Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN LENGKAP PRATIKUM

BIOKIMIA (P)

( Uji Pembentukan Emulsi )

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : NURHILALIYAH

NIM : 153145453144

ANGKATAN / KELAS : 2015 / 15D

SEMESTER : GENAP

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

2016

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : NURHILALIYAH

NIM : 15-3145-453-144
ANGKATAN / KELAS : 2015 / 15-D

KELOMPOK/ GELOMBANG : Dua

REKAN KERJA :

1. Linda rospita keraba


2. Lady dayana
3. Ida laelah

PENILAIAN :

Makassar . 9 JUNI 2016

Disetujui oleh :

Pratikan Dosen Penanggung Jawab

( Nurhilaliyah ) (Nurmala sari. S.Si. M.Si)

A. Judul Percobaan : Uji pembentukan Emulsi.


B. Tujuan : Untuk mengetahui pembentukan emulsi yang

terdapat pada sampel


C. Prinsip percobaan :

Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam


cairan lain dimana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi
yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan
emulsifier dapat berupa protein, gom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja
emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat,
baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di
sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan
diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan
bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Daya kerja emulsifer terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat, bauk pada minyak maupun air. Emulsifer akan membentuk
lapisan disekitar minyak sebagai akibat penurunan tegangan permukaan dan
diadsorpsi melapisi butir- butir minyak sehingga mengurangi kemungkinan
bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
D. Landasn Teori.
sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang mengandung
paling sedikit dua fase Emulsi adalah suatu cair yang tidak bercampur, dimana
satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Sistem
dibuat stabil dengan dengan adanya suatu zat pengemulsi.Diameter partikel
dari fase terdispersi umumnya berkisar dari 0,1 m, walaupun partikel
terkecil 0,01 m dan sebesar 100m bukan tidak biasa dalam beberapa sediaan
(Martin, A. 1990).
Tipe emulsi, salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama
bersifat polar (sebagai contoh : air ), sedangkan lainnya relatif nonpolar
( sebagai contoh : minyak ). Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola
ke seluruh fase kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi
minyak dalam air (o/w). Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu,
emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o). Emulsi obat
untuk pemberian oral biasanya dari tipe o/w dan membutuhkan penggunaan
suatu zat pengemulsi o/w. Zat pengemulsi tipe ini termasuk zat sintetik yang
aktif pada permukaan dan bersifat nonionik, akasia, (gom), tragacanth, dan
gelatin. Tetapi tidak semua emulsi yang dipergunakan termasuk tipe o/w.
Makanan tertentu seperti mentega dan beberapa saus salad merupakan emulsi
tipe w/o (Lachman, L. 1994).
Molekul memiliki daya tarik-menarik antara molekul yang sejenis
yang di sebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik-menarik
antara molekul-molekul yang tidak sejenis, yang disebut daya adesi. Daya
kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.
Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan Tegangan
permukaan. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya terjadinya
perbedaan tegangan budan batab 2 cairan yang tidak dapat
bercampur( immiscisble liquid). Tegangan yang terjadi antar dua cairan
tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial tension). Semakin tinggi
perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan semakin sulitnya
kedua zat tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun. Dalam teori ini dikatan bahwa peambahan emulgator akan
menurunkan, menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur (Tungadi, R. 2014).

E. Metode percobaan.
1. Alat Dan Bahan.
a. Alat- alat.
- Tabung reaksi.
- Pipet ukur.
- Rak tabung reaksi.
b. Bahan- bahan.
- Minyak eklapa
- Larutan Na2Co3 0,5 %
- Larutan sabun.
- Larutan protein
- Air
2. Prosedur kerja.
a. Disiapakan empat tabung reaksi yang bersih dan kering.
- Tabung 1: diisi 2 mL air dan 2 tetes minyak
kelapa.
- Tabung 2: diisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa
dan 2 tetes Na2CO3 0,5%.
- Tabung 3: diisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa
dan 2 tetes larutan sabun.
- Tabung 4: diisi 2 mL larutan protein 2% dan 2
teets minyak kelapa.
b. Setiap tabung dikocok dengan kuat, lalu biarka
beberapa saat.
c. Diamati pembentukan emulsi yang terjadi.

F. Hasil Percobaan.

No Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4


1 Air suling 2 ml 2 ml 2 ml -
2 Minyakkelapa 2 tetes 2 tetes 2 tetes
G.
3 Na2CO3 5 % - 2 tetes - -
4 Larutansabun - - 2 tetes -
5 Larutan protein - - - 2 ml
Pembahasan.

Adapun tujuan dari pratikum ini ialah untuk mengetahui


pembentukan emulsi yang terjadi terdapat pada tiap- tiap sampel.

Pada percobaan uji pembentukan emulsi, tabung


pertama diisi dengan 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa.
Setelah dikocok dan didiamkan beberapa saat, terbentuk
emulsi tidak stabil. Pada tabung kedua diisi dengan 2 ml air, 2
tetes minyak kelapa dan 2 tetes Na2CO3, Pada saat dikocok
larutan ini terlihat keruh dan menghasilkan busa. Hal ini di
sebabkan karena asam lemak yang bebas bereaksi dengan
soda membentuk sabun dan sabun merupakan emulsifier.
Dalam hal ini terbentuk emulsi stabil ( +2 ). Pada tabung
ketiga, diisi dengan 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, dan 2
tetes larutan sabun. Antara minyak dan larutan sabun
membentuk emulsi lebih stabil dari larutan yang kedua. Lalu
pada tabung empat diisi dengan 2 tetes minyak kelapa dan 2
ml larutan protein. Antara minyak dan larutan protein terjadi
emulsi yang stabil ( + 4 ).

Tipe emulsi, salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama
bersifat polar (sebagai contoh : air ), sedangkan lainnya relatif nonpolar
( sebagai contoh : minyak ).

H. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dilaboratorium, Dari


keempat tabung yang yang diamati, terdapat dua tabung yang terjadi
pembentukan emulsi yaitu pada tabung 4 dan tabung 2 yaitu tabung berisi
Na2Co3 dan larutan protein. Dimana tabung 4 ( +4 ) > dari tabung 2 ( +2 )
pembentukan emulsinya. sedangkan pada tabung 1 dan 3 yaitu tabung yang
berisi minyak kelapa dan larutan sabun tidak terjadi pengemulsian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Edisi Ketiga Jilid I. UI Press : Jakarta


2. Lachman, L. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI-Press,

Jakarta
3. Tungadi, R. 2014)., Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai