Anda di halaman 1dari 9

STUDI KUALITATIF PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL OLEH BPJS

KESEHATAN DI KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN


Agus Putrawan Junaid Cece Suriani
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
agus.uswatunhasanah@gmail.com drs.junaid.mkes@gmail.com ewincc@gmail.com
Abstrak
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan pola pembiayaan pra-upaya, artinya
pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan sebelum atau tidak dalam kondisi sakit. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran Pelaksanaan Sosialisasi, gambaran Kepesertaan, Kesiapan
Fasilitas Kesehatan, dan Sistem rujukan dalam Pelaksanaan Program JKN di Kecamatan Tinanggea.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis melalui
wawancara mendalam dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
sosialisasi tentang program JKN yang di jalankan oleh pihak BPJS dalam hal ini Kantor Layanan
Operasional Kabupaten, Dinas kesehatan, dan puskesmas di Kecamatan Tinanggea Kabupaten
Konawe Selatan baik itu dengan menggunakan media cetak maupun media elektronik sudah
berjalan dengan baik, akan tetapi belum merata sepenuhnya ke masyarakat karena masih ada
masyarakat yang tidak mengetahui tentang program JKN. Kepesertaan BPJS saat ini mencapai 40%
dari jumlah penduduk. Masyarakat yang belum mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS di sebabkan
karena kurangnya sosialisasi tentang JKN dan kendala dari segi kesanggupan untuk membayar iuran
per-bulannya. Kesiapan Fasilitas kesehatan masih kurang siap menghadapi era JKN dimana fasilitas
yang tersedia yakni 1 unit puskesmas dan tidak semua terdapat poskesdes di setiap desa. ditinjau
dari segi sumber daya manusia, Puskesmas Tinanggea masih kekurangan dokter karena idealnya
setiap puskesmas memiliki dua orang dokter. Sistem rujukan yang dijalankan oleh Pihak puskesmas
mengacu pada sistem rujukan dari BPJS kesehatan yang tercantum pada UU. Namun, Kendala yang
sering terjadi dalam proses rujukan yaitu masih banyaknya masyarakat yang tidak patuh terhadap
sistem rujukan, dan bahkan seringkali ditemukan pasien yang meminta untuk dirujuk meski pihak
puskesmas masih mampu untuk menangani pasien tersebut.
Kata Kunci: JKN, Sosialisasi, Kepesertaan, Kesiapan Fasilitas Kesehatan, Sistem Rujukan, BPJS,
Kecamatan Tinanggea

The program of National Health Insurance (NHI) is a pattern of pre-financing efforts,


meaning that health financing issued before or not in a pain conditions the purpose of this study was
to describe the implementation of socialization, overview of membership, readiness of health
facilities, and the referral system in the implementation of NHI program in Tinanggea District. the
type of study was qualitative study with phenomenological approach through in-Depth interviews
with informants. the results showed that the implementation of the socialization of the NHI program
which run by the social care security agency (SCSA) in this case the office of regency operational
service the health office, and local government clinic in the Tinanggea District of South Konawe
regency had been running well, bud has not been evenly distributed fully to society because there
were still people who did not know about the NHI program. SCSA membership now reaches 40% of
the population. people who have not registered themselves as participants of SCSA caused they
cannot afford to pay dues per month the readiness of health facilities was still poorly prepared to
face JKN era were the facility provided 1 unit of local government clinic and not all have village
health center in every village the referral system run by local government clinic refers to the
reference system of healthcare and social security agency that listed in the constitution. however,
constraints that often occur in the referral process were still many people who did not comply with
the referral system, and were often found patients that referenced at their own request.
Keywords: NHI, Socialization, Membership, Readiness Of Health Facilities Referral System, SCSA
Tinanggea District

1
PENDAHULUAN Utara 41%, Papua Barat 91%, Papua 83% jadi
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau untuk kondisi kepesertaan di Indonesia saat
National Health Insurance (NHI) kini semakin ini masih sangat sedikit yakni 53% dari
3
banyak digunakan di dunia, antara lain 133.423. 653 rakyat Indonesia .
