DESKRIPSI
Merupakan mata kuliah teori sekaligus praktek. Dalam kuliah teori,
ditujukan kepada pemahaman konsep dasar tentang tari dan koreografi.
Meliputi pengertian tari menurut beberapa ahli, unsur-unsur tari, fungsi tari,
jenis tari dan bentuk penyajian tari, apresiasi seni, pengertian dan konsep-
konsep koreografi, sampai dengan konsep naskah tari (dance screept).
Sedangkan di dalam prakteknya, ditujukan kepada pembuatan koreografi
untuk anak usia sekolah dasar serta pembuatan naskah tari (dance screept).
A. TUJUAN :
b. Media komunikasi
Kesenian sebagai sebuah karya kreatif tentu akan dikomunikasikan
kepada orang lain. Sehingga mereka dapat mengetahui hal-hal tentang
kekaryaan tersebut yang ingin diinformasikan atau dikomunikasikan,
misalnya tentang latar belakang kekaryaan/penggarapan, proses
penggarapan, ide yang diungkapkan, upaya penyajiannya dan lain-lain.
Para penonton/penikmat/penghayat/apresiator bisa memperhatikan
segala hal yang ada sebagai muatan isi kekaryaan. Apabila terjadi respon
dari penonton, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi antara karya
seni yang disajikan dengan penonton.
c. Media bermain
Masa anak-anak nampaknya merupakan masa bermain yang paling
menonjol, karena hampir setiap anak-anak tak pernah berhenti dari kegiatan
bermain. Oleh karena itu kegiatan maupun bentuk kesenian untuk anak-anak
lebih tepat dengan pola-pola ataupun bentuk kesenian yang bernuansa
bermain.
Tak langsung
a. Media Pendidikan
Setiap karya seni pasti mempunyai aspek pendidikan, karena dalam
sebuah karya seni banyak mengandung aspek nilai yang hendak
diinformasikan kepada penonton. Transformasi nilai yang ada pada sebuah
karya seni dapat bermacam-macam sesuai dengan muatan yang ada,
melalui simbol pengungkapan yang dengan sengaja digarap oleh
penciptanya atau kreatornya dengan maksud dapat ditangkap oleh
penonton.
BAB II
Pengertian, unsur-unsur, fungsi, jenis dan
bentuk penyajian tari
1. Pengertian tari
a. Soedarsono :
Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak ritmis yang indah. Untuk
membuat gerak yang ritmis dan indah ini perlu adanya penggarapan.
Penggarapn tersebut bisa berupa stilisasi dan distorsi. Gerak yang sudah
melalui proses penggarapan berupa gerak murni (faktor indah) dan gerak
maknawi (mengandung maksud tertentu). Gerak maknawi dibagi lagi
menjadi gerak Imitatif( binatang & alam), gerak mimitif (manusia).
b. Suryodiningrat (dalam babad mekaring Joged jawi):
Gerak seluruh anggota badan serta diiringi dengan bunyi gamelan, ditata
berdasarkan irama gending yang sesuai dengan maksud ungkap tarian.
c. KRT Koesoemo Koesowo:
Tari adalah gerak indah seluruh anggota badan yang diiringi lagu berirama
dan mempunyai maksud menirukan suasana alam.
d. Secara umum:
Ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media gerak.
2. Unsur-unsur tari
a. Gerak
Gerak merupakan medium pokok dalam seni tari. Karena merupakan
media yang pertama-tama digunakan untuk alat ungkap dan ditangkap oleh
penonton. Agar gerak tersebut dapat mewakili maksud yang hendak
diungkapkan, maka perlu adanya penataan/penggarapan yang tepat. Melalui
penggarapan itulah, suatu gerakan akan mempunyai kualitas atau bobot
yang ditentukan sesuai dengan maksud penggarapannya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang kualitas atau bobot
tarian tersebut di atas, bahwa secara tehnis ditinjau dari tata gerak tari,
kualitas/bobot bisa terwujud karena adanya kemampuan memanfaatkan
unsur:
o Tenaga
Tenaga merupakan suatu kekuatan atau muatan stamina yang
dibangun dalam gerakan. Tanpa adanya pengaturan tenaga yang jelas, maka
gerak tari bagaikan sebuah benda yang bergerak melintas begitu saja.
Sekecil apapun penggunaan tenaga yang diperlukan dalam gerak tari, perlu
dipahami dan dapat disalurkan dalam tubuh. Karena dengan penggunaan
tenaga yang berbeda akan menghasilkan kesan dinamika yang berbeda
pula.
Misalnya saja untuk gerakan yang keras memerlukan tenaga yang
lebih banyak daripada gerakan yang lembut. Ada pula gerakan yang sangat
pelan tetapi memerlukan tenaga yang kuat, karena ingin menghadirkan
pengungkapan yang mencekam. Bagaimana awal tenaga tersebut harus
disalurkan dan pada saat kapan tenaga harus dilepas, seringkali menentukan
kesan sebuah gerak tari.
o Ruang
Adalah tempat di sekitar obyek bergerak. Atau dengan kata lain, ruang
adalah keseluruhan arena yang nampak di udara. Bagaimana bentuk gerak
tari dan bagaimana kedudukan penari dalam suatu panggung agar bisa
sesuai dengan gerakannya, juga merupakan masalah ruang.
