Bendahara Dan-Kewajiban Pajak PDF
Bendahara Dan-Kewajiban Pajak PDF
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan negara guna mewujudkan tujuan
bernegara harus dilakukan dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara
secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab yang diwujudkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara,
dirasakan semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan
sumber daya keuangan pemerintah secara efisien. Fungsi perbendaharaan
tersebut meliputi, terutama, perencanaan kas yang baik, pencegahan agar
jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan, pencarian sumber
pembiayaan yang paling murah dan pemanfaatan dana yang menganggur (idle
cash) untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan.
Pihak yang sangat berperan dalam melaksanakan fungsi perbendaharaan
tentunya adalah Bendahara. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang
diberi tugas untuk dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan
membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang
negara/daerah.1 Selain menjalankan fungsi perbendaharaan, salah satu
kewajiban Bendahara adalah melakukan pemotongan/pemungutan pajak.
Pajak adalah kegiatan membayar sejumlah uang kepada negara yang
diatur oleh undang-undang yang berlaku dan merupakan salah satu sumber
penerimaan utama negara untuk membiayai pembangunan baik fisik maupun
non fisik. Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang langsung
dipungut dari berbagai objek pajak dan mempunyai fungsi penting antara lain
untuk membiayai pembangunan negara guna menjamin kesejahteraan
masyarakatnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Bendaharawan
mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Dalam kajian ini akan dibahas lebih jauh tentang salah satu kewajiban
Bendahara yaitu pemotongan/pemungutan pajak. Khususnya yang terkait
dengan pajak-pajak apa sajakah yang harus dipungut oleh Bendaharawan.
1
Pasal1Angka14UUNomor1Tahun2004.
1
Infokum Ditama Binbangkum
II. PERMASALAHAN
1. Apakah dasar hukum bendaharawan dalam memungut pajak?
2. Pajak-pajak apa sajakah yang dipungut oleh Bendaharawan?
III. PEMBAHASAN
1. Dasar Hukum Bandaharawan Dalam Memungut Pajak
A. Sekilas Tentang Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.2
Di Indonesia, kita mengenal banyak sekali jenis-jenis pajak seperti
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan lain sebagainya.
Untuk mempermudah dalam mengetahui sifat-sifat pajak tersebut, maka
dikelompokkan pajak-pajak tersebut ke dalam beberapa kelompok antara lain
salah satunya berdasarkan pihak yang melakukan pemungutan.
Dalam pengelompokan ini, terdapat 2 (dua) pihak yang berwenang
untuk melakukan pemungutan/pemotongan pajak yaitu pihak Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Jenis pajak yang dikelompokkan berdasarkan
hal tersebut terbagi menjadi3 :
1. Pajak Negara
Pajak negara merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat, sehingga sering disebut sebagai pajak pusat. Pemungutan pajak
negara menjadi tanggung jawab dari Kementerian Keuangan yang dalam
hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Pajak negara/pajak pusat meliputi :
a. Pajak penghasilan (PPh)
Dasar hukum dari pajak penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah diubah
beberapa kali dan terkahir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
2
Pasal1Ayat(1)UUNomor28Tahun2007.
3
www.pajak.go.id
2
Infokum Ditama Binbangkum
3
Infokum Ditama Binbangkum
2. Pajak Daerah
Menurut undang-undang, Pajak daerah merupakan iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Dalam pajak
daerah, yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk
pemungut atau pemotong pajak tertentu. Sedangkan masa pajakanya
adalah jangka waktu yang lamanya 1 bulan takwim atau jangka waktu
lain yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Ruang lingkup dari
pemungutan pajak daerah sendiri tidak sama dengan ruang lingkup
pemungutan pajak negara. Dalam pajak daerah ruang lingkup
pemungutannya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Pajak Provinsi.
Pajak provinsi dipungut oleh pemerintah di tingkat provinsi. Yang
termasuk sebagai pajak propinsi antara lain sebagai berikut :
1) Pajak kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari :
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
4
Infokum Ditama Binbangkum
4
WikipediaEnsiklopediaBebas,Pajak.
5
PerubahanKetigaUUD1945pasal23A.
5
Infokum Ditama Binbangkum
6
Pasal1Angka1UUNomor1Tahun2004.
6
Infokum Ditama Binbangkum
7
Pasal1Angka14UUNomor1Tahun2004.
7
Infokum Ditama Binbangkum
pasal dari aturan lama yang menyebabkan kelemahan. Aturan yang lama
masih tetap berlaku, tetapi khusus untuk pasal yang diamandemenkan
berlaku ketentuan yang baru.