Jerman Inggris, Jepang, Filipina Dan Australia. Persoalan di tingkat Pemberi Pelayanan
Jerman adalah Negara pertama yang Kesehatan (PPK) primer seperti puskesmas
memperkenalkan asuransi kesehatan di haruslah mendapat perhatian ekstra. sebab,
zaman Otto Von Bismarck ditahun 1883. di sinilah sebenarnya inti sistem JKN itu akan
Negara inggris pula merupakan Negara berjalan optimal atau tidak. juga, masih
pertama yang memperkenalkan JKN pada banyak agenda yang belum terselesaikan di
tahun 1911. Meskipun sistem kesehatan di tingkat garda depan ini. misalnya, fasilitas
Negara inggris lebih dikenal dengan istilah kesehatan yang belum terpenuhi, sistem
1
National Heath Service. rujukan yang tidak tertib, sistem akreditasi
Di Indonesia, falsafah dan dasar Negara puskesmas yang belum berjalan, serta tenaga
pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui kesehatan yang belum memadai, baik jumlah
4
hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga maupun skill .
termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal Untuk mengatasi hal itu, pada tahun
34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang 2004 dikeluarkan UU No.40 tentang Sistem
kemudian diganti dengan UU 36/2009 Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU ini
tentang kesehatan. Dalam UU 36/2009 mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai bagi seluruh penduduk termasuk JKN melalui
hak yang sama dalam memperoleh akses atau suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
sumber daya di bidang kesehatan dan (BPJS). Undang-Undang No.24 Tahun 2011
memperoleh pelayanan kesehatan yang juga menetapkan Jaminan Sosial Nasional
aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri
setiap orang juga mempunyai kewajiban turut atas BPJS Kesehatan dan BPJS
serta dalam program jaminan kesehatan Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan
2 Kesehatan Nasional (JKN) akan
sosial .
Kondisi cakupan kepesertaan di diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang
5
Indonesia pada tahun 2015 di tiap-tiap pelaksanaannya dimulai 1 januari 2014 .
provinsi, untuk Provinsi Aceh 90%, Sumatera Kondisi kepesertaan jaminan kesehatan
Utara 46%, Sumatera Barat 60%, Riau 38%, di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah
Jambi 41%, Sumatera Selatan 44%, Bengkulu masyarakat yang terdaftar dalam jaminan
55%, Lampung 44%, Kepulauan Bangka kesehatan adalah 1.396 .841 jiwa dimana
Belitung 39%, Kepulauan Riau 51%, DKI peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Jakarta 81%, Jawa Barat 52%, Jawa Tengah berjumlah 1.016.411 jiwa, sedangkan peserta
53%, DI Yogyakarta 65%, Jawa Timur 49%, jaminan kesehatan non PBI adalah berjumlah
Banten 51% Bali 40% Nusa Tenggara Barat 380.430, sedangkan yang belum terdaftar
56%, Nusa Tenggara Timur 64%, Kalimantan sebagai peserta BPJS adalah 1.100.018 dari
Barat 39%, Kalimantan Tengah 37% 2.496.859 jiwa penduduk Sulawesi Tenggara .
Kalimantan Selatan 35%, Kalimantan Timur Untuk fasilitas kesehatan yang tersedia di
47% Kalimantan Utara 31%, Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara yaitu 358 fasilitas
57% Sulawesi Tengah 56%, Sulawesi Selatan kesehatan tingkat pertama dan 22 unit rumah
6
46%, Sulawesi Tenggara 54%, Gorontalo 91%, sakit yang sudah bekerjasama dengan BPJS .
