gliserol dan pati


digunakan sebagai acuan. Gliserol memberikan hasil positif yang membentuk
asap putih dan berbau tengik atau seperti lemak terbakar sedangkan pati
memberikan hasil negatif karena tidak memiliki gliserol dalam komposisi
penyusunnnya. Minyak kelapa, lemak hewan, asam oleat, dan asam stearat positif
mengandung gliserol sebagai komposisi penyusunnya. Namun hasil percobaan
tidak sesuai, seharusnya asam palmitat dan asam stearat bereaksi negatif karena
hanya mengandung asam lemak tidak mengandung gliserol.

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji


apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan
pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini berfungsi sebagai pengadisi ikatan rangkap yang
ada pada asam lemak tidak jenuh menjadi ikatan tunggal. Asam lemak tidak jenuh
memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya sedangkan asam lemak jenuh
mempunyai ikatan tunggal hidrokarbon (Guenther 1987).

C C + I2 C C
I I

Gambar 3. Reaksi yang terjadi dalam uji ketidakjenuhan

Tabel 3. Uji ketidakjenuhan

Bahan Sebelum penambahan Sesudah penambahan Iod Ketidakjenuhan


Iod Hubl Hubl
Minyak kelapa Kuning Jingga bening +
Minyak kelapa Kuning Jingga muda +
tengik
Lemak hewan Putih keruh Jingga muda keruh +
Mentega Kuning Jingga muda lebih keruh +
Blue band Kuning Jingga pekat keruh +
Asam oleat Putih Merah Bening +
Asam stearat Kuning Kuning tua bening +
Keterangan : + Jenuh

- Tidak jenuh

Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya


warna merah ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna kembali lagi
ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan
bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, minyak kelapa, minyak


tengik, lemak hewan, mentega, blue band, asam stearat, dan asam oleat terbukti
mengandung asam lemak tidak jenuh. Uji ini positif untuk lemak ataupun minyak
yang memiliki asam lemak tidak jenuh walaupun dalam jumlah sedikit. Namun,
berdasarkan literature asam oleat termasuk asam lemak tidak jenuh yang
mempunyai ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonya yang seharusnya bereaksi
negatif.

Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam
lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas,
peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti hematin,
hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase. Molekul-molekul
lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan
menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh
pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida (Hawab 2004).
Menurut teori sebuah atom lemak, minyak, mentega, margarin, dan
shorteningnya 23 hidrogen yang letaknya disebelah atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi, sehingga
membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan membentuk peroksida
aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan
mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh
radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa
dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida dan
keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak
(Budimarwanti 2010).
Ada beberapa pereaksi dan bahan yang ditambahakan dalam uji
ketengikan, penambahan HCl pekat berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk
mempercepat terjadinya ketengikan. HCl pekat yang ditambahkan akan
menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga
terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal
ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akandihasilkan peroksida
Penambahan CaCO3, CaCO3 merupakan sumber oksigen dan mengoksidasi
minyak atau lemak yang diuji. Floroglusinol berfungsi sebagai indikator atau
penanda terbentuknya warna merah muda yaitu untuk melihat kualitas sampel
masih bagus atau tidak ( tengik ). Hal yang menyebabkan minyak atau lemak bisa
tengik yaitu asam lemak yang teroksidasi menguap dan ditangkap oleh
floroglusinol. Reaksi oksidasi lipid dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 4. Pembentukan hidrogen peroksida pada tahap awal oksidasi residu


asam lemak tak jenuh (Fessenden & Fessenden 1986)
Adapun hasilnya terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Uji ketengikan


Bahan Pengamatan Ketengikan
Minyak kelapa tengik Merah muda +
Minyak kelapa Putih -
Lemak hewan Putih -
Mentega Putih -
Keterangan : + :Bahan uji tengik
- : Bahan uji tidak tengik

