Jika seseorang menyebut fluida reservoir, maka yang dimaksud bukanlah hanya minyak
dan/atau gas saja melainkan juga air. Sifat fisik air yang berada bersama-sama dengan
minyak dan/atau gas sangat penting peranannya. Hal ini mengingat air tersebut juga mengisi
rongga pori (sehingga mempengaruhi jumlah volume minyak), memberikan energi kepada
sistem reservoir, dan dapat terproduksi bersama-sama dengan minyak dan/atau gas sehingga
memerlukan penanganan tersendiri. Air di dalam reservoir juga dapat mengandung mineral
yang mencerminkan bukan hanya asal-muasal air tersebut tetapi juga menggambarkan
kandungan mineral yang ada dalam batuan. Oleh karenanya sifat fisik dan komposisi air
selalu dimasukkan dalam deskripsi reservoir.
Informasi rinci tentang fluida reservoir yang diperlukan akan sangat tergantung pada harga-
harga tekanan dan temperatur yang berkaitan erat dengan tekanan dan temperatur kritik
campuran fluida. Tekanan dan temperatur kritik tersebut berkaitan erat dengan keberadaan
fisik fluida, apakah berupa gas atau cairan. Dalam hal ini, reservoir-reservoir yang
mempunyai tekanan yang dekat dengan kondisi kritik akan memerlukan informasi yang lebih
rinci tentang fluida yang dikandungnya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan proses
operasi produksi yang terbaik. Sebaliknya bagi reservoir-reservoir yang berada di bawah
kondisi kritik maka tidak demikian halnya.
Secara umum, terdapat tiga pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang fluida
reservoir, yaitu:
(1) Analisis Komposisi berupa sifat-sifat campuran (misalnya kondisi kritis dan
kesetimbangan) dan data komponen individual (yang akan digunakan dalam EOS)
(2) Analisis karakteristik fluida terhadap perubahan tekanan dan temperatur berupa volume
relatif dan karakteristik lainnya (misalnya densitas, viskositas)
Untuk mendeskripsikan fluida reservoir, model reservoir black oil biasanya menggunakan
densitas, viskositas, factor volume formasi (FVF), gas-oil ratio (GOR), kompresibilitas, dan
tekanan saturasi (tekanan gelembung). Parameter-parameter ini pada kenyataannya sangat
kompleks karena beberapa hal diantaranya tekanan gelembung yang merupakan fungsi dari
kedalaman, GOR yang merupakan fungsi dari tekanan gelembung, viskositas dan FVF yang
merupakan fungsi dari tekanan. Ketidakpastian mengenai viskositas, FVF, kompresibilitas air
dianggap tidak begitu besar.
Setelah suatu reservoir minyak ditemukan, deskripsi fluida didasarkan pada hasil analisis
laboratorium terhadap sampel data hubungan pressure-volume-temperatur (PVT) dari drill
stem test (DST) atau uji produksi/uji kandung lapisan (UKL), dan pengambilan sampel
melalui wireline dari sumur. Gradien tekanan di dalam reservoir dari pengukuran selama
DST, analisis sisa minyak dari contoh batuan (core), pengukuran GOR selama DST dan uji
produksi, dan pengukuran terhadap sampel minyak di lapangan akan memberikan informasi
yang sangat berharga untuk deskripsi selanjutnya.
Tingkat ketidakpastian yang dapat diterima tidak sama dari satu lapangan ke lapangan
lainnya tergantung pada keperluan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut. Di samping itu, pengembangan suatu lapangan tertentu dapat
menuntut deskripsi fluida yang lebih akurat dibandingkan dengan lapangan lainnya. Hasil-
hasil dari analisis ketidakpastian harus menjadi dasar bagi cara dan analisis pengumpulan
data selanjutnya.
Pengambilan Sampel
Hasil yang diperoleh dari analisis laboratorium untuk memperoleh data mengenai sifat fisik
fluida tidak akan ada artinya jika sampel yang diperoleh tidak baik. Pengukuran laboratorium
harus dilakukan terhadap sampel yang dapat mewakili seluruh fluida reservoir. Namun
demikian, sampel yang akan dianalisis mempunyai beberapa kelemahan sehubungan dengan
representatif-tidaknya sampel tersebut, diantaranya:
Tidak pernah ada sampel yang representatif bagi suatu reservoir (ada efek geologi pada
komposisi)
Sampel yang diambil biasanya dari sumur (ada perubahan komposisi akibat jumlah fasa dan
laju alir)
Jenis komplesi sumur yang memberikan efek pengadukan/pengocokan.
