Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
oleh :
Ir. H. Nazarkhan Yasin
1.1 Pengantar
Administrasi kontrak adalah suatu terminologi (istilah) yang menggambarkan
penanganan komersial dari suatu kontrak sejak kontrak tersebut ditanda tangani
sampai diakhiri secara resmi atau putus tak direncanakan (karena kesalahan
kontrak) atau pengakhiran kontrak dini (Gilbreath, 1992).
Administrasi kontrak mengawasi penanganan komersial berdasarkan ketentuan
dari setiap kontrak. Pengguna jasa harus memantau bukan saja pemenuhan tugas
oleh penyedia jasa tapi juga pemenuhan tugas pengguna jasa sendiri. Tugas-
tugas rutin termasuk penerimaan dan pengawasan dari pengajuan penyedia jasa,
memelihara catatan kontrak dan pembayaran termyn bulanan kadang-kadang
mengaburkan resiko-resiko kritis yang ditemukan selama masa pelaksanaan
(Gilbreath, 1992).
Perubahan pekerjaan, klaim-klaim, pembayaran dini atau kelebihan membayar
dan unjuk kerja yang tidak memuaskan dapat dicegah dengan melaksanakan
suatu struktur program standar administrasi kontrak yang baik.
(Gilbreath 1992).
Administrasi kontrak merupakan suatu bagian dari administrasi proyek
konstruksi.
d) Pengelolaan atau penanganan dari suatu hubungan usaha antara para pihak
yang berkontrak yang secara pikiran populer terbatas sebagai pekerjaan
administrasi. (Fisk, 1997)
Oleh karena itu dalam pelatihan ini akan diterangkan terlebih dulu apa dasar
pemikiran/filosofi, batasan atau definisi, maksud dan tujuan serta fungsi
administrasi kontrak.
1.5 Batasan/Definisi
Artinya pengguna jasa akan mendapatkan Proyek yang mutunya, biayanya dan
waktunya sesuai kontrak.
Sebaliknya penyedia jasa mendapatkan haknya berupa pembayaran atas hasil
pekerjaan beserta perubahan dan klaim-klaim serta hak-hak lain bilamana ada,
sesuai ketentuan dalam kontrak.
1.7 Fungsi
Hal ini bertambah parah karena petugas yang mengurus masalah ini telah
berganti-ganti untuk kesekian kalinya. Dipihak pengguna jasa pun kondisi
administrasi kontrak tidak lebih baik.
a). Dalam tampilan No. 1 terlihat suatu hubungan yang telah cukup kita kenal
sehingga dapat disebut sebagai suatu hubungan tradisional pengguna jasa
membuat hubungan kontraktual langsung dengan penyedia jasa utama yang
membawahi beberapa sub penyedia jasa.
Disamping itu pengguna jasa mengikat suatu kontrak tersendiri dengan
arsitek/konsultan perencana secara langsung.
Tak ada hubungan hukum antara arsitek dan penyedia jasa kecuali untuk
penyelidikan lapangan.
Dalam tampilan ini terlihat pula selain perencanaan terpisah, penyedia jasa
tunggal dengan beberapa sub penyedia jasa.
Kontrak ini diperuntukkan fixed lump sum price, unit price, garansi
maksimum cost + fixed fee. Sedangkan untuk fee disain akan dirundingkan.
Bila administrasi proyek konstruksi kontrak dikelola dengan baik antara lain
dari sejak awal mempelajari dokumen kontrak dengan teliti dan seksama
3.1 Pengantar
Dalam butir 1 diatas telah disebutkan bahwa administrasi kontrak adalah suatu
terminologi/istilah yang menggambarkan penanganan komersial suatu kontrak
sejak kontrak tersebut ditanda tangani sampai diakhiri secara resmi atau putus
ditengah jalan.
Diantara kegiatan administrasi kontrak tersebut adalah mengawasi pelaksanaan
secara komersial dari kontrak, pemenuhan tugas penyedia jasa dan juga
pengguna jasa, tugas-tugas rutin seperti penerimaan dokumen dari penyedia
jasa, catatan kontrak pembayaran termyn, perubahan pekerjaan, klaim-klaim
pembayaran, unjuk kerja yang tak memuaskan.
Kegiatan-kegiatan rutin yang dimaksud akan diuraikan dalam paragraph berikut.
c. Perubahan-Perubahan Resmi
Perubahan adalah keputusan yang disadari pengguna jasa untuk
melakukan modifikasi atas pekerjaan penyedia jasa.
c. Perubahan kebutuhan.
Perubahan dalam operasi, keamanan, lingkungan, pasar, kelayakan,
pendanaan, atau kebutuhan peralatan, terutama untuk proyek yang
mempunyai rentang beberapa tahun atau mengawasi proyek yang
b. Evaluasi
Untuk membantu pengguna jasa melakukan evaluasi atas rencana
perubahan pekerjaan ini, dapat meminta estimasi biaya dari penyedia
jasa dengan menggunakan suatu formulir seperti tergambar dalam
Tampilan No. 18.
c. Persetujuan
Setelah dicapai persetujuan antara pengguna jasa dan penyedia jasa
mengenai estimasi biaya perubahan beserta syarat-syarat/ketentuan
lainnya, pengguna jasa memberikan persetujuan resmi dengan
menggunakan formulir seperti tersebut dalam Tampilan No. 19.
e. Pembayaran
Proses pembayaran atas perubahan pekerjaan ini akan mengikuti
ketentuan tersebut dalam kontrak karena sudah menjadi bagian dari
Catatan waktu, penerimaan bahan, dan kejadian biaya lainnya juga harus
dikumpulkan setiap hari. Jika pekerjaan diselesaikan atau diteruskan
sampai pada titik dimana keadaan darurat telah berlalu atau perkiraan
biaya yang wajar dapat ditetapkan, terbitkan perintah perubahan untuk
menutupnya sehingga semua perubahan pekerjaan didokumentasikan
dan diawasi dengan cara yang sama. Oleh karena perubahan pekerjaan
menggambarkan salah satu daerah utama dari resiko komersial.
(Gilbreath, 1992)
Tetapi ingat para pengguna jasa kebanyakan punya 2 (dua) alasan untuk
mengunakan kemajuan pekerjaan yaitu:
1) Untuk menentukan dimana proyek berada, dalam hal uang dan jadual
2) Untuk men-fasilitasikan pembayaran pekerjaan penyedia jasa
(Gilbreath 1992)
Pada Tampilan No. 8 kita melihat secara jelas arus dokumen dan pembayaran
dengan ringkasan aktivitas sebagai berikut:
a. Menetapkan cara pembayaran
b. Membuat form estimasi induk
c. Membuat estimasi pekerjaan penyedia jasa yang diselesaikan
d. Persetujuan pengguna jasa atas hasil pekerjaan penyedia jasa
e. Penyedia jasa mengajukan tagihan sesuai estimasi yang sudah disetujui
f. Tagihan diverifikasi bagian accounting, kemudian tagihan dibayar.
Dalam hal ini, manager proyek dapat disarankan melaporkan seluruh transaksi
yang telah terjadi dilapangan.
Kebutuhan-kebutuhan umum yang diperlukan dapat dikelompokkan dalam 2
(dua) kategori:
4.1 Pengantar
Dalam uraian yang lalu (paragrap 1) telah diuraikan mengenai pengertian, dasar
pemikiran/filosofi, definisi/batasan maksud/tujuan dan fungsi dari
administrasi kontrak.
Disamping itu dalam paragrap 2 dijumpai banyak nama-nama petugas seperti
manajer kontrak, administrator kontrak, pengawas lapangan, perwakilan
penyedia jasa dan sebagainya yang mungkin akan membingungkan.
Hal ini tak lain karena hal itu diambil dari sumber pustaka yang berbeda. Oleh
karena itu dianjurkan sejak dari awal, penamaan dari petugas administrasi
kontrak telah disepakati antara pengguna jasa dan penyedia jasa seperti yang
terdapat dalam butir 2, karena tak ada standar atau pedoman yang baku
mengenai penamaan para petugas ini.
