Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum adalah seperangkat aturan baik tertulis maupun tidak tertulis bersifat
mengikat dan memaksa yang dibuat pemerintah yang berwenang, untuk mengatur
masyarakat dan jika dilanggar akan dikenai sanksi. Hukum nasional yang ada di
Indonesia saat ini berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di masyarakat.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat terlihat dari adat istiadat masing-masing
daerah. Tetapi tidak semua adat adalah hukum. Menurut Ter Haar untuk melihat
apakah sesuatu adat istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka kita wajib
melihat sikap penguasa masyarakat hukum yang bersangkutan terhadap si
pelanggar peraturan adat-istiadat yang bersangkutan. Jika penguasa menjatuhkan
hukuman pada si pelanggar , maka adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat.

Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan perasaan
hukum rakyat yang nyata Karena hukum adat menjelmakan
perasaan hukum rakyat yang nyata, untuk itu hukum adat terus-menerus dalam
keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Peraturan hukum adat yang terus berkembang inilah
membuat hukum adat selalu mengalami perubahan. Oleh karena
sifat hukum adat yang tidak statis atau dengan kata lain fleksibel, maka di dalam
peraturan hukum adat perlu disepakati suatu penetapan agar
menjadi hukum positif.

Masyarakat dewasa ini mengenal adanya hukum adat yang berbeda-beda pada
tiap daerahnya. Namun, sebagian masyarakat banyak yang hanya sekedar
mengenal hukum adat mereka tidak mencermati dan mengerti latar belakang dari
terbentuknya hukum adat di daerahnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
memahami hakikat hukum adat, proses timbulnya hukum adat, perbedaan hukum
adat dan adat, landasan yuridis dari hukum adat serta manfaat hukum adat dalam
profesi hukum pada umumnya. Dari latar belakang tersebut penulis membahas
mengenai Asas-Asas Hukum Adat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis merumuskan


masalah dengan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Apa hakikat dari Hukum Adat?


2. Bagaimana proses timbulnya hukum adat?
3. Apa saja perbedaan hukum adat dan adat?
4. Apa landasan yuridis berlakunya hukum adat?
5. Apa saja manfaat manfaat mempelajari hukum adat dalam perspektif
profesi hukum?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hakikat dari Hukum Adat.


2. Untuk mengetahui proses timbulnya hukum adat.
3. Untuk mengetahui perbedaan hukum adat dan adat.
4. Untuk mengetahui landasan yuridis berlakunya hukum adat.
5. Untuk mengetahui manfaat manfaat mempelajari hukum adat dalam
perspektif profesi hukum.

1.4 Manfaat Penulisan

Ada beberapa manfaat yang diperoleh melalui penulisan makalah ini


sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa, dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai Asas-


Asas Hukum Adat.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan mengenai Asas-Asas
Hukum Adat.
1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode


kajian pustaka dan diskusi kelompok. Penulis mengumpulkan literatur-
literatur yang berasal dari buku maupaun internet yang dapat mendukung
penulisan ini. Setelah terkumpul kemudian di lakukan diskusi dan pengeditan
makalah agar penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik.

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Hakikat Hukum Adat

Dalam kamus besar bahasa Indonesia hakikat merupakan dasar atau


intisari. Dalam mempelajari dan mengenal hukum adat ada baiknya mengetahui
dasar-dasarnya, mulai dari pengertian serta istilah-istilah dalam hukum Adat.
Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia berarti kebiasaan. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam Bahasa
Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah mengenal dan
menggunakan istilah tersebut. Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai
berikut : Tingkah laku seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan cara
tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama.

Istilah Hukum Adat dikemukakan pertama kalinya oleh Prof.Dr. Cristian


Snouck Hurgronye dalam bukunya yang berjudul De Acheers (orang-orang
Aceh), yang kemudian diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis van Vollen Hoven dalam
bukunya yang berjudul Het Adat Recht van Nederland Indie. Dengan adanya
istilah ini, maka Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir tahun 1929 meulai
menggunakan secara resmi dalam peraturan perundang-undangan Belanda. 1

2.1.1 Pengertian Hukum Adat

Untuk mendapatkan gambaran apa yang dimaksud dengan hukum adat, berikut
adalah beberapa pengertian hukum adat yang dikemukakan para ahli dan
pengertian dari hasil seminar Hukum Adat dan Pembinaan Hukum Nasional
yang memberikan kejelasan apa yang dimaksud dengan hukum adat :

1. Menurut Prof. Mr. B. Terhaar Bzn

Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-


keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat.
Terhaar terkenal dengan teori Keputusan artinya bahwa untuk melihat apakah
sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari
sikap penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat.

1 .Cornelis van Vollenhoven, 1983. Orientasi dalam Hukum Adat Indonesia, Jambatan kerjasama
dengan Inkultra Foundation Inc., Jakarta, hlm. 14.

3
Apabila penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka
adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat.
2. Menurut Prof. Mr. Cornelis van Vollen Hoven
Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan
mempunyai sanksi dan belum dikodifikasikan.
3. Menurut Dr. Sukanto, S.H.
Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang pada umumnya tidak dikitabkan,
tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi jadi mempunyai
akibat hukum.
4. Menurut Mr. J.H.P. Bellefroit
Hukum adat sebagai peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak diundangkan
oleh penguasa, tetapi tetap dihormati dan ditaati oleh rakyat dengan keyakinan
bahwa peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum.
5. Menurut Prof. M.M. Djojodigoeno, S.H.
Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-peraturan.
6. Menurut Prof. Dr. Hazairin
Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah-kaidah
kesusialaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam
masyarakat itu.
7. Menurut Soeroyo Wignyodipuro, S.H.
Hukum adat adalah suatu ompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan
keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturanperaturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagaian besar
tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena mempunyai
akibat hukum ( sanksi ).
8. Prof. Dr. Soepomo, S.H.
Hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis, meliputi
peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib
tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya
peraturan-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.2

2 Bewa Ragawino, S.H.,M.Si Pengantar dan Asas-asas hukum adat,hlm 4

4
Dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas, maka terlihat unsur-unsur dari
pada hukum adat sebagai berikut :

1. Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.

2. Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis

3. Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sacral

4. Adanya keputusan kepala adat

5. Adanya sanksi/ akibat hukum

6. Tidak tertulis

7. Ditaati dalam masyarakat

Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum adat adalah sesuatu yang mempunyai nilai
dan kekuatan hukum, yaitu kaidah-kaidah asli sebagai endapan kesusilaan yang
hidup yang berkembang di dalam masyarakat adat atau kelompok-kelompok
rakyat Indonesia dan keberadaannya diakui oleh mereka. Sejak awal manusia
diciptakan telah dikarunia akal, pikiran dan prilaku yang ketiga hal ini mendorong
timbulnya kebiasaan pribadi , dan apabila kebiasaan ini ditiru oleh orang lain,
maka ia akan menjadi kebiasaan orang itu dan seterusnya sampai kebiaasaan itu
menjadi adat, jadi adat adalah kebiasaan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh
masyarakat yang bersangkutan sehingga menjadi hukum adat.
2.2 Proses Timbulnya Hukum Adat
Proses timbulnya hukum adat menurut Soerjono Soekanto dibagi menjadi 2 aspek
yaitu:

2.2.1 Aspek Sosiologi

Pada prinsipnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan


manusia lainnya karena manusia adalah makhluk sosial dan miliki naluri.
Karena hidup manusia membutuhkan manusia lainnya maka setiap manusia
akan berinteraksi dengan manusia lainnya, dari interaksi tersebut melahirkan
pengalaman. Dari pengalaman ini akan dapat didapati sistem nilai yang dapat
dianggap sebagai hal yang baik dan hal yang buruk. Dari Sistem nilai ini akan

5
melahirkan suatu pola pikir / asumsi yang akan menimbulkan suatu sikap yaitu
kecendrungan untuk berbuat atau tidak berbuat. Bila sikap ini telah mengarah
kecendrungan untuk berbuat maka akan timbulah perilaku3. Interaksi
pengalaman nilai pola berpikir sikap perilaku kebiasaan
Kumpulan prilaku-prilaku yang terus berulang-ulang dapat dilahirkan/
diabstraksikan menjadi norma yaitu suatu pedoman prilaku untuk bertindak.
Norma-norma tersebut dapat dibagi :

a. Norma Pribadi yaitu kepercayaan dan kesusilaan

b. Norma Antar Pribadi yaitu kesopanan dan hukum (sanksinya memaksa)

