Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016

MODUL : DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER

PEMBIMBING : Dr. Ir. Dwi Nirwantoro, MT

Praktikum : 26 November 2015

Penyerahan : 21 Desember 2015

(Laporan)

Oleh:

Kelompok : 11

Nama : 1. Wynne Raphaela NIM.131424027

2. Levina Cahyani NIM.131424028

Kelas : 3A Teknik Kimia Produksi Bersih

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alat perpindahan panas ada berbagai tipe dan model yang banyak ragamnya.Secara
garisbesar terbagi menjadi tiga macam, yaitu double pipe, shell and tube dan plate heat
exchange.Masing masing jenis digunakan berdasarkan keperluan dan pertimbangan teknis
danekonominya, begitu pula dengan ukuran kapasitasnya.Double pipe heat
exchangerterdiri atas dua pipa logam berdinding tipis yang tersusun dalam suatu panel
vertikal. Double pipe heat exchanger merupakan alat penukar panas yang paling
sederhana. Konstruksi double pipe heat exchange yang sederhana ini memudahkannya
dalam penggantian tabung dan pembersihan.

1.2. Tujuan Percobaan

Percobaan Double pipe Heat exchanger ini bertujuan untuk :

1. Memahami konsep perpindahan panas yang terjadi didalam double pipe heat
exchanger khususnya konduksi dan konveksi
2. Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan
(U)
3. Menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U) pada pelat menggunakan
persamaan empiris.
4. Menghitung efisiensi kalor yang dilepas fluida panas terhadap kalor yang diterima
fluida dingin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Heat Exchanger

Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger) berfungsi
mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang batas. Bidang batas
pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari berbagai jenis logam sesuai
dengan penggunaan dari alat tersebut.

Pada percobaan ini akan dilakukan pengamatan unjuk kerja alat penukar kalor pipa
ganda (double pipe heat exchanger) yang terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa yang berada
di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan bagian dalam dikenal sebagai pipa
(tube).

2.2. Prinsip Kerja Heat Exchanger

Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati dua bidang
batas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang terbuat dari berbagai
jenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa konsentris, yaitu:
annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube (pipa yang berada di dalam).
Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pararel Flow

Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua fluida
memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang besar
akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.

2. CounterFlow

Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE masuk
dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya mendekati
suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif dari
paralel flow. Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel flow,
dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:
dQ U T t a" dL
(1)
dQ WCdT wcdt
(2)

3. CrossflowHeat exchanger

Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk
aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tubeandshellheat
exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan
menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.

2.3. Komponen Penyusun Heat Exchanger

Komponen-komponen dari penyusun Heat Exchanger, terdiri dari:

1. Shell dan Tube

Suatu sillinder yang dilengkapi dengan inlet dan outlet nozzle sebagai tempat keluar
masuknya fluida. Ada 2 jenis tube dalam shell, yaitu finned tube (tube yang mempunyai
sirip (fin) pada bagian luar tube) dan bare tube (tube dengan permukaan yang rata)

2. Tube Sheet

Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut tube
bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah tube sheet.
Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tubeside dengan
shellside.

3. Baffle

Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube, menahan vibrasi yang
disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran turbulen sehingga perpindahan panas
lebih sempurna. Jenis baffle yaitu battle melintang (segmental, dish and doughnut) dan
baffle memanjang.

4. Tie Rods

Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar
dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan
lainnya tetap.
2.4. Jenis-Jenis Heat Exchanger

A. Berdasarkan Fungsinya

1. Heat exchanger
Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas yang
membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang membutuhkan
pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang berbentuk gas dan
lainnya berbentuk cairan.

2. Condenser
Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair sebagian
atau seluruhnya dengan pemindahan panas.

3. Cooler Chiller
Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida yang
berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap menjadi
cair. Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor biasanya dipasang
pada top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa digunakan ketika
temperatur rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut chiller.

4. Reboiler
Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom (bottom)
distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media pemanas yang
digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui media pemanas atau
dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah furnace atau fire tube

5. Heater Superheater
Heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik bahan
baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai pemanas.
Superheater memanaskan gas dibawah temperatur jenuh.

