DISUSUN OLEH
1112102000036
HALAMAN PENGESAHAN
```````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
```
NIM : 111210200036
Judul : Praktek Kerja Lapangan (PKL ) Dan Pemantaun Terapi Obat Pasien Penyakit
Angina Di Ruang ICCU Gedung Bougenvil Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Sebagai Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Program Studi farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ruang ICCU gedung Bougenvil
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
i
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur selalu terpanjatkan atas segala nikmat,
karunia, dan ilmu yang bermanfaat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa taala, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan pemantauan terapi obat ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir nanti semoga kita mendapat syafaat
dari beliau. Aamiin yaa rabbal alamin.
Laporan Pemantauan Terapi Obat ini merupakan hasil interpretasi dari PraktikKerja
Lapangan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas akhir di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan adanya praktik kerja lapangan,
diharapkan mahasiswa dapat berkesempatan mempraktikkan ilmu yang telah didapat selama
pembelajaran serta mendapat gambaran mengenai rumah sakit yang merupakan salah satu
tempat bagi para sarjana farmasi untuk mengabdikan ilmunya, khususnya mengenai
pemantauan terapi obat terhadap pasien. Pemantauan terapi obat dilakukan untuk memastikan
pasien mendapat terapi obat yang rasional, efektif, dan efisien.
Selama proses penyusunan dan penulisan laporan ini, penulis menyadari begitu banyak
bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya, mendidik dan membimbing,
dan mendoakan yang terbaik kepada penulis. Maka pada kesempatan kali ini, penulis
menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Bapak Achmad Subhan, S.Si., M.Si., Apt., selaku kepala Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati.
2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Novi Perdana Riptaning Murti. S.farm Apt, selaku Pembimbing Praktik Kerja
Lapangan dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
5. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
iii
6. Kedua orang tua tercinta, atas doa, kesabaran, bimbingan, dukungan moral, materi, serta
kasih sayang.
7. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i S1 Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2012.
8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan Laporan Tugas
Khusus Praktek Kerja Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
Penulis menyadari bahwa laporan pemantauan terapi obat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan dari laporan ini.
Demikian laporan pemantauan terapi obat ini dibuat, semoga bermanfaat bagi semua
pihak khususnya dalam dunia kefarmasian.
Penyusun
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ....................................................................................................................... 2
1.5. Pelaksanaan................................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1 Rumah Sakit ................................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ..................................................................................... 3
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit ....................................................................................... 3
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit................................................................................. 3
2.2. Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati ......................................................................... 6
2.3. Pemantauan Terapi Obat ............................................................................................. 10
2.3.1. Seleksi Pasien ............................................................................................... 10
2.3.2. Pengumpulan Data Pasien ............................................................................ 11
2.3.3. Identifikasi Masalah Terkait Obat ................................................................ 12
2.3.4. Rekomendasi Terapi .................................................................................... 12
2.3.5. Rencana Pemantauan ................................................................................... 13
2.3.6. Tindak Lanjut ............................................................................................... 15
2.4. Unstabil Angina Pektoris ............................................................................................ 15
2.3.1. Definisi Penyakit .......................................................................................... 15
2.3.2. Patofisiologi ................................................................................................. 16
2.3.3. Gejala Klinis ................................................................................................. 17
2.3.4. Perjalanan penyakit ...................................................................................... 18
2.3.5. Penatalaksanaan Terapi ................................................................................ 19
BAB 3 Kegiatan di Rumah Sakit .................................................................................... 22
3.1 waktu pelaksanaan Kegiatan......................................................................................... 22
3.2 Pelaksaan Kegiatan ....................................................................................................... 22
BAB 4 Hasil dan Pembahasan ........................................................................................ 23
iv
v
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 36
LAMPIRAN....................................................................................................................... 37
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama dua
minggu, yaitu pada tanggal 15 Maret 29 Maret 2016 di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat
ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan
terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya
terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
2.1.1. Fungsi
Rumah Sakit mempunyai fungsi :
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit;
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
2.1.2. Klasifikasi
3
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis
penunjang medik, 12 spesialis lain, dan 13 subspesialis dasar.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah sakit umum kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik yang paling sedikit 4 spesialis dasar, 4
spesialis penunjang medik, 8 spesialis lain, dan 2 subspesialis dasar. Rumah Sakit
umum kelas B dibedakan dalam 2 jenis yaitu Rumah Sakit sebagai tempat
pendidikan tenaga medis disebut Rumah Sakit umum Pendidikan (B1) dan Rumah
Sakit umum non Pendidikan (B2).
3. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 spesialis
penunjang medik.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah sakit umum kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 spesialis dasar.
2.1.3. Prasarana
Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud harus dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan.
Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang:
a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
4
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
k. ruang kantor dan administrasi;
l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi
5
2.2 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
2.2.1 Sejarah Singkat
RSUP Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno.
sebagai RS yang mengkhususkan Penderita TBC Anak dan Rehabilitasinya. Pada tanggal
15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS Fatmawati diserahkan kepada
Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS
Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat
Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
2.2.2 Visi
2.2.3 Misi
a. Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang berkualitas dan
terintegritas
b. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan
c. Menyelenggarakan good corporate governance
d. Memberikan pelayanan berbasiskan continoum of care throughout life cycle
6
1. Koordinator Perbekalan yang membawahi : Penanggung jawab Pelaporan dan
Penanggung jawab Sistem Informasi Farmasi, Penanggung jawab Gudang
Farmasi, Penanggung jawab Produksi Farmasi.
2. Koordinator Pelayanan yang membawahi : Penanggung jawab Depo Farmasi
Teratai, Penanggung jawab Depo Farmasi Griya Husada, Penanggung jawab Depo
Farmasi IBS, Penanggung jawab Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan,
Penanggung jawab Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat, dan Penanggung
jawab Depo Farmasi Bougenville.
1. Koordinator Perbekalan
Koordinator perbekalan bertanggung jawab atas : Penanggung jawab Pelaporan
dan Penanggung jawab Sistem Informasi Farmasi. Dalam pelaksanaannya,
Pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dibantu oleh 2 orang petugas
administrasi yang bertanggung jawab atas: Administrasi dan Pelaporan. Pelaporan
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satu unit kerja dilingkungan
Instalasi Farmasi yang melakukan kegiatan: Administrasi, penyusunan program
dan pelaporan. Semua itu dilakukan dengan tujuan terlaksananya tertib
administrasi di lingkungan Instalasi Farmasi.
2. Koordinator Pelayanan
Koordinator pelayanan bertanggung jawab atas :
2.2.3 Depo Farmasi Teratai
Depo Farmasi Teratai RSUP Fatmawati merupakan Depo Farmasi Rawat Inap,
melayani BPJS, tunai, dll. Terdiri atas 6 lantai dimana lantai 3 merupakan lantai
penyakit pada anak, lantai 4 untuk bedah, dan lantai 5 dan 6 untuk penyakit
dalam neuro dan jantung secara umum. Kegiatan yang dilakukan yaitu :
2.2.3.1 Pengadaan Obat
Petugas Depo Farmasi Teratai bertugas melayani kebutuhan obat dengan
sistem unit dose. Alur resep di rawat inap yaitu dimulai dari dokter melakukan
visite dengan perawat kemudian dihasilkan resep dan card deck, kemudian pihak
farmasi akan membuat obat dalam porsi unit dose.
2.2.3.2 Pelayanan farmasi secara unit dose pada setiap lantai dikelola oleh 1 orang
asisten apoteker, dimana obat disiapkan dalam bentuk dosis tunggal untuk
keperluan sore hari sampai siang keesokan harinya. Selain itu, asisten apoteker
juga bertanggung jawab terhadap penggunaan lemari emergency dan akan
7
diperiksa setiap pagi dan diisi kembali sesuai dengan jumlah minimalnya pada
sore hari.
2.2.3.3 Laporan-Laporan yang dibuat setiap bulan adalah laporan pemakaian generik dan
non generik, laporan narkotika dan psikotropika. Sedangkan untuk laporan
analisa penjualan dan laporan daftar pelunasan dibuat setiap hari.
2.2.4 Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan
Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan melayani semua resep pada poliklinik kecuali
penyakit talasemia, karena untuk penyakit talasemia akses pengambilan obat
dinilai terlalu jauh dari lokasi pengobatan sehingga pengambilan bat talasemia
dilakukan di depo farmasi teratai. Acuan pengadaan obat yaitu berdasarkan
Fornas, Formularium Rumah Sakit, dan Panduan Praktek Klinik (PPK). kegiatan
yang dilakukan yaitu :
2.2.4.1 Pengadaan Obat di Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan dilaksanakan
berdasarkan Formularium Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dengan jumlah
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
2.2.4.2 Kegiatan Pelayanan Depo Farmasi ini bertugas untuk melayani pasien rawat jalan
umum, pasien HIV, pasien TBC, poli mata, poli bedah dll.
2.2.4.3 Laporan yang dikerjakan oleh petugas Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan setiap
bulan adalah laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan
penggunaan narkotika dan psikotropika, laporan rekapitulasi pasien jaminan
kantor serta laporan penggunaan obat HIV/AIDS. Untuk laporan analisa penjualan
dan laporan daftar pelunasan dikerjakan setiap hari
2.2.5 Depo Farmasi IGD
Pelayanan depo farmasi IGD memiliki 3 ruang yaitu ruang trauma, ruang
resusitasi dan ruang poliklinik. Sekarang, di RSUP Fatmawati, IGD berdiri
sendiri tidak bergabung dengan PICU, NICU, ICU, ICCU. Melayani pasien IGD,
Cathlab, observasi lanjutan.
1. Observasi lanjutan: biasanya berupa paket unit dose. Keuntungan paket unit dose
ini yaitu meningkatkan kepatuhan pasien dan mengurangi return. Sedangkan
kekurangannya yaitu membutuhkan biaya lbih tinggi dan tenaga lebih banyak.
2. Cathlab: melayani pengobatan saraf dan jantung
3. IGD: terdiri atas 3 zona yaitu zona hijau (P3), zona kuning (P2), dan zona merah
(P1).
8
Selain bertanggung jawab atas pelayanan pasien, asisten apoteker juga
bertugas untuk mengelola penggunaan dan pengisian lemari emergency yang
terdapatdi seluruh ruangan IGD dan IRI.
2.2.6 Depo Farmasi IBS
IBS melayani 2 resep yaitu resep anastesi dan resep bedah. Resep anastesi
digunakan untuk pembiusan sebelum dilakukannya operasi, sedangkan resep
bedah digunakan untuk tindakan operasi.
2.2.7 Depo Farmasi Griya Husada
Depo Farmasi untuk resep rawat jalan VIP dan anggrek (rawat inap VIP).
9
Pemantauan Terapi Obat (Depkes,2009)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014,
pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah
meningkatkan efektifitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak diinginkan
(ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat
yang tidak dikehendakai (ROTD);
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat; dan
c. Pemantauan efektifitas dan efek samping terapi obat.
Tahap PTO :
a. Pengumpulan data pasien
b. Identifikasi masalah terkait obat
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
d. Pemantauan
e. Tindak lanjut
Faktor yang harus diperhatikan :
a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kriteria terhadap bukti terkini dan
terpercaya (Evidence Best Medicine).
b. Keberhasilan informasi, dan
c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).
2.2.2 Obat
- Jenis obat
Pasien yang menerima obat dengn resiko tinggi:
a. Obat dengan indeks terapi sempit (contoh: digoksin, fenitoin).
b. Obat yang bersifat nefrotoksi (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik (contoh:
OAT).
c. Sitostatik (contoh: metrotreksat).
d. Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin).
e. Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklorpamid, AINS).
f. Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).
- Kompleks regimen
Polifarmasi
a) Variasi rute pemberian
b) Variasi aturan pakai
c) Cara pemberian khusus (contoh:inhalasi).
12
2.2.6 Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan pemantauan,
dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang
dikehendaki. Apoteker dalam membuat rencana pemantauan perlu menetapkann langkah-
langkah:
1. Menetapkan parameter farmakoterapi
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih parameter pemantauan, antara
lain:
a. Karakteristik obat (contoh: sifat nefrotoksik dan aminoglikosida). Obat
dengan indeks terapi sempit yang harus diukur kadarnya dalam darah (contoh:
digoksin).
b. Efikasi terapi dan efek merugikan dar regimen.
c. Perubahan fisiologik pasien (contoh: penurunan fungsi ginjal pada pasien
geriatri mencapai 40%).
d. Efisiensi pemeriksaan laboratorium
Kepraktisan pemantauan ( contoh: pemeriksaan kadar kalium dalm darah
untuk penggunaan furosemid dan digoksin secara bersamaan).
Ketersediaan (pilih parameter pemeriksaan yang tersedia)
Biaya pemantauan.
2. Menetapkan sasaran terapi (end point)
Penetapan sasaran akhir didasarkan pada nilai/gambaran normal atau yang
disesuaikan dengan pedoman terpi. Apabila menetukan sasaran terapi yang
diinginkan, apoteker harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan diderita
pasien ( contoh: perbedaan kadar teofilin pada pasien penyakit paru obstruksi
kronis/ PPOK dan asma).
b. Karakteristik obat
Bentuk sediaan, rute pemberian, dan cara pemberian akan mempengaruhi
sasaran terapi yang diinginkan ( contoh/; prbdaan penurunan kadar gula darah
pada pemberian insulin dan anti diabetes oral).
3. Frekuensi pemantauan tergantung pada tingkat keparaha penyakit dan risiko yang
berkaitan dengan terapi obat pasien dengan kondisi relatif stabil tidak memerlukan
13
pemantauan yang sering. Berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi pemantauan
antara lain:
a. Kebutuhan khusus dari pasien
Contoh: penggunaan obat nefrotoksik pada pasien gangguan fungsi ginjal.
b. Karakteristik obat pasien
Contoh: pasien yang menerima warfarin.
c. Biaya dan kepraktisan pemantauan.
d. Permintaan tenaga kesehatan lain.
Proses selanjutnya adalah menilai keberhasilan atau kegagalan mencapai sasaran
terapi. Keberhasilan dicapai ketika hasil pengukuran parameter klinis sesuai dengan
sasaran terapi yang telah ditetapkan. Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan
dalam PTO adalah Subjective, Objective,Assesment, Planning (SOAP).
a. S: Subjective
Data subjektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Contoh: pusing, mual,
nyeri, sesak nafas.
b. O: Objective
Data objektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehata, tanda-tanda
mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafaasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
c. A: Assesment
Berdasarkan data subjektif dan objektif dilakukan analisis untuk menilai
keberhasilan terapi, meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dan
kemungkinan adanya masalah baru terkait obat
d. P: Plan
Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Rekomendasi yang dapat
diberikan:
a. Memberikan alternatif terapi, menghentikan pemberian obat, memodifiksi
dosis atau interval pemberian, merubah rute pemberian.
b. Mengedukasi pasien
c. Pemeriksaan aboratorium
d. Perubahan pola makanan atau penggunan nutrisi parenteral/erenteral
e. Pemeriksaan paarameter klinis lebih sering.
14
2.2.7 Tindak lanjut
Hasi identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait. Kegagalan terapi obat
disebabkan karena ketidakpatuhan pasien dan kurangnya informasi obat. Sebagai tindak
lanjut pasin harus mendapatkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) secara tepat
sebiknya:
a. Tidak bertentangan/berbeda dengan informasi dari enaga kesehatan lain,
b. Tidak menimbulkan keraguan pasien dalam menggunkan obat,
c. Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat.
3.1 DEFINISI
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut
yang berada di antara angina pektoris stabil dan anfark miokard akut. Terminologi ATS harus
tercakup dalam kriteria penampilan klinis sebagai berikut :
Angina timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh penderita
dalam priode 1 bulan terakhir
2. Angina progresif
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan terakhir,
yaitu menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan pencetus yang lebih
ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa dilakukan. Penderita
sebelumnya menderita angina pektoris stabil.
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat
menimbulkan peningkatan kebutuhan O miokard. Lama angina sedikitnya 15 menit.
2
15
Angina yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah Infark Miokard Akut
(IMA). Kriteria penampilan klinis tersebut dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-
bersama tanpa adanya gejala IMA. Nekrosis miokard yang terjadi pada IMA harus
disingkirkan misalnya dengan pemeriksaan enzim serial dan pencatatan EKG.
III. PATOFISIOLOGI
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap
akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O miokard. Beberapa keadaan yang
2
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang
terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan
simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O miokard sehingga mengganggu
2
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O . Penyakit paru menahun dan penyakit
2
miokard.
Sebagian besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang
menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai
trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner.
Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan
atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara akibat sumbatan
maupun spasme pembuluh darah.
3. Agregasi trombosit Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran
darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk
trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
16
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga
penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan dalam
terjadinya ATS.
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului dan
menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri
koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang
dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi trombosit dan
trombus pembuluh darah.
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis antara lain
adalah :
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi dapat pula
sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar. Rasa tersebut
dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula, daerah rahang
ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak napas atau rasa lemah
yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin,
pusing ataupun hampir pingsan.
17
2. Pemeriksaan fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar derap
atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat
menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
3. EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal, stress test
harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
- Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah utama akan
memberi hasil positif kuat.
Gambaran EKG penderita ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen ST disertai
inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa perubahan
segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-
masing dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun sersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat
serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang
dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi evolusi
gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
4. Enzim LDH, CPK dan CK-MB Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat
tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif
untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk menyingkirkan adanya IMA.
18
V. PERJALANAN PENYAKIT
Dengan pengobatan farmakologis, berbagai penelitian menunjukkan bahwa dalam 1
tahun pertama, variasi prosentase penderita ATS yang mengalami IMA berkisar antara 6-60%
dengan tingkat kematian 1-40%. Penelitian Heng dkk melaporkan bahwa selama perawatan di
rumah sakit terdapat 26% penderita ATS dengan angina berulang mengalami IMA. Sedangkan
tanpa angina berulang hanya 10%.
Demikian juga Julian melaporkan dalam 1 tahun, 8% penderita ATS mengalami IMA
dengan tingkat kematian 12%. Yetty (1985-1987) di RS Jantung Harapan Kita meneliti 12 faktor
risiko tinggi untuk terjadinya IMA pada ATS antara lain umur 60 tahun, stres, riwayat angina,
riwayat infark, hipertensi, DM, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, rasio torak jantung (CIR)
60% dan angina berulang. Ternyata didapatkan kebiasaan merokok. CIR 60% dan angina
berulang mempunyai hubungan bermakna terhadap terjadinya IMA pada ATS dan kombinasi
dari ketiga faktor tersebut meningkatkan kejadian IMA. Juga dilaporkan kejadian IMA pada fase
perawatan dari rumah sakit adalah 6,25% dengan tingkat kematian 2,08% sedangkan pada fase
pemeriksaan tindak lanjut 20,45% dengan tingkat kematian 0%.
VI. PENGOBATAN
Pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki kualitas hidup
dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.
A. Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis obat yaitu :
1. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut. Mekanisme kerjanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi
otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan
toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard. Bila di berikan
sebelum exercise dapat mencegah serangan angina
19
2. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada
beberapa bentuk angina.
Cara kerjanya :
- Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer pembuluh darah arteri
koroner (terutama pada angina Prinzmetal).
- Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan afterload.
- Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis
sehingga mengurangi kebutuhan O .
2
Turunan Fenildihidropiridin
Contoh: felodipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, nilvadipin, lasidipin dan amlodipin besilat.
Turunan Alkilarilamin
Contoh: diltiazem HCl dan bensiklan hydrogen fumarat
Turunan Piperazin
Contoh: sinarizin dan flunarizin.
Turunan Verapamil
Contoh: verapamil HCl, tiapamil, faliamil dan metoksiverapamil HCl.
3. Beta Bloker
20
B. Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk :
1. Ventricular aneurysmectomy :
2. Coronary arteriotomy :
Hasilnya cukup memuaskan dan aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan
mortabilitas hanya 1 % pada kasus tanpa kompilasi.
3. Laser angioplasty
21
BAB III
KEGIATAN DI RUMAH SAKIT
22
BAB IV
HASIL
3. Depo Teratai
a. Kegiatan yang dilakukan :
1. Menyiapkan obat
Obat yang tertera pada resep disiapkan dengan mengambil obat pada rak obat yang
disesuaikan jumlah obat yang diminta.Kemudian masing-masing obat dimasukkan ke
dalam plastik bening (etiket) yang sudah berisi keterangan waktu minum obat (pagi, siang,
sore, dan malam).
23
2. Menyiapkan etiket obat untuk beberapa hari ke depan
Etiket (plastik bening) pasien disiapkan untuk 1-2 hari ke depan sehingga mempermudah
dan mempercepat proses menyiapkan obat. Masing-masing pasien disiapkan 3 etiket yang
diberi keterangan waktu minum obat (pagi, siang dan sore), kemudian etiket tersebut di
masukkan ke dalam map pasien.
Kasus pasien yang dipantau adalah Ny E L usia 38 tahun 6 bulan mengalami unstable
angina pektoris yang dirawat di Gedung bougenvil ruang ICCU sejak tanggal 17 Maret
2016Data Pasien
24
Tabel 4.2 Pemakaian obat
25
1. ISDN (MIMS )
Komposisi Isosorbide dinitrate
Indikasi Anti angina
Dosis 2,5 125 mg
Penggunaannya Dapat digunakan sebelum atau sesudah makan
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap nitrat, hipotensi dan anemia
berat, trauma kepala, perdarahan otak,
Reaksi obat yang Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing,
merugikan
Interaksi obat 1. Menurunkan efek ISDN : aminoglutethimid,
karbamazepin, nafsilin
2. Meningkatkan kadar ISDN :
diklofenak,doksisiklin, verapamil
3. Meningkatkan risiko hipertensi : etanol
4. Meningkatkan toksisitas obt lain : metotrexat
2. Ascardia
Komposisi asam asetilsalisilat
Indikasi Mengurangi kematian dan atau serangan infark miokard
pada penderita dengan riwayat infark
Dosis 80-160 mg sehari. Hingga 300 mg setiap hari.
Penggunaannya Di makan setelah makan, tidak boleh di kunyah
Kontraindikasi Perdarahan, peptic ulkus
Reaksi obat yang merugikan Iritasi saluran cerna, hipoprotrombinemia dan reaksi
hipersensitivitas.
Interaksi obat Penggunaan dengan warfarin dapat meningkatkan risiko
gastro intestinal
Penyimpanan Simpan di tempat sejuk dan kering
26
3. Plavix
Komposisi Clopidogrel
Indikasi Mencegah kejadian aterotrombosis pada pasien yang
menderita infark miokard, stoke iskemik, atau penyakit
arteri perifer tahap lanjut.
Dosis Dewasa 75 mg sekali sehari . angina tidak stabil 300 mg ,
kemudian dilanjutkan ke 75 mg sekali sehari .
Penggunaannya Dapat di makan dengan atau tanpa makanan
Kontraindikasi Perdarahan patologis, perdarahan intrakranial . kerusakan
hati yang parah . Laktasi
Interaksi obat Warfarin, NSAID, Fenitoin,
4. Simvastatin
Komposisi Simvastatin
Indikasi Untuk mengurangi risiko komplikasi serangan jantung dan
stroke.
Dosis 1x10 mg, maks 40mg / hari
Penggunaannya Malam hari
Kontraindikasi Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum
yang menetap yang tidak jelas penyebabnya. - Wanita
hamil dan menyusui.
Reaksi obat yang merugikan 1. Sulit buang air besar (2%);
2. Infeksi saluran napas atas (2%);
3. Banyak buang gas (1-2%);
4. Peningkatan enzim hati (1%);
5. Nyeri otot (<1%);
6. Nyeri perut (<1%).
27
5. Ramipril
Komposisi Ramipril 5mg
Indikasi hipertensi, gagal jantung, serta mencegah masalah ginjal
dan pembuluh darah..
Dosis 1 x 2,5 mg
Kontraindikasi penyakit renovaskuler (pasti atau dugaan); stenosis aortik
atau obstruksi keluarnya darah dari jantung; kehamilan
(lihat lampiran 4); porfiria.
Reaksi obat yang merugikan Hipotensi, pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual
Interaksi obat Pemberian diuretik bersamaan dengan ramipril
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang
drastis..
Ramipril dapat menurunkan kehilangan kalium
yang disebabkan oleh diuretik tiazid.
Meningkatkan kadar serum litium dan gejala toksik
litium pada pengobatan dengan litium.
6. Lovenox
Komposisi Enoxaparin Na
Indikasi Pengobatan trombosis vena, pengobatan angina tidak
stabil dan infark miokard non Q wave, dikonsumsi
bersamaan dengan asam asetil salisilat
Dosis 1 mg / kg sampai 8 hari atau sampai keluar rumah sakit.
Kontraindikasi Sejarah trombositopenia selama terapi enoxaparin .
kecenderungan hemoragik , lesi organik w /
kecenderungan untuk berdarah , gangguan pembekuan
darah utama . endokarditis akut menular , hemoragik
sindrom stroke, maag GI akut
Reaksi obat yang merugikan Gejala perdarahan, trombositopenia.hematoma & nekrosis
kulit pada tempat injeksi; alergi pada kulit atau reaksi
alergi sistemik.
Interaksi obat Peningkatan risiko perdarahan saat digunakan w / NSAID
, tiklopidin , kortikosteroid , dekstran 40. bisa memperkuat
efek antikoagulan oral . Vit K antagonis , obat antiplatelet
Penyimpanan Di bawah suhu 25C
28
7. Laxadine
Komposisi Per 5 mL Fenolftalein 55 mg , liqd parafin 1.200 mg ,
gliserin 378 mg
Indikasi Konstipasi
Dosis Dewasa 1-2 sdm ( 15-30 mL ) sekali sehari sebelum tidur .
Anak berusia 6-12 tahun dosis dewasa
Kontraindikasi ileus obstruktif , nyeri perut tidak terdianosis
Reaksi obat yang merugikan Ruam kulit, pruritus, rasa panas terbakar, kolik,
kehilangan cairan & elektrolit tubuh, diare, mual &
muntah.
Interaksi obat minyak mineral dapat mengganggu penyerapan vit larut
dalam lemak .
Penyimpanan Di tempat sejuk
Tanggal 17/3/16
Subjek Diagnosa UAP, BAK spontan
Objek Hb : 13,4 normal,
Creatinin : 0,4 rendah
Kalium : 3,33
Cl : 110 tinggi
29
Tanggal 18/3/16
Subjek Tidak nyeri dada
Objek Hb : 12,6 normal,
Creatinin : 0,5 rendah
Kalium : 3,41
Cl : 111 tinggi
Tanggal 19/3/16
Subjek Tidak nyeri dada, susah tidur
Objek Hb : 12,6 normal,
Creatinin : 0,5 rendah
Kalium : 3,41
Cl : 111 tinggi
30
Tanggal 20/3/16
Subjek nyeri dada kir, susah tidur
Objek Buang air kecil spontan
Assasment Pemberian obat seperti biasa
Plan ISDN 3 x 5 mg
Ascardia 1 x 80 mg
Plavix 1 x 75 mg
Simvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Lovenox 2 x 0,6 mg
Observasi hemodinamik
Tanggal 21/3/16
Subjek Tidak ada keluhan
Objek Buang air kecil spontan
Assasment Pemberian obat seperti biasa
Plan ISDN 3 x 5 mg
Ascardia 1 x 80 mg
Plavix 1 x 75 mg
Simvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Lovenox Stop
Observasi hemodinamik
Tanggal 22/3/16
Subjek Tidak ada keluhan
Objek Buang air kecil spontan
Assasment Pemberian obat seperti biasa, pasien pulang jam 15.30
Plan ISDN 3 x 5 mg
Ascardia 1 x 80 mg
Plavix 1 x 75 mg
Simvastatin 1 x 20 mg
31
Ramipril 1 x 2,5 mg
Lovenox Stop
Observasi hemodinamik
Kasus pasien yang dipantau adalah Kasus pasien yang dipantau adalah Ny E L usia 38 tahun
6 bulan mengalami unstable angina pektoris yang dirawat di Gedung bougenvil ruang ICCU
sejak tanggal 17 Maret 2016.
Berikut ini merupskan data yang diambil dari rekam medik Ny. E L :
32
Cl 95 108 110 Tinggi 111 Tinggi
Ck 175 46
CK MB 7 2,5 17 Tinggi
Tropp 1 < 0,02 0,01
GDP 77
G2PP 78
GDS 89
Albumin 3,4 3,7 Rendah
Trogliserida 200 160 Rendah
Chol total 150 122 Rendah
LDL 76
As. Urat 3,7
33
PEMBAHASAN
Pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien di ruang rawat inap ICCU gedung
bougenvil lt 2, Rumah Sakit Pusat (RSUP) Fatmawati. Pemantauan terapi dilakukan pada pasien
pada bulan Maret dengan pengumpulan data pasien. Pemantauan terapi obat dilakukan terhadap
pasien bernama Ny E L dengan usia 38 tahun 6 bulan. Ny E L masuk ke ruang ICCU pada
tanggal 17 Maret 2016.
Masuk ke ICCU diperiksa oleh petugas tekanan darah 109/60 dan nadi 63. Dari kajian
dokter pasien diberikan terapi ISDN 3 x 5 untuk mengurangi serangan angina pemberian dosis
ini sudah sesuai literatur, dimana menurut martindale dosis pemberian ISDN untuk angina 2,5
120 mg per hari, Ascardia untuk mencegah terjadinya infark miokard pemberian ascardia juga
sudah sesuai dosis. plavix digunakan untuk Mencegah kejadian aterotrombosis pada pasien yang
menderita infark miokard juga sudah sesuai dosis dan indikasi, simvastatin digunakan untuk
mencegah terjadinya komplikasi serangan jantung dan menurunkan kolesterol, penggunaan
simvastatin sudah sesuai dosis namun tidak tepat indikasi karena berdasarkan hasil labaratorium
pasien kadar kolesterol pasien 122 yang tergolong rendah, kadar normal 150. Sebaiknya
penggunaan simvastatin di hentikan pada tanggal 18 maret 2016. Ramipril agar tidak terjadi
darah tinggi, infark miokard, penggunaan ramipril juga sebaiknya di hentikan karena tekanan
darah pasien sudah normal dan cenderung rendah, sedangkan Ramipril efeknya menurunkan
tekanan darah. lovenox untuk pencegahan tromboemboli dan angina tidak stabil kombinasi
dengan asam asetil salisilat (ascardia) penggunaan Lovenox sudah tepat indikasi namun dosis
yang di gunakan terlalu rendah, dimana menurut literatur dosis penggunaan Lovenox 2 x 1mg/
kg berarti seharusnya dosis yang di berikan 2 x 60 mg. dan mulai tanggal 21 maret 2016 di
berikan laxadyn untuk mengurangi reaksi efek samping dari simvastatin yaitu konstipasi.
Pemberian laxadyn disini tidak perlu karena berdasarkan perkembangan pasien, pasien tidak
mengeluhkan terjadinya konstipasi yang di khawatirkan terjadi dari efek samping.
34
Karena menurut literatur pemberian lovenox 2 - 8 hari atau sampai pasien keluar dari rumah
sakit.
Berdasarkan jumlah obat-obatan yang diberikan, dapat dikatakan bahwa pemberian obat
pada pasien mencapai tingkat polifarmasi (pemberian obat > 5 obat).
Setelah di lihat literatur tidak terdapat interaksi obat antara obat obat yang di berikan
pada Ny E L. Selain obat-obatan, asuhan gizi pasien juga harus diperhatikan. agar pengobatan
dapat maksimal.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pemantauan terapi obat yang dilakukan pada pasien Ny E L usia
38 tahun 6 bulan mengalami unstable angina pektoris dapat disimpulkan :
1. Terdapat beberapa pemberian obat yang tidak tepat dosis dan indikasi
2. Penggunaan simvastatin sebaiknya di hentikan kerena berdasarkan hasil lab pasien
tanggal 18 maret, kadar kolesterol pasien rendah. Ramipril sebaiknya juga di
hentikan kerana tekanan darah pasien sudah normal dan cenderung rendah.
Penggunaan lovenox sudah tepat indikasi namun dosis yang di berikan terlalu
rendah. Pemberian laxadyn untuk mengatasi efek samping konstipasi tidak perlu
karena berdasarkan data perkembangan pasien, pasien tidak mengeluhkan konstipasi.
Dari keseluruhan terapi yang dijalankan oleh pasien selama masa perawatan, dapat
disimpulkan bahwa tujuan terapi yang dijalankan oleh pasien adalah pengobatan simptomatis
atau untuk meringankan gejala yang dialami oleh pasien, mencegah terjadinya
perkembangan penyakit, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan pemantauan dan treatment yang tepat untuk keadaan vital seperti
tekanan darah yang rendah.
b. Dalam proses PTO, dibutuhkan forum diskusi dengan apoteker, dokter dan perawat agar
penatalaksanaan berjalan dengan optimal.
c. Peran apoteker sangat perlu dilibatkan dalam penentuan dan pemberian obat pada pasien,
khususnya di ruang perawatan. Serta, perlu kerjasama antara apoteker dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk memastikan pasien mendapatkan terapi yang maksimal guna
peningkatan kualitas hidup pasien.
36
DAFTAR PUSTAKA
5. Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Intepretasi Data Klinik..
Indonesia.
7. Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar pelayanan Kefarmasin di Rumah Sakit.
8. Anwar,T Bahri .2004. Angina pektoris tidakstabil. Fakultas kedokteran USU.
9. Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Complete Drug Reference, Press, London.
37
LAMPIRAN
2. Yaya Sudarja
38
2.2 Hasil pemeriksaan penunjang
39
LDL
As. Urat
3. Amaludin Hasyim
40
5 ISDN 3 5 mg V V V V V
6 Simvastatin 1 10 mg V V V V V
7 Ambroxol 3 1 tab V Stop
8 Salbutamol 3 2 mg V V V V V
9 Lasix 1 40 mg V V V V V
10 Ceftriaxone 1 2 mg V V V V V
11 Lovenox 2 0,6 mg Batal
12 Transamin 3 1 amp V V V V
13 Caps 3 1 tab V V V V
Campuran
14 Laxadyn 1 C V V V V
Tanggal Hasil
Jenis
Nilai 17/3 18/3
pemeriksaan
Rujukan
TD <120 / 80 123/85 125/85
Suhu 36 - 37,5 36 36
Nadi 80 100 97
RR 18 20 20 21
Hemoglobin 11,7 15,5 13,2
Hematokrit 33 45 40
Leukosit 5,0 10 11,3
Trombosit 150 440 459
Eritrosit 3,8 5,2 4,6
SGOT 0 34 76
SGPT 0 40 37
Ureum 20 40 62
Creatinin 0,6 1,5 1,4
NA 135 147 132
K 3,1 5,1 3,35
Cl 95 108 102
41
Ck 175 335
CK MB 7 2,5 102
Tropp 1 < 0,02 0,05
GDP
G2PP
GDS 80
Albumin 3,4
Trogliserida 200
Chol total 150
LDL
As. Urat
4. Wagimin Supawiro
42
Paten/Generik 18 / 3 21 / 3 22/3 23/3 24/ 3
waktu dosis
1 Miniaspi 1 80 mg siang Stop
2 platogix 1 75 mg v v v v v
3 Simvastatin 1 20 mg v v v v V
4 Newdiatab 3 2 tab v v stop - -
5 Sprinolakton 1 25 mg v v v v V
6 Curcuma 3 1 tab v v v v V
7 Digixin 1 0,25 v stop
mg
8 Lasix 2 40 mg v stop v v V
9 Metoclopramid 3 1 amp v v v V V
10 Nacl 3 % v 3x 3x v V
500 500
mg mg
11 Ca glucallas v v stop
12 Verampamil 3 40 mg v v v V
13 Dumacalon 3 1 tab v v V
14 Pantoprazole 2 1 amp v v V
15 Tyarit 1 200 mg 3x V
200
mg
16 Candesartan 1 4 mg v V
Tanggal Hasil
Jenis
Nilai 18/ 3 22/3 23/3 24/3
pemeriksaan
Rujukan
TD <120 / 80 108/72 117/71 146/96 138/116
Suhu 36 - 37,5 36 36 36 36
Nadi 80 100 140 93 91 119
RR 18 20 31 22 21 16
43
Hemoglobin 11,7 15,5 15,3
Hematokrit 33 45 46
Leukosit 5,0 10 3,1
Trombosit 150 440 132
Eritrosit 3,8 5,2 5,65
SGOT 0 34 130
SGPT 0 40 94
Ureum 20 40 77 77 58
Creatinin 0,6 1,5 1,6 1,4 1,1
NA 135 147 122 131
K 3,1 5,1 3,68 3,74
Cl 95 108 110 112
Ck 175
CK MB 7 2,5
Tropp 1 < 0,02
GDP
G2PP
GDS 80
Albumin 3,4
Trogliserida 200
Chol total 150
LDL
As. Urat
5. Bambang Sugiarso
44
Tanggal keluar RS 23/03/2016
Ruang asal IGD
Dokter Dr Achyar SP.JP
Diagnosa CHR ec CAD + Efusi Pluera
Riwayat Penyakit -
Riwayat alergi -
Riwayat penggunaan Obat -
45
campuran
15 Ceftriaxone 2 1 gr V
Tanggal Hasil
Jenis
Nilai 17/3 21/3 22/3
pemeriksaan
Rujukan
TD <120 / 80 115/92 116/75 123/80
Suhu 36 - 37,5 36 36 36
Nadi 80 100 84 108 70
RR 18 20 22 23 20
Hemoglobin 11,7 15,5
Hematokrit 33 45
Leukosit 5,0 10
Trombosit 150 440
Eritrosit 3,8 5,2
SGOT 0 34
SGPT 0 40
Ureum 20 40
Creatinin 0,6 1,5
NA 135 147 136
K 3,1 5,1 4,4
Cl 95 108 100
Ck 175
CK MB 7 2,5
Tropp 1 < 0,02
GDP
G2PP
GDS
Albumin 3,4
46
Trogliserida 200
Chol total 150
47