2.2.2 Aspek Yuridis

Aspek ini dilihat dari tingkat sanksinya. Bentuk konkret dari wujud prilaku adalah
cara yang seragam dari sekumpulan manusia misalnya cara berjual beli, cara bagi
waris, cara menikah, dsb. Bila ada penyimpangan ada sanksi namum lemah. Dari
cara tersebut akan terciptanya suatu kebiasaan, dan sanksi atas penyimpangannya
agak kuat dibanding sanksi cara/usage. Kebiasaan yang berulang-ulang dalam
masyarakat akan lahir standar kelakuan atau mores dimana sanksi atas
penyimpangan sudah menjadi kuat. Dalam perkembangan standar kelakuan atau
mores ini akan melahirkan Custom yang terdiri dari Adat Istiadat dan Hukum
Adat, dan sanksinya pun sudah kuat sekali.

Interaksi pengalaman pola berpikir - nilai sikap perilaku kebiasaan

Unsur-unsur Hukum Adat :

Unsur-unsur hukum adat terdiri dari 2 unsur yaitu:

1. Unsur Adat Istiadat dalam masyarakat adat

Contoh: Akibat Perkawinan

2. Unsur Agama

Contoh: Syarat Perkawinan.

3 H. Hilman Hadikusuma, Op. cit., hlm. 14.

6
Teori-teori yang menjelaskan asal kedua unsur tersebut adalah :

1.Teori Receptio in Complexu (van den Berg) Hukum suatu golongan masyarakat
itu merupakan resepsi / penerimaan secara bulat dari agama yang dianut oleh
golongan tersebut. Latar belakang terbentuknya teori ini adalah demi kepentingan
Hindia Belanda di Aceh yang sangat berperan adalah para ulama/Tengku
sehingga apa yang dikatakan oleh ulama tersebut berdasarkan agamanya
dijadikan hukum oleh masyarakat maka yang harus pertama kali ditundukkan
adalah ulamanya terlebih dahulu.

2 Teori Receptio oleh Snouck Hurgronye dan Ter Haar. Hukum agama adalah
bagian dari Hukum Adat. Apabila antara hukum Adat dan hukum Agama
bertentangan, maka tergantung pada agama yang dipeluk masyarakat adat
tersebut.

3. Teori Receptio A Contrario oleh Hazairin. Hukum Adat hanya dapat berlaku
dan dilaksanakan dalam pergaulan hidup masyarakat jika hukum adat itu tidak
bertentangan dengan hukum Islam.
2.3 Hukum Adat dan Adat
Secara etimologi, adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Jadi
secara etimologi adat dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang lalu menjadi kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka
kebiasaan itu menjadi adat. Adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh
dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan
dijunjung serta di patuhi masyarakat pendukungnya.
Secara lebih khusus M.Nasroen (soerjono soekanto, 1981: 70). Menjelaskan adat
merupakan suatu sistim pandangan hidup yang kekal, segar serta aktual, oleh
karena didasarkan pada:
1. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang nyata dan juga pada nilai
positif, teladan baik serta keadaan yang berkembang.
2. Kebersamaan dalam arti, seseorang untuk kepentingan bersama dan
kepentingan bersama untuk seseorang.
3. Kemakmuran yang merata

