Anda di halaman 1dari 17

BAB 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan secara detail hasil analisis yang telah

dilakukan meliputi uji sifat fisik (bobot isi, berat jenis, porositas, angka pori) dan

sifat mekanik batuan berupa uji kuat tekan. Selain itu dijelaskan keterkaitan hasil

analisis tersebut dengan standar baku mutu pemanfaatannya sebagai bahan baku

penutup lantai (tegel).

3.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi hasil pengamatan langsung di lapangan

didukung dengan data sekunder dan hasil analisis di laboratorium. Hasil

pengamatan di lapangan berupa kondisi geologi lokal daerah penelitian seperti

morfologi, litologi, struktur geologi, vegetasi dan lainnya. Hasil dari pengamatan di

lapangan dikorelasikan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Sedangkan hasil

analisis di laboratorium adalah uji sifat fisik dan mekanik.

3.1.1 Kondisi Geologi Lokal Daerah Penelitian

Secara administratif, lokasi daerah penelitian berada di daerah Gunung

Berjo, tepatnya di Dusun Sidorejo, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten

Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada

koordinat 070 46 01,6 LS dan 1100 17 01,5 BT. Perjalanan untuk mencapai

lokasi tersebut dari arah jalan Godean lurus ke barat menempuh jarak kurang lebih

12 km melewati jalan Gunung Berjo dan perkampungan warga (Gambar 3.1).

27
28

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian dilihat dari Google Earth (Anonim, 2017)

Lokasi Daerah Penelitian menurut peta geologi Rahardjo (1977) termasuk

dalam regional Kulonprogo dan masih terkait dengan pegunungan Kulonprogo.

Lokasi daerah penelitian merupakan bukit intrusi yang dikelilingi oleh endapan

aluvial atau biasa disebut inlier (litologi yang tua dikelilingi oleh yang lebih muda).

Sedangkan secara kesebandingan stratigrafi regional, daerah penelitian, sebanding

dengan formasi Andesit Tua Van Bemmelan (dalam Rahardjo,1977) dan berumur

miosen (Gambar 3.2)


29

Gambar 3.2 Kesebandingan stratigrafi regional dengan lokasi penelitian (Rahardjo,1977)

Satuan geomorfologi daerah penelitian yaitu satuan bukit intrusi dengan

nilai elevasinya berada pada ketinggian 144 mdpl (Gambar 3.3) . Satuan bukit

intrusi tersusun atas litologi mikrodiorit dengan komposisi dominan mineral

plagioklas-Na, amphibol, kuarsa, feldspar (Gambar 3.4).


30

Gambar 3.3 Geomorfologi daerah penelitian


(Penyusun, 2017)

Gambar 3.4 Contoh sampel mikrodiorit


(Penyusun, 2017)

Berdasarkan pengamatan di lapangan sampel fisik batu mikrodiorit dengan

kode sampel (A) mempunyai karakteristik warna segar abu-abu kehitaman, warna

lapuk kehitaman, struktur masif, tekstur hipokristalin (batuan terdiri dari massa

kristal dan sebagian gelas), bentuk kristal euhedral-subhedral, granularitas fanerik

sedang- kasar (mineral terlihat jelas namun kecil-kecil), relasi, inequigranular,


31

dengan kandungan mineral plagioklas-Na, sedikit piroksen, amphibol, kuarsa,

feldspar (Gambar 3.5).

Gambar 3.5 Sampel batuan kode A


(Anonim, 2016)

Sifat fisik batuan dengan kode sampel (B) memiliki karakteristik warna

segar abu-abu, warna lapuk kehitaman, tekstur hipokristalin (batuan terdiri dari

massa kristal dan sebagian gelas), bentuk kristal euhedral-subhedral, granularitas

fanerik-porfiritik (mineral terlihat jelas namun kecil-kecil), relasi, inequigranular,

dengan kandungan mineral plagioklas-Na, amphibol, kuarsa, feldspar (Gambar 3.6).

Gambar 3.6 Sampel kode B


(Anonim, 2016)
32

Sedangkan untuk Sampel dengan kode (C) memiliki karakteristik warna

segar abu-abu gelap kecerahan, warna lapuk kehitaman, struktur masif, tekstur

hipokristalin (batuan terdiri dari massa kristal dan sebagian gelas), bentuk kristal

euhedral-subhedral, granularitas fanerik sedang (mineral terlihat jelas namun kecil-

kecil), relasi, inequigranular, dengan kandungan mineral plagioklas-Na, sedikit

piroksen, amphibol, kuarsa, feldspar. Pada dasarnya karakteristik sampel kode C

hampir sama dengan karakteristik sampel kode A namun kandungan mineral klorit

yang ada tidak terlalu banyak secara megaskopis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk sekitar, batu mikrodiorit ini

telah dimanfaatkan sebagai bahan baku nisan (kijing) dan juga tegel. Namun

memang belum secara maksimal. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan cara

penambangan yang masih sangat tradisional dan juga sangat beresiko tinggi terjadi

longsoran. Hal tersebut dikarenakan tingkat pelapukan di lokasi tersebut yang cukup

intensif dengan tebal lapukan mencapai 2-3 meter dengan jenis lapukan

menunjukkan kenampakan mengulit bawang atau sering disebut spheroidal

weathering.

Satuan bukit intrusi ini telah mengalami pelapukan yang cukup intensif

ditandai dengan adanya pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering

(Gambar 3.7). Di beberapa tempat terlihat struktur berupa kekar-kekar yang salah

satunya menjadi penyebab terjadinya pelapukan tersebut dapat terbentuk.


33

Gambar 3.7 Pelapukan mengulit bawang pada singkapan


(Anonim, 2016)

Adanya tingkat pelapukan yang cukup intensif tersebut maka bukit intrusi

ini memiliki potensi bahaya longsor (Gambar 3.8). Ditambah dengan lokasi tersebut

dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk menambang batuan yang masih segar untuk

tegel, kijing (nisan). Sedangkan hasil lapukan batuannya juga ditambang warga

untuk bahan baku pembuatan genteng maupun batubata.

Gambar 3.8 Potensi longsor di lokasi penelitian


(Anonim, 2016)
34

3.1.2 Hasil Analisis di Laboratorium

Hasil analisis laboratorium adalah hasil yang meliputi uji sifat fisik (bobot

isi, berat jenis, porositas dan angka pori) dan mekanik batuan (kuat tekan batuan).

A. Hasil Pengujian Kuat Tekan Batuan

Hasil dari pengujian kuat tekan terhadap sampel batuan mikrodiorit yang

diambil dari Dusun Sidorejo, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten

Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 3.1 Tabel hasil uji kuat tekan batuan (Anonim, 2016)
Kode
No Nama Batuan Nilai kuat tekan Kegunaan
sampel
1. Batu Mikrodiorit A 422,205 kg/cm2 Batu hias/tempel
2. Batu Mikrodiorit B 605,590 kg/cm2 Batu hias/tempel
3. Batu Mikrodiorit C 1302,501 kg/cm2 Tegel

Berdasarkan hasil uji kuat tekan terhadap conto batuan mikrodiorit pada

kode A, B dan C terhadap perbedaan nilai kuat tekan. Terutama perbedaan yang

signifikan ada pada conto batuan kode C terhadap kedua sampel lainnya. Dimana

nilai kuat tekan dengan kode sampel C memiliki nilai yang tergolong sangat tinggi

yaitu 1302,501 kg/cm2 dibandingkan dengan nilai kuat tekan sampel kode A yaitu

422,205 kg/cm2 dan sampel kode B yaitu 605,590 kg/cm2.

B. Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan

Pengujian sifat fisik batuan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik

dari sifat batuan dilihat dari fisiknya meliputi uji bobot isi, berat jenis, porositas dan
35

angka pori. Hasil pengujian sifat fisik batuan mikrodiorit yang telah dilakukan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

1) Parameter bobot isi

Tabel 3.2 Tabel hasil perhitungan bobot isi (Anonim, 2016)


Kode Parameter
No
sampel Bobot isi asli (gr) Bobot isi kering(gr) Bobot isi jenuh (gr)
1. Sampel (A) 2,684 2,594 2,680
2. Sampel (B) 2,685 2,645 2,708
3. Sampel (C) 2,714 2,681 2,706

Berdasarkan hasil uji bobot isi dengan parameter dibagi lagi menjadi 3 yaitu

bobot isi asli, bobot isi kering, bobot isi jenuh. Pada parameter bobot isi asli

menunjukkan nilai yang relatif naik dari sampel kode (A) sampai (C). Hal tersebut

juga ditunjukkan pada parameter bobot isi kering yang juga mengalami kenaikan

nilai. Sedangkan pada parameter bobot isi jenuh, menunjukkan kenaikan nilai

namun pada sampel kode (B) dan (C) terdapat penurunan nilai bobot isi jenuh

sebesar 0,002 dimana nilai bobot isi jenuh sampel kode (C) lebih rendah dari nilai

sampel kode (B).

2) Parameter berat jenis

Tabel 3.3 Tabel hasil perhitungan berat jenis (Anonim, 2016)

Parameter
No Kode sampel
Berat Jenis Semu (gr) Berat Jenis Asli (gr)

1. Sampel (A) 2,594 2,837

2. Sampel (B) 2,645 2,823

3. Sampel (C) 2,681 2,681


36

Hasil perhitungan berat jenis dengan dibagi dua parameter yaitu berat jenis

semu dan berat jenis asli. Pada hasil uji berat jenis semu menunjukkan nilai yang

semakin besar dari sampel A sampai sampel. Sedangkan pada berat jenis asli

terdapat penurunan nilai pada sampel kode B sebesar 0,014. Namun pada berat jenis

asli menunjukkan adanya penurunan nilai dari sampel kode (A) sampai (C)

3) Porositas

Tabel 3.4 Tabel hasil perhitungan porositas (Anonim, 2016)


No Kode sampel Nilai Porositas (%)

1. (A) 8,5

2. (B) 6,2

3. (C) 2,4

Berdasarkan hasil perhitungan nilai porositas yang ditunjukkan oleh tabel

diatas menunjukkan nilai yang semakin besar. Nilai porositas yang paling besar

adalah pada sampel kode (A) yaitu sebesar 8,5% sedangkan yang terendah adalah

sampel (C) sebesar 2,4%.

4) Angka Pori

Tabel 3.5 Tabel hasil perhitungan angka Pori (Anonim, 2016)


No Kode sampel Nilai pori

1. (A) 0,094

2. (B) 0,066

3. (C) 0,024
37

Hasil perhitungan angka pori menunjukkan semakin kecil nilai angka pori

dari sampel kode (A), (B) sampai (C). Penurunan nilai angka pori yang terjadi

berkisar sekitar 0,028-0,42.

Sebagai data pendukung maka dapat dihitung pula nilai dari penyerapan air

atau absorpsi dari ketiga sampel tersebut.

5) Absorpsi (Penyerapan air)

Tabel 3.6 Tabel perhitungan absorpsi (penyerapan air) (Anonim, 2016)


No Kode sampel Nilai Absorpsi (%) Tingkat absorpsi

1. (A) 3,298 Sangat baik

2. (B) 2,380 Sangat baik

3. (C) 0,924 Sangat baik

Hasil perhitungan nilai absorpsi tabel diatas enunjukkan penurunan nilai absorpsi

dari sampel (A), (B) dan (C). Nilai absorpsi yang paling tinggi yaitu sampel (A) dan

yang paling rendah adalah sampel (C).

3.2 Pembahasan

Pengujian sifat mekanik batuan mikrodiorit yaitu uji kuat tekan

menghasilkan nilai yang berbeda-beda dengan kisaran kenaikan dari sampel kode

(A), (B) sampai (C) yang cukup besar. Perbedaan yang sangat signifikan hingga

sampai dua kali lipat nilainya adalah pada sampel kode (C) yang mencapai

1302,501 kg/cm2. Perbedaan nilai kuat tekan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

baik dari dalam seperti komposisi dari batuan tersebut. Faktor dari luar juga ikut

mempengaruhi kuat tekan seperti tingkat pelapukan yang cukup intensif.


38

Faktor pelapukan yang berpengaruh ini juga berkaitan dengan komposisi

batuan tersebut. Komposisi mineral pada batuan sangat berpengaruh terhadap

resistensi ataupun dalam uji kuat tekan batuan. Mineral-mineral dengan tingkat

kekerasan yang tinggi akan memiliki resistensi yang tinggi juga.

Pelapukan akan memicu terjadinya mineral yang terubah dalam batuan

tersebut, sebagai contoh mineral piroksen dan plagioklas yang berubah menjadi

mineral lempung. Jika kandungan mineral lempung ini cukup banyak, maka akan

berpengaruh tehadap kuat tekan suatu batuan, yaitu akan mengurangi kekutan tekan

batuan itu sendiri.

Selain itu batuan merupakan massa batuan yang bersifat heterogen dan

memiliki bidang diskontinu seperti kekar dan retakan. Sifat heterogen batuan

memberikan perbedaan kekuatan di setiap titik material penyusun batuan.

Walaupun secara teori dalam perhitungan mekanika batuan, sampel batuan yang

dianggap bersifat homogen dan diambil pada satu lokasi yang sama bisa memiliki

kekuatan yang berbeda karena sifat heterogen dan jaringan kekar yang berbeda

(Saptono, 2009). Dimana sampel yang diambil untuk di analisis antara sampel (A),

(B) dan (C) masing-masing punya jaringan bidang kekar yang berbeda-beda

sehingga semakin banyak jaringan kekar pada sampel yang di analisis maka bidang

lemah semakin banyak dan berpengaruh pada kekuatan batuan tersebut (Gambar

3.9).
39

Gambar 3.9 Ilustrasi pola jaringan kekar pada sampel batuan


(Anonim, 2016)

Kondisi keheterogenan pada batuan disebut pengaruh skala. Adapun

sifat keheterogenan batuan sangat dipengaruhi oleh: perbedaan kompisisi mineral,

keberagaman komponen mineral, perbedaan ukuran butir komponen penyusun,

persentase dari salah satu komponen meningkat melebihi 100% dari nilai rata-

rata (Charussa-Graca, J., 1985 dalam Saptono, 2009). Sifat keheterogenan inilah

yang dapat mempengaruhi nilai dari pengujian yang dilakukan baik fisik maupun

mekanik.

Dilihat dari sifat fisik batuan yang diuji seperti bobot isi, berat jenis,

porositas dan angka pori dapat mempengaruhi perbedaan nilai kuat tekan yang

dihasilkan. Pada parameter bobot isi, menunjukkan adanya perbedaan nilai yang

ketiganya baik bobot isi asli, kering dan jenuh yang relatif naik. Pada parameter

bobot asli dan kering dapat dipengaruhi oleh adanya besar rongga batuan yang ada

pada masing-masing sampel. Semakin banyak rongga batuan maka bobotnya akan
40

semakin ringan karena pengaruh rongga yang terisi udara. Semakin rapat rongga

antar butiran maka udara akan sulit mengisi dan bobot batuan yang dihasilkan akan

semakin berat. Hal ini saling berkaitan dengan angka pori. Pada bobot isi jenuh

dapat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk antarbutiran dimana pada sampel yang

memiliki bentuk butir yang seragam, kekuatan friksi yang kecil karena singgungan

antar butiran lebih kecil. sedangkan batuan yang memiliki bentuk butiran yang lebih

seragam, maka kekuatan antarbutiran menjadi lebih kuat karena singgungan butiran

berupa garis/bidang. Hal tersebutlah yang dapat mempengaruhi pula tingkat

kekuatan batuan.

Paarameter berat jenis menunjukkan nilai yang berbeda. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh sifat fisik batuan itu sendiri seperti pori-pori batuan. Batuan yang

memiliki pori-pori besar, berat jenisnya akan semakin kecil karena adanya rongga

yang bisa menjadi jalan masuk udara/air. Pada sampel (A) memiliki berat jenis

semu yang kecil, hal ini berarti pori-pori sampel (A) besar. Ketika pori besar, maka

banyak rongga dan berpengaruh pada kekuatan batuan itu sendiri. Berbeda pada

sampel (B) dan (C) yang berat jenis semunya lebih besar, nilai kuat tekan yang

dihasilkan juga lebih besar (Gambar 3.10).


41

Gambar 3.10 Gambaran pengaruh bentuk butiran (Anonim, 2016)

Jika dilihat dari nilai porositas ketiga sampel yang diuji, menunjukkan

bahwa nilai porositas sampel kode (A) memiliki porositas yang paling tinggi (8,5%)

dan sampel (C) memiliki porositas 2,4%. Semakin tinggi porositas batuan maka

rongga atau porinya akan semakin banyak sehingga kerapatan butiran satu sama

lain akan berkurang, sehingga kekuatan batuan tersebut untuk menahan suatu beban

menjadi berkurang. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

pada nilai kuat tekan A yang lebih rendah dibandingkan sampel (B) maupun (C).

Sedangkan sampel C yang kuat tekan tinggi, memiliki porositas yang lebih kecil

dibandingkan kedua sampel lainnya. Hal tersebut berarti semakin kecil porositas

maka kuat tekannya akan semakin besar.

Pengaruh tingkat porositas ini juga sebanding dengan nilai angka pori (void

ratio) ketiga sampel yang di uji. Semakin tinggi angka pori maka semakin besar

pula porositas batuan tersebut.


42

Data pendukung lainnya yaitu nilai dari absorpsi (tingkat penyerapan air)

dari ketiga sampel tersebut menunjukkan sampel (C) memiliki tingkat absorpsi

yang paling rendah dan baik yaitu 0,924%. Namun secara keseluruhan nilai

absorpsi dari ketiga sampel tersebut adalah 0,924 - 3,298 % memenuhi syarat untuk

digunakan sebagai bahan bangunan karena nilai maksimum 5,0 12,0% menurut

SNI 03-0394-1989.

Maka berdasarkan SNI 03-0394-1989, sampel kode (A) tidak memenuhi

standar baku mutu sebagai tegel dengan nilai kuat tekan 422,205 kg/cm2. Namun

untuk sampel kode (B) dan (C) dapat digunakan sebagai penutup lantai (tegel)

dengan nilai kuat tekannya masing-masing 605,590 kg/cm2 dan 1302,501 kg/cm2.

Selain itu ketiga sampel dapat digunakan untuk batu hias/tempel (Tabel 3.7).

Oleh karena itu ditinjau dari nilai kuat tekan dan sifat fisik ketiga sampel

batu mikrodiorit dan standar baku mutu batu alam untuk bahan bangunan yang

diambil daerah Gunung Berjo, Dusun Sidorejo, Desa Sidoluhur, Kecamatan

Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi

syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, yaitu untuk penutup lantai

(tegel), batu hias atau batu tempel.


Tabel 3.7 Hasil Analisis Sifat Fisik Dan Mekanik (Anonim, 2016)
Analisis Kelayakan menurut SNI
Analisis Sifat Fisik
Mekanik 03-0394-1989
Batu Batu
Bobot isi (gr) Berat Jenis (gr) Penutup
Kode Uji Kuat Hias/Batu
Porositas Angka Lantai
Tekan Tempel
(%) pori (Tegel) min
asli kering jenuh asli semu (kg/cm2) min. 200
600kg/cm2
kg/cm2

A 2,984 2,594 2,680 2,837 2,594 8,5 0,094 422,205

B 2,685 2,645 2,708 2,823 2,645 6,2 0,066 605,590

C 2,714 2,681 2,706 2,681 2,681 2,4 0,024 1302,501

43

Anda mungkin juga menyukai