Saat ini dikenal 3 (tiga) metode untuk memperoleh sampel fluida reservoir yaitu bottomhole,
recombination, dan split stream. Secara ringkas, ketiga metode tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Sampel dari Bottomhole. Untuk reservoir minyak, sampel bottomhole dianggap cara yang
paling representatif, jika hal-hal berikut ini terpenuhi.
Tekanan reservoir pada saat pengambilan sampel dari bottomhole tersebut lebih tinggi dari
tekanan gelembung,
Sumur telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga laju produksinya cukup rendah dengan
tekanan drawdown yang rendah pula,
Tekanan pada kedalaman dimana sampel diambil lebih tinggi dari tekanan gelembung, dan
Hasil laboratorium menunjukkan bahwa sedikitnya ada dua sampel yang diambil dari
kedalaman yang sama menghasilkan hasil analisis yang sama.
Sampel dari Separator. Sampel yang diambil dari separator dianggap dapat diterima jika hal-
hal berikut ini terpenuhi:
Tekanan reservoir pada saat pengambilan sampel dari separator tersebut lebih tinggi dari
tekanan gelembung,
Pengukuran pada separator menunjukkan GOR yang konstan dan kondisi separator untuk 4-
6 jam sebelum dilakukan pengambilan sampel.
DST biasanya dapat memberikan sampel yang lebih representatif dibandingkan dengan
sampel yang diperoleh dengan cara wireline. Namun, sampel yang diperoleh dengan cara
wireline masih dapat digunakan terutama pada tahap eksplorasi. Juga, sampel ini sangat
informatif jika digabungkan dengan data hasil DST. Disamping itu, cara wireline jauh lebih
murah. Oleh karena alasan di atas dan karena ketidakakuratannya maka cara ini sebaiknya
tidak digunakan sebagai satu-satunya dasar penentuan sifat fisik fluida.
Selanjutnya ditentukan variasi sifat-sifat fisik tersebut terhadap tekanan. Data ini digunakan,
misalnya, sebagai data masukan (input) terhadap simulator untuk memperkirakan kinerja
reservoir di masa yang akan datang. Metode analisis laboratorium yang biasanya dilakukan
adalah flash vaporization, differential vaporization, dan separator flash tests.
Faktor volume formasi total adalah sifat turunan dari sifat-sifat yang telah dibahas di
depan. Faktor volume formasi total didefinisikan sebagai Bt = Bo + Bg (Rsob Rso), dimana
Rsob adalah Rs pada pb.
6. Kompressibilitas
Kompressibilitas dalam hubungannya dengan sifat fisik lain adalah sebagai berikut:
- Kompresibilitas minyak:
1 d Bo
co = ; p > pb
B o dp
1 d Bo d R so
co = + Bg ; p < pb
B o dp dp
- Kompresibilitas gas:
1 d Bg
cg = , atau
B g dp
d (1 / B g )
c g = Bg
dp
7. Densitas dan spesific gravity
Densitas untuk minyak yang dapat diwakili oleh API dirumuskan sebagai berikut:
o 141.5
= SG oil = o =
w 131.5+ o API
Terlihat jelas, makin tinggi API akan makin rendah Po.
Untuk gas specific gravity dirumuskan sebagai berikut:
g
= SG gas = g
udara
8. Viskositas
Diatas pb, viskositas minyak menurun terhadap turunnya tekanan secara hampir linier dan
tidak tajam. Sedangkan di bawah pb, harga viskositas bertambah secara eksponensial.
Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada saat tekanan lebih besar dari pb, penurunan tekanan menyebabkan pengembangan
minyak lebih mudah sehingga viskositas turun. Sedangkan setelah melewati pb, jumlah gas
Contoh berikut menunjukkan peran data fluida dalam menentukan karakteristik dan deskripsi
reservoir:
Penyelesaian:
(a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan gas dalam minyak diantaranya adalah
komposisi minyak dan gas, tekanan, dan temperatur.
(b) Lihat kurva berikut.
500
1.3
Rs, SCF/STB
Bo, bbl/STB
400
1.2
300
1.1
200
100 1
0 1000 2000 3000 4000 0 1000 2000 3000 4000
Tekanan, psia Tekanan, psia
Penyelesaian:
(a) Lihat kurva di atas.
(b) Tidak ada lagi gas yang dapat terlarut untuk meningkatkan volume pada waktu tekanan
ditingkatkan. Oleh karena itu, volume berkurang dengan dinaikkannya tekanan. Bentuk
kurva patah juga terjadi pada saat gas terakhir yang menjadi terlarut.
(c) Karena tidak ada gas tambahan yang dapat terlarut untuk meningkatkan volume pada
waktu tekanan dinaikkan, peningkatan tekanan menyebabkan penurunan volume dan
bukan peningkatan volume seperti halnya yang terjadi di bawah tekanan saturasi.
Memodelkan atau membuat simulasi proses yang terjadi pada fluida reservoir selama
mengalami penurunan tekanan tidak dapat dilakukan secara persis melalui suatu proses
tunggal. Dalam hal ini, diperlukan gabungan beberapa metode untuk mendekati proses yang
terjadi tersebut. Berikut ini diulas prosedur yang ditempuh masing-masing percobaan di
laboratorium beserta pengolahan data dan analisis perhitungannya. Prosedur standar untuk
reservoir fluid study atau dikenal juga dengan PVT study merupakan pelaksanaan prosedur-
prosedur untuk jenis-jenis pengujian berikut:
1. pengukuran komposisi
2. flash liberation
3. differential leberation
4. separator test
5. pengukuran viskositas
Hasil dari PVT study ini dilaporkan dalam format standar. Hal pertama berisi tentang
karakteristik fluida formasi dan kondisi sampel. Pengambilan sampel fluida untuk studi di
Percobaan di Laboratorium
Pengukuran komposisi
Komposisi kimia minyak bumi adalah sangat kompleks. Pengukuran komposisi biasanya
dilakukan sampai C6 dan selanjutnya komponen yang lain digabung dalam C7+ (C7 dan
selebihnya) dengan alat gas chromatography.
Flash liberation
Flash liberation terkenal juga dengan flash vaporization atau flash expansion atau pressure
volume relation. Dalam pengujian ini gas yang keluar dari larutan dalam minyak dibiarkan
berada dalam kontak dengan minyak sehingga komposisi tidak berubah selama test
berlangsung. Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tempatkan sampel dalam tabung percobaan pada p di atas tekanan awal reservoir dan T
reservoir.
2. Sambil menjaga T konstan, turunkan tekanan sampai tekanan tertentu kemudian catat
volume totalnya.
3. Ulangi Langkah 2 sampai gas keluar dari larutan.
4. Kocok cell untuk menyetimbangkan sistem.
5. Ulangi Langkah 2.
pb
Hg Hg Liquid
Hg
Hg
Hg
Tekanan Relative Y
(psig) volume Function
(1) (2)
- - -
P = pb 1.0000 -
- - -
- - -
dimana:
V
(1) Relative volume = t , yaitu barrels volume total pada tiap tekanan dibagi dengan
VbF
barrels volume total pada tekanan gelembung pb.
pb p
(2) Y Function =
V
p abs t 1
Vb
Differential liberation
Differential liberation atau differential vaporization berbeda dari flash liberation karena gas
yang keluar dari larutan kemudian dikeluarkan dari tabung sehingga tidak berada dalam
kontak dengan liquid. Dengan demikian komposisi system berubah setiap perubahan tekanan.
Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tempatkan fluida dalam tabung pada tekanan = pb dan temperatur sama dengan
temperatur reservoir.
2. Turunkan tekanan sampai tekanan tertentu, maka sejumlah gas akan terlepas dari minyak.
3. Kocok cell supaya terjadi kesetimbangan, dan diamkan beberapa saat sampai gas terpisah
dari liquid.
4. Gas dikeluarkan dari cell dengan cara pendesakan pada tekanan konstan.
5. Ukur jumlah gas yang dikeluarkan dan specifik gravity-nya.
6. Ukur volume minyak yang tertinggal di dalam tabung.
7. Ulangi Langkah 2-6 sampai tekanan atmosfir.
8. Turunkan temperatur sampai kondisi standar 60oF dan ukur volumenya.
Liquid Liquid
Hg
Hg
Hg
Hg Hg
Langkah Langkah
Pertama Kedua
Data yang dihasilkan adalah volume minyak, Vo, pada waktu awal dan tiap tekanan
berikutnya, volume gas yang keluar dari larutan dan dikeluarkan dari tabung, volume residual
minyak yang tersisa pada akhir pengujian (p = 1 atm, T = 60oF), Vo,res. Dari data tersebut
dapat dihitung untuk tiap tekanan:
Vo
Relative oil volume = B oD =
V o, res
Vg
Solution GOR = R sD =
V o, res
Relative
Relative Gas
Solution Oil Oil Gas
Tekanan total Formation Gas
GOR Volume Density Deviation
(psig) volume Volume gravity
(RsD) (BoD) (gm/cc) Factor
(BtD) Factor
(1) (2) (3) (4)
p = pb - - - - - - -
- - - - - - - -
- - - - - - - -
- - - - - - - -
Separator test
Prosedur percobaan separator test di laboratorium yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Temperatur fluida reservoir dalam tabung pada tekanan = pb dan temperatur reservoir.
Tekanan di separator dijaga konstan dan tekanan di tanki selalu pada tekanan atmosfir.
Biasanya tekanan di separator dipilih oleh operator di lapangan. Temperatur di separator
dan tanki dijaga pada harga rata-rata lapangan.
2. Turunkan volume sehingga sejumlah minyak akan keluar dan masuk ke separator yang
selanjutnya terpisahkan menjadi gas dan minyak. Minyak dari separator ini mengalir ke
tanki, untuk kemudian gas akan terpisahkan lagi dari minyak.
3. Ukur volume gas di separator dan tanki, volume minyak yang keluar dari tabung, volume
minyak di tanki, dan specifik gravity gas di separator dan tanki.
4. Ulangi Langkah 2 untuk tekanan separator yang berbeda.
pb Gas
Gas
Liquid
Stock
tank
Liquid
Hg
Liquid
Stock
Tekanan Temp. Formation Separator
Gas-oil Gas-oil tank SG Gas
separator separator Volume Volume
ratio ratio gravity flashed
(psig) (oF) Factor Factor
(oAPI)
(1) (2) (3) (4)
50 - - - - -
sampai
0 - - - - - - -
100 - - - - -
sampai
0 - - - - - - -
200 - - - - -
sampai
0 - - - - - - -
300 - - - - -
sampai
0 - - - - - - -
(1) GOR = cuft gas pada 14.65 psia 60oF dibagi dengan barrel minyak pada p dan T.
(2) GOR =cuft gas pada 14.65 psia 60oF dibagi dengan barrel stock tank minyak pada 1 atm
dan 60oF.
(3) FVF = barrel saturated oil pada p = pb psig dan T dibagi barrel stock tank minyak pada 1
atm dan 60oF.
(4) Separator volume factor = barrel minyak pada p dan T dibagi barrel stock tank minyak
pada 1 atm dan 60oF.
Pengolahan data
Setelah data diperoleh, maka kemudian dilakukan analisis dan perhitungan untuk
mendapatkan data sifat fluida bersangkutan. Bagian ini menerangkan dengan singkat
mengenai pengolahan data dari hasil percobaan laboratorium seperti tersebut di atas dengan
sedikit ilustrasi perhitungan untuk menjadi data yang siap pakai. Data siap pakai ini misalnya
diperlukan dalam perhitungan-perhitungan reservoir engineering seperti metode konvensional
material balance dan/atau simulasi reservoir.
Hasil dari separator test memberikan pilihan kondisi pemakaian tekanan dan temperatur
separator. Pemilihan kondisi temperatur dan tekanan separator berdasarkan pada kriteria
sebagai berikut:
1. Gas-oil ratio minimum
2. Faktor volume formasi minyak minimum
3. Derajat API maksimum
Dari separator test dapat diambil harga faktor volume formasi minyak dan kelarutan gas
dalam minyak pada kondisi tekanan gelembung yaitu masing-masing BoSb dan RsSb.
Berikut adalah prosedur pengolahan data gabungan menggunakan data flash liberation,
differential liberation, dan separator test untuk menentukan Bo, Rs, Bt, co sebagai fungsi dari
tekanan.
1. Faktor volume formasi minyak, Bo
- untuk p pb
Vt bbl
B o = B oSb
V b F STB
atau
B oSb
B t = B tD
B oDb
dimana BtD dihasilkan dari uji differential liberation.
4. Faktor kompresibilitas (isothermal)
- untuk p pb
(V t / V b) F1
ln
( V t / V b) F2
co =
p 2 p1
- untuk p < pb
1 R sD B oD
co = B g
B oD p R sD
Penyelesaian:
Pada tekanan 2000 psia:
44,500
R so = (5.615) = 500 SCF/STB
500
650
Bo = = 1.300 bbl/STB
500
B t = B o = 1.300 bbl/STB
Pada tekanan 1500 psia:
R so = 500 SCF/STB
669
Bo = = 1.338 bbl/STB
500
B t = B o = 1.338 bbl/STB
Pada tekanan 1000 psia:
150(1000)
44,500
0.02829(0.91)(655)
R so = (5.615) = 400 SCF/STB
500
650
Bo = = 1.300 bbl/STB
500
650 + 150
Bt = = 1.600 bbl/STB
500
Pada tekanan 500 psia:
700(500)
44,500
0 . 02829 ( 0 . 95)( 655) (5.615) = 276 SCF/STB
R so =
500
615
Bo = = 1.230 bbl/STB
500
650 + 700
Bt = = 2.630 bbl/STB
500
Jumlah Stock
Tekanan Temp. Formation
Gas-oil Gas-oil tank
separator separator Volume
ratio ratio gravity
(psig) (oF) Factor
(RsSb) (oAPI)
(2) (3)
50 75 737
sampai 778
0 75 41 40.5 1.481
100 75 676 BoSb
B
sampai 768
0 75 92 40.7 1.474
200 75 602
sampai 780
0 75 178 40.4 1.483
300 75 549
sampai 795
0 75 246 40.1 1.495
Kondisi tersebut adalah tekanan separator = 100 psig, yaitu GOR minimum = RsSb = 768
SCF/STB, API gravity maksimum = 40.7, dan FVF minimum = BoSb = 1.474 bbl/STB.
2. Tentukan Bo untuk p < pb dari data relative oil volume differential liberation dan hasil
kondisi optimum separator menggunakan:
B oSb
B o = B oD
B oDb
dimana:
BoSb = 1.474 bbl/STB
B
Tentukan Bo untuk p > pb dari data relative oil volume flash liberation dan hasil kondisi
optimum separator menggunakan:
Vt
B o = B oSb
Vb F
dimana:
Vt
dari data flash liberation kolom 2
Vb F
Sehingga
Vt
B o = 1.474
b F
V
(psig) (bbl/STB)
(1)
5000 0.9639 1.421
4500 0.9703 1.430
4000 0.9771 1.440
3500 0.9846 1.451
3000 0.9929 1.464
2900 0.9946 1.466
2800 0.9964 1.469
2700 0.9983 1.471
2620 1.0000 1.474
Bo vs. p
1.6
1.5
1.4
Bo, bbl/STB
1.3
1.2
1.1
1
0 1000 2000 3000 4000 5000
Tekanan, psia
Bt vs. p
13
11
Bt, bbl/STB 9
1
0 1000 2000 3000 4000 5000
Tekanan, psia
4. Tentukan Rs dari total GOR dari kondisi optimum separator dengan solution GOR dari
differential liberation menggunakan
B oSb
R s = R sSb (R sDb R sD)
B oDb
dimana
RsSb = 768 SCF/STB dari separator data kolom 4
RsDb = 854 SCF/residual dari differential liberation data kolom 2
RsD dari differential liberation data kolom 5
BoSb = 1.474 bbl/STB
B
Sehingga
1.474
R s = 768 (854 R sD)
1.600
dan diperoleh tabel sebagai berikut:
Solution
Tekanan Rs
GOR
(psig) (SCF/STB)
(RsD)
2620 854
2350 763
2100 684
1850 612
1600 544
Rs vs. p
1000
800
Rs, SCF/STB
600
400
200
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Tekanan, psia
- untuk p < pb
1 R sD B oD
co = B g
B oD p R sD
Tabulasi berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan data flash liberation dan
differential liberation.
Relative
Tekanan
volume co (psi-1)
(psig)
(1)
5000 0.9639
4500 0.9703 1.32 x 10-5
4000 0.9771 1.40 x 10-5
3500 0.9846 1.53 x 10-5
3000 0.9929 1.68 x 10-5
2900 0.9946 1.71 x 10-5
2800 0.9964 1.81 x 10-5
2700 0.9983 1.91 x 10-5
2620 = pb 1.0000 2.13 x 10-5
Gas
Solution Relative Oil
Tekanan Formation
GOR Volume (BoD) co (psi-1)
(psig) Volume
B
(RsD)
Factor
2620 = pb 854 = RsDb 1.600 = BoDb
2350 763 1.554 0.00685 1.48 x 10-4
2100 684 1.515 0.00771 1.66 x 10-4
1850 612 1.479 0.00882 1.97 x 10-4
1600 544 1.445 0.01034 2.40 x 10-4
1350 479 1.412 0.01245 3.11 x 10-4
1100 416 1.382 0.01552 4.06 x 10-4
850 354 1.351 0.02042 5.76 x 10-4
600 292 1.320 0.02931 9.79 x 10-4
350 223 1.283 0.05065 2.27 x 10-3
159 157 1.244 0.10834
8.00E-04
-1 6.00E-04
co , psi
4.00E-04
2.00E-04
0.00E+00
0 1000 2000 3000 4000 5000
Tekanan, psia
Sifat-sifat fisik yang dapat dihitung dengan menggunakan korelasi diantaranya adalah:
Untuk fasa minyak:
Tekanan gelembung (pb): Korelasi Standing
Kelarutan gas dalam minyak (Rso): Korelasi Standing
Densitas minyak (o):
Faktor volume formasi minyak (Bo): Korelasi Standing
Kompresibilitas minyak (co): Korelasi Vasquez and Beggs, Korelasi McCain, Rollins,
and Villena
Viskositas minyak (o): Korelasi Vasquez and Beggs, Korelasi Beggs and Robertsons
Untuk fasa gas:
Faktor deviasi gas (Z): Korelasi Dranchuk and Abou-Kassem
Gas ideal:
Gas ideal adalah fluida yang:
1. Memiliki volume molekul yang dapat diabaikan dibandingkan dengan volume fluida
keseluruhan
2. Tidak memiliki gaya tarik atau gaya tolak antara sesama molekul atau antara molekul
dengan dinding tempat gas itu berada
3. Semua tumbukan antar molekul-molekulnya bersifat elastis murni yang berarti tidak ada
kehilangan energi.
Untuk menggambarkan properties gas ideal digunakan persamaan keadaan atau equation of
state (EOS) berdasarkan hukum-hukum gas ideal yang dihasilkan dari berbagai percobaan.
Hukum-hukum gas ideal tersebut, diantaranya:
1. Hukum Boyle
2. Hukum Charles
3. Hukum Avogadro
4. Hukum Gay Lussac.
Persamaan keadaan bertujuan untuk menghubungkan antara tekanan, volume, dan
temperatur. Persamaan gas ideal:
P V ideal = nRT
dimana:
n = jumlah molekul
R = Konstanta tetapan gas
Densitas Gas
Densitas gas (g) didefinisikan sebagai massa gas per satuan volume.
m
=
V
nM
g =
V ideal
pm
= (gas)
RT
28.97 p
= (udara)
RT
4. Kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan menggambarkan besarnya perubahan volume per satuan
perubahan tekanan. Untuk keadaan isothermal kompresibilitas diukur dari perubahan volume
per unit volume dengan perubahan tekanan pada temperatur konstan.
nRT
V ideal =
p
d V ideal nRT
=
dp p2
1 dV
c=
V dp
1
cg =
p
Gas nyata
Dibedakan dari gas ideal dengan adanya factor kompresibilitas atau factor deviasi, Z. Definisi
factor deviasi gas adalah:
V aktual dari n moles @ T dan p
z=
V ideal dari n moles @ T dan p
Ideal: PVideal = nRT
Nyata: PVaktual = ZnRT. Ini adalah EOS untuk gas nyata. Untuk typical reservoir, biasanya
digunakan harga 0.3 < Z < 1.1.
Korelasi untuk menentukan Z:
1. Korelasi Sutton
2. Korelasi Wichert-Aziz
3. Korelasi Katz.
Densitas:
m
=
V
ZnRT 1 dZ ZnRT 1
=
p Z dp p p
V dZ V
=
Z dp p
Jika kompresibilitas didefinisikan sebagai berikut:
1 dV
c=
V dp
maka
1 V dZ V
cg =
V Z dp p
atau
1 1 dZ
cg =
p Z dp
1
Catatan: terlihat bahwa jika untuk gas ideal, tidak ada Z, maka c g = .
p