7
4. Pertimbangan pertentangan yakni pertentangan dihadapi secara nyata dengan
mufakat berdasarkan alur dan kepatutan
5. Meletakan sesuatu pada tempatnya dan menempuh jalan tengah
6. Menyesuaikan diri dengan kenyataan
7. Segala sesuatunya berguna menurut tempat, waktu dan keadaan.
Dengan demikian dapat adat merupakan aturan yang berlaku pada suatu
masyarakat, agar anggota masyarakat dapat menyesuaikan perbuatannya dengan
tata kelakuan yang dibuatnya tersebut. Berbeda dengan adat, Hukum adat adalah
hukum asli bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran
hukum masyarakatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan (perbuatan dsb) yg
lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; cara (kelakuan dsb) yg sudah
menjadi kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yg terdiri atas nilai-nilai budaya,
norma, hukum, dan aturan yg satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem.
Karena istilah Adat yang telah diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi
kebiasaan maka istilah hukum adat dapat disamakan dengan hukum kebiasaan.
Oleh karena itu hukum adat merupakan bagian dari adat atau adat istiadat, maka
dapatlah dikatakan, bahwa hukum adat merupakan konkritisasi dari pada
kesadaran hukum, khususnya pada masyarakat-masyarakat dengan struktursosial
dan kebudayaan sederhana. Pengertian Hukum adat lebih sering diidentikkan
dengan kebiasaan atau kebudayaan masyarakat setempat di suatu daerah.
Adat adalah kebiasaan masyarakat, dan kelompok-kelompok masyarakat lambat
laun menjadikan adat itu sebagai adat yang seharusnya berlaku bagi semua
anggota masyarakat, sehingga menjadi Hukum Adat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum adat adalah sesuatu yang mempunyai nilai
dan kekuatan hukum, yaitu kaidah-kaidah asli sebagai endapan kesusilaan yang
hidup yang berkembang di dalam masyarakat adat atau kelompok-kelompok
rakyat Indonesia dan keberadaannya diakui oleh mereka.
Secara lebih rinci lagi dapat dilihat perbedaan antara adat dengan hukum adat
sebagai berikut :
1. Dari Terhaar ;

8
Suatu adat akan menjadi hukum adat, apabila ada keputusan dari kepala adat dan
apabila tidak ada keputusan maka itu tetap merupakan tingkah laku/ adat.
2. Van Vollen Hoven :
Suatu kebiasaan/ adat akan menjadi hukum adat, apabila kebiasaan itu diberi
sanksi.
3. Van Dijk :
Perbedaan antara hukum adat dengan adat terletak pada sumber dan bentuknya.
Hukum Adat bersumber dari alat-alat perlengkapan masyarakat dan tidak tertulis
dan ada juga yang tertulis, sedangkan adat bersumber dari masyarakat sendiri dan
tidak tertulis.
4. Pendapat L. Pospisil :
Untuk membedakan antara adat dengan hukum adat maka harus dilihat dari
atribut-atribut hukumnya yaitu :
a.Atribut authority
yaitu adanya keputusan dari penguasa masyarakat dan mereka yang berpengaruh
dalam masyarakat.
b. Intention of Universal Application
Bahwa putusan-putusan kepala adat mempunyai jangka waktu panjangdan harus
dianggap berlaku juga dikemudian hari terhadap suatu peristiwa yang sama.
c. Obligation (rumusan hak dan kewajiban)
Yaitu dan rumusan hak-hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang masih
hidup.
Dan apabila salah satu pihak sudah meninggal dunia missal nenek moyangnya,
maka hanyalah putusan yang merumuskan mengeani kewajiban saja yang bersifat
keagamaan.
d. Adanya sanksi/ imbalan :
Putusan dari pihak yang berkuasa harus dikuatkan dengan sanksi/ imbalan yang
berupa sanksi jasmani maupun sanksi rohani berupa rasa takut, rasa malu, rasa
benci dn sebagainya.
5. Adat/ kebiasaan mencakup aspek yang sangat luas sedangkan hukum adat
hanyalah sebagian kecil yang telah diputuskan untuk menjadi hukum adat.

