Soekarno
Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901. Beliau adalah
putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Pada saat lahir
beliau diberi nama Koesno Sosrodiharjo. Namun karena sering sakit maka namanya
diubah menjadi Soekarno. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang
dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung
Karno.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo).
Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores.
Lalu pada tahun 1938-1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno
kembali bebas pada masa penjajahan Jepang tahun 1942.
Pada bulan Agustus 1945, diundang oleh Marsekal Terauchi di Dalat Vietnam,
menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Setelah itu terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Soekarno dan Moh Hatta
dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang
membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut
agar segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun Soekarno, Hatta dan
para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang serta
menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17
Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Pada tanggal 17 Agustus tak lama setelah Jepang takluk. Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sehari kemudian Soekarno-Hatta diangkat menjadi
presiden dan wakil presiden pertama di Indonesia. Mereka segera terlibat dalam perjuangan
melawan pendudukan kembali oleh Belanda. Pada masa itu Soekarno-Hatta sempat dibuang
kembali ke Parapat dan Bangka. Namun, ketika secara resmi Belanda mengakui kedaulatan
Indonesia pada 1949, kedudukan Soekarno sebagai presiden kembali dipulihkan.
Peristiwa G30S PKI menyebabkan keadaan politik di Indonesia menjadi tidak menentu.
PKI dituduh menjadi dalang dalam peristiwa tersebut. Berbagai organisasi mahasiswa melakukan
demonstrasi untuk membubarkan PKI. Namun, Soekarno menolak dengan alasan bertentangan
dengan pandangan Nasakom ((Nasionalisme, Agama, Komunisme). Lalu lima bulan setelah itu,
dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari surat
tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang
perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut
lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk
membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian MPRS
mengeluarkan TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto
sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
Pada tahun 1960-an, beliau dinyatakan mengidap gangguan ginjal. Ia masih bertahan
selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor,
namun Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman
Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno
dimakamkan di Blitar dan bersebelahan dengan makam ibunya.
Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar
negeri. Pada April 2005, walaupun sudah meninggal selama 35 tahun beliau mendapatkan
penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki yaitu penghargaan bintang kelas satu
The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang semuanya dilapisi emas. Karena
dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara
maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan
membebaskan diri dari apartheid.