Warna merah muda pada uji ketengikan menunjukan bahwa sampel yang
diuji tengik. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi antara floroglusinol dengan
molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut. Hasil percobaaan
menunjukkan, dari semua bahan uji hanya minyak kelapa tengik yang
menunjukkan hasil positif, bahan uji lainnya seperti minyak kelapa, lemak hewan,
dan mentega menunjukkan hasil yang negatif dengan warna putih. Ketengikan
yang terjadi pada suatu bahan dipengaruhi proses penyimpanan yang terlalu lama
dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang menyebabkan
bahan menjadi tengik, dengan kata lain ketengikan pada kebanyakan lemak atau
minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah
teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas (Poedjiadi 2006).
Uji salkowski dan uji lieberman-buchard adalah uji
kualitatif untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Prinsip uji ini adalah
mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat kedalam
campuran. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan, kolesterol dan
senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang adalah
komponen penting dari plasma lipoprotein. Berikut adalah gambar struktur
kolesterol,

Gambar 5. Struktur kolesterol (Sudarmadji et al. 1989)

Pereaksi asam sulfat berfungsi sebagai sebagai pemutus ikatan ester lipid.
Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol
dibagian atas menjadi berwarna hijau dan asam sulfat terlihat berubah menjadi
kuning dengan warna fluoresens hijau.
Adapun hasilnya terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Uji kolesterol


Uji Foto Pengamatan Hasil Uji (+/-)
Salkowski Merah pekat +

Lieberman-Buchard Hijau pekat +

Keterangan :
+ : Mengandung kolesterol
Dari hasil percobaan uji salkowski menunjukkan hasil dengan warna
merah kecoklatan yang menunjukkan terjadinya reaksi antara kolesterol dengan
asam sulfat pekat (Supardan 1989). Berdasarkan uji Lieberman-buchard,
kolesterol yang dilarutkan dalam asam asetat anhidrat dan ditambah asam sulfat
pekat terbentuk warna hijau pada larutan. Hal ini
menunjukkan reaksi positif. Warna hijau yang terbentuk sangat pekat. Semakin
pekat warna yang terbentuk, menunjukkan bahwa kolesterol dalam sampel yang
diuji semakin banyak.
SIMPULAN
Lipid merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam larutan polar,
tetapi dapat larut dalam larutan nonpolar. Lipid yang memiliki ikatan rangkap
merupakan lipid yang bersifat tak jenuh dan bentuknya cair pada suhu kamar.
Lipid tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap mudah teroksidasi sehingga
menimbulkan ketengikan. Lipid yang tidak memiliki ikatan rangkap merupakan
lipid yang bersifat jenuh dan tidak mudah teroksidasi, sehingga tidak
menimbulkan ketengikan. Kolesterol dapat diuji dengan uji Salkowsi dan uji
Lieberman-Buchard.

DAFTAR PUTAKA
Budimarwanti. 2010. Analisis Lipid. Malang: Universitas Negeri Malang.
Fessenden RJ, JS Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid ke-2. Pudjaatmaka AH,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Ed. ke-3.
Gordon Gunawan. 1990. Pengaruh Kadar Asam Lemak Bebas. Bandung (ID) :
ITB Press.
Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta (ID) : UI Press.

Hart Harold, LE Craine, DJ Hart. 2003. Kimia Organik. Achmadi SS,


penerjemah. Jakarta (id) : Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
ke-11.
Hawab HM. 2004. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia.
Poedjiadi Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Riawan S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara.

Rukmini C, Raghuram TC. 1991. Nutritional and biochemical aspects of the


hypolipidenic action of rice bran oil. Journal of the American College of
Nutrition. 1(6) : 593-595).

Sacher RA, McPherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium Edisi 11. Wulandari D, penerjemah. Jakarta (ID) : EGC.
Terjemahan dari : Widmanns Clinical Interpretation of Laboratory Tests.
Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Veldman J, penerjemah.
Jakarta (ID) : EGC. Terjemahan dari : Anatomy and Physiology : an Easy
Learner.
Sudarmadji S, H Bambang, dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Suhardjo, Kusharto CM. 2010. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta (ID) :


Kanisius.
Supardan. 1989. Metabolisme Lemak. Malang: Lab. Biokimia Universitas
Brawijaya.

Susanti AD, Ardiana D, Gumelar GP, Bening YG. 2012. Polaritas pelarut sebagai
pertimbangan dalam pemilihan pelarut untuk ekstraksi minyak bekatul dari
bekatul varietas ketan (Oriza sativa glatinosa).[paper]. Surakarta (ID) :
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai