Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(Laporan)
Oleh:
Kelompok : 11
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Memahami konsep perpindahan panas yang terjadi didalam double pipe heat
exchanger khususnya konduksi dan konveksi
2. Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan
(U)
3. Menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U) pada pelat menggunakan
persamaan empiris.
4. Menghitung efisiensi kalor yang dilepas fluida panas terhadap kalor yang diterima
fluida dingin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger) berfungsi
mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang batas. Bidang batas
pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari berbagai jenis logam sesuai
dengan penggunaan dari alat tersebut.
Pada percobaan ini akan dilakukan pengamatan unjuk kerja alat penukar kalor pipa
ganda (double pipe heat exchanger) yang terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa yang berada
di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan bagian dalam dikenal sebagai pipa
(tube).
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati dua bidang
batas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang terbuat dari berbagai
jenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa konsentris, yaitu:
annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube (pipa yang berada di dalam).
Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pararel Flow
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua fluida
memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang besar
akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
2. CounterFlow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE masuk
dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya mendekati
suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif dari
paralel flow. Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel flow,
dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:
dQ U T t a" dL
(1)
dQ WCdT wcdt
(2)
3. CrossflowHeat exchanger
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk
aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tubeandshellheat
exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan
menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
Suatu sillinder yang dilengkapi dengan inlet dan outlet nozzle sebagai tempat keluar
masuknya fluida. Ada 2 jenis tube dalam shell, yaitu finned tube (tube yang mempunyai
sirip (fin) pada bagian luar tube) dan bare tube (tube dengan permukaan yang rata)
2. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut tube
bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah tube sheet.
Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tubeside dengan
shellside.
3. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube, menahan vibrasi yang
disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran turbulen sehingga perpindahan panas
lebih sempurna. Jenis baffle yaitu battle melintang (segmental, dish and doughnut) dan
baffle memanjang.
4. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar
dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan
lainnya tetap.
2.4. Jenis-Jenis Heat Exchanger
A. Berdasarkan Fungsinya
1. Heat exchanger
Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas yang
membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang membutuhkan
pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang berbentuk gas dan
lainnya berbentuk cairan.
2. Condenser
Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair sebagian
atau seluruhnya dengan pemindahan panas.
3. Cooler Chiller
Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida yang
berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap menjadi
cair. Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor biasanya dipasang
pada top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa digunakan ketika
temperatur rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut chiller.
4. Reboiler
Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom (bottom)
distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media pemanas yang
digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui media pemanas atau
dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah furnace atau fire tube
5. Heater Superheater
Heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik bahan
baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai pemanas.
Superheater memanaskan gas dibawah temperatur jenuh.
B. Berdasarkan Konstruksinya
1. Tubular Exchanger
Double-pipe Heat exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan atau
mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan jika memakai Heat exchanger ini adalah kesulitan untuk memindahkan
panas dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi, double pipeHeat
exchanger ini juga memiliki keuntungan yaitu Heat exchanger ini dapat dipasang
dengan berbagai macam fitting (ukuran).
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua
fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin)
mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir
pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari
beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi
pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa.
Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur
rendah.
o Relatif mahal
o Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2)
o Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.
mengalir di dalam tube dan fluida yang mengalir di luar tube (pada shell side). Shell and
tube ini merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan dalam proses-proses
industri.
Shellandtube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk
keperluan proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk keperluan proses dengan
tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk
keperluan fluida yang korosif). Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi
pada dinding tube dimana terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan
konveksi. Dilihat dari konstruksinya, Heat exchanger tipe ShellandTube dibedakan atas:
U tube/U bundle
U tube/U bundle merupakan jenis HE yang hanya mempunyai 1 buah tubesheet,
dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet
sehingga biaya yang dibutuhkan paling murah di antara ShellandTubeHeat exchanger
yang lain. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas.
Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang tinggi.
Masalah yang sering terjadi pada Heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada
bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di
dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak
mengandung partikel-partikel padat.
2. Spiral tube
Plate Heat exchanger
Kedua aliran masuk dari sudut dan
melewati bagian atas dan bawah plat-plat
parallel dengan fluida panas melewati jalan- jalan
(ruang antar plat) genap dan fluida dingin
melewati jalan-jalan ganjil. Plat-plat
dapat dipasang secara melingkar agar dapat
memberikan perpindahan panas yang besar dan
mencegah terjadinya fouling (deposit yang tidak diinginkan). Plate Heat
exchanger juga mudah untuk dilepas dan dipasang kembali sehingga mudah untuk
dibersihkan. Heat exchanger ini dibagi atas 3 macam :
Terdapat dua jenis Heat Exchanger berdasarkan flow arrangements yakni single
pass dan multiple pass.Pada single pass, kedua fluida melewati sistem hanya satu kali,
sedangkan pada multiple pass, salah satu atau kedua fluida mengalir bolak-balik secara
zigzag. Pada single pass aliran fluida bisa parallel ataupun berlawanan, sedangkan pada
multiple pass merupakan kombinasai keduanya. Fluida juga dapat mengalir secara
crossflow. Yang pertama, kedua fluida tidak bercampur, mereka melewati jalan masing-
masing tanpa bercampur. Yang kedua, kedua fliuda bercampur tanpa terjadi reaksi kimia.
Jika luas shell besar, crossflow akan menghasilkan koefisien perpindahan kalor yang
lebih tinggi daripada aliran aksial yang terjadi di dalam tabung double-pipe.
1. ParalelFlow
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua
fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang
besar akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
2. CounterFlow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE
masuk dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih
efekrif dari paralel flow.
3. CrossFlowHeat exchanger
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai
untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap
(tubeandshellHeat exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di
dalam tube dan menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
Dari ketiga tipe Heat exchanger tersebut tipe counterflow yang paling efisien
ketika kita membandingkan laju perpindahan kalor per unit area. Dengan beda
temperatur fluida yang paling maksimal di antara kedua tipe Heat exchanger lainnya,
maka beda temperatur rata-rata (log mean temperature difference) akan maksimal dan
pada akhirnya laju perpindahan kalor akan maksimal pula.
1. Fluida dengan konduktivitas termal rendah seperti tar, minyak atau gas,
biasanya menghasilkan h yang rendah. Ketika fluida tersebut melewati heat
exchanger, U akan cenderung untuk turun
2. Kondensasi dan Pemanasan merupakan proses perpindahan kalor yang
efektif. Proses ini dapat meningkatkan nilai U.
3. Untuk U yang tinggi, tahanan dalam exchanger pasti rendah
4. Untuk fluida dengan konduktivitas yang tinggi , mempunyai nilai U dan h
yang tinggi.
Untuk U pada suhu yang hampir konstan, variasi temperatur dari aliran fluida dapat
dihitung secara overall heat transfer dalam bentuk perbedaan temperatur rata-rata dari
aliran dua fluida, yang dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Q UATmean
(3)
Yang menjadi masalah kali ini adalah bagaimana membuat persamaan tersebut menjadi
benar. Kita harus dapat menghitung nilai dari T yang diinginkan. Hal ini disebabkan
karena terlihat pada grafik mengenai kecenderungan perubahan temperatur fluida akan
lebih cepat sejalan dengan posisinya (grafik bisa dilihat dari lampiran). Selain itu pada
counterflow dan pararel flow, perhitungan tersebut bisa berbeda. Oleh karena itu perlu
dicari suatu persamaan yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan menurunkan rumus
awal sebagai berikut :
Setelah itu kita menyamakan persamaan antara persamaan untuk counterflow dan
persamaan untuk pararel flow dan didapat :
Ta Tb
Q UA
ln( Ta / Tb
(5)
Dimana Ta adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin awal
dan Tb adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin akhir. t
mean yang dimaksud dalam persamaan tersebut adalah LMTD, yaitu :
Ta Tb
Tmean LMTD
ln( Ta / Tb
(6)
Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Kita harus menggunakan faktor
koreksi F yang dapat dilihat dalam grafik pada lampiran. Sehingga rumusnya menjadi :
Q UAF (LMTD )
(7)
(1) UC adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor masih
baru
(2) UD adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor sudah
kotor.
C. Fouling Resistance
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan bersih sehingga
tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada suatu saat fluida yang terus
menerus mengalir dalam pipa akan membentuk seperti sebuah lapisan yang akan
mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang disebut dengan fouling resistance. Untuk
menghitung fouling resistance dapat digunakan rumus berikut ini :
1 1
Rd
U D UC
Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1
U
1 ri ln( r0 / rp ) r j ln( rp / ri ) ri
Rd
hi k insulator k pipe r0 h0
(9)
Untuk U<<10000 W/m2 C fouling mungkin tidak begitu penting, karena hanya
menghasilkan resistan yang kecil. Namun pada water to waterheat exchanger dimana nilai
U disekitar 2000 maka fouling factor akan menjadi penting. Pada finnedtubeheat
exchanger dimana gas panas mengalir di dalam tube dan gas yang dingin mengalir
melewatinya, nilai U mungkin sekitar 200, fouling factor akan menjadi signifikan.
Gambar 4.Kekotoran
D. Efektivitas Heat exchanger
Efektivitas heat exchanger dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ch Thin Tho u t
Cc Tcou t Tcin
Cmin Thin Tc min
Cmin Thin Tcin
(10)
Maka untuk mencari efektifitas untuk paralel single pass HE adalah sebagai berikut :
UA
NTU
C min
(13)
Cmin merupakan nilai C tekecil antara Ch dan Cc, sedangkan Cmax merupakan nilai yang
terbesar.
(14)
tm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference (LMTD). Untuk
shellandtubeheat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi dengan faktor yang dicari dari
grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya adalah dengan menggunakan
parameter R dan S.
(15-16)
Bila UD konstan
Untuk aliran searah (co-current)
Atau
Nilai LMTD yang diperoleh ini harus dikoreksi dengan faktor F T yang dicari dari grafik
yang sesuai. Caranya yaitu dengan menggunakan parameter R dan S:
(18-19)
Untuk aliran searah atau aliran berlawanan arah, maka persamaan LMTD berupa
persamaan implisit:
(20)
METODELOGI PERCOBAAN
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum perpindahan panas menggunakan
Double pipe heat exchanger adalah sebagai berikut :
Seperangkat alat Double pipe heat exchanger
Ember
Stopwatch
Air
14
12
0
600 1100 1600 2100 2600 3100
= 998 kg/m3
4.5
f(x) = 0.01x - 3.94
R = 1
4
delta P ( cmH2O)
3.5
2.5
1100 1150 1200 1250 1300 1350
P = 2
P = 4
P = 8
P = 10
P = 12
Ru laju Laju
T1
n fluida Trata- densit fluida
(oC)
panas Thi Tho rata as panas Cp Q2 (Watt)
(m) (Thi- m*Cp*T
(m3/s) (kg/m3) (kg/s) (kJ/kg.oC) Tho) 1
1 0.00026 991.4 0.4840
2 36 30 33 0 77 4.1819 6 25.0914
2 992.1 0.3472 8.71257
0.00035 35 29 32 2 42 4.1818 6 5
3 0.00052 989.9 0.5217 15.2435
6 39 32 35.5 4 08 4.1821 7 8
4 0.00061 991.2 0.6096 12.7464
5 36 31 33.5 2 00 4.1819 5 3
5 0.00070 985.9 0.6931 17.4033
3 40 34 37 4 16 4.1848 6 1
T 2=ThoTco
Laju Alir Air Laju Alir Thi Tho Tci Tco T1 T2 Tlm
Panas )
(m3/s)
0,000538 0,00026 36 30 24 28
12 2
2 5,5811
0.000595 0.00035 34 31 25 29 9 2 4.4654
0.000708 0.00052 39 32 26 30
13 2
6 5.8766
0.000765 0.00061 32. 31.5 26 29
6.5 2.5
5 5 4.1862
0.000822 0.00070 40 34 26. 29
13.5 5
3 5 8.5577
Menghitung efisiensi
Menghitung U
(m2) (W/m2.K)
0,000538 8,97043 5,5811 0.1196 13,435
34 48
0.000595 0.1196 16.309
8.71257 4.4654 34 15
0.000708 0.1196 16.780
11.7972 5.8766 34 24
0.000765 0.1196 19.001
9.51618 4.1862 34 51
0.000822 0.1196
8.368
8.56709 8.5577 34
c. Perbandingan antara efisiensi dan koefisien pindah panas keseluruhan (U) dengan
laju alir fluida
(W/m2.K)
a.
80
15
60
efisiensi U (W/m3 . k) 10
40
5
20
0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b.
c. Gambar 4.3.1 kurva efisiensi terhadap laju alir ; kurva U terhadap laju alir
d.
e.
g. Diketahui :
h. V = F . 10-3 (m3/s)
i. A(m2)
j. N = L /
Re NN = hL/k Npr= Cp
/k
k. Cp = 4,183 Kj/kg.K
l. L = 2 mm = 0,002 m
m. =996 kg /m 3
n. K = 0,6675 ( W/m.K)
o. = 0,00048 (kg/m.s)
p.
Untuk Nre 3.105 (Laminar) :NN = 0,664 (NRe) 0,5 . (Npr)1/3
q. Untuk Nre 3.105 (Turbulen) :NN = 0,0366 (NRe) 0,8 . (Npr)1/3
r.
a. RUN DPHE (Co-Current)
s. t. u. v. w. x. y. z. aa.
R L N N
v N
ab.
bv.
bw. by. bz. ca. cb. cc. cd. cf. ch.
R L
v N
N N h
ec.
ed.
ee.
ef.
eg.
eh. PEMBAHASAN
ei. Pada praktikum ini dilakukan percobaan perpindahan panas menggunakan double pipe
heat exchanger (DPHE). Praktikum ini bertujuan untuk dapat memahami cara kerja peralatan Double
Pipe Heat Exchanger, dapat menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U), dapat
mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan (U), dapat
menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima fuida, dan
dapat mengetahui pengaruh U terhadap efisiensi.
ej. Adapun di dalam percobaan ini digunakan dua buah pipa penukar panas dengan
ukuran module yang berbeda dengan perpindahan panas dari arah luar ke dalam. Pada pipa
kesatu (pipa besar) memiliki jenis aliran co-current karena arah masuk dan keluar air dingin
dan air pemanas searah, sedangkan jenis aliran di pipa kedua (pipa kecil) adalah counter
current karena arah masuk dan keluar dari aliran air panas dan dingin berlawanan.
ek. Percobaan yang dilakukan adalah mengukur nilai temperatur hot in (Thi), hot out
(Tho), cold in (Tci), dan cold out (Tco) dengan melakukan variasi terhadap laju alir dingin
dan laju air panas sistem co-curent dan counter curent. Juga dilakukan pencatatan P yang
merupakan data laju alir. Fluida panas mengalir dalam pipa yang lebih kecil sedangkan fluida
dingin mengalir di pipa yang lebih besar (diluar pipa kecil). Fluida yang dialirkan terlebih
dahulu dalam alat penukar kalor adalah air agar kalor dari steam dapat diserap oleh air dan
menjadi air panas. Saat steam panas baru melewati pipa-pipa HE (sebelum bertemu dengan
air), pipa tersebut terasa panas. Hal ini dikarenakan adanya proses perpindahan kalor dari
steam menuju lingkungan juga terjadi pressure drop sepanjang aliran pipa yang
mengakibatkan proses perubahan fasa steam menjadi embun meskipun suhu belum mencapai
100oC. Adapun steam dialirkan di dalam pipa yang lebih kecil agar tidak merusak alat karena
tekanan steam yang sangat tinggi juga untuk
el. Berdasarkan data percobaan yang didapatkan dan melalui pengolahan data yang
telah dilakukan, didapatkan kurva hubungan antara laju alir air dan nilai koefisien pindah
panas (U) yang berbanding lurus pada semua percobaan. Begitupula didapatkan pada kurva
hubungan antara laju alir dengan efesiensi semakin tinggi laju alirnya semakin tinggi pula
efesiensi yang didapat.Semakin besar kecepatan aliran maka akan didapatkan nilai h yang
besar. Berdasarkan rumus U secara empiris, nilai h yang besar akan memperbesar nilai U. Ini
disebabkan oleh nilai h (koefisien konveksi) yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran air.
em. BAB V
en. KESIMPULAN
eo.
ep. Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil percobaan adalah, sebaga berikut:
1. Double Pipe Heat Exchanger berfungsi mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan
melewati dua bidang batas. Bidang batas pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang
terbuat dari berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat tersebut.
2. Aliran fluida counter current akan mempunyai selisih suhu uap dan air awal yang relatif
sama dengan selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir.
3. Aliran fluida co-current akan memberikan selisih suhu uap dan air awal jauh lebih besar
daripada selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir.
4. Aliran counter current lebih efektif daripada aliran co current. Perpindahan panas yang
terjadi pada aliran berlawanan lebih menyeluruh, fluida panas dan fluida dingin saling
bertukar panas pada titik-titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar sehingga jarak suhu
steam dan air keluar cukup dekat.
5. Nilai koefisien perpindahan panas (U) berbanding lurus dengan laju alir.
6. Semakin besar laju alir semakin besar pula efesiensi yang didapat.
eq.
er. DAFTAR PUSTAKA
es.
et. Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I, Teknik Gas dan Petrokimia UI.
ev. Kern,D.Q. 1981. Process Heat Transfer.Mc-Graw Hill International Company Book,
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.