Sulawesi Barat 54%, Maluku 57%, Maluku

2
Untuk fasilitas kesehatan yang tersedia sebanyak 14.450 jiwa yang belum terdaftar
di Kabupaten Konawe Selatan yaitu 1 unit sebagai peseta BPJS Kesehatan
RSUD Konawe Selatan, 2 unit klinik dokter
praktek dan 23 unit puskesmas, 351 unit METODE
posyandu dan 340 unit polindes yang Jenis penelitian ini merupakan
tersebar di seluruh kecamatan se Kabupaten penelitian kualitatif dengan pendekatan
Konawe Selatan. Data Dinkes Kabupaten fenomenologis melalui wawancara mendalam
Konawe Selatan yang sudah terdaftar dalam dengan informan. yaitu mengkaji perspektif
peserta BPJS baik itu yang dari peserta BPJS partisipan dengan strategi-strategi yang
non PBI Maupun BPJS PBI, dimana untuk bersifat interaktif dan fleksbel. penelitian
peserta BPJS non PBI adalah berjumlah kualitatif ditujukan untuk memahami
254.86 jiwa, sedangkan perserta BPJS PBI fenomena-fenomena sosial dari sudut
adalah berjumlah 133.481 dari 289.815 jiwa pandang partisipan. penelitian ini digunakan
masyarakat Konawe Selatan sedangkan yang pada kondisi alamiah dimana peneliti
9
belum terdaftar sebagai peserta JKN di merupakan instrument kunci . informan
7
Konawe Selatan adalah 130.848 . dalam penelitian ini terdiri atas dua informan
Data Dinkes Konawe Selatan yang sudah yakni informan kunci dan informan biasa,
terdaftar sebagai peserta BPJS pada tiap-tiap dimana informan kunci berjumlah 3 orang
kecamatan yang berada wilayah di Konawe yang meliputi kepala Kantor Layanan
Selatan, untuk Kecamatan Tinaggea 8.903 Operasional Kabupaten BPJS Kesehatan,
peserta dari 23.353 jiwa masyarakat di Kepala Dinas Kesehatan dan kepala
Kecamatan Tinaggea, Lalembuu 9.103 dari puskesmas adapun informan biasa berjumlah
17.091, Andoolo 9.230 dari 17 871, Buke 7 orang meliputi staf KLOK BPJS Kesehatan,
8.170 dari 14.497, Palangga 8.306 dari Kepala seksi jaminan kesehatan, pelaksana
13.460, Palangga selatan 3.925 dari 6.724, Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas
Baito 5.053 dari 8.282, Lainea 5.460 dari serta masyarakat yang belum dan telah
9.717, Laeya 10.981 dari 20.819, Kolono mempunyai kartu peserta BPJS .
8.689 dari 14.899, Laonti 5.353 dari 10.345,
Moramo 8.088 dari 14.213, Moramo utara HASIL
4.838 dari 7.858, Konda 10.531 dari 19.861, VARIABEL PENELITIAN
Wolasi 2.938 dari 5.181, Ranomeeto 10.102 Hal-hal yang berkaitan erat dengan
dari 17.770, Ranomeeto barat 4.897 dari dengan plaksanaan program JKN adalah
7.140, Landono 7.084 dari 12 563, Mowila meliuti sosialisasi, kepesertaan, kesiapan
6.538 dari 12.252, Angata 9.329 dari 16.326, fasilitas esehatan dan system rujukan.
Benua 6.490 dari 10.660, Basala 4.959 dari Sosilisasi adalah pemberian informasi kepada
8
8.932 . seluruh masyarakat mengenai suatu program
Dari hasil uraian di atas dimana peneliti yang akan dijalankan oleh pemerintah.
dapati bahwasanya di Kecamatan Tinanggea Karena sosialisasi yang baik akan memberikan
memiliki jumlah peserta yang sangat sedikit pemahaman dan kesadaran peserta dan
dibanding dengan jumlah penduduknya yang pemberi kerja akan hak dan kewajibannya
begitu banyak. Kecamatan Tinaggea memiliki serta manfaatnya menjadi peserta jaminan
jumlah peserta 8.903 peserta dari 23.353 jiwa kesehatan serta fasislitas dan tenaga
masyarakat Kecamatan Tinaggea, artinya kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan
bahwa di Kecamatan Tinanggea masih ada yang dikontrak secara mandiri (perorangan)

3
telah memahami berbagai aspek layanan SOSIALISASI
yang telah dilatihkan. Berdasarkan hasil penelitian yang di
Kepesertaan adalah masyarakat yang lakukan oleh peneliti bahwa keterlibatan
telah membayar iuran atau untuknya telah pihak BPJS dalam hal sosialisasi JKN yaitu
dibayarkan iuran menjadi peserta jaminan pihak BPJS tidak selalu turun sama-sama
kesehatan. Dengan adanya kepesertaan yang dengan PPK untuk sosialisasi tergantung
jelas akan memudahkan memudahkan dengan apa yang di sosialisasikan, pihak
masyarakat dalam menerima pelayanan puskesmas kebanyakan sosialisasi tentang
kesehatan di puskesmas. bagaimana pelayanan di era JKN ini
Kesiapan fasilitas kesehatan adalah bagaimana sistem rujukannya, kalau BPJS
berupa adanya fasilitas kesehatan yang layak mensosialisasikan terkait dengan
terutama dalam melayani pasien serta kepesertaan, bagaimana menjadi peserta,
masyarakat umum yang ada disekitar wilayah bagaimana membayar iuran, tentang
kerja puskesmas. Selain itu didukung oleh bagaimana di jamin dan tidak di jamin, kalau
petugas kesehatannya dan juga pelayanan untuk puskesmas mereka sosialisasikan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat tentang bagaimana operasionalnya, tapi kalau
sudah sesuai dengan standar operasional ada masalah di lapangan terkait kepesertaan,
pelayanan yang telah ditetapkan oleh fasilitas tentang klaim, maka puskesmas menyurat ke
kesehatan bersangkutan. BPJS dan BPJS langsung turun ke lapangan
Sistem rujukan adalah suatu sistem untuk sosialisasi dengan puskesmas. Untuk
jaringan pelayanan kesehatan yang keterlibatan pihak Dinas Kesehatan dalam hal
memungkinkan terjadinya penyerahan sosialisasi yaitu tidak setiap sosialiasasi yang
tanggungjawab secara timbal balik atas di adakan oleh pihak puskesmas mereka ikut,
timbulnya masalah dari suatu kasus atau melainkan puskesmas sendiri yang langsung
masalah kesehatan masyarakat, baik secara turun sosialisasi dalam bentuk posyandu atau
vertikal maupun horizontal, kepada yang penyuluhan tentang masalah-masalah
lebih kompoten, terjangkau dan dilakukan kesehatan sekaligus mereka sampaikan
secara nasional yang wajib dilaksanakan oleh terkait tentang BPJS.
peserta jaminan kesehatan atau asuransi Sistem Perencanaan yang baik,
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus
kesehatan. Dalam melaksanakan sistem diperhatikan yaitu, Suatu perencanaan yang
rujukan pada pelaksanaan jaminan kesehatan baik adalah yang dilakukan secara terus-
adalah rintangan yang timbul dari ketidak menerus dan berkesinambungan.
jelasan dan kurangnya informasi yang Perencanaan yang dilakukan hanya sekali
diberikan kepada pihak puskesmas dan pasien bukanlah perencanaan yang dianjurkan.
dalam melakukan sistem rujukan. Untuk Sistem perencanaan sosialisasi
mengenai BPJS itu tidak di khususkan akan
DISKUSI tetapi sifatnya hanya sekedar menjadi salah
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) satu rangkaian dari kegiatan minlok.
merupakan upaya yang dilakukan pemerintah
KEPESERTAAN
untuk menjamin kesehatan seluruh
Informasi dari pihak Layanan Opersional
masyarakat Indonesia secara komprehensif,
Kabupaten BPJS Kesehatan Berdasarkan hasil
murah, terjangkau dan bermutu, melalui
penelitian yang dilakukan oleh peneliti Untuk
system rujukan yang berjalan dengan baik.