9
6. Hukum adat mempunyai nilai-nilai yang dianggap sakral/suci sedangkan adat
tidak mempunyai nilai/ biasa.4
2.4 Landasan Yuridis Berlakunya Hukum Adat
Dasar berlakunya hukum adat ditinjau secara yuridis dalam berbagai
peraturan perundang-undangan mempelajari segi yuridis dasar berlakunya Hukum
Adat berarti mempelajari dasar hukum berlakunya Hukum Adat di Indonesia
(Saragih, l984:15). Berdasarkan fakta sejarah dapat dibagi dalam dua periode
yaitu pada jaman Kolonial (penjajahan Belanda dan Jepang) dan jaman
Indonesia Merdeka.
2.4.1 Jaman Kolonial (Penjajahan Belanda dan Jepang)
Sebelum Konstitusi RIS berlaku yaitu pada jaman penjajahan Jepang,
terdapat peraturan Dai Nippon yaitu Osamu Sirei pasal 3 menentukan bahwa
peraturan-peraturan sebelumnya juga masih tetap berlaku. Ketentuan yang ada
pada waktu sebelum penjajahan Jepang adalah ketentuan pasal 75 baru RR yang
pada tahun l925 diundangkan dalan Stb nomor 415 Jo 577 berlaku mulai 1
januari 1926 dimasukkan dalam pasal 131 IS (Indische Staatsregeleing)
lengkapnya wet op de staatsinrichting van Nederlands Indie. Ketentuan tersebut
juga merupakan penyempurnaan dari pasal 75 ayat 3 lama RR l854
(Regeringsreglemen) lengkapnya Reglement op het beleid der regering van
Nederlands Indie (Peraturan tentang kebijaksanaan pemerintah di Hindia
Belanda ) stb no. 2 tahun 1854 (belanda) dan Stb nomor 2 jo 1 1855 (Hindia
Belanda). Pasal 75 lama RR terdiri dari 6 ayat (Mahadi, 1991:1-2) yaitu:
a. Sepanjang mengenai golongan Eropa, pemberian keadilan dalam bidang
hukum perdata juga dalam hukum pidana didasarkan pada verordering-
verordering umum, yang sejauh mungkin sama bunyinya dengan undang
undang yang berlaku di negeri Belanda.
b.Gubernur Jendral berhak menyatakan berlaku aturan-aturan yang dipandang
pantas, dari verordering-verordering tersebut bagi golongan orang orang bumi
putra. Jika perlu aturan- aturan tersebut boleh dirubah.

4 Bushar Muhammad, Op cit., hlm. 21.

10
c. Kecuali secara suka rela orang Bumi putra menundukkan diri ke dalam
hukum perdata Eropa, maka dalam memutus suatu perkara hakim
mempergunakan Hukum Adat.5
Pada waktu itu istilah menyebut hukum adat berbagai macam Hukum
Adat dengan berbagai macam yaitu :
(1)UUagama, (2) Lembaga-lembaga golongan bumi putra (3) Kebiasaan golongan
bumi putra sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas yang diakui
umum tentang kepatutan dan keadilan (4), (5) dan seterusnya tidak begitu penting
bagi hukum adapt (6). Jika hukum adat tidak mengatur tentang suatu perkara yang
diajukan ke pengadilan maka hakim memberikan keadilan kepada golongan bumi
putra mengambil asas-asas umum dari hukum perdata Eropa. Pasal 131 ayat 2
sub b IS berisi tentang ketentuan bahwa bagi golongan hukum bumi putra dan
timur asing berlaku hukum adat mereka, tetapi dengan pembatasan (Sudiyat,
l981:24):
1. Jika kepentingan sosial mereka membutuhkan maka pembuat ordonansi
(Gubernur jendral dan Voksraad) dapat menentukan bagi mereka:
a. Hukum Eropa
b. Hukum Eropa yang telah diubah
c. Hukum bagi beberapa golongan bersama-sama
2. Jika kepentingan umum memerlukan maka bagi mereka dapat ditentukan yaitu
hukum baru yang merupakan sintesa antara Hukum Adat dan Hukum Eropa.
Perbedaan antara pasal 131 IS dengan pasal 75 lama RR antara lain:
1. Hukum Adat dirumuskan secara berbeda dalam kedua pasal 75 lama RR dan
131 IS (Mahadi, l991:17). Dalam pasal 75 lama Hukum Adat dirumuskan
sebagai UU agama lembaga-lembaga dan kebiasaan-kebiasaan golongan bumi
putra. Dalam pasal 131 IS, Hukum Adat dirumuskan sebagai norma hukum
yang erat hubungannya dengan agama dan kebiasaan-kebiasaan. Rumusan
Hukum Adat menurut pasal 75 lama RR dipengaruhi oleh pendapat van
den Berg yang dikenal dengan teori resepsi (_Recetio in complexu)
2. Pasal 75 RR ditujukan kepada hakim sedang 131 ditujukan kepada pembuat
UU.