Berdasarkan hal-hal tersebut kiranya jelas bahwa administrasi proyek konstruksi
harus ditempatkan didalam proyek itu sendiri dalam arti organisasi administrasi
proyek konstruksi harus merupakan bagian dari organisasi proyek.
Tentu saja organisasi administrasi proyek konstruksi ini harus ada baik dipihak
pengguna jasa maupun dipihak penyedia jasa yang satu sama lain merupakan
lawan pihak (counterpart) yang harus berhubungan satu sama lain secara setara
dan terus menerus.
4.2.1 Untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien seharusnyalah para
petugas administrasi proyek konstruksi memiliki kualifikasi yang
mencukupi.
a. Untuk kepala proyek (project director) dari pihak pengguna jasa dan
manajer proyek dari pihak penyedia jasa harus menguasai seluruh
aspek yang terdapat dalam dokumen kontrak (perjanjian, syarat-
syarat, spesifikasi gambar-gambar dan sebagainya selain tentunya
harus menguasai aspek teknis untuk melaksanakan proyek tersebut.
b. Untuk administrator kontrak atau manajer kontrak minimal harus
menguasai aspek-aspek teknis pelaksanaan suatu proyek, terutama
dari segi administrasinya.
c. Estimator atau inspektur tentunya adalah orang-orang teknik yang
menguasai aspek-aspek teknis pelaksanaan suatu proyek.
d. Petugas akuntansi keuangan kiranya sudah cukup jelas
kualifikasinya.
e. Petugas administrasi harus memiliki kemampuan administrasi yang
memadai dalam bidang tata persuratan yang berhubungan dengan
proyek, dan mempunyai pengetahuan mengenai arsip.
5.1 Pengertian
Fast track adalah (1) suatu metode perencanaan dan pelaksanaan dimana
serangkaian kewajiban-kewajiban, tugas-tugas atau kontrak yang saling
tumpang tindih untuk mengurangkan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek. (2) Tumpang tindihnya proses perencanaan dan
pelaksanaan (konstruksi) sehingga konstruksi dapat dimulai sebelum
perencanaan diselesaikan. (Gilbreath, 1992)
6.1 Pengantar
Sesungguhnya pembayaran akhir, retensi, perubahan retensi, perubahan
pekerjaan, klaim sudah disinggung dalam paragrap 3 tetapi karena kegiatan-
kegiatan ini terjadi pada waktu yang tak dapat ditentukan (perubahan, klaim)
atau terjadi hanya sekali. (pembayaran akhir, retensi) maka kegiatan-kegiatan ini
perlu diuraikan tersendiri.
Kegiatan-kegiatan khusus tersebut menurut Gilbreath 1992 adalah sebagai
berikut:
6.3 Retensi
Tradisi dalam industri konstruksi adalah menahan sebagian pembayaran sampai
waktu tertentu sesudah pembayaran akhir dibayarkan kepada penyedia jasa.
Kebiasaan ini disebut retensi. Secara umum, sejumlah pembayaran atas prestasi
b. Kepribadiaan
Pilih yang memiliki kepribadian yang dapat mengerti masalah anda
(yang mudah mendengarkan keluhan anda)
c. Harga
Pilih yang harganya pantas tapi profesional (bukan murahan). Hal ini
sama dengan memilih konsultan lain.
Jangan karena mau murah, membahayakan posisi anda.
d. Pemanfaatan Strategi
Pilih lawyer yang lebih muda tapi berkualifikasi dan sama
professional dengan yang senior sehingga dapat menghemat biaya.
(lawyer senior jasanya lebih tinggi)
e. Biaya
Biaya dapat banyak berkurang dengan membatasi hal-hal yang
sangat perlu saja seperti penggandaan dokumen-dokumen sendiri,
jangan bicara yang kurang perlu yang tak ada hubungannya dengan
masalah (telpon).
Sepakati biaya lawyer datang dan kembali ketempat anda tidak
ditagih. Selain itu pada waktu konsultasi jangan dihabiskan dengan
hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah.
(Gilbreath, 1992)
7.4.3 Jika perlu minta bantuan konsultan hukum, terutama bila dokumen
kontrak bahasa asing (Inggris)
7.4.5 Pelihara risalah rapat, instruksi-instruksi dalam satu arsip sehingga mudah
mencarinya kembali.
7.4.7 Jalin hubungan baik (dalam arti positif) antara APK pengguna jasa dan
penyedia jasa.
7.4.8 Petugas-petugas APK tidak boleh membuat kesepakatan dengan pihak lain
karena ini wewenang kepala proyek.
7.4.9 Antara organisasi lapangan dengan APK harus dijalin kesatuan pandangan.
Yakini bahwa formulir ini mencerminkan seluruh lingkup unjuk kerja penyedia
jasa bahwa yang diminta adalah evaluasi yang objektif dan setiap daerah yang
bermasalah telah dijelaskan dengan seksama.
Evaluasi lengkap tidak harus disampaikan kepada penyedia jasa tetapi harus
dipakai hanya untuk informasi pengguna jasa.
Untuk menjamin objektifitas penilaian (agar tidak timbul dugaan kkn) penilaian
ini sebaiknya melibatkan suatu lembaga resmi yang dibentuk pemerintah seperti
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) yang memang
ditugaskan Pemerintah antara lain untuk hal-hal seperti ini.
Memang benar penyedia jasa tersebut telah lulus prakualifikasi sebelumnya dan
memenangkan tender tetapi tidak jarang terjadi, kinerjanya setelah itu menurun.
Oleh karena itu pengguna jasa tetap perlu mengevaluasi penyedia jasa.
Bagi penyedia jasa sendiri sebetulnya hal ini juga penting agar dia selalu
waspada akan unjuk kerjanya sehingga selalu siap mengerjakan suatu proyek
dengan kinerja yang memuaskan pengguna jasa atau bahkan meningkatkannya.
Tampilan No. 33 adalah contoh formulir evaluasi penyedia jasa.
Hal lain yang juga penting adalah evaluasi terhadap kontrak konstruksi itu sendiri.
Apakah kontrak tersebut baik dalam arti dapat dipakai (applicable), tidak
bermakna ganda atau dapat ditafsirkan berbeda sehingga menimbulkan masalah
dan akhirnya menjadi sengketa.
Di Indonesia selama ini biasanya yang menyusun kontrak adalah pengguna jasa
sendiri. Jadi evaluasi ini dapat dikatakan sebagai koreksi untuk pengguna jasa
apakah kontrak ini bermasalah atau malah cacat hukum.
Sebagaimana telah diketahui bahwa: kontrak adalah suatu produk hukum yang
merupakan undang-undang bagi yang membuatnya (Kitab Undang-undang
Hukum Perdata - KUHPer Pasal 1338). Yang paling pandai membuat kontrak
tentunya adalah para ahli hukum (lawyer), tetapi harus selalu diingat bahwa yang
akan melaksanakan kontrak nantinya bukanlah ahli hukum tetapi para ahli
teknik yang mungkin saja kurang memahami hukum.
Oleh karena itu disarankan agar dalam menyusun kontrak konstruksi dibantu oleh
konsultan hukum yang mengerti hukum konstruksi.
Dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya beberapa hal penting yang perlu
dicatat adalah :
9.1 Suatu rangkaian kegiatan non teknis yang merupakan salah satu kegiatan dari
proyek dan seharusnya berjalan paralel dengan kemajuan fisik dilapangan,
dinamakan dengan suatu terminologi administrasi kontrak yang sering
diabaikan. (Gilbreath, 1992)
9.2 Administrasi kontrak adalah seluruh kegiatan non teknis dari suatu proyek yang
dimulai sejak kontrak ditanda tangani sampai kontrak berakhir (pekerjaan
selesai) atau putus ditengah jalan. (Gilbreath, 1992)
9.3 Administrasi kontrak merupakan bagian dari tahapan kontrak itu sendiri yang
terdiri dari : perencanaan kontrak, pembentukan (penyusunan kontrak),
administrasi kontrak dan pemantauan kontrak. (Gilbreath, 1992)
9.4 Administrasi kontrak dapat definisikan sebagai suatu istilah atau terminologi yang
menggambarkan penanganan secara komersial dari suatu kontrak konstruksi
dan merupakan bagian dari administrasi proyek konstruksi. (Gilbreath, 1992)
9.5 Administrasi kontrak bermaksud untuk menyelenggarakan seluruh aspek non
teknis dari suatu proyek. (Gilbreath, 1992)
9.6 Tujuan administrasi kontrak adalah agar proyek tersebut secara komersial berhasil
yang artinya hasil pekerjaan fisik secara teknis memuaskan pengguna jasa
sesuai spesifikasi teknis dan gambar rencana, dilain pihak penyedia jasa telah
menerima seluruh pembayaran yang menjadi haknya termasuk segala
kompensasi lain (bilamana ada). (Gilbreath, 1992).
9.7 Administrasi kontrak mengurangi/mencegah/menyelesaikan perselisihan dan
mengurangi klaim. (Gilbreath, 1992)
1. PENGANTAR
Para pelaku industri jasa konstruksi di Indonesia baik sebagai penyedia jasa
(kontraktor pelaksana/konsultan perencana/pengawas) maupun oengguna jasa
umumnya hingga saat ini jarang sekali atau sedikit sekali yang melibatkan peran serta
konsultan hukum dalam penyusunan kontrak konstruksi.
Mengapa ? Jawabannya mungkin ada 2 yaitu:
1.1 Tidak mengetahui/menyadari bahwa kontrak secara hukum harus benar dan tidak
mempunyai penafsiran yang berbeda antara para pihak dan hal ini memerlukan
jasa konsultan hukum untuk membuatnya.
1.2 Masih menggunakan filosofi orang Jawa Barat : Kumaha engkek (bagaimana
nanti). Pokoknya kontrak ditanda tangani dulu, nanti kalau ada masalah baru
cari Konsultan Hukum. Dalam setiap memberikan Seminar, Pelatihan atau
Kuliah Umum, selalu dianjurkan agar filosofi dibalik bukan Kumaha
engkek tapi Engkek Kumaha (nanti bagaimana?).
Jika anda terlibat dalam proyek konstruksi dalam kapasitas apapun-anda akan
memerlukan konsultasi dan keahlian seorang konsultan hukum.
Walaupun tidak praktis mengusulkan bahwa setiap Manager kontrak atau setiap
petugas yang terlibat dalam proses mempunyai lisensi/izin praktek sebagai lawyer
atau bahkan seorang dalam pelatihan hukum, semua harus mengetahui 3 hal : (1).
Kapan menggunakan jasa konsultan hukum; (2). Bagaimana memilih seorang
konsultan hukum dan (3). Kapan menggunakannya sekali anda telah menjatuhkan
pilihan.
Pertanyaan pertama dapat dijawab dengan segera : gunakan konsultan hukum sejak
semula, karena disanalah kesalahan dimulai. Seterusnya, keterlibatan seseorang ahli
hukum atau firma hukum sejak saat awal hingga penyelesaian proyek selalu
merupakan suatu hal positif.
Akan tetapi ada beberapa pos dalam urutan pengelolaan kontrak yang memerlukan
peninjauan khusus dari jasa konsultan hukum. Bab ini menerangkan resiko-resiko
tersebut, memberikan nasehat dalam memilih konsultan hukum dan memberikan
saran-saran terbaik dari keahliannya.
Untuk setiap aspek dalam kontrak, bukanlah pertanyaan jika anda harus memperoleh
keahlian hukum, tetapi bila menggunakannya dan bagaimana mendapatkan yang
terbaik dari ahli yang anda pakai (Gilbreath 1992).
