Askep Hiperemisis Gravidarum
Askep Hiperemisis Gravidarum
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I.Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
pula timbul setiap saat dan malam hari. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil, sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai
akibatnya terjadilah dehidrasi. (Ratna Hidayati, 2009 hal 66)
B. Etiologi
Yang menjadi penyebab Hiperemesis Gravidarum (Ratna Hidayati, Asuhan Keperawatan
pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis,Salemba Medika, Jakarta, 2009 hal 66):
1. Sering terjadi pada primigravida, Molahidatidosa, dan kehamilan ibu akibat
peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organic, karena masuknya vili moriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolic.
3. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.
5. Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
6. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadapanak juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
7. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalin, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
C. Manifestasi Klinis
Hiperemesis Gravidarum dibagi menjaddi tiga tingkatan gejala (Ratna Hidayati, Asuhan
Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis,Salemba Medika, Jakarta, 2009
hal 67):
1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
a. Termasuk tingkat ringan.
b. Mual muntah terus-menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan,
penurunan berat badan dan nyeri pada epigastrium, peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah, turgor kulit berkurang, lidah kering, serta mata cekung.
2. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
a. Termasuk tingkat sedang.
b. Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan ibu menderita lebih parah,
apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat,
peningkatan suhu tubuh (dehidrasi), ikterus ringan, penurunan berat badan, mata
cekung, penurunan tekanan darah, haemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat
juga terjadi acetonuria, serta napas bau aceton.
3. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
a. Termasuk tingkat berat.
b. Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi
teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan meningkat, penurunan tekanan
darah, serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal,
berupa:
Mempengaruhi susunan saraf pusat
Encefalopati Wernicke dengan adanya nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.
D. Pemeriksaan Diagnostik
USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
E. Penatalaksanaan
Konsep pengobatan yang diberikan antara lain sebagai berikut:
1. Isolasi dan terapi psikologis.
a. Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan Hiperemesis
Gravidarum karena perubahan suasana rumah tangga.
b. Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk
menghilangkan faktor psikis rasa takut.
c. Memberi informasi tentang diit ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak,
tetapi dengan porsi yang sedikit namun sering.
d. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil
mengalami pusing, mual, dan muntah.
2. Pemberian cairan pengganti.
Pada keadaan darurat dapat diberikan cairan pengganti, sehingga dehidrasi dapat
diatasi. Cairan pengganti yang dapat diberikan antara lain:
a) Glukosa 5% - 10%
b) Cairan yyang ditambah Vitamin C, B Kompleks, atau Kalium yang diperlukan untuk
kelancaran metabolisme selama rehidrasi keseimbangan cairan (baik yang masuk dan
keluar), nilai tekanan darah, jumlah nadi, suhu, dan rerata pernapasan harus
terpantau. Lancarnya pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan ibu
berangsur-angsur membaik.
3. Obat yang dapat diberikan.
Sebagai seorang perawat yang profesional pemberian obat pada hiperemesis
gravidarum sebaiknya berkolaborasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat-obatan
yang tidak bersifat teratogenik, dapat menyebabkan kelainan congenital, cacat bawaan
bayi.
Sediaan obat yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum diantaranya
adaalah sebagai berikut:
a. Sedatif ringan
b. Fenobartibal (luminal) 30mg
c. Kalium
d. Antihistamin
e. Dramamin
f. Afopreg
g. Vitamin, terutama Vitamin B Kompleks
h. Vitamin C
i. Anti alergi
4. Menghentikan kehamilan.
Beberapa kasus pengobatan ibu dengan kasus hiperemesis gravidarum yang tidak
berhasil menjadi kemunduran dan kondisi ibu semakin menurun, sehingga pertimbangan
untuk mengakiri kehamilan. Kedaan yang memerlukan pertimbangan untuk mengakiri
kehamilan diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Gangguan jiwa
b) Gangguan penglihatan
c) Gangguan fisiologi tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien
Nama : Ny Ana Supartiana
Umur : 20 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Samarinda
B. Keluhan utama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari. Mual dan muntah semakin
berat bila membau makanan yang merangsang.
d. Pola aktivitas
Sebelum hamil : Membantu pekerjaan rumah
Sesudah hamil : Membantu pekerjaan rumah
H. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah ibu tidak menggunakan KB apapun.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
K/U : lemah, wajah pucat
Kesadaran : compos mentis
BB sebelum hamil : 56 kg
BB saat ini : 53 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm
90
TD : /60 mmHg
Nadi : 100 x/menit (teratur)
RR : 20 x / menit (teratur)
Suhu : 36,80 C (axilla)
a. Inspeksi
Hiperemis tingkat satu pada inspeksi ditemukan keadaan umum lemah, turgor kulit
sedikit menurun, lidah kering, dan mata cekung. Hiperemis tingklat dua ditemukan ibu
tampak lebih lemah dan aptis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor,
aceton dapat tercium dalam hawa pernafasan, badan kurus dan berat badan munurun,
kulit kering dan kadang kadang ada icterus.
Sampel : Yaitu Heperemisis tingkat I
b. Palpasi
Dengan palpasi dapat mengetahui umur kehamilan dengan melihat tinggi fundus uteri.
Karena pada ibu hiperemis gravidarum biasanya terjadi pada umur kehamilan satu sampai
empat bulan, dimana tinggi fundus uteri sekitar setengah simphisis pusat
TFU : Belum Teraba
c. Auskultasi
Untuk memantau sudah terdengar detak jantung janin atau belum dan gerakan anak.
DJJ : Negatif
3. Analisa Data
5. Intervensi keperawatan
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan:
Ds : Px mengatakan mual dan muntah pada pagi hari
Px mengatakan lidah terasa kering
Px mengatakan nyeri ulu hati
Do : - k/u lemah
- wajah pucat
-turgor kulit menurun
- mata cekung
-TTV : TD = 90/60 mm/Hg
N =100x/menit
S = 36,5 C
R = 20
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada ibu selama 1 x 24 jam, mual dan
muntah px berkurang :
Kriteria hasil :
Px mengatakan mual dan muntah berkurang
k/u lemah
wajah pucat
turgor kulit meningkat
TTV : TD = 100/70 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5C
R= 20x/mnit
2. Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai
stabil. Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam
R/ Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume cairan
atau ketidakseimbangan elektrolit
3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang
signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, drainase nasogastrik, drainase
slang dada, dan haluaran yang lain.
R/ Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan
hipovolemia
7. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan nausea
dan volume yang menetap yang di tandai dengan :
Ds : Px mengatakan tidak nafsu makan
Px mengatakan selalu mual
Px mengatakan mulut terasa pahit
Do : - k/u lemah
- makanan tidak habis
- muntah
Muka pucat
- TTV : TD=90/60 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam,kebutuhan nutrisi ibu
terpenuhi dengan kriteria hasil :
Px mengatakan nafsu makan meningkat
Do : -k/u lemah
- makanan habis 1 porsi
-muntah berkurang
Mual berkurang
-TTV : TD=100/70 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
Intervensi
1. Kaji TTV klien
R/ untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
R/ Untuk mendapatkan pembacaan yang paling akurat
4. Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap ergantian tugas jaga
R/ Untuk memantau peningkatan dan penurunann
7. Evaluasi
NO Tanggal Evaluasi
Dx
1. 14 03 2013 S : Px mengatakan mual dan muntah berkurang
09.00 O: k/u lemah
- wajah pucat
- turgor kulit meningkat
- TTV : TD = 100/70 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5C
R = 20x/mnit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,4
DAFTAR PUSTAKA
Tiran Denise. 2006. Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.
Jakarta : EGC