5 H. Hilman Hadikusuma, Op cit,, hlm. 21

11
3. Pasal 75 lama RR tidak ada kemungkinan bagi BP untuk menun dukkan diri
kepada hukum baru, sedangkan 131 IS ada kemung kinan untuk itu.
4. Pasal 75 lama RR memuat ketentuan tentang pembatasan terhadap berlakunya
Hukum Adat yaitu Hukum Adat tidak diberlakukan jika bertentangan dengan
asas-asas keadilan.
Pasal 131 dan 134 IS hanya berlaku bagi hakim Landraad (PN), sedangkan
bagi hakim Peradilan Adat (inheemse rechtspraak) dasar hukumnya adalah pasal
3 stb nomor 80 tahu 1932 bagi daerah yang langsung dikuasai oleh Belanda
yang di luar Jawa dan Madura. Sedangkan bagi daerah swapraja dasar
hukumnya berlakunya Hukum Adat adalah pasal 13 ayat 3 stb nomor 529 tahun
1938 dalam lange contracten. Dasar hukum peradilan adat di Jawa dan Madura
adalah ketentuan pasal 3 RO stb 23 tahun 1847 jo stb jo. nomor 47 tahun
1848.
2.4.2 Jaman Kemerdekaan Indonesia
a. Ketentuan UUD NRI 1945
Dalam pasal 18 b ayat (2) Undang Undang Dasar NRI 1945 Negara
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai den gan perkembangan
masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur dalam UU. Beberapa ketentuan
peraturan perundang-undangan nasional yang memperkuat berlakunya hukum
adat di Indonesia pada saat ini antara lain :
1. Ketetapan MPRS nomor II/ MPRS/ l960
Dalam lampiran A paragraf 402 disebutkan bahwa:
a. Asas-pembinaan hukum nasional supaya sesuai dengan haluan negara dan
berlandasakan hukum adat yang tidak menghambat perkembangan masyarakat
adil dan makmur.
b. Dalam usaha ke arah homoginitas hukum supaya diperhatikan kenyataan-
kenyataan yang hidup di Indonesia.- Dalam penyempurnaan UU hukum
perkawinan dan waris supaya memperhatikan fakor-faktor agama, adat dan
lain-lain.
2. UU Drt nomor 1 tahun 1951

12
Tentang tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan susunan,
kekuasaan dan acara pengadilan sipil Pasal 1 ayat 2 UU drt 1 tahun 1951: secara
berangsur-angsurakan ditentukan oleh mentri kehakiman, dihapus:
I. Segala pengadilan swapraja kecuali peradilan Islam negara Sumatera Timur
dahulu, Kalimantan Barat dan negara Indonesia Timur dahulu.
II. Segala pengadilan adat kecuali Pengadilan Islam. Pasal 1 ayat 3 UU drt nomor
1 tahun 1951 hakim desa tetap dipertahankan.
3. UU nomor 5 tahun 1960
Tentang UUPA pasal 2 ayat 4 UUPA mengatur tentang pelimpahan wewenang
kembali kepada masyarakat hukum adat untuk melaksanakan hak menguasai
atas tanah, sehingga masyarakat hukum adat merupakan aparat pelaksana dari
hak menguasai negara atas untuk mengelola tanah tanah yang ada di wilayahnya.
Pasal 3 UUPA bahwa pelaksanaan hak ulayat masyarakat hukum adat, sepanjang
menurut kenyataannya harus sedikikan rupa sehingga sesuai dengan kepentingan
ansional dan negara, berdadasakan persatuan bangsa dabn tidak boleh
bertentangan dengan UU atau peraturan yang lebih tinggi.
4. UU Nomor 41 tahun l999
UU Pokok KehutananMenegaskan bahwa pelaksanaan hak-hak
masyarakat adat, Hukum Adat dan anggotanya serta hak-hak persseorangan
untuk mendapatkan manfaat dari hutan secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada suatu peraturan yang demi tercapainya tujuan yang dimaksud
oleh UU ini.
5. PP nomor 21 tahun 1971
Tentang HPH dan hak pemungutan hasil Hutan. Pasal 6 ayat 1 PP nomor 21
tahun 1971 menyebutkan bahwa Hak-hak masyarakat hukum adat dan
anggota-anggotanya untuk memungut hasil hutan didasarkan atas peraturan
hukum adat sepanjang kenyataannya masih ada pelaksanaannya masih perlu
ditertibkan sehingga tidak mengganggu HPH.
.Ayat 2 Pasal 6 PP no. 21 tahun 1971 pelaksanaan pasal 1 harus seijin
pemegang HPH yang diwajibkan meluluskan pelaksanaan Hak tsb dan diatur
dengan tata tertib sebagai hasil musyawarah antara pemegang HPH
musyawarah adat dengan bimbingan dan pengawasan Dinas kehutanan.Ayat 3