B. Berdasarkan Konstruksinya
1. Tubular Exchanger

a. Double-pipe Heat exchanger


Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di
dalam sebuah pipa lainnya yang berdiameter
lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu
mengalir di dalam pipa kecil sedangkan
fluida yang lain mengalir di bagian luarnya.
Pada bagian luar pipa kecil biasanya Gambar 1.Double pipe
dipasang fin atau sirip memanjang, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan permukaan
perpindahan panas yang lebih luas. Double pipe ini dapat digunakan untuk memanaskan
atau mendinginkan fluida hasil proses yang membutuhkan area perpindahan panas yang
kecil (biasanya hanya mencapai 50 m2).

Double-pipe Heat exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan atau
mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan jika memakai Heat exchanger ini adalah kesulitan untuk memindahkan
panas dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi, double pipeHeat
exchanger ini juga memiliki keuntungan yaitu Heat exchanger ini dapat dipasang
dengan berbagai macam fitting (ukuran).

Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua
fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin)
mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir
pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari
beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi
pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa.
Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur
rendah.

Kelebihan Double-pipe Heat exchanger:

o Dapat digunakan untuk fluida yang memiliki tekanan tinggi.


o Mudah dibersihkan pada bagian fitting
o Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa
o Dapat dipasang secara seri ataupun paralel
o Dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD
sesuai dengan keperluan
o Mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya
o Kalkulasi design mudah dibuat dan akurat
Kekurangan Double-pipe Heat exchanger:

o Relatif mahal
o Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2)
o Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.

b. Shell and tube

Jenis ini terdiri dari shell


yang didalamnya terdapat
rangkaian pipa kecil yang
disebut tube bundle.
Perpindahan panas terjadi
antara fluida yang Gambar 2.Shell and Tube HE

mengalir di dalam tube dan fluida yang mengalir di luar tube (pada shell side). Shell and
tube ini merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan dalam proses-proses
industri.

KeuntunganShellandTubeHeat exchanger merupakan Heat exchanger yang paling


banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio area
perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga
dapat mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya
juga paling murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side
mengalir melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang
lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut dipasangkan sekat/penghalang (baffles).

Shellandtube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk
keperluan proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk keperluan proses dengan
tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk
keperluan fluida yang korosif). Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi
pada dinding tube dimana terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan
konveksi. Dilihat dari konstruksinya, Heat exchanger tipe ShellandTube dibedakan atas:

Fixed Tube Sheet


Fixed Tube Sheetmerupakan jenis shellandtubeHeat exchanger yang terdiri dari tube-
bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan shell.
Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan pembersihan shell.

Floating Tube Sheet


Floating Tube Sheet merupakan Heat exchanger yang dirancang dengan salah satu tipe
tube sheetnya mengambang, sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell jika
terjadi pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak digunakan
dalam industri migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan fix tube sheet,
karena tube-bundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operasi dengan
perbedaan temperatur antara shell dan tube side di atas 200oF.

U tube/U bundle
U tube/U bundle merupakan jenis HE yang hanya mempunyai 1 buah tubesheet,
dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet
sehingga biaya yang dibutuhkan paling murah di antara ShellandTubeHeat exchanger
yang lain. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas.
Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang tinggi.
Masalah yang sering terjadi pada Heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada
bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di
dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak
mengandung partikel-partikel padat.

2. Spiral tube
Plate Heat exchanger
Kedua aliran masuk dari sudut dan
melewati bagian atas dan bawah plat-plat
parallel dengan fluida panas melewati jalan- jalan
(ruang antar plat) genap dan fluida dingin
melewati jalan-jalan ganjil. Plat-plat
dapat dipasang secara melingkar agar dapat
memberikan perpindahan panas yang besar dan
mencegah terjadinya fouling (deposit yang tidak diinginkan). Plate Heat
exchanger juga mudah untuk dilepas dan dipasang kembali sehingga mudah untuk
dibersihkan. Heat exchanger ini dibagi atas 3 macam :

Plate and frame or gasketed plate exchanger


Jenis ini terdiri dari bingkai-bingkai dan plat-plat yang disusun rapat, permukaan plat
mempunyai alur-alur yang berpasangan sehingga jika dirangkai mempunyai dua aliran.
Heat exchanger ini digunakan untuk temperatur dan tekanan rendah seperti
mendinginkan cooling water.

Spiral plate heat Gambar 3.Plate Heat


exchanger
Lamella (ramen) heat exchanger

C. Berdasarkan Flow arrangements

Terdapat dua jenis Heat Exchanger berdasarkan flow arrangements yakni single
pass dan multiple pass.Pada single pass, kedua fluida melewati sistem hanya satu kali,
sedangkan pada multiple pass, salah satu atau kedua fluida mengalir bolak-balik secara
zigzag. Pada single pass aliran fluida bisa parallel ataupun berlawanan, sedangkan pada
multiple pass merupakan kombinasai keduanya. Fluida juga dapat mengalir secara
crossflow. Yang pertama, kedua fluida tidak bercampur, mereka melewati jalan masing-
masing tanpa bercampur. Yang kedua, kedua fliuda bercampur tanpa terjadi reaksi kimia.
Jika luas shell besar, crossflow akan menghasilkan koefisien perpindahan kalor yang
lebih tinggi daripada aliran aksial yang terjadi di dalam tabung double-pipe.

D. Berdasarkan Arah Aliran

1. ParalelFlow
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua
fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang
besar akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.

2. CounterFlow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE
masuk dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih
efekrif dari paralel flow.
3. CrossFlowHeat exchanger

Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai
untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap
(tubeandshellHeat exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di
dalam tube dan menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
Dari ketiga tipe Heat exchanger tersebut tipe counterflow yang paling efisien
ketika kita membandingkan laju perpindahan kalor per unit area. Dengan beda
temperatur fluida yang paling maksimal di antara kedua tipe Heat exchanger lainnya,
maka beda temperatur rata-rata (log mean temperature difference) akan maksimal dan
pada akhirnya laju perpindahan kalor akan maksimal pula.

2.5. Parameter Heat Exchanger


A. Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)

h
Pada awalnya kita mengandaikan U (bisa juga digantikan oleh ) sebagai nilai konstan
(nilai U dapat dilihat pada tabel pada lampiran). U sendiri merupakan koefisien heat
transfer overall. Aturan untuk nilai U adalah sebagai berikut :

1. Fluida dengan konduktivitas termal rendah seperti tar, minyak atau gas,
biasanya menghasilkan h yang rendah. Ketika fluida tersebut melewati heat
exchanger, U akan cenderung untuk turun
2. Kondensasi dan Pemanasan merupakan proses perpindahan kalor yang
efektif. Proses ini dapat meningkatkan nilai U.
3. Untuk U yang tinggi, tahanan dalam exchanger pasti rendah
4. Untuk fluida dengan konduktivitas yang tinggi , mempunyai nilai U dan h
yang tinggi.
Untuk U pada suhu yang hampir konstan, variasi temperatur dari aliran fluida dapat
dihitung secara overall heat transfer dalam bentuk perbedaan temperatur rata-rata dari
aliran dua fluida, yang dapat dibuat persamaan sebagai berikut :

Q UATmean
(3)

Yang menjadi masalah kali ini adalah bagaimana membuat persamaan tersebut menjadi
benar. Kita harus dapat menghitung nilai dari T yang diinginkan. Hal ini disebabkan
karena terlihat pada grafik mengenai kecenderungan perubahan temperatur fluida akan
lebih cepat sejalan dengan posisinya (grafik bisa dilihat dari lampiran). Selain itu pada
counterflow dan pararel flow, perhitungan tersebut bisa berbeda. Oleh karena itu perlu
dicari suatu persamaan yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan menurunkan rumus
awal sebagai berikut :

dQ U (dA)T (mc p ) h dTh (mc p ) c dTc


(4)

Keterangan : h untuk aliran panas dan c untuk aliran dingin

Setelah itu kita menyamakan persamaan antara persamaan untuk counterflow dan
persamaan untuk pararel flow dan didapat :

Ta Tb
Q UA
ln( Ta / Tb
(5)

Dimana Ta adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin awal
dan Tb adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin akhir. t
mean yang dimaksud dalam persamaan tersebut adalah LMTD, yaitu :

Ta Tb
Tmean LMTD
ln( Ta / Tb
(6)

Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Kita harus menggunakan faktor
koreksi F yang dapat dilihat dalam grafik pada lampiran. Sehingga rumusnya menjadi :

Q UAF (LMTD )
(7)

B. Koefisien perpindahan kalor keseluruhan U (overall coefficient of heat transfer),


Koefisien perpindahan kalor keseluruhan (U), terdiri dari dua macam yaitu:

(1) UC adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor masih
baru

(2) UD adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor sudah
kotor.

Secara umum kedua koefisien itu dirumuskan sebagai:


(8)

C. Fouling Resistance
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan bersih sehingga
tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada suatu saat fluida yang terus
menerus mengalir dalam pipa akan membentuk seperti sebuah lapisan yang akan
mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang disebut dengan fouling resistance. Untuk
menghitung fouling resistance dapat digunakan rumus berikut ini :

1 1
Rd
U D UC

Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

1
U
1 ri ln( r0 / rp ) r j ln( rp / ri ) ri
Rd
hi k insulator k pipe r0 h0
(9)

Untuk U<<10000 W/m2 C fouling mungkin tidak begitu penting, karena hanya
menghasilkan resistan yang kecil. Namun pada water to waterheat exchanger dimana nilai
U disekitar 2000 maka fouling factor akan menjadi penting. Pada finnedtubeheat
exchanger dimana gas panas mengalir di dalam tube dan gas yang dingin mengalir
melewatinya, nilai U mungkin sekitar 200, fouling factor akan menjadi signifikan.

Gambar 4.Kekotoran
D. Efektivitas Heat exchanger
Efektivitas heat exchanger dapat dirumuskan sebagai berikut :

actual heat transferred



max imum heat that could possibly be transferred from one stream to another



Ch Thin Tho u t

Cc Tcou t Tcin

Cmin Thin Tc min
Cmin Thin Tcin
(10)

Maka untuk mencari efektifitas untuk paralel single pass HE adalah sebagai berikut :

1 exp (1 C min / C max ) NTU



1 C min / C max
(11)

Sedangkan untuk counterflow adalah sebagai berikut :

1 exp (1 C min / C max ) NTU



1 (C min / C max ) exp (1 C min / C max ) NTU
(12)

Keterangan : NTU (Number of Transfer Unit) bisa didapatkan dari rumus :

UA
NTU
C min
(13)

Cmin merupakan nilai C tekecil antara Ch dan Cc, sedangkan Cmax merupakan nilai yang
terbesar.

E. Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Kalor

(14)
tm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference (LMTD). Untuk
shellandtubeheat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi dengan faktor yang dicari dari
grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya adalah dengan menggunakan
parameter R dan S.

(15-16)

Nilai LMTD dihitung dengan persamaan sbb:

Bila UD konstan
Untuk aliran searah (co-current)

Atau

Untuk aliran berlawanan arah (Counter Current)


(17)

Nilai LMTD yang diperoleh ini harus dikoreksi dengan faktor F T yang dicari dari grafik
yang sesuai. Caranya yaitu dengan menggunakan parameter R dan S:

(18-19)

Dan harga tm =FT.LMTD

Bila UD tidak konstan (berubah) terhadap suhu

Untuk aliran searah atau aliran berlawanan arah, maka persamaan LMTD berupa
persamaan implisit:

(20)

F. Penurunan Tekanan pada Alat


Penukar Kalor
Pada setiap aliran akan terjadi penurunan tekanan (pressure drop) karena gaya gesek yang
terjadi antara fluida dan tempatnya.
BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum perpindahan panas menggunakan
Double pipe heat exchanger adalah sebagai berikut :
Seperangkat alat Double pipe heat exchanger
Ember
Stopwatch
Air