kepesertaan JKN di Kecamatan Tinanggea
masih kurang baik yaitu masih sekitar 40%

4
dari jumlah penduduknya Berdasarkan hasil Tinanggea mengusahakan jaminan kesehatan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, di daerah yang di khususkan untuk masyarakat
dapatkan bahwa mekanisme pendaftaran yang tidak mampu, untuk itu pemerintah
peserta JKN yaitu kepesertaan BPJS ada 6 Kecamatan Tinanggea menetapkan kriteria-
kepesertaan yang pertama peserta utama kriteria tertentu mana yang berhak menerima
jaminan kesehatan nasional yang SK jaminan kesehatan daerah tersebut, untuk
penerimanya di tentukan oleh pemerintah masyarakat yang mampu mereka mendaftar
pusat, kedua jaminan kesehatan daerah yang secara mandiri dengan membawa
di SK kan oleh pemerintah daerah, yang ke persyaratan-persyaratan tertentu misalkan
tiga pekerja penerima upah yaitu peserta KTP, kartu keluarga, dan pasfoto dan
TNI,POLRI, PNS dan SWASTA yang di bayarkan membayar iuran tinggal dari peserta sendiri
oleh masing-masing instansinya dan masuk yang memilih kelas berapa yang dimau, kelas
secara otomatis, yang ke empat pekerja I, II dan III dengan bermacam-macam
bukan pekerja (pezina), yang kelima pekerja pembayaran tiap kelas, untuk kelas I iuranya
bukan penerima upah atau mandiri, untuk itu 59.500, untuk kelas II iurannya 42.500 dan
mereka ini datang mendaftarkan dirinya untuk kelas 3 iurannya 25.500, akan tetapi
setelah mendaftarkan dirinya mendaftarkan berdasarkan Peraturan Presiden No. 19 Tahun
keluarganya sebagaimana yang di atur dalam 2016 untuk kelas I iurannya berubah menjadi
undang-undang dengan membawa foto kopi Rp.80.000 untuk kelas II iurannya Rp.51.000,
kartu keluarga, KTP, dan pasfoto, untuk yang untuk kelas III berubah menjadi Rp.30.000
datang mendaftarkan pihak BPJS memastikan dan berlaku mulai 1 april 2016 untuk untuk di
bahwa memilik nomor induk kependudukan Kecamatan Tinanggea tersendiri rata-rata
dan semua virtual account, virtual account masyarakat yang peserta mandiri memilih
adalah sebagai rekening yang akan di ditarik- kelas II
tarik pembayarannya, jadi kalau misalkan ada
peserta yang ingin membayar iuranya selama KESIAPAN FASILITAS KESEHATAN
1 tahun itu di perbolehkan karena letak Fasilitas kesehatan adalah fasilitas
wilayah yang jauh maka peserta membayar pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
lewat virtual account, jadi setelah peserta menyelenggarakan upaya pelayanan
membayar lewat virtual account pihak BPJS kesehatan perorangan, baik promotif,
mendaftarkan kartunya atau deposito aktif preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
secara otomatis karena berhubungan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
langsung dengan bank, bank akan Daerah, dan/atau Masyarakat.
memberikan sinyal bahwa peserta sudah Berdasarkan penelitian Kesiapan fasilitas
membayar ke dalam virtual account, misalkan kesehatan oleh pemberi pelayanan kesehatan
peserta membayar 2 juta untuk premi satu (PPK) di kecamatan Tinanggea dalam
keluarga setiap bulan, dari rekening virtual menghadapi program JKN sejak 1 januari
account yang akan berpindah setiap bulan 2014 secara sarana dan prasaranan
selama satu tahun di virtual account yang kesehatan akan tetapi Puskesmas Tinanggea
akan membayarkan secara otomatis. adalah puskesmas yang diberikan waktu
Hasil penelitian yang di lakukan oleh selama 2 tahun untuk melengkapi sumber
peneliti mendapatkan bahwa Untuk daya manusianya dan ternyata sampai saat ini
kelompok masyarakat yang belum memiliki jumlah dokternya masih tetap 1 orang
kartu jaminan kesehatan atau masyarakat sedangkan idealnya dalam sebuah puskesmas
miskin pemerintah daerah Kecamatan itu memiliki 2 orang dokter umum sesuai
dengan Kemenkes.RI.2013

5
SISTEM RUJUKAN dari sistem kapitasi misalnya satu puskesmas
Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 terdaftar 10 ribu penduduk yang memiliki
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan jaminan kesehatan dengan jumlah kapitasi
Jaminan Kesehatan, sistem rujukan pelayanan yaitu sekitar 60 juta, angka kunjungan
kesehatan adalah penyelenggaraan normal sekitar 10 hingga 15 persen sekitar
pelayanan kesehatan yang mengatur 600, kalau puskesmas yang bisa menekan
pelimpahan tugas dan tanggung jawab angka kunjungan menjadi 300 maka
pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik puskesmas hanya menggunakan biaya
vertikal maupun horizontal. Rujukan kapitasi sebesar 9 juta jadi 51 juta masuk
horizontal dilakukan antar pelayanan dalam kas puskesmas yang aturannya
kesehatan dalam satu tingkatan apabila sebelum tanggal 15 kapitasi sudah masuk
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan direkening puskesmas.
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien Sistem rujukan merupakan alur yang
karena keterbatasan fasilitas, peralatan sistematis apabila peserta JKN akan
dan/atau ketenagaan yang sifatnya memperoleh pelayanan kesehatan. Alur ini
sementara atau menetap. Rujukan vertikal harus diikuti oleh peserta JKN agar
dilakukan antar pelayanan kesehatan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari diinginkan. Adapun Mekanisme atau
tingkat pelayanan yang lebih rendah ke prosedur rujukan peserta BPJS berdasarkan
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau hasil penelitian bahwa mekanisme sistem
sebaliknya. rujukan pasien datang berobat di puskesmas
Hasil penelitian yang di lakukan oleh untuk penyakit yang bisa di tangani di
peneliti bahwa Mekanisme atau Prosedur puskesmas di berikan layanan di puskesmas,
rujukan diera JKN menurut pihak BPJS yaitu tapi kalau untuk penyakit yang tidak bisa di
Sistem rujukan masih sama dengan yang tangani di buatkan surat rujukan kerumah
dulu yaitu sistem rujukan berjenjang. Sistem sakit. Sistem rujukan sekarang yaitu sistem
rujukan sebenarnya sistem yang di terapkan regional dimana kalau untuk di Kecamatan
untuk melaksanakan manajemen skill. Tinanggea regionalnya adalah rumah sakit
Manajemen skill itu penyakit yang tepat di Kabupaten Konawe Selatan. Untuk rujukan
tangani di fasilitas kesehatan yang tepat, di dari puskesmas tidak boleh langsung dirujuk
kedokteran menetapkan 155 penyakit yang ke Bahteramas kecuali ke RSUD Konsel, nanti
bisa di tangani oleh puskesmas, masyarakat dari RSUD Konsel kalau pasien ingin dirujuk
yang berobat di fasilitas kesehatan tingkat atau tidak bisa di tangani di RSUD Konsel
pertama dan fasilitas kesehataan tingkat maka akan di rujuk ke RSUD Bahteramas.
pertama tidak bisa menangani maka akan di Berdasarkan hasil penelitian
rujuk ke pelayanan kesehatan tingkat mengemukakan bahwa mengapa proses
rujukan. Di sulawesi tenggara sudah di atur rujukan harus melalui PPK primer yaitu
dalan peraturan gubernur No. 3 tahun 2013, Karena yang pertama adalah untuk
Sistem kapitasi ini sangat menguntungkan pengendalian pelayanan kesehatan jadi
bagi puskesmas kalau puskesmas mampu costnya seorang dokter di puskesmas itu
melaksanakan kegiatan promotif dan lebih rendah ketimbang di rumah sakit, pihak
preventif dengan baik misalkan cuci tangan, BPJS mengeluarkan biaya 40 ribu untuk satu
ada penyakit demam berdarah puskesmas orang yang berobat di puskesmas lebih
turun lapangan, masyarakatnya sehat, hemat di banding pihak BPJS menurunkan
puskesmas akan mendapatkan keuntungan 200 ribu ke rumah sakit. Dokter di pelayanan

6
primer kompetensinya ada 155 diagnosa digunakan adalah radio, surat kabar
yang bisa ditangani, jadi 155 diagnosa harus serta leaflet.
tuntas di puskesmas. Kalau kunjungan 2. Kepesertaan BPJS saat ini di Kecamatan
dirumah sakit dalam sehari hanya mampu Tinanggea mencapai 40% dari jumlah
menampung 1000 dan orang yang ini datang penduduk sebanyak 23.353 jiwa. Jumlah
berobat yang untung puskesmas karena ini bersifat naik turun setiap bulannya
kunjungannya rendah,. Puskesmas adalah karena ketika mereka tidak membayar
orang pertama yang paling dekat dengan tagihan iuran selama 3 (tiga) bulan maka
masyarakat sekitar. Puskesmas dibuat meraka tidak lagi terdaftar sebagai
pertama untuk mengakomodasi sebanyak peserta kecuali mereka mengaktifkan
mungkin orang yang mau berobat, kedua kembali kartu BPJS yang mereka miliki
mengendalikan biaya pelayanan dan yang ke tersebut dengan cara membayar iuran
tiga untuk skrining penyakit. Informasi yang serta denda yang dikenakan kepada
didapatkan dari BPJS Kesehatan mengatakan peserta yang menunggak. Masyarakat
bahwa falsafah rujukan pada era JKN adalah yang belum mendaftarkan diri sebagai
pelayanan yang efektif dan efisien itu dimulai peserta BPJS disebabkan karena
dari fasilitas kesehatan tingkat pertama kurangnya sosialisasi tentang JKN
karena jangan sampai rumah sakit menjadi disamping itu iurannya yang kini sudah
puskesmas besar. naik berdasarkan peraturan presiden
Dalam pelaksanaan JKN, alur rujukan nomor 19 tahun 2016 yang telah berlaku
memang masih menjadi kendala, hal ini pada satu april 2016, selain itu juga
disebabkan kebanyakan masyarakat ingin masyarakat lebih memilih untuk
mendapatkan pelayanan dengan cepat dan mendaftar sebagai pasien umum karena
prima sehingga masyarakat lebih cenderung merasa mampu, sebab mereka setiap
kerumah sakit untuk mendapatkan bulannya mendapatkan royalty dari
pelayanan yang lebih baik tanpa melalui perusahaan yang beroperasi di
sistem rujukan yang telah ditetapkan oleh
Kecamatan Tinanggea.
pihak BPJS Kesehatan
3. Kesiapan fasilitas kesehatan kecamatan
SIMPULAN tinanggea dari segi sarana dan prasarana
1. Pelaksanaan sosialisasi mengenai sudah siap akan tetapi mereka masih
program Jaminan Kesehatan Nasional kekurangan satu dokter serta polindes
pada umumnya telah dilaksanakan sejak yang belum tersebar diseluruh desa
tahun 2013 oleh pihak bpjs kesehatan yang berada di kecamatan tinanggea.
dalam hal ini Layanan Operasional 4. Untuk system rujukan yang dijalankan
Kabupaten BPJS Kesehatan Konsel, oleh pihak Puskesmas Tinanggea adalah
namun untuk dikecamatan tinanggea system rujukan berjenjang dan mengacu
pelaksanaan sosialisasi secara maksimal pada system rujkan dari BPJS Kesehatan.
baru dilaksanakan pada pertengahan Namun masih banyak hambatan yang
tahun 2014 secara berjenjang oleh sering ditemui oleh pihak puskesmas
pengelola BPJS Kesehatan bersama diantaranya yaitu kurangya
pihak dinas kesehatan konawe selatan pengetahuan serta tingkat kepatuhan
dan pihak puskesmas tinanggea kepada masyarakat tentang system rujukan
masyarakat serta instansi dan Badan
Usaha (BU) dengan media yang

7
SARAN Tinanggea terkait masalah system
1. Diharapkan kepada pihak dinas rujukan.
keehatan, pihak KLOK terutama pihak
puskesmas untuk melakukan sosialisasi DAFTAR PUSTAKA
yang merata, tidak hanya kepada para 1. Thabrany, Hasbullah. 2014. Jaminan
aparat desa saja, masyarakat harus Kesehatan Nasional.Edisi pertama, PT
mendapat sosialisasi langsung dari Raja Grafindo Persada. Jakarta
semua instansi kesehatan sehingga 2. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Bu
apabila pemberian informasinya tidak Bahan Paparan Jaminan Kesehatan
merata tentu akan mengakibatkan Nasional (JKN) Dalam Sistem Jaminan
kurangnya pemahaman tentang Sosial
program yang dijalankan dan apabila Nasional.Www.Depkes.Go.Id/Pdf.Php?P
pemahaman masyarakat kurang tentu g=JKN-Paparan-ISI_FA_Revku Pegangan
akan menjadi kendala dalam Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
pelaksanaan jaminan kesehatan (JKN) Dalam Sistem Jaminan Sosial
nasional. Serta harus mampu Nasional
meyakinkan masyarakat terkait dengan .www.depkes.go.id/pdf.php?pg=JKN-
alasan dinaikkannya iuran bagi peserta SOSIALISASI ISI_FA_REV.Diakses tanggal
sehingga mereka tidak merasa berat 26 November 2015
dengan adanya kenaikan iuran. 3. Profil Kesehatan Indonesia. 2015. Profil
2. Diharapkan adanya pendataan langsung kesehatan indonesia. Data dan
untuk peserta PBI, karena masih banyak Informasi.
warga masyarakat kecamatan tinanggea 4. Santoso, Budi. 2013. Implementasi JKN
yang masuk kategori kurang mampu dan Kesiapan
belum terdaftar dalam program BPJS SDM.http://budisansblog.blogspot.com/
Kesehatan, karena biasanya yang 2013/12/implementasi-jkn-dan-
kesiapan-sdm.html. Diakses tanggal 12
didaftarkan oleh pemerintah seagai
Oktober 2014
peserta PBI adalah mereka yang dekat 5. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil
dengan pemerintah setempat atau Kesehatan Indonesia. Dalam Data dan
memiliki hubungan kekeluargaan Informasi
dengannya karena di Indonesia sangat 6. BPJS Kesehatan KC-Kendari. 2015. Profil
susah terlepas dengan dari KKN. Kepesertaan BPJS Kesehatan KC-Kendari.
3. Disarankan kepada pemerintah daerah Kendari: BPJS Kesehatan Kendari
pemerintah kecamatan tinanggea untuk 7. Dinkes Kabupaten Konawe Selatan.
terus membenahi sarana dan prasarana 2015. Profil Kepesertaan JKN Konawe
khususnya dalam bidang kesehatan, Selatan Tahun 2015. Konawe Selatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
selain itu perhatian penuh juga harus
Selatan
ditujukan kepada SDM kesehatan karena 8. Dinkes Kabupaten Konawe Selatan.
mengingat jumlah penduduknya yang 2015. Profil Kepesertaan JKN Konawe
sangat banyak diantara kecamatan yang Selatan Tahun 2015. Konawe Selatan.
berada di Kabupaten Konawe Selatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
4. Pihak puskesmas disarankan untuk Selatan
memberikan pemahaman secara merata 9. Dinkes Kabupaten Konawe Selatan.
2015. Profil Kepesertaan JKN Konawe
kepada seluruh masyarakat Kecamatan
Selatan Tahun 2015. Konawe Selatan.

8
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Selatan
10. Bungin, B. 2007. Analisis Data Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindopersada
11. Geswar, dkk.2013.Kesiapan Stakeholder
Dalam Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional Di Kabupaten Gowa
.http://222.124.222.229/bitstream/hand
le/123456789/9548/REZKY%20KURNIA%
20G%20K11110129.pdf?Sequence=1.
Diakses tanggal 1 oktober 2014BPJS
Kesehatan, 2014.Panduan Layanan
Bagipeserta BPJS Kesehatan.http://bpjs-
kesehatan.go.id/dmdocuments/04
Panduan%20Layanan.pdf. Diakses 16
November 2015

Anda mungkin juga menyukai