Kesan ruang bisa hadir dari posisi gerak tubuh, volume gerak tubuh,
kedudukan/penempatan penari di atas panggung. Kesan ruang dalam tubuh
akan nampak dari posisi anggota badan dalam membentuk suatu gerakan.
Kemudian nampaklah kesan-kesan gerakan seperti berikut: luas-sempit,
kuat-lemah, jauh-dekat, diagonal, vertikal, melengkung, horizontal.
Kesan luas sempitnya gerakan bisa terjadi karena posisi kaki dan
tangan maupun pembentukan tubuh yang mengecil/merapat ataupun
membuka/melebar/meluas. Sebagai contoh misalnya: sikap kedua tangan
dan kaki yang terbuka menghadap ke depan dan berdiri di tengah panggung
akan lebih terkesan luas daripada melakukan sikap yang sama tetapi di
samping kiri atau kanan panggung.
Kesan diagonal ditempuh pada saat posisi gerakan ke arah diagonal,
ketika garis diagonal mengarah ke depan akan menimbulkan kesan dekat,
sebaliknya ketika garis diagonal mengarah ke belakang akan lebih
memberikan kesan jauh dari arah hadap penonton.
Kesan vertikal akan nampak pada saat penari melakukan gerakan
mengarah ke atas atau bawah, dari gerakan ini akan menimbulkan kesan
meninggi atau merendah. Sebagai contoh misalnya: kedua tangan merapat
lurus ke atas, kedua kaki merapat, kemudian melakukan gerakan ke atas
dengan cara meluruskan tubuh ke atas, kemudian merendah dengan cara
menekuk kedua lutut (jongkok).
Kesan horizontal bisa nampak saat posisi gerakan mengarah ke
samping kiri dan kanan. Misalnya: penari menghadap ke depan kemudian
bergerak ke arah kiri dan kanan dalam posisi tangan ndaplang (terlentang).
Kesan lengkung bisa nampak suatu gerakan dilakukan dengan
lengkungan-lengkungan di tempat maupun sambil melintas.
Pada gerakan-gerakan diagonal-vertikal maupun horizontal bisa
menimbulkan perspektif, misalnya kesan jauh-dekat, dalam-dangkal.
o Waktu
Perjalanan setiap gerak tari akan menghadirkan kesan tertentu.
Bagaimana gerak itu dibuat dan dilakukan untuk memperoleh kesan
tersebut, tergantung pada pola waktu atau penataan unsur waktu, yaitu
tentang penggarapan cepat-lambat maupun panjang-pendeknya suatu gerak
tari.
Banyak sedikitnya pola gerak tari yang tersusun dalam suatu komposisi
tari akan menentukan panjang pendeknya sebuah tari. Untuk itu berapa
lama sebuah tari dilakukan juga tergantung dari kebutuhan
penciptaan/penataan tari. Dengan demikian aspek waktu merupakan
permasalahan tentang panjang-pendeknya maupun cepat-lambatnya suatu
perjalanan gerak tari.
b. Iringan
Gerak dan musik merupakan suatu kesatuan dalam tari. Namun
demikian bukan berarti setiap gerakan atau tarian memerlukan musik
iringan yang jelas secara auditif, tetapi bisa berupa kesan musikal saja.
Kesan musik tersebut bisa dilihat/dirasakan pada unsur ritme atau irama.
Dari pemahaman irama tersebut terjalinlah nafas kehidupan, sehingga dapat
menghasilkan suasana tertentu dalam penghayatan.
Secara ringkas peranan (fungsi) musik iringan dalam tari dapat
dikategorikan sebagai berikut:
o Membantu menguatkan suasana dan adegan
o Memperjelas dinamika
o Menuntun rasa/perasaan/pengungkapan
o Memperjelas irama
o Harmonisasi
o Memperjelas daya emosional
o Memperjelas intensitas (tekanan) gerak
Ada beberapa elemen/ unsur musik yang perlu diketahui, antara lain:
o Unsur pokok:
- Bunyi
Merupakan sumber utama musik. Bunyi sebagai iringan tari terjadi karena
disengaja yaitu dengan cara memainkan alat musik, ataupun bunyi dari
kehidupan alam semesta.
- Irama
Irama terjadi karena mengalirnya ketukan dasar yang teratur mengikuti
beragamnya variasi gerak melodi. Pola irama pada musik memberikan
perasaan tertentu pada setiap insan yang mendengarkan, karena pada
hakekatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan. Contoh:
irama melayu, irama dangdut, irama keroncong, dsb.
- Melodi
Melodi dapat hadir karena susunan nada-nada dalam suatu lagu. Kesan
melodi sangat tergantung dari kesan yang hendak diungkapkan melalui
susunan nada tersebut. Bagaimana untuk menciptakan kesan sedih, kacau,
gembira, marah, agung adalah tergantung pada kemampuan menyusun
nada-nada.