3.2 Langkah Kerja


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Melakukan kalibrasi pada laju alir air panas dan air dingin
3. buka keran Aliran air dingin pada laju alir L/s
4. buka keran Aliran air panas pada laju alir L/s
5. membuka keran aliran steam
6. Tunggu beberapa saat hingga suhu masukan pada aliran air panas mencapai 400C
7. mencatat suhu masukan dan suhu keluaran pada aliran air panas dan aliran air dingin (Tin
coll ; Tout coll ; Tin hot ; T out hot) setiap 3 menit selama 24 menit (RUN 1)
8. melakukan langkah 5-7 dengan suhu masukan pada aliran panas 400C dan laju alir air
panas dan air dingin tetap (RUN 2)
9. melakukan langkah 3-7 dengan suhu masukan air panas tetap ,laju alir air dingin tetap,
laju alir panas berubah (RUN 3)
10. melakukan langkah 3-7 dengan suhu masukan air panas tetap, laju alir air dingin
berubah, laju alir air panas tetap (RUN 4)
11. melakukan langkah 3-7 dengan suhu masukan air panas tetap, laju alir air panas dan laju
alir air dingin berubah (RUN 5)
BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Data Kalibrasi laju alir fluida panas dan dingin


4.1.1 Kalibrasi Laju Fluida Dingin
= 998 kg/m3

No P Waktu Massa Massa Volume fluida Laju alir hasil


(detik)
(kg/detik (kg/jam) panas (m3/jam) pengukuran (L/jam)
(cmH2O)
)
1 12 5 0,796 2865,6 2,8598 2859,8
2 8 5 0,736 2649,6 2,6443 2644,3
3 4 5 0,576 2073,6 2,0945 2094,5

14

12

10 f(x) = 0.01x - 16.89


R = 0.94
8
delta P ( cmH2O)
6

0
600 1100 1600 2100 2600 3100

laju alir (L/jam)

Gambar 4.1.1 kurva kalibrasi laju alir fluida dingin


4.1.2 Kalibrasi Laju Fluida Panas

= 998 kg/m3

No P Waktu Massa Massa Volume fluida Laju alir hasil


(detik)
(kg/detik (kg/jam) panas (m3/jam) pengukuran (L/jam)
(cmH2O)
)
1 3,1 10 0,31 1116 1,1138 1113,8
2 3,6 11 0,33 1188 1,1904 1190,4
3 4,5 10 0,37 1332 1,3347 1334,7

4.5
f(x) = 0.01x - 3.94
R = 1
4

delta P ( cmH2O)
3.5

2.5
1100 1150 1200 1250 1300 1350

laju alir (L/jam)

Gambar 4.1.2 kurva kalibrasi laju alir fluida panas


4.2 Tabel data Thi,Tho, Tcidan Tco pada laju alir fluida panas dan dingin

4.2.1 RUN 1 (t = 15 menit , Co-current)

P = 2

N Fluida Panas (Laju Tetap) Fluida Dingin (Laju Berubah)


o Laju Suhu Suhu Laju alir Suhu Suhu
alir Laju Masuk Keluar (L/jam) Laju Masuk Keluar
(L/jam) alir (Thi), (Tho), alir (Tci) (Tco),
3 3
(m /s) (m /s)
1 942,58 0,00026 36 30 1937,14 0,00053 24 28
2 8
4.2.2 RUN 2 (t = 15 menit , Co-current)

P = 4

N Fluida Panas (Laju tetap) Fluida Dingin (Laju berubah)


o Laju Suhu Suhu Laju alir Suhu Suhu
alir Laju Masuk Keluar (L/jam) Laju Masuk Keluar
(L/jam) alir (Tin), (Tout), alir (Tin), (Tout),
(m3/s) (m3/s)
1 1260,04 0,00035 35 29 2141,22 0,00059 25 28
5

4.2.3 RUN 3 (t = 15 menit , Co-current)

P = 8

N Fluida Panas (Laju tetap) Fluida Dingin (Laju berubah)


o Laju Suhu Suhu Laju alir Suhu Suhu
alir Laju Masuk Keluar (L/jam) Laju Masuk Keluar
(L/jam) alir (Tin), (Tout), alir (Tin), (Tout),
3 3
(m /s) (m /s)
1 1894,96 0,00052 39 32 2549,38 0,00070 26 30
6 8
4.2.4 RUN 4 (t = 15 menit , Co-current)

P = 10

N Fluida Panas (Laju tetap) Fluida Dingin (Laju berubah)


o Laju Suhu Suhu Laju alir Suhu Suhu
alir Laju Masuk Keluar (L/jam) Laju Masuk Keluar
(L/jam) alir (Tin), (Tout), alir (Tin), (Tout),
(m3/s) (m3/s)
1 2212,42 0,00061 36 31 2753,46 0,00076 26 29
5 5
4.2.5 RUN 5 (t = 15 menit , Co-current)

P = 12

N Fluida Panas (Laju tetap) Fluida Dingin (Laju berubah)


o Laju Suhu Suhu Laju alir Suhu Suhu
alir Laju Masuk Keluar (L/jam) Laju Masuk Keluar
(L/jam) alir (Tin), (Tout), alir (Tin), (Tout),
(m3/s) (m3/s)
1 2529,88 0,00070 40 34 2957,55 0,00082 26.5 29
3 2
4.3 Tabel data perhitungan
4.3.1 RUN 1 (t = 15 menit , Co-current)
a. Menghitung kalor (Q)
Kalor fluida dingin

Ru laju Trat Laju


T1
n fluida a- densit fluida
(oC)
dingin Tci Tco rata as dingin Cp Q1 (Watt)
(Tco- m*Cp*T
(m3/s) (kg/m3) (m) (kg/s) (kJ/kg.oC) Tci) 1
1 0.00053 0.53627
8 24 28 26 996.8 84 4.1818 4 8.97043
2 0.00059 996.9 0.59317 7.44149
5 25 28 26.5 4 93 4.1816 3 3
3 0.00070 996.2 0.70533
8 26 30 28 4 79 4.1814 4 11.7972
4 0.00076 996.3 0.76223 9.56180
5 26 29 27.5 8 07 4.1815 3 3
5 0.00082 996.9 0.81948 8.56709
2 26.5 29 26.5 4 46 4.1817 2.5 8
Kalor fluida panas

Ru laju Laju
T1
n fluida Trata- densit fluida
(oC)
panas Thi Tho rata as panas Cp Q2 (Watt)
(m) (Thi- m*Cp*T
(m3/s) (kg/m3) (kg/s) (kJ/kg.oC) Tho) 1
1 0.00026 991.4 0.4840
2 36 30 33 0 77 4.1819 6 25.0914
2 992.1 0.3472 8.71257
0.00035 35 29 32 2 42 4.1818 6 5
3 0.00052 989.9 0.5217 15.2435
6 39 32 35.5 4 08 4.1821 7 8
4 0.00061 991.2 0.6096 12.7464
5 36 31 33.5 2 00 4.1819 5 3
5 0.00070 985.9 0.6931 17.4033
3 40 34 37 4 16 4.1848 6 1

b. Menghitung dan nilai U berdasarkan persamaan neraca energi dan persamaan


empiris
Diketahui: P = 1,4 m
L = 0,129 m
( T 1 T 2)
Rumus : TLM = dimana T 1=ThiTci
(ln T 1/ T 2) ;

T 2=ThoTco

Q panas atau dingin


U = ( A x T LM )
= (Qdingin / Qpanas ) x 100%
Menghitung Tlm

Laju Alir Air Laju Alir Thi Tho Tci Tco T1 T2 Tlm

Dingin (m3/s) Air (C (C) (C) (C)

Panas )

(m3/s)
0,000538 0,00026 36 30 24 28
12 2
2 5,5811
0.000595 0.00035 34 31 25 29 9 2 4.4654
0.000708 0.00052 39 32 26 30
13 2
6 5.8766
0.000765 0.00061 32. 31.5 26 29
6.5 2.5
5 5 4.1862
0.000822 0.00070 40 34 26. 29
13.5 5
3 5 8.5577
Menghitung efisiensi

Laju Alir Air Laju Alir Air Q1 Q2 Effisiensi

Dingin (m3/s) Panas (m3/s) (Watt) (Watt) (%)

0,000538 0,000262 8,9704 25,091 35,751


3 4 01
0,000595 0,00035 8,7125 7,4414 85,411
7 93 0
0,000708 0,000526 11,797 15,243 77,391
2 58 3
0,000765 0,000615 9,5161 12,746 75,015
8 43 49
0,000822 0,000703 8,5670 17.403 49,226
9 31 8

Menghitung U

Laju alir Fluida Q yang diterima Tlm A U

Dingin (m3/s) Air dingin

(m2) (W/m2.K)
0,000538 8,97043 5,5811 0.1196 13,435
34 48
0.000595 0.1196 16.309
8.71257 4.4654 34 15
0.000708 0.1196 16.780
11.7972 5.8766 34 24
0.000765 0.1196 19.001
9.51618 4.1862 34 51
0.000822 0.1196
8.368
8.56709 8.5577 34

c. Perbandingan antara efisiensi dan koefisien pindah panas keseluruhan (U) dengan
laju alir fluida

Laju fluida dingin (m3/s) Effisiensi (%) U

(W/m2.K)

0.000538 35.75101 13.43548


0.000595 85.4110 16.30915
0.000708 77.3913 16.78024
0.000765 75,01549 19.00151
0.000822 49.2268 8.368

a.

perbandingan laju alir terhadap efisiensi perbandingan laju alir terhadap


100 20

80
15
60
efisiensi U (W/m3 . k) 10
40
5
20

0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

laju alir (m3/s) laju alir (m3/s)

b.

c. Gambar 4.3.1 kurva efisiensi terhadap laju alir ; kurva U terhadap laju alir
d.

e.

f. 4.Tabel Data Nilai Nre, Nrp, Nnu dan h

g. Diketahui :

h. V = F . 10-3 (m3/s)
i. A(m2)
j. N = L /
Re NN = hL/k Npr= Cp

/k
k. Cp = 4,183 Kj/kg.K
l. L = 2 mm = 0,002 m
m. =996 kg /m 3

n. K = 0,6675 ( W/m.K)
o. = 0,00048 (kg/m.s)

p.
Untuk Nre 3.105 (Laminar) :NN = 0,664 (NRe) 0,5 . (Npr)1/3
q. Untuk Nre 3.105 (Turbulen) :NN = 0,0366 (NRe) 0,8 . (Npr)1/3
r.
a. RUN DPHE (Co-Current)

s. t. u. v. w. x. y. z. aa.
R L N N
v N

ab.

ac. ad. ae. ag.


1
0 0. af. 0 ah. ai. aj. ak.
9 2 0 1 3

al. am. an. ap.


2
0 0. ao. 0 aq. ar. as. at.
9 2 0 1 3

au. av. aw. ay.


3
0 0. ax. 0 az. ba. bb. bc.
9 3 0 1 4

bd. be. bf. bg. bh. bi. bj. bk. bl.


4 9 4 0 2 4
0 0. 0
bm. bn. bo. bq.
5
0 0. bp. 0 br. bs. bt. bu.
9 4 0 8 1

bv.
bw. by. bz. ca. cb. cc. cd. cf. ch.
R L
v N

bx. ce. cg. ci.

N N h

cj. ck. cn.


1 cl. cm. co. cp. cq. cr.
0 0
0 9 1 0 5 2

cs. ct. cw.


2 cu. cv. cx. cy. cz. da.
0 0
0 9 2 0 8 3

db. dc. df.


3 dd. de. dg. dh. di. dj.
0 0
0 9 3 0 1 3

dk. dl. do.


4 dm. dn. dp. dq. dr. ds.
0 0
0 9 4 0 2 3

dt. du. dx.


5 dv. dw. dy. dz. ea. eb.
0 0
0 9 4 0 2 4

ec.

ed.

ee.
ef.

eg.

eh. PEMBAHASAN

ei. Pada praktikum ini dilakukan percobaan perpindahan panas menggunakan double pipe
heat exchanger (DPHE). Praktikum ini bertujuan untuk dapat memahami cara kerja peralatan Double
Pipe Heat Exchanger, dapat menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U), dapat
mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan (U), dapat
menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima fuida, dan
dapat mengetahui pengaruh U terhadap efisiensi.

ej. Adapun di dalam percobaan ini digunakan dua buah pipa penukar panas dengan
ukuran module yang berbeda dengan perpindahan panas dari arah luar ke dalam. Pada pipa
kesatu (pipa besar) memiliki jenis aliran co-current karena arah masuk dan keluar air dingin
dan air pemanas searah, sedangkan jenis aliran di pipa kedua (pipa kecil) adalah counter
current karena arah masuk dan keluar dari aliran air panas dan dingin berlawanan.

ek. Percobaan yang dilakukan adalah mengukur nilai temperatur hot in (Thi), hot out
(Tho), cold in (Tci), dan cold out (Tco) dengan melakukan variasi terhadap laju alir dingin
dan laju air panas sistem co-curent dan counter curent. Juga dilakukan pencatatan P yang
merupakan data laju alir. Fluida panas mengalir dalam pipa yang lebih kecil sedangkan fluida
dingin mengalir di pipa yang lebih besar (diluar pipa kecil). Fluida yang dialirkan terlebih
dahulu dalam alat penukar kalor adalah air agar kalor dari steam dapat diserap oleh air dan
menjadi air panas. Saat steam panas baru melewati pipa-pipa HE (sebelum bertemu dengan
air), pipa tersebut terasa panas. Hal ini dikarenakan adanya proses perpindahan kalor dari
steam menuju lingkungan juga terjadi pressure drop sepanjang aliran pipa yang
mengakibatkan proses perubahan fasa steam menjadi embun meskipun suhu belum mencapai
100oC. Adapun steam dialirkan di dalam pipa yang lebih kecil agar tidak merusak alat karena
tekanan steam yang sangat tinggi juga untuk

el. Berdasarkan data percobaan yang didapatkan dan melalui pengolahan data yang
telah dilakukan, didapatkan kurva hubungan antara laju alir air dan nilai koefisien pindah
panas (U) yang berbanding lurus pada semua percobaan. Begitupula didapatkan pada kurva
hubungan antara laju alir dengan efesiensi semakin tinggi laju alirnya semakin tinggi pula
efesiensi yang didapat.Semakin besar kecepatan aliran maka akan didapatkan nilai h yang
besar. Berdasarkan rumus U secara empiris, nilai h yang besar akan memperbesar nilai U. Ini
disebabkan oleh nilai h (koefisien konveksi) yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran air.
em. BAB V

en. KESIMPULAN

eo.

ep. Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil percobaan adalah, sebaga berikut:

1. Double Pipe Heat Exchanger berfungsi mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan
melewati dua bidang batas. Bidang batas pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang
terbuat dari berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat tersebut.
2. Aliran fluida counter current akan mempunyai selisih suhu uap dan air awal yang relatif
sama dengan selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir.
3. Aliran fluida co-current akan memberikan selisih suhu uap dan air awal jauh lebih besar
daripada selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir.
4. Aliran counter current lebih efektif daripada aliran co current. Perpindahan panas yang
terjadi pada aliran berlawanan lebih menyeluruh, fluida panas dan fluida dingin saling
bertukar panas pada titik-titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar sehingga jarak suhu
steam dan air keluar cukup dekat.
5. Nilai koefisien perpindahan panas (U) berbanding lurus dengan laju alir.
6. Semakin besar laju alir semakin besar pula efesiensi yang didapat.
eq.
er. DAFTAR PUSTAKA
es.

et. Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I, Teknik Gas dan Petrokimia UI.

eu. Holman,J.P. 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta:Erlangga.

ev. Kern,D.Q. 1981. Process Heat Transfer.Mc-Graw Hill International Company Book,

ew.
ex.

ey.

ez.
fa.

fb.
fc.

fd.

Anda mungkin juga menyukai