PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah menjelaskan bahwa SKPD atau Unit
Kerja dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) apabila tugas dan fungsinya
penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan kepada masyarakat. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum di atas
kesehatan secara langsung kepada masyarakat untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Instansi kesehatan yang dapat menerapkan
PPK BLUD menurut peraturan tersebut di antaranya adalah Rumah Sakit dan Puskesmas.
Tujuan dari adanya PPK BLUD ini adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada
bangsa. Dalam penerapan BLUD terdapat fleksibilitas bagi pengelola BLUD untuk
diterima dari masyarakat. Pendapatan yang diterima tidak lagi disetor ke kas daerah,
Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri terus mendorong kepada
Rumah Sakit dan Puskesmas. Namun masih banyak Rumah Sakit dan Puskesmas-puskesmas
mengharapkan dengan berubahnya status Rumah Sakit atau Puskesmas menjadi BLUD,
jangkauan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu dan komprehensif dapat
PEMBAHASAN
Pada pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah menyebutkan bahwa salah satu pengelolaan keuangan daerah adalah pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 ini
merupakan pelaksanaan dari pasal 182 dan Pasal 194 Undang- Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah serta pasal 69 dan pasal 86 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah. Permendagri No. 61 tahun 2007 ini juga mengacu pada Peraturan
1
Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
Badan Layanan Umum Daerah merupakan bagian dari pemerintahan daerah dengan
pengelolaan keuangan daerah, sedangkan Badan Layanan Umum merupakan bagian dari
Pengertian BLUD
Daerah pengertian Badan Layanan Umum Daerah yang disingkat dengan BLUD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah
daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Makna dari
1
definisi ini adalah sebagai berikut :
2. Perangkat daerah yang dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD adalah
SKPD (sebagai Pengguna Anggaran) atau Unit Kerja pada SKPD (sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran).
bahwa SKPD atau Unit Kerja tersebut memberi pelayanan langsung kepada
1
PKMK FK UGM. 2013. Tanya Jawab Seputar BLUD. Diakses melalui http://manajemenrumahsakit.net/
2013/04/tanya-jawab-seputar-blud., pada tanggal 18 Mei 2015.
4. Kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, mempunyai arti
Berbeda dengan pengelolaan keuangan pada SKPD pada umumnya, Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD atau PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
keuangan daerah pada umumnya. BLUD merupakan bagian dari perangkat kerja pemerintah
daerah, beroperasi untuk tujuan pemberian layanan umum secara lebih efektif dan efisien dan
sejalan dengan praktek bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan
Pada pasal 145 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 menyebutkan bahwa
kepada masyarakat
pelayanan umum yang didelegasikan kepada BLUD terutama pada aspek manfaat yang
dihasilkan. Pejabat pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian
layanan umum yang didelegasikan oleh kepala daerah. Dalam menyelenggarakan dan
efektivitas dan efisiensi serta kualitas pelayanan umum kepada masyarakat tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan. Tujuan awal dibentuknya BLUD ini adalah untuk
oriented), sehingga BLUD tidak dapat disamakan dengan BUMD yang melaksanakan
Persyaratan BLUD
Ada 3 (tiga) persyaratan supaya suatu unit kerja dapat ditetapkan sebagai BLUD,
Persyaratan substantif mensyaratkan bahwa tugas dan fungsi SKPD atau Unit Kerja
berhubungan dengan:
a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas dan
a. Kinerja pelayanan di bidang tugas dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLUD atas rekomendasi sekretaris daerah untuk SKPD atau
Kriteria layak dikelola ini antara lain: memiliki potensi untuk meningkatkan
spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan layanan umum kepada masyarakat.
Kriteria kinerja keuangan yang sehat yaitu ditunjukkan oleh tingkat kemampuan
pendapatan dari layanan yang cenderung meningkat dan efisien dalam membiayai
pengeluaran.
Sedangkan persyaratan administratif penerapan BLUD adalah SKPD atau Unit Kerja harus
f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Pada pasal 23 disebutkan bahwa ada 2 (dua) macam status yang diberikan pada saat
penetapan persetujuan penerapan PPK-BLUD yaitu dapat berupa pemberian status BLUD
penuh atau status BLUD bertahap. Status BLUD penuh diberikan apabila seluruh persyaratan
telah dipenuhi dan dinilai memuaskan. Sedangkan status BLUD bertahap diberikan apabila
persyaratan substantif dan teknis terpenuhi, namun persyaratan administratif dinilai belum
2
Manfaat Menjadi PPK-BLUD
pendapatan baik dari pendapatan jasa layanan BLUD maupun pendapatan yang bersumber
dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan atau dari dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pendapatan jasa layanan BLUD bersumber dari
imbalan terkait dengan operasional pelayanan yang diberikan. Selain dari ketiga sumber
pendapatan di atas, BLUD juga dapat memperoleh pendapatan dari perjanjian Kerja Sama
Operasional (KSO) ataupun dari pendapatan hibah. Pendapatan yang diterima tidak lagi
disetor ke kas daerah, melainkan dapat langsung dimanfaatkan untuk membiayai pengeluaran
BLUD. Satuan kerja yang memperoleh pendapatan dari layanan kepada publik secara
signifikan dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola sumber daya untuk meningkatkan
pelayanan yang diberikan. Hal ini merupakan upaya peng-agenan aktivitas yang tidak harus
dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi oleh instansi pemerintah daerah yang dikelola
secara bisnis, sehingga pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan
efektif.
SKPD Rumah Sakit atau UPTD Puskesmas yang menerapkan Pola Pengelolaan
2
Hananto, Ilham. 2009. BPKP DIY: Narasumber Workshop Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) Puskesmas di Lingkungan Pemkab Sleman. Diakses melalui http://www.bpkp.go.id/
berita/read/4129/1640/BPKP-DIY-Narasumber-Work-shop-Pengelolaan-Keuangan-Badan-Layanan-Umum-
Daerah-BLUD-Puskesmas-di-lingkungan-Pemkab-Sleman.bpkp pada tanggal 18 Mei 2015.
1. Dapat dilakukan peningkatan pelayanan instasi pemerintah daerah kepada masyarakat
3. Dapat dilakukan pengamanan atas aset daerah yang dikelola oleh instansi terkait.
2. Pengelolaan kas;
3. Pengelolaan utang;
4. Pengelolaan piutang;
5. Pengelolaan investasi;
7. Pengelolaan barang;
Akan tetapi untuk status BLUD bertahap, sesuai dengan Permendagri No. 61/2007 pasal 27,
2. Status BLUD bertahap tidak diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi,
3,4
Permasalahan yang Dihadapi Terkait Penerapan BLUD
Sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah tersebut, beberapa
SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang memberi pelayanan langsung pada masyarakat telah
menerapkan PPK-BLUD. Pelayanan tersebut, antara lain berkaitan dengan bidang kesehatan,
pendidikan, wisata daerah, air minum, pengelolaan kawasan, dan pengelolaan dana khusus.
Dari beberapa jenis pelayanan tersebut, pelayanan bidang kesehatan (Rumah Sakit Daerah
dan Puskesmas) yang paling banyak menerapkan PPK-BLUD. Hal ini untuk mendukung
PPK-BLUD bidang kesehatan. Namun masih banyak Rumah Sakit dan bahkan Puskesmas-
Data dari Kementerian Dalam Negeri menyebutkan bahwa sampai Desember 2014 Rumah
Sakit daerah yang menerapkan BLUD sudah 279 RSD atau 44% dari total 639 Rumah Sakit
daerah yang ada di Indonesia. Sementara itu, untuk Puskesmas yang sudah menerapkan PPK-
3
Marsasi, Sugeng Y. 2011. BLUD, Enterprising the Government. Diakses melalui http://warungblud.
wordpress.com pada tanggal 18 Mei 2015.
4
PKMK FK UGM. op. cit.
BLUD sebanyak 209 Puskesmas atau 2 % dari total 9.671 Puskesmas di Indonesia. Berikut
ini adalah data jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas yang sudah menerapkan BLUD dengan
status BLUD Penuh dan BLUD Bertahap dan yang belum menerapkan PPK-BLUD sampai
Data Rumah Sakit dan Puskesmas di Indonesia yang Sudah dan Belum
Menerapkan PPK-BLUD
10000
9000
8000
7000 9462 Belum menerapkan
6000 BLUD Status BLUD
5000 Penuh
4000
Status BLUD Bertahap
3000
2000 36
1000 0
260 91
19 118
0
Rumah Sakit Puskesmas
Sumber : keuda.kemendagri.go.id
Dalam pengajuan pembentukan BLUD dan implementasinya belum semuanya
berjalan optimal. Hal ini disebabkan adanya kendala dan permasalahan, baik di lingkungan
internal maupun eksternal BLUD. Di lingkungan eksternal BLUD, antara lain Kepala Daerah,
Inspektorat Daerah, dan SKPD lain yang terkait dalam penerapan PPK-BLUD, ada yang
belum memahami esensi, makna dan operasional dalam penerapan PPK-BLUD. Sedangkan
di lingkungan internal, masih terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
Hal ini karena RS/Puskesmas tidak lagi menyetorkan pendapatannya ke Kas Daerah,
sehingga menyebabkan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Daerah akan berkurang.
Dengan tidak disetornya retribusi, maka pemda kekurangan uang kas/dana segar untuk
dipertimbangkan bahwa layakkah uang orang sakit dipakai untuk membiayai kegiatan
Orang sakit sudah menderita karena sakitnya, harus jadi tambah miskin karena
membayar biaya pelayanan kesehatan yang mahal, karena uangnya akan digunakan oleh
pemerintah daerah. Untuk itulah dibentuk BLUD, agar pendapatan yang diperoleh dari
sebaiknya langsung dihentikan atau alokasi anggaran dari APBD ke BLUD hanya untuk
BLUD, Rumah Sakit/Puskesmas akan benar-benar mandiri dan lepas dari beban
pegawai. Hal ini karena adanya pemahaman yang kurang pas, dimana BLUD
dipersamakan dengan BUMD. BLUD hanyalah instrumen yang diberikan kepada unit-
unit pelayanan milik pemerintah daerah dengan tujuan pembentukannya agar pelayanan
kepada masyarakat menjadi optimal. Sehingga, kewajiban Pemerintah Daerah dalam hal
ini APBD masih dimungkinkan, baik untuk Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa,
peran APBD untuk operasional BLUD secara persentase makin lama makin turun.
Peran DPRD bagi BLUD adalah pada saat pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD. Dalam rancangan peraturan tersebut, dewan akan melihat dan membahas
target kinerja pada RBA yang akan dicapai dalam satu tahun anggaran, dapat juga
membahas alokasi dana APBD bagi BLUD. Demikian juga waktu membahas laporan
pertanggungjawaban APBD, dewan akan melihat tercapai tidaknya target-target kinerja
yang tercantum dalam RBA. Kalau tidak tercapai dewan dapat memberikan rekomendasi
kepada kepala daerah untuk mengingatkan Pejabat Pengelola BLUD atau kalau perlu
mengusulkan agar BLUD dicabut, karena yang salah adalah pengelolanya bukan
institusinya.
4. Ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam Pemendagri No. 61 tahun
2007 berbeda dengan Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman
Perbedaan ketentuan pengadaan barang dan jasa di antara kedua peraturan di atas,
pada pengelolaan keuangan BLUD. Hal ini cukup beralasan, karena di dalam hirarki
presiden, khususnya dalam hal pengadaan barang dan jasa tersebut. Hal ini dapat
karena amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ditetapkan oleh Menteri Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut sangat kuat karena sebagai turunan dari
Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005. Oleh karena itu, dalam memahami Peraturan
BLUD
pemerintah daerah tidak lagi dapat mengontrol rumah sakit yang dapat mengakibatkan
rumah sakit tidak dapat berkembang, atau bahkan jika terlalu pesat berkembang, rumah
sakit tersebut tidak lagi dapat memberikan kontribusi terhadap pemerintah daerah
dikarenakan pendapatan rumah sakit tidak lagi disetorkan ke kas daerah. Hal ini tentu
saja tidak akan terjadi jika pemerintah daerah benar-benar mengerti dan memahami
6. Pengaruh lingkungan bisnis/pihak ketiga terkait dengan mitra rumah sakit dalam
Pengaruh lingkungan bisnis/pihak ketiga ini terkait dengan mitra rumah sakit dalam
praktek bisnis swasta yang biasa mereka lakukan bisa diterapkan juga di rumah sakit
pemerintah setelah menjadi BLUD. Misalnya, sebuah perusahaan tertentu siap menjalin
kerjasama layanan kesehatan bagi seluruh karyawannya asalkan ada imbal balik yang
bisa diperoleh manajemen dari setiap pembayaran layanan kesehatan terhadap para
karyawan tersebut (sedangkan tarif layanan kesehatan BLUD yang diberlakukan masih
tetap ditentukan oleh pemerintah daerah). Demikian juga persaingan rekanan dalam
penyediaan kebutuhan rumah sakit yang kerap kali tidak sesuai dengan prosedur.
Selain permasalahan yang ditemui dari pihak eksternal BLUD, terdapat juga
permasalahan dan tantangan dari lingkungan internal BLUD dalam penerapan BLUD, antara
lain:
1. Adanya pemahaman bahwa fleksibilitas pengelolaan keuangan BLUD sebagai
Perubahan menjadi BLUD, tidak dapat dipahami secara sempit berkaitan dengan
harus disetor ke kas daerah. Namun harus dipahami hal tersebut lebih kepada perubahan
pola manajemen dan paradigma seluruh unsur di dalam organisasi BLUD. Sehingga
perlu adanya perubahan mindset, kesadaran dan kesungguhan dari pengelola dan semua
Menjadi BLUD berarti mengubah budaya kerja dan paradigma baik dari pengelola
BLUD maupun seluruh karyawan dan pihak dalam BLUD, tidak hanya perubahan dari
setor ke kas daerah menjadi tidak setor ke kas daerah. Bukan masalah pengelolaan
keuangan saja, tapi mindset harus ikut berubah. Tadinya biasa dilayani, sekarang
disetor (ke Kas Daerah Pemda), sekarang bisa dikelola sendiri (di rekening RSUD). Jika
mindset tidak berubah, maka pelayanan kesehatan kepada masyarakat sulit untuk
ditingkatkan.
Untuk sebuah RSUD misalnya, setelah menjadi BLUD, kini tidak lagi hanya sekedar
pelanggan. Pelaksanaan kegiatan bukan hanya sekedar pelaksanaan DPA tahun berjalan
sebesar anggaran yang telah ditetapkan, namun harus berhitung profit untuk
kebiasaan meminta dana dan menggunakan anggaran kepada pemerintah daerah baik
kota/kabupaten/provinsi, harus diimbangi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi usaha
dan membangun jiwa enterpreneur, karena dengan BLUD, RSUD tersebut sudah sedikit
profesi bagi setiap insan rumah sakit dimanapun mereka diposisikan dalam memberikan
Paradigma baru sebagai sebuah Badan Layanan Umum Daerah juga harus seimbang
ala bisnis, dengan Public Service Oriented yaitu tetap berorientasi pada peningkatan
pelayanan kepada masyarakat. Hal inilah yang harus tetap diingat oleh semua yang
terlibat dalam BLUD bahwa tujuan penerapan PPK-BLUD adalah lebih kepada
ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat, bukan mencari
keuntungan semata.
masyarakat
Keberadaan BLUD harus dapat memecahkan berbagai permasalahan yang selama ini
dihadapi dalam pelayanan kepada masyarakat. Sebuah rumah sakit yang harus
melakukan pelayanan setiap waktu tentunya tidak ingin setiap awal tahun anggaran
menghadapi kendala keterbatasan obat, alat kesehatan, makan-minum pasien dan lain-
Optimalisasi pelayanan ini dapat diatasi manakala pendapatan fungsional bisa langsung
pengadaan barang/jasa yang tetap menguntungkan rumah sakit. Lebih jauh dari itu,
pemerintah akan sedikit teratasi manakala BLUD dapat memerankan diri sebagai sebuah
bisnis swasta yang mampu menarik sebanyak mungkin pelanggan, dan bersaing
dengan bisnis sejenis dalam cakupan wilayah yang telah diperhitungkan dalam Rencana
Strategi Bisnis. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang handal dan profesional
baik dari sisi operasional (dokter, perawat, dsb), sisi manajemen, dan pengelolaan
sekedar Kepala RS. Demikian juga Kepala Keuangan, Kepala Perencanaan, Kepala Staf
dan seterusnya dituntut menjadi manajer keuangan, manajer SDM, manajer operasional.
4. Perubahan status menjadi sebuah BLUD seharusnya direspon oleh setiap individu
dalam Rumah Sakit/ Puskesmas, dimanapun posisi dan peran yang diemban dalam
Momen penting pembentukan BLUD seringkali hanya diketahui oleh segelintir personil
tidak tahu apa itu BLUD sehingga tidak ada perubahan paradigma mengenai apa yang
seharusnya mereka lakukan setelah menjadi BLUD. Hal ini perlu sosialisasi dan usaha
pembelajaran terus menerus kepada seluruh pegawai dan pihak di dalam Rumah Sakit/
Puskesmas. Sehingga secara bersama-sama semua pihak saling bekerja sama untuk
masyarakat.
5
Solusi terhadap Permasalahan BLUD
Berikut ini dapat dijabarkan solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
(PPKD), pejabat di lingkungan Inspektorat Daerah, dan SKPD lain yang terkait dalam
sehingga secara bersama-sama semua pihak dapat bekerja sama untuk meningkatkan
5
Marsasi, Sugeng Y, op. cit.
2. Menjadikan momen lahirnya BLUD sebagai titik tolak membangun paradigma baru bagi
seluruh insan Rumah Sakit/Puskesmas untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan,
sejak pelanggan masuk gerbang rumah sakit hingga kembali ke rumah dengan
kesembuhan dan perasaan puas. Image yang buruk yang selama ini diterima rumah sakit
pemerintah ataupun puskesmas harus segera diubah. Sikap santun dan ramah serta
profesionalisme pelayanan harus mulai ditunjukkan oleh satpam, tukang parkir, petugas
pendaftaran, perawat, dokter, apoteker, kasir, dan seterusnya. Hal ini yang akan
menarik pasien baru melalui tenaga pemasaran gratis, yaitu pasien dan keluarga pasien.
Namun membangun paradigma baru perlu sosialisasi yang berkesinambungan. Cara yang
lebih efektif adalah menumbuhkan rasa memiliki bisnis rumah sakit dan menunjukkan
bahwa kedudukan tiap individu dalam rumah sakit adalah penting. Dengan melibatkan
secara langsung dalam perumusan visi dan misi rumah sakit pada saat penyusunan
Rencanan Strategi Bisnis, merupakan salah satu cara memberikan penghargaan atas
peran dan keterlibatan insan rumah sakit. Selanjutnya keterlibatan dalam pengaturan
kode etik dan perumusan Standar Operating dan Prosedur (SOP) juga merupakan media
sosialisasi yang cukup efektif, terlebih rumusan remunerasi penghasilan yang akan
diperjuangkan bersama dari kegigihan kerja dan dan kontribusi nyata setiap insan rumah
sakit.
Bisnis (RSB) lima tahunan merupakan media komunikasi yang cukup efektif manakala
daerah, didukung dengan Rencanan Bisnis dan Anggaran (RBA) untuk tiap-tiap
tahunnya. Rencana bisnis selama lima tahun dengan trend kenaikan prosentase tingkat
kemandirian yang menggambarkan kenaikan pendapatan fungsional untuk menutupi
BLUD RSUD suatu saat kelak mampu memberikan pilihan kepada pegawainya, apakah
akan berstatus sebagai pegawai BLUD atau tetap menjadi PNS. Dan semua masih tetap
dalam kontrol pemerintah daerah melalui dewan pengawas dan kinerja BLUD dapat
evaluasi kinerja terhadap BLUD dapat memberikan korekis perbaikan dan juga
4. Menghadapi persaingan bisnis dengan rumah sakit sejenis dalam menarik pelanggan,
dokter/dokter ahli (dan tenaga pendukung lainnya) serta peralatan medis yang modern
hingga saat ini masih menjadi faktor utama dalam menarik pelanggan/pasien, dan RSUD
harus segera merancang investasi ke arah sana, misalnya dengan menghimpun dana,
mencari donatur atau melakukan kerja sama operasi (KSO) dengan pihak swasta.
KESIMPULAN
pengadaan barang dan jasa. Penerapan PPK-BLUD hendaknya lebih kepada tercapainya
peningkatan kualitas pelayanan publik, kinerja keuangan dan kinerja manfaat bagi
berdasarkan praktik-praktik bisnis yang sehat yang tidak mengutamakan pada pencarian
mengurangi subsidi APBD bila kemampuan atau daya beli masyarakatnya meningkat.
Tujuan pembentukan BLUD adalah sebagai alat untuk membenahi pelayanan publik
agar lebih efisien, dikelola secara transparan, menjadi lembaga yang akuntabel dan
kinerja pelayanan, kinerja manfaat, dan kinerja keuangan. Keberhasilan penerapan BLUD ini
sangat membutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak tidak hanya dari internal BLUD
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. 2013. Implementasi
PPK-BLUD dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Diakses melalui http://
keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/28-implementasi-ppk-blud-dan-peningkatan-
kualitas-pelayanan-publik pada tanggal 18 Mei 2015.
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM. 2013. Tanya
Jawab Seputar BLUD. Diakses melalui http://manajemenrumahsakit.net/ 2013/04/tanya
-jawab-seputar-blud/ pada tanggal 18 Mei 2015.
Hananto, Ilham. 2009. BPKP DIY: Narasumber Workshop Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas di Lingkungan Pemkab Sleman. Diakses
melalui http://www.bpkp.go.id/berita/read/4129/1640/BPKP-DIY-Narasumber-Work-
shop-Pengelolaan-Keuangan-Badan-Layanan-Umum-Daerah-BLUD-Puskesmas-di-
lingkungan-Pemkab-Sleman.bpkp pada tanggal 18 Mei 2015.
Marsasi, Sugeng Y. BLUD, 2011. Enterprising the Government. Diakses melalui http://
warungblud.wordpress.com pada tanggal 18 Mei 2015.
Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI. 2014. Daftar dan
Implementasi PPK-BLUD Provinsi, Kabupaten/Kota. Diakses melalui http://keuda.
kemendagri.go.id/datin/index/3/2014 pada tanggal 23 Mei 2015.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Data dan Klasifikasi RS di Indonesia. Diakses melalui
http://www.depkes.go.id/article/view/13060100013/informasi-publik-wajib-tersedia-
setiap-saat.html pada tanggal 23 Mei 2015.