Bagi para pelaku industri jasa konstruksi di Indonesia memilih konsultan hukum yang
tepat untuk keperluan kontrak konstruksi rasanya memang tidak mudah, karena hal-
hal berikut:
3.2 Belum banyak (sedikit sekali) kantor-kantor Firma Hukum di Indonesia yang
mampu menangani masalah-masalah jasa konstruksi karena umumnya mereka
tidak memiliki sarjana-sarjana teknik yang mengetahui kasus-kasus industri jasa
konstruksi.
3.3 Ada kekhawatiran bila menggunakan jasa konsultan hukum untuk keperluan
kontrak. Hal ini biasanya kurang disukai Pemerintah sebagai pengguna jasa.
Pemerintah/pengguna jasa beranggapan bahwa calon penyedia jasa yang
membawa lawyer/konsultan hukum beritikad kurang baik, seolah-olah mau
berperkara. Ini anggapan yang sangat keliru dan diharapkan dimasa mendatang
anggapan ini dapat dihilangkan.
Di dunia Barat atau bahkan di Singapura, para pengguna jasa menilai, sebuah
kontraktor yang baik adalah kontraktor yang melibatkan jasa konsultan hukum.
Ini adalah pengalaman mendampingi sebuah BUMN berunding mengenai
kontrak konstruksi dengan sebuah Perusahaan Singapura yang didampingi
lawyernya.
Mereka menilai suatu perusahaan yang didampingi penasehat hukum
menunjukan bonafiditas dari Perusahaan tersebut dan tidak dicurigai untuk
berbuat hal-hal yang negatif.
b) Kepribadian.
Mungkin anda akan mengakhiri perbincangan berjam-jam dengan lawyer/ahli
hukum anda dibawah situasi yang menegangkan dan dibawah keadaan yang
kurang menyenangkan.
Wawancara beberapa prospek yang cocok dan pilih seorang yang anda sukai.
Pastikan dia mengerti bahwa anda mengelola kontrak, dan dia menghormati
profesi anda atau tugas anda dan memahami ketegangan dan praktek-praktek yang
anda hadapi.
d) Penggunaan Siasat/Strategi.
Sekali Firma Hukum telah dipilih, arahkan permintaan-permintaan anda kepada
lawyer yang kurang mahal (bayarannya) yang cakap untuk menangani pekerjaan.
Untuk kebanyakan pelayanan jasa hukum, tagihan lawyer biasanya berdasarkan
jam-jaman (hourly basis) dan makin berpengalaman/makin professional seorang
lawyer biasanya tarifnya jauh lebih mahal, hatta untuk pekerjaan yang sama.
Jangan buat kesalahan dengan menetapkan sebuah palu besar bila palu kecil dapat
melaksanakan pekerjaan cari seorang lawyer yang kurang mahal dengan
kecakapan yang diperlukan. Jika anda tidak kenal dengan firma hukum tersebut,
ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Anda mungkin akan harus
tergantung pada lawyer lain bila ia melihat hal itu cocok. Tetapi sekali anda tahu
lawyer-lawyer dalam firma tersebut, cobalah untuk mengenali seorang yang cakap
dengan biaya lebih rendah. Ada beberapa tugas-tugas hukum yang memakan
waktu yang sama untuk dilakukan, tidak pandang tingkat pengalaman. Jika ini
dikerjakan dengan setengah dari harga seorang lawyer yang paling berpengalaman
e) Biaya/Ongkos.
Biaya-biaya dan tagihan dari firma hukum seringkali dapat dirundingkan dan
dapat menurunkan atau menaikan biaya anda tergantung dari cara bagaimana hal
tersebut di tangani.
Kebanyakan Firma Hukum menaikkan biaya dan menagih biaya langsung pada
kasus-kasus klien seperti telepon dan fotocopy.
Untuk memotong biaya-biaya ini pertimbangkan untuk menangani beberapa
pekerjaan diluar Kantor Pengacara dengan mengerjakan sendiri atau dengan
bantuan yang kurang mahal. Sebagai contoh mungkin pekerjaan-pekerjaan
fotocopy yang banyak (perkara litigasi) tuntutan biasanya sangat banyak fotocopy,
wawancara-wawancara, pencarian dokumen dan pekerjan sejenis.
Yakini anda memahami semua macam biaya yang sudah pasti dan mana yang
akan membengkak dan beberapa jumlahnya.
Beberapa hal lebih menyangkut dengan masalah hubungan antara klien dengan
Konsultan Hukum dari pada sengketa-sengketa atau masalah pengertian.
Sama halnya dengan semua bentuk-bentuk perkontrakan, gunakan kekuatan
berunding anda sebagai pembeli untuk mendapatkan biaya yang paling
menguntungkan. Mungkin anda dapat menyakinkan suatu Firma Hukum untuk
mengalihkan tarif jasa dan kebiasaannya pada pekerjaan anda. Sebagai contoh
mungkin anda dapat mencapai kesepakatan bahwa para lawyer tidak menagih
biaya perjalanan.
4.1 Gilbreath menulis peranan lawyer selama penyusunan kontrak sebagai berikut:
Penggambaran nasehat hukum yang kompeten selama penyusunan kontrak
adalah hal terbaik dalam industri konstruksi. Jarang sekali beberapa dollar
dibelanjakan untuk memperoleh nilai lebih.
Ingatlah Harga dari Kontrak yang anda susun bukanlah untuk membuat
bangunan atau jalan raya, atau membangun sesuatu yang lain. Kontrak tidak
membangun dan bangunan sendiri tidak membutuhkan kontrak.
Maksud kontrak adalah membuat dan menetapkan hak-hak dan kewajiban
hukum dari setiap pihak yang terlibat.
c. Bila membaca (Kontrak), tanya diri anda Apa saya mengerti ini ?.
Undang-undang mengandung bahasa kontrak yang mendua arti dan saling
bertentangan terhadap pihak yang mengusulkan atau yang mengajukan
kontrak.
Jangan pernah mengusulkan kontrak dengan bahasa dengan arti dua.
iv. Jika kontrak sangat jelas dan mudah dimengerti oleh siapapun,
kontrak tersebut mungkin menyelesaikan pekerjaan tetapi mungkin
tidak memberikan perlindungan dan pengawasan yang ingin anda
peroleh pada proyek besar dan komplek.
5. KESIMPULAN
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
5.2 Yang dapat menyusun kontrak konstruksi dengan benar secara hukum adalah
orang yang mengerti hukum secara umum yaitu para lawyer/konsultan hukum
dan yang mengerti mengenai hukum konstruksi secara khusus.
5.3 Perlu diingat bahwa walaupun kontrak konstruksi adalah dokumen/produk hukum
yang disusun oleh konsultan hukum, yang akan melaksanakan kontrak tersebut,
bukanlah orang-orang yang mengerti hukum tapi orang-orang teknik. Oleh
karena itu bahasa kontrak harus dibuat sejelas dan sesederhana mungkin agar
dimenegrti oleh orang-orang bukan ahli hukum namun tidak melanggar kaidah
atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.6 Anggapan kebanyakan orang bahwa keterlibatan konsultan hukum dalam industri
jasa konstruksi khususnya dalam pengelolaan kontrak konstruksi beritikad
kurang baik (ingin berperkara) kiranya sudah waktunya dihilangkan mengingat
negara-negara maju malah berkeyakinan banwa peran konsultan hukum disini
adalah suatu keharusan.
5.7 Mengingat sistim pendidikan kita yang berbeda dengan Dunia Barat (Amerika
Serikat) maka konsultan hukum yang dipilih haruslah konsultan hukum
profesional yang bekerja sama dengan ahli teknik yang profesional dan
berpengalaman dibidang industri konstruksi dan hukum konstruksi.
Daftar Pustaka :
1. Buku Managing Construction Contracts, 1992 oleh Robert D. Gilbreath
2. Buku Mengenal KONTRAK KONSTRUKSI di Indonesia oleh H. Nazarkhan Yasin, Ir
3. Buku ADMINISTRASI PROYEK KONSTRUKSI oleh H. Nazarkhan Yasin, Ir