Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton kuat terhadap tekan tapi lemah dengan tarik. Oleh karena itu, perlu
tulangan untuk menahan gaya tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada
beton. Adanya tulangan ini sering kali digunakan untuk memperkuat daerah tekan
pada penampang balok. Tulangan baja tersebut perlu untuk beban-beban berat dalam
hal untuk mengurangi lendutan jangka panjang. Beton tersebut dibagi dengan sistem-
sistem struktur beton, yaitu slab, balok, kolom, dinding, dan fondasi.
Struktur beton harus cukup mampu menerima kondisi beban kerja dalam
kaitan agar memperoleh kekuatan cadangan yang diperlukan untuk menahan beban
batas.

1.2 Rumusan Masalah

a. Definisi Struktur Beton Bertulang

b. Kelemahan dan Kelebihan Beton Bertulang sebagai suatu bahan Struktur

c. Balok beton bertulang

d. Studi kasus kerusakan balok akibat kesalahan dalam perencanaan dan


pelaksanaan.

1.3 Tujuan Penulisan