ICW yang hingga kini masih merupakan acuan dalam pengurusan
kebendaharaan (comptabel beheer) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan comptable adalah orang-orang dan badan-badan yang karena negara
ditugaskan untuk menerima, menyimpan, membayar (mengeluarkan) atau
menyerahkan uang, atau kertas-kertas berharga dan barang-barang didalam
gudang-gudang atau tempat-tempat penyimpanan yang lain sebagai
dimaksud dalam pasal 55 ICW dan selaku demikian diwajibkan memberi
perhitungan (pertanggungjawaban) tentang hal pengurusannya kepada
8
Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara, bendahara
digolongkan dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
1. Bendahara umum, yang terbadi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum negara.9 Dalam hal ini yang
bertindak sebagai Bendahara Umum Negara adalah Menteri
10
Keuangan.
b. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.11 Dalam hal ini yang
bertindak sebagai Bendahara Umum Negara adalah Kepala Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah.12
2. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam
rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.13
3. Bendaharawan Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan,membayarkan,menatausahakan,dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah
8
ICWPasal77ayat1.
9
Pasal1Angka15UUNomor1Tahun2004.
10
Pasal7Ayat(1)UUNomor1Tahun2004.
11
Pasal1Angka16UUNomor1Tahun2004.
12
Pasal9Ayat(1)UUNomor1Tahun2004.
13
Pasal1Angka17UUNomor1Tahun2004.
8
Infokum Ditama Binbangkum
14
Pasal1Angka18UUNomor1Tahun2004.
15
PengumumanDirjenPajakNomorPeng05/PJ.09/2010.
9
Infokum Ditama Binbangkum
10
Infokum Ditama Binbangkum
11
Infokum Ditama Binbangkum
12
Infokum Ditama Binbangkum
13
Infokum Ditama Binbangkum
Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
616/PMK.03/2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 Tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas
Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk).
3. Sanksi-sanksi perpajakan
Karena kedudukan bendahara adalah sama dengan wajib pajak (WP), maka
segala sanksi perpajakan yg berlaku bagi WP berlaku juga bagi bendahara.
A. Sanksi Administrasi
1. Pajak Penghasilan (PPh)
a. Denda, sebesar :
Rp. 50.000 apabila surat pemberitahuan (SPT) masa tidak
disampaikan atau tidak sesuai dengan batas waktu yaitu
selambat-lambatnya 20 hari setelah akhir masa pajak.
14
Infokum Ditama Binbangkum
B. Sanksi Pidana
1. Karena Alpa
Tidak menyampaikan SPT.
Menyampaikan SPT tetapi isisnya tidak benar atau tdk lengkap
atau melampirkan keterangan yg isinya tdk benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara diancam dengan
pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun dan denda setinggi-
15
Infokum Ditama Binbangkum
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapat secara jelas terlihat bahwa pajak-
pajak yang harus dipungut oleh Bendaharawan adalah diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan terutama Pasal 21 Ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1983 yaitu
Pajak Penghasilan dan Pasal 1 angka 27 UU Nomor 8 Tahun 1983 yaitu Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Memungut pajak-pajak tersebut di atas adalah merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para bendaharawan baik Bendaharawan
Pemerintah Pusat maupun Daerah. Kewajiban tersebut harus dapat dilaksanakan
dengan baik karena ketiga jenis pajak tersebut merupakan pendapatan negara yang
digunakan untuk menunjang berlangsungnya pembangunan nasional guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apabila B endaharawan tidak melaksanakan
kewajibannya tersebut maka akan dikenakan sanksi. Sanksi yang dikenakan kepada
Bendaharawan adalah sama dengan sanksi yang dikenakan kepada para wajib pajak
lainnya yaitu Sanksi Administrasi yang meliputi denda, pemberian bunga
keterlambatan, dan persentase kenaikan sampai dengan sanksi pidana apabila
16
Infokum Ditama Binbangkum
pelanggaran yang dilakukan karena alpa dan dengan sengaja berupa pidana
kurungan dan denda.
PPh, PPN, dan PPn BM dipotong oleh Bendaharawan dari sumber yang
berbeda-beda. Pajak penghasilan misalnya dipotong oleh Bendaharawan dari
penghasilan yang diterima berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan jasa dan
kegaiatan, pembayaran yang dibiayai dari APBN/APBD, penghasilan yg berasal dari
hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta. Sedangkan PPN dan PPnBM dipungut/dipotong dari Penyerahan
Barang Kena Pajak dan jasa Kena Pajak. Jenis-jenis pajak tersebut akan dibahas lagi
secara khusus dalam penulisan selanjutnya.
17
Infokum Ditama Binbangkum
15. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara.
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 616/PMK.03/2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan
Nomor : 231/Kmk.03/2001 Tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah Atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk.
17. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah Dan
Kantor Perbendaharaan Dan Kas Negara Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan
Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan
Pelaporannya.
18. Indische Comptabiliteitswet (ICW) Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448.
19. Pengumuman Dirjen Pajak Nomor Peng-05/PJ.09/2010 tentang Kewajiban Bendahara Pemerintah Pusat dan
Daerah Untuk Melakukan Pemotongan/Pemungutan Pajak.
20. www.pajak.go.id
18
Infokum Ditama Binbangkum