13
Demi keselamatan umum dalam areal hutan yang sedang dalam rangka
penmgusahaan hutan maka pelaksanaan hak-hak rakyat untuk memungut hasil
hutan dibekukan.
6. UU Nomor 4 Tahun 2004
Yang menggantikan UU nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan-keentuan
pokok kekuasaan kehakiman
1. Pasal 25 ayat 1 berisi segala putusan pengadilan selain harus memuat
dasar-dasar putusan, juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan
ybs atau sumber hukum tidak tertulis ang dijadikan dasar untuk mengadili.
2. Pasal 28 ayat 1 yang isinya tentang hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang
hidup dalam masyarakat. Dengan diundangkannya UU nomor 4 tahun 2004 maka
ketentuan pasal 131 ayat 6 Is tidak berlaku lagi.
7. UU no 1 tahun l974
tentang Perkawinan Pasal 35 dan 37 UUnomor 1 tahun 1974 tentang
harta benda dalam perkawinan. Pasal 35 ayat 1: harta benda yang diperoleh
selama perkawinan menjadi harta bersama.ayat 2: harta bawaan dari masing-
masing suami dan isstri dan harta benda yang diperoleh oleh masing-masing
pihak sebagai hadiah, warisaan, adalah berada dibawah penguasaan masing-
masing, sepanjang para pihak tidak menen tukan lain.
8. UU nomor 16 tahun 1985
tentang rumah susun dan PP no. 4 1988 tentang rumah susun UU nomor
16 tahun 1985 mengangkat lembaga Hukum Adat dengan cara dimasukkan ke
dalam UU tsb yaitu asas pemisahan horizontal.
9. PP nomor 24 tahun 1997
mengenai pendaftaran tanah PP 24 merupakan penyempurnan PP10 tahun 1961.
PP 24 diundangkan pada 8 juli 1997 dan berlaku efektif 8 oktober 1997
mengangkat dan memperkuat berlakunya Hukum Adat yaitu lembaga
rechtsverwerking(perolehan hak karena menduduki tanah dan menjadikannya
sebagai hak milik dengan syarat yaitu iktikad baik selama 20 tahun berturut
tanpa ada gangguan/ tuntutan dari pihak lain dan disaksikan atau diakui oleh

14
masyarakat.lembaga aquisitive verjaring kehilangan hak untuk menuntut hak
milik )
10. UU NO.31 TAHUN 2004 Tentang Perikanan
Pasal 6 ayat (2) UU no.31/ 2004 Pengelolaan Perikanan untuk
kepantingan penengkapan ikan dan pembudidayaan ikan harus
mempertimbangkan hukum adat dan atau kearifan lokal serta memperhatikan
peran serta masyarakat.
11. UU No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas bumi
Pasal 33 ayat (3) Kegiatan usaha mminyak dan gas bumi tidak dapat
dilaksanakan pada huruf b yaitu : tempat pemakaman, tempat yang dianggap
suci, tempat umum, sarana dan prasana umum, cagar alam, cagar budaya, serta
6
tanah milik masyarakat adat.
2.5 Manfaat mempelajari Hukum Adat dalam Perspektif profesi Hukum

Berbagai manfaat banyak kita dapatkan jika mempelajari hukum adat antara lain
adalah sebagai berikut :

1. Apabila kita mempelajari hukum adat maka kita akan mudah memahami
hukum Indonesia (positif), karena hukum adat dibentuk menurut kebiasaan
masyarakat Indonesia yang memiliki sanksi dan diselaraskan dengan
hukum nasional. Hukum di Indonesia salah satunya bersumber
dari costum, di mana sumber tersebut mengikuti perkembangan zaman dan
harus disesuaikan dengan azasazas hukum yang berlaku dan tidak boleh
bertentangan dengan ideologi bangsa. Suatu peraturan yang telah
diundangkan harus disepakati dan dipatuhi bersama tanpa pengecualian.
Keragaman budaya harus menyadarkan kita bahwa sangat penting
memahami latar belakang sosial budaya yang berasal dari masyarakat lain.

2. Seperti yang telah kita ketahui pula hukum adat sangat lekat dengan
kebudayaan. Jika dilihat dari perwujudan kebudayaan, unsur budaya
merupakan fenomena budaya di masyarakat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

6 Soekanto, Soerjono, 2001, Hukum Adat Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

15
1. Kebudayaan fisik (kebendaan) berupa benda-benda hasil karya manusia.
2. Sistem ilmu pengetahuan dan kesenian. 3.Sistem
nilai budaya atau adat istiadat sebagai kebudayaan abstrak. Jika
mempelajari hukum adat kita otomatis akan mengetahui kebudayaan yang
melekat pada bangsa Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang
berbeda.

3. Dalam profesi hukum dikenal jaksa, pengacara maupun hakim. Ketiga


profesi tersebut tentunya wajib memiliki pengetahuan hukum adat. Karena
pada awalnya hukum adatlah yang terlebih dahulu ada sebelum hukum
Nasional. Jadi hukum nasional berasal pula dari kebiasaan dan adat istiadat
terdahulu. Mempelajari hukum adat erat kaitannya dalam profesi tersebut
dalam memecahkan masalah sosial. Beberapa masalah sosial yang penting,
yaitu:

a. Kemiskinan adalah suatu keadaan seseorang tidak sanggup memelihara


dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut.

b. Kejahatan terbentuk melalui proses imitasi, pelaksanaan peran sosial,


diferensiasi, kompensasi, identifikasi, dan kekecewaan yang agresif.

c. Disorganisasi (keretakan) keluarga sulit dihindari karena keluarga


sebagai unit-unit terkecil di tengah masyarakat yang anggota-
anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan
peranan sosialnya.7

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

7 Mr. B. Ter Haar Bzn, 1980, terjemahan K. Ng. Soebakti Poesponoto, Asas-asas dan
Sususnan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta

16
1. Hukum adat adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan kekuatan hukum,
yaitu kaidah-kaidah asli sebagai endapan kesusilaan yang hidup yang
berkembang di dalam masyarakat adat atau kelompok-kelompok rakyat
Indonesia dan keberadaannya diakui oleh mereka.
2. Proses timbulnya hukum adat menurut Soerjono Soekanto dibagi menjadi
2 aspek yaitu aspek Sosiologi adalah pada prinsipnya manusia tidak dapat
hidup sendiri dan membutuhkan manusia lainnya karena manusia adalah
makhluk sosial dan miliki naluri. Karena hidup manusia membutuhkan
manusia lainnya maka setiap manusia akan berinteraksi dengan manusia
lainnya, dari interaksi tersebut melahirkan pengalaman. Dan aspek
yuridis, aspek ini dilihat dari tingkat sanksinya.
3. Perbedaan hukum adat dan adat adalah adat merupakan kebiasaan-
kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah
yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta di patuhi masyarakat
pendukungnya. Berbeda dengan adat, Hukum adat adalah hukum asli
bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan
kesadaran hukum masyarakatnya.
4. Dasar berlakunya hukum adat ditinjau secara yuridis adalah berdasarkan
fakta sejarah dapat dibagi dalam dua periode yaitu pada jaman Kolonial
(penjajahan Belanda dan Jepang) dan jaman Indonesia Merdeka.
5. Berbagai manfaat banyak kita dapatkan jika mempelajari hukum adat
antara lain adalah sebagai berikut : dapat mudah memahami hukum
Indonesia (positif), dapat mengetahui kebudayaan yang melekat pada
bangsa Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang berbeda,
mempelajari hukum adat erat kaitannya dalam profesi tersebut dalam
memecahkan masalah sosial.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah,
1. Semoga dengan adanya makalah ini setiap mahasiswa mampu mengenal
apa hakikat hukum adat, proses timbulnya hukum adat, perbedaan hukum
adat dan adat, landasan yuridis dari hukum adat serta manfaat hukum adat
dalam profesi hukum pada umumnya
2. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu menjaga
eksistensi dari Hukum Adat ini sendiri khususnya Hukum Adat Bali.

17

Anda mungkin juga menyukai