- Birama
Adalah pengelompokan ketukan menjadi unit-unit hitungan, terutama dalam
hubungannya dengan kerangka waktu. Pengelompokan tersebut berkaitan
dengan eleman-elemen musik seperti melodi, harmoni, ritmik dsb.
- Harmoni
Merupakan kesesuaian dan keselarasan bunyi dari setiap instrumen dalam
permainan musik kelompok, yang tampil sebagai bentuk yang utuh, enak
didengar dan memenuhi syarat sebagai suatu karya musik.
- Tekstur
Merupakan jalinan atau alunan melodi yang terdiri dari berbagai suara dalam
sebuah karya musik. Berbagai suara yang dipadukan melalui pertimbangan-
pertimbangan keserasian nadanya dapat diibaratkan sebagai jarring-jaring
yang melatarbelakangi sebuah karya seni. Dalam jarring-jaring tersebut
tergambarkan berbagai kesan ataupun sebuah kehidupan yang ingin
diceritakan oleh penciptanya.
o Unsur pendukung
- Tempo
Adalah istilah untuk ukuran kecepatan, misalnya tempo cepat-lambat-
sedang. Tempo dibentuk dengan cara mengatur berat, yaitu ketukan dasar
dalam ukuran antara nada yang satu dengan nada yang lain.
- Dinamika
Dinamika dapat didefinisikan sebagai volume bunyi yang kuat/ lembut dan
perubahan yang berangsur-angsur dari kuat ke lemah dan sebaliknya.
Dinamika dan tempo sangat mendukung ekspresi musik, karena mampu
memberikan daya hidup pada performa (penampilan) musik dan lagu.
- Gaya
Merupakan suatu cara menyampaikan melodi atau lagu, tersambung dengan
halus atau terputus-putus, feminin atau sigrak, halus atau keras dsb. Setiap
penggarapan musik tentu mempunyai pendekatan karakteristik tersendiri
sesuai dengan latar belakang penggarapan dan hasil yang hendak dicapai.
- Kualitas nada/warna nada
Setiap sumber suara akan menghasilkan warna suara (timbre) sebagai
ukuran kualitas suara yang diharapkan. Disamping tergantung oleh jenis
sumber suara yang dipilih, kualitas nada ataupun warna suara juga sangat
tergantung dari jumlah sumber suara maupun alat musik dan cara
menggarapnya.
- Bentuk komposisi atau form.
Adalah bentuk komposisi sebagai suatu karya musik. Misalnya adanya
beberapa hal yang menyebabkan lagu tersebut terbagi dalam bagian-bagian
yang sama, hampir sama, atau berbeda sekali antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain.
c. Tema
Dalam suatu karya tari, tema merupakan salah satu unsur yang
menentukan. Agar karya tari dapat ditangkap oleh penonton, maka tema
perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum geraknya dieksplorasi. Karena
pengembangan ide penggarapan tetap perlu berpijak pada tema pokoknya.
d. Tata rias busana
Tata rias adalah segala upaya mengubah wajah dengan menggunakan
alat-alat tertentu sesuai dengan peran atau karakter yang ditentukan.
Berbagai upaya mengubah wajah tersebut antara lain dengan menggunakan
pewarna, goresan/coretan, dan lain sebagainya.
Tata busana adalah segala perlengkapan yang dikenakan pada
artis/penari saat ia memperagakan peran tertentu di atas pentas. Tata
busana dapat berupa pakaian yang berfungsi sebagai penutup (pelindung)
badan termasuk perhiasan (asesoris) ataupun tanda pengenal (atribut) yang
membedakan peran yang satu dengan yang lainnya, dan juga peralatan
untuk kelengkapan menari (property).
Untuk membuat tata busana perlu mempertimbangkan beberapa hal,
antara lain:
Bentuk atau model tata busana
Jenis bahan yang digunakan
Tata warna
e. Ruang pentas
Ruang pentas adalah keseluruhan arena yang nampak dengan
pembatasannya yang jelas terutama adanya lantai. Ruang pentas dapat
berupa:
Pentas arena: tempat pertunjukan berbentuk arena (melingkar) yang
tidak ada pemisahan yang jelas antara penonton dan pementas.
Panggung prosenium: panggung pertunjukan berbentuk prosenium yang
mempunyai batas yang jelas antara penonton dan pementas.
Panggung tapal kuda: panggung pertunjukan dimana tempat penonton
berbentuk tapal kuda.
2. Fungsi tari
Secara garis besar dari berbagai kegiatan dan kegunaannya, fungsi tari
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fungsi primer
o Tari sebagai media pengungkapan pengalaman jiwa kreator atau pencipta.
Kreator atau pencipta tergerak jiwanya untuk mengungkapkan
endapan pengalaman hidupnya yang telah dilalui. Segala hal yang ia ketahui
dan telah menyentuh jiwanya kemudian menjadi sebuah endapan
pengalaman hidup yang suatu saat diungkapkan ke dalam sebuah karya
seni. Karya seni merupakan media informasi yang dalam penggarapannya
mewujudkan symbol-simbol yang memuat kesan-kesan tertentu untuk
dihayati kemudian makna yang terkandung di daldmnya ditelaah
berdasarkan pemahaman maupun pengalamannya sendiri.
b. Fungsi sekunder
o Tari upacara
Artinya adalah tari itu ada (menjadi bagian) dalam rangkaian upacara
itu sendiri. Yang dimaksud dalam upacara di sini adalah upacara ritual yang
diselenggarakan oleh suatu daerah/lokal budaya tertentu dengan tujuan
vertikal antara makhluk di bumi dengan roh/kekuatan dahsyat di atasnya,
yang diyakini sebagai penguasa daerah tersebut.
Tari upacara pada umumnya bersifat sakral dan magis. Banyak tarian
yang tergolong sebagai tari upacara tersebut saat ini masih dijumpai di desa-
desa yang masih tetap mempertahankan tradisinya dalam bentuk upacara
desa. Seringkali digunakan dalam rangkaian upacara adat suatu desa atau
keluarga, meskipun unsur tarinya cenderung sebagai pelengkap.
Tarian upacara mempunyai tujuan khusus, misalnya untuk kesuburan,
menghalau penyakit, kematian, perkawinan, potong gigi, bersih
desa/sedekah bumi, potong rambut yang pertama/kethok kuncung, turun
tanah, kehamilan dan lain-lain.
Pada mulanya tarian upacara bersifat kolektif, tata gerak tariannya
yang tidak merupakan hal utama menyebabkan adanya aspek kekuatan jiwa
yang dominan. Kekuatan jiwa tersebut lebih dapat mempengaruhi kehidupan
manusia itu sendiri ataupun hal-hal di luar diri manusia. Kehendak jiwanya
dinyatakan dalam bentuk gerak tari. Mereka percaya bahwa dengan
bergerak atau menari, apa yang jadi kehendak jiwanya akan tercapai.
o Tari hiburan
Tari hiburan dikenal pula dengan istilah social dance, lebih
mengutamakan kegembiraannya. Oleh karena itu segi hiburan lebih menjadi
tujuan utama daripada segi tehnik dan estetisnya.
Tari dalam kelompok ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pihak lain yang membutuhkan, misalnya pihak
pribadi/personal ataupun instansi yang butuh tari sebagai media rekreasi
ataupun resepsi, atau pihak sponsor yang membutuhkan tari sebagai media
promosi, bahkan pihak-pihak tertentu yang membutuhkan tari sebagai media
kampanye bagi kemajuan kelompoknya.
o Tari pertunjukan
Tari pertunjukan adalah sebuah tari yang ditata menjadi sebuah
pertunjukan yang dapat ditonton lebih menarik apik. Oleh karenanya
berbagai aspek pemanggungan hingga penyelenggaraannya ditelaah
berdasarkan pendekatan yang lebih mengacu pada proporsinya masing-
masing, misalnya ada yang khusus menangani tentang
kekaryaan/penggarapannya, ada yang menangani masalah produksinya, ada
yang menangani masalah penyelenggaraannya, ada yang menangani
masalah pendanaannya dan sebagainya.
Tari dengan tujuan seni murni diselenggarakan untuk dikonsumsi oleh
para seniman dalam konteks apresiasi, pengamatan, dan atau penelitian.
Untuk fungsi ini seluruh partisipasi (dana, fasilitas, waktu juga
tenaga/personal), dikonsentrasikan pada nilai seni itu sendiri secara utuh.
o Tari pendidikan
Tari pendidikan meliputi hal-hal berikut: pewarisan nilai-nilai seni
maupun proses pembelajaran dan apresiasi tari yang makin terasa
kekurangannya.
Tari pendidikan (educational dance) adalah tari sebagai sarana atau
media pendidikan. Pencetus tari pendidikan adalah Rudolf Laban. Tari
pendidikan dikenal juga dengan istilah exspressive dance dan creative
dance. Hal ini dikarenakan bentuk tarian ini menekankan pada ekspresi diri
peserta didik dan menekankan pada metode kreatif (khususnya proses
kreatif). Metode ini sering juga disebut dengan metode creative movement,
yaitu suatu model pembelajaran tari yang menekankan kepada kebebasan
gerak pribadi yang menggunakan gerak yang universal ( gerak keseharian
seperti berjalan, berguling, berlari dan sebagainya), dalam aktivitas belajar
menari dirumah/keluarga, kelompok bermain, sekolah dan sebagainya.
Metode dan model pembelajaran tari ini secara luas dapat juga digunakan
untuk anak, remaja dan orang dewasa (Ulmann dalam Laban, 1976:29).
Ekpresi tersebut bersumber dari kehidupan nyata di sekitar diri
peserta didik. Dengan demikian, tari dengan materi dasar gerak, merupakan
salah satu kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan sehari-
hari. Melalui stimulasi pancainderanya peserta didik belajar memahami
semua kejadian di sekitar dirinya dan belajar mengekspresikannya melalui
gerak tubuhnya baik dengan proses imitasi tidak langsung maupun melalui
proses eksplorasi, maupun elaborasi, kemudian menyusunnya menjadi
sebuah karya tari. Hal ini sesuai dengan cara pandang dan aplikasi teori
konstruktivisme, dimana peserta didik diberi kesempatan untuk membangun
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajarnya (Soeparno, 1997:
46-47).
4. Jenis-jenis tari
A. Berdasarkan Pola Garapan / Konsep / Orientasi harapan
a. Tari tradisional: yaitu suatu tarian yang telah mengalami perjalanan
sejarah yang cukup lama, sudah memiliki kemapanan bentuk, teknik,
kualitas maupun rasa tari. Dibagi menjadi:
o Tari tradisi keraton / tari klasik
Tari yang dibuat atau ditata di keraton. Pada awal perkembangannya tari ini
hanya dipertunjukkan atau dipentaskan dihadapan raja atau tamu-tamu
kerajaan. Tetapi kemudian sekarang sebagian berkembang sehingga dapat
dilihat oleh masyarakat kebanyakan. Tarian jenis ini telah mencapai
kristalisasi artistic yang cukup tinggi.
o Tari tradisi kerakyatan
Tari yang sejak awal perkembangannya adalah di lingkungan masyarakat di
luar keraton atau kalangan rakyat.
b. Tari kreasi/modern/kontemporer: adalah suatu bentuk penataan baru
karya tari yang diungkapkan dan dikembangkan secara bebas, baik masih
berpijak pada materi lama (tradisional) maupun yang sama sekali lepas atau
tidak terikat oleh tatanan-tatanan yang sudah ada. Terdiri dari:
o Berpola tradisi
o Berpola nontradisi
B. Menurut Bentuk Koreografi / Jumlah Pendukung
a. Tarian tunggal: yaitu bentuk tari yang disajikan oleh seorang penari.
b. Tarian kelompok: suatu tari yang dilakukan olah lebih dari seorang penari.
Jenis tari ini bisa dibedakan menjadi:
Tari berpasangan
yaitu bentuk tari yang dilakukan secara berpasangan, dan satu dengan yang
lainnya saling berkaitan atau saling merespon.
Tari berkelompok/group/rampak
Tari massal: yaitu jenis tari yang dilakukan oleh banyak penari.
C. Berdasarkan Bentuk
a. Representasional
Yaitu bentuk tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas atau bersumber
dari kehidupan sehari-hari
b. Nonrepresentasional
Yaitu bentuk tari yang hanya menekankan pada keindahan gerak semata.
D. Berdasarkan Tema
Tema adalah kandungan isi ungkapan koreografi yang sesuai dengan
konsep garapannya. Tema yang biasanya diangkat di dalam karya tari adalah
Ketuhanan, Kemanusiaan, Alam dan Binatang. Ada juga tentang erotik
(percintaan & kebirahian), heroik (kepahlawanan), pantomimik (peniruan),
komikal (komedi). Berdasarkan tema, jenis tari dibedakan menjadi:
a. Literer
Bentuk tari yang menyampaikan pesan berupa: cerita, pengalaman pribadi,
interpretasi karya sastra, dongeng, cerita rakyat, sejarah dan sebagainya.
b. Nonliterer
Bentuk tari yang semata-mata diolah berdasarkan penjelajahan dan
penggarapan unsur-unsurnya. Penggarapannya meliputi: penjelajahan gerak,
interpretasi (tafsiran) musik, eksplorasi permainan suara, permainan cahaya,
atau unsur-unsur estetis lainnya.
BAB III
Apresiasi seni
A. Pengertian apresiasi
Apresiasi seni adalah suatu usaha memahami secara menyeluruh
terhadap isi atau maksud suatu karya seni diciptakan. Atau dengan kata lain,
apresiasi seni adalah suatu usaha untuk menangkap maksud-maksud yang
terkandung dalam suatu karya seni, atau usaha menggali/mencari nilai-nilai
yang terkandung dalam suatu karya seni.
Keberhasilan apresiasi ditentukan oleh adanya komunikasi antara
maksud/karsa seniman, dengan penghayat, pengamat, atau penikmat seni
melalui media ekspresi yang disebut karya seni. Atau dengan kata lain,
apresiasi dikatakan berhasil apabila suatu karya seni komunikatif terhadap
maksud dari pihak seniman penciptanya dan pihak apresiator/pengamat
atau penikmatnya. Untuk itu diperlukan keterlatihan proses penikmatan
karya seni, agar komunikasi hayatan antara kreator/seniman dan
penonton/penikmat dapat terjalin secara harmonis. Maka setiap insan
berbudaya dalam menghargai karya seni karya seni perlu dibentuk sejak
sedini mungkin dengan harapan dapat segera memacu pertumbuhan
apresiasi seni di kalangan masyarakat Indonesia secara umum.
Untuk membuktikan adanya komunikasi adalah dengan pernyataan atau
komentar yang disampaikan secara lisan maupun tertulis oleh
apresiator/pengamat, atau penikmatnya. Adapun pernyataan yang bersifat
apresiatif akan beragam sesuai dengan sudut pandang seninya masing-
masing.
B. Manfaat apresiasi
Manfaat dari apresiasi seni adalah karena adanya kebutuhan, baik pihak
seniman pencipta maupun pihak penikmat/pengamat atau penghayat.
Seniman butuh apresiator untuk mengkomunikasikan maksud, tujuan,
misi/pesan keindahan dalam jiwa seniman penciptanya yang dituangkan
dalam karya seni itu. Sedangkan apresiator membutuhkan karya seni untuk
dikonsumsi/diapresiasi karena mereka juga butuh memahami, memperoleh
kekayaan jiwa, memperoleh nilai-nilai tertentu untuk kemudian keinginan
menyatakan, mengomentari, menghargai atau sekedar menunjukkan
kepedulian atau ketertarikan bahkan kepuasan tertentu dari karya seni
tersebut. Semua kebutuhan tadi adalah kebutuhan jiwa sebagai pemerkaya
daya-rasa dalam jiwanya.
2. Usia transisi
Usia transisi dalam belajar menari pada umumnya jatuh pada saat
anak berusia 7 hingga 9 tahun. Pada saat ini anak tidak lagi main-main
dalam belajar menari. Mereka sudah mulai bertanggungjawab dan bisa lebih
berdisiplin atau tertib dalam berlatih atau belajar. Kemampuan anak pada
usia inipun sudah setingkat di atas anak usia bermain, sudah dapat
menghafal dan sudah mulai peka terhadap musik iringan tari.
Oleh karena itu syarat materi tari untuk anak usia transisi ini sudah
boleh mengabaikan kesederhanaan, tetapi syarat praktis dan dinamis masih
harus diperhatikan, dan muncul satu syarat lagi yaitu ritmis. Artinya materi
tari sudah dituntut adanya permainan ritme atau tehnik ritmika tertentu,
baik ritmik gerak maupun ritme irama musik pengiring tarinya.
3. Usia belajar
Anak berusia 10 hingga 12 tahun masuk ke dalam kelompok usia
belajar. Pada kelompok ini anak-anak sudah mampu menghafal, sudah peka
terhadap iringan tari, juga sudah dapat membentuk diri/tubuhnya dengan
sadar (dapat merasakan dan menjiwai) tentang keindahan gerak yang
dibawakannya.
Dengan kemampuan mereka ini, syarat materi tarinya haruslah
ditambahkan syarat estetis, yaitu syarat materi tari dengan tehnik
keindahannya. Syarat ini ditambahkan setelah syarat praktis, dinamis, dan
ritmis telah terpenuhi.
Dengan ditambahkannya syarat estetis pada materi tari bagi kelompok
usia belajar ini maka kebutuhan akan ekspresi anak dapat terpenuhi karena
dilayani dalam latihan yang merangsang pertumbuhan kemampuan
ekspresinya.
Untuk selanjutnya, hanya akan dibahas pembelajaran menari pada
usia bermain saja.
b. Media
Guru juga dapat mempersiapkan media belajar yang dipergunakan untuk
menarik perhatian anak ke arah/sasaran tema yang diharapkan oleh tujuan
belajar.
c. Metode
Artinya guru perlu memakai metode yang beraneka secara serasi,
proporsional dan dapat mendukung proses belajar yang menyenangkan.
d. Fasilitas
Guru harus bisa memfasilitasi ataupun menjadi fasilitator bagi pembelajaran
tari, bukan sebaliknya guru malah menuntut sarana/prasarana yang tidak
mungkin dikabulkan oleh pihak sekolah.
e. Organisasi pembelajaran
Untuk mengatasi kemungkinan tempat, waktu, dan tenaga yang terbatas,
dengan jumlah anak yang cukup besar, maka guru perlu mengorganisasi
pembelajaran menari.
f. Fleksibel
Sebaiknya guru dapat mengelola kelas menari secara fleksibel, yang
dimaksud adalah bahwa guru tidak perlu terlalu mencermati pelaksanaan
kegiatan belajar secara mutlak pada satuan acara atau skenario
pembelajaran hingga tampak kaku, tetapi fleksibel saja, apabila ada
kemungkinan munculnya improvisasi belajar, atau kondisi-kondisi mendadak
yang lain, maka acara dapat disesuaikan sebagaimana mestinya, asalkan
anak-anak tidak merasa terpaksa atau terkejut.
c. Demonstrasi menarik
Guru harus bisa demonstrasi memperagakan materi belajar menari saat
proses pembelajaran berlangsung secara total dan ekspresif, tidak
terhambat oleh perasaan tertentu.
d. Penguatan
Memberikan pujian penyemangat secara adil dan progresif untuk memotivasi
anak.
4. Beberapa kemungkinan kondisi anak dalam belajar menari
BAB V
Pemilihan materi belajar menari berdasarkan 3 kelompok tujuan.
2. Latihan Imajinasi
Maksudnya adalah anak-anak diajak berimajinasi atau membayangkan
berbagai perilaku binatang, berbagai permainan, suasana alam dan
sebagainya. Ini berarti bahwa kegiatan menari dapat merangsang juga daya
pikir dan fantasi anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sal Murgiyanto
bahwa tari harus mampu merangsang pengembangan imajinasi dan
memberikan kebebasan bagi anak-anak untuk menemukan sesuatu
(Murgiyanto, 1993).
3. Latihan Mental
Dalam pembelajaran tari untuk tujuan pembinaan harian ini anak-anak
dilatih mental dan spiritualnya. Bagaimana mereka belajar tertib melakukan
urutan gerakan yang sudah disepakati, belajar bergerak bersama-sama
temannya, belajar menari dengan berekspresi (tersenyum, bersedih, dsb),
dan semuanya dilakukan dengan sadar dan senang hati. Dari latihan-latihan
dapat kita lihat adanya pembelajaran sikap bertanggungjawab, disiplin, dan
rasa seni yang terpancar dari jiwa anak-anak.
4. Pemupukan Minat dan Bakat (Kemampuan)
Dengan adanya latihan tari ini, kita dapat mengukur tingkat respon
anak, sensifitas anak hingga minat anak. Biasanya dapat kita lihat pada raut
muka, tatap mata dan perilaku anak saat latihan ini berlangsung. Akan tetapi
penelitian ini akan memerlukan waktu tertentu karena ekspresi anak bersifat
temporal, tak menentu, tergantung pada kondisi emosionalnya.
C. Tujuan Kompetisi/Evaluasi
Maksudnya adalah pemilihan materi pembelajaran tari dilakukan
dengan pertimbangan nilai-nilai tertentu mengingat adanya persaingan dari
kelompok-kelompok yang lain.
Kualitas kelompok hanya akan terbangun oleh adanya dukungan
anak-anak yang aktif, kuat, dalam kualitas gerak, pribadinya tegar, disiplin,
berpikir cepat, berkemampuan fisik maupun psikis (bakat), serta berpotensi
ekspresif maupun improvisatif.
Materi yang dipilih adalah materi yang memungkinkan adanya semua
dukungan agar tidak terjadi tekanan pada anak.
Ada tiga bentuk penyajian lomba-lomba kesenian jasmani yang perlu
diketahui perbedaannya:
1. Lomba tari
Unsur penilaiannya diutamakan pada gerak dan koreografinya.
2. Lomba Senam Irama
Unsur penilaiannya adalah unsur olahraga dan seni, dan mencakup tiga
bagian: pemanasan, inti dan pendinginan. Gerak utamanya adalah gerakan
olah raga (melatih kekuatan otot-otot tubuh) dengan diberi sedikit sentuhan
estetika.
3. Lomba Gerak dan Lagu
Unsur penilaiannya adalah pada gerak dan lagu yang dilakukan oleh anak.
Wujud kegiatannya adalah menyanyi sambil menari. Gerak biasanya bukan
merupakan presentasi dari lagu, sehingga gerak tidak dibuat dengan beban
estetis yang terlalu tinggi yang akan mengganggu kualitas suara anak
tersebut.
BAB VI
Konsep-konsep Koreograf
Gimnastik
Ski
Pemandu sorak
Marching band
Opera
Dan banyak aktivitas lain yang melibatkan aksi pergerakan manusia juga
memanfaatkan koreografi.
Dalam menata tari, sangat banyak istilah yang perlu diketahui.
Diantaranya yang sering kita dengar adalah:
A. Eksplorasi
Proses pencarian, termasuk berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon.
Di dalam koreografi, proses eksplorasi biasanya digunakan untuk menyebut
kegiatan pencarian gerak.
B. Improvisasi
Ditandai dengan adanya spontanitas. Gerakan yang dihasilkan mengalir
begitu saja terjadi dengan mudah, dan setiap gerakan baru dapat
menimbulkan gerakan lain yang dapat memperluas dan mengembangkan
pengalaman. Gerakan yang dihasilkan dari improvisasi biasanya tidak dapat
diulang kembali.
C. Komposisi
Proses pemilihan, pengintegrasian, serta penyatuan dari gerak-gerak yang
telah dihasilkan menjadi sebuah bentuk. Kesatuan yang terbentuk ini disebut
tari.
D. Koreografi Lingkungan
Hakekat seni sesungguhnya adalah memanusiakan manusia. Koreografi
sebagai salah satu bidang seni, tentunya tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan manusia. Artinya adalah, proses penciptaan tari harus
dikembalikan kepada fungsinya bagi manusita itu sendiri. Sebuah karya
koreografi adalah sebuah produk ciptaan manusia yang digunakan untuk
berinteraksi baik dalam hubungannya dengan Tuhannya, dengan alam
sekitar, dan manusia lainnya. Jadi sebuah keprihatinan apabila sebuah karya
koreografi hanya berfungsi sebagai tontonan semata dan mengabaikan
hakekatnya seperti yang kita dapati dalam berbagai pertunjukan.
Berdasarkan uraian di atas, muncul sebuah konsep baru di dalam
penciptaan seni pertunjukan. Konsep baru ini disebut dengan koreografi
lingkungan. Koreografi lingkungan adalah proses penciptaan tari yang
menitikberatkan pada kepedulian terhadap lingkungan, hasil akhirnya adalah
sebuah karya seni yang dapat kita jadikan berisi nilai-nilai tentang
lingkungan yang dapat kita jadikan renungan dan penyadaran.
Konsep ini dikemukakan pertama kali oleh Prof. Sardono W. Kusumo,
salah satu maestro tari Indonesia, yang karya-karyanya diakui oleh dunia.
Dan sekarang konsep ini banyak dipelajari, dipakai dan dikembangkan oleh
beberapa Perguruan Tinggi Seni di Indonesia.
Materi yang diangkat menjadi tema pada koreografi lingkungan ini bisa
keindahan alam sebagai pendukung dari nilai estetis karya koreografinya,
ada yang berupa keprihatinan terhadap masalah-masalah dan kerusakan
yang terjadi di lingkungan, ada juga yang menitikberatkan pada nilai historis
dari sebuah tempat, atau juga ada yang berangkat dari adat turun-temurun
di suatu tempat.
Salah satu contoh bentuk koreografi lingkungan adalah Hutan Plastik
karya Sardono W. Kusumo. Karya ini mengangkat isu tentang penggundulan
hutan sekaligus juga isu tentang serbuan barang-barang yang terbuat dari
plastic di sekitar kita. Plastic adalah barang yang tidak bias didaur ulang oleh
alam. Sehingga melalui karya ini koreografer mengajak kita untuk berpikir,
membayangkan hutan yang gundul yang kemudian digantikan oleh
tumpukan plastik.
Karya lainnya adalah Tatto Totem Parangtritis oleh Bernadhetta
Kinting Sri hanjati. Koreografi ini mengangkat keindahan alam pantai
Parangtritis untuk mengangkat estetika tat arias dan busana juga body
painting yang disajikan. Dipentaskan tanggal 27 & 28 Juni 2004 di pantai
Parangtritis.
Contoh yang lain adalah Asmaradana Sendang Kasihan oleh Hendro
Martono. Dipentaskan pada Sabtu (11/12) dan Minggu (12/12) pukul 19.30
WIB. Sendang kasihan adalah sebuah sumber mata air di Yogyakarta yang
kini setiap harinya digunakan untuk mandi, mencuci, dan berenang bagi
masyarakat sekitarnya. Latar belakang legenda sejarah sendang Kasihan
merupakan awal gagasan menyusun koreografi ini. Sehingga pertunjukannya
adalah rekonstruksi Sekar Pembayun pada waktu melakukan tapa kungkum
di sendang Kasihan ini, lalu bersalin rupa menjadi penari ledhek (tayub).
Gagasan tersebut berkembang dan berinteraksi dengan keruangan dan
ketubuhan yang telah ditawarkan oleh sendang Kasihan. Melalui pendekatan
koreografi lingkungan yang memanfaatkan unsur-unsur alam sebagai
penopang aspek estetitis. Diharapkan terjadi simbiosis mutualisme antara
sendang dengan koreografinya.
Selain contoh di atas, masih banyak contoh-contoh karya dengan
konsep koreografi lingkungan. Singkatnya, dengan menciptakan karya-karya
koreografi lingkungan, maka kita akan melakukan sesuatu yang berguna bagi
diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan kita
BAB VII
Naskah Tari (dance srreept)
A. Halaman Judul
B. Moto dan Persembahan
C. Kata Pengantar
D. Daftar Isi
E. BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
F. Proses Garap
a. Proses Pencarian Ide
b. Ide Garap
c. Alasan Pemilihan Judul
G. Bentuk Sajian
a. Tema
b. Sinopsis
c. Skenario
d. Deskripsi Gerak dan Pola Lantai
e. Iringan Tari
f. Rias Busana
g. Properti dan Seting
F. Penutup
BAB VIII
Praktek menyusun koreograf bagi anak usia dini
DAFTAR PUSTAKA
Hawkins, alma M. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati ( Moving From Within: A New
method for Dance Making). Terjemahan I Wayan Dibia. Jakarta: Ford
Foundation dan MSPI.
Humpry, Doris. 1977. Seni Menata Tari. Terjemahan sal Murgiyanto. Jakarta: Dewan
Kesenian Jakarta.
Meri, La. 1975. Komposisi Tari, Elemen-elemen Dasar. Terjemahan Soedarsono.
Yogyakarta: ASTI.
Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di indonesia.
Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Rusliana, Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari. Bandung: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Setyowati, Sri S. Pd., M. Pd. 2007. Pendididkan Seni Tari dan Koreografi untuk anak
TK. Surabaya: Unesa University Press.
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terjemahan Ben Suharto, S. St. Yogyakarta: Ikalasti.
Wibisono, Tri Broto dkk. 2001. Pendidikan Seni Tari. Surabaya: Depdikbud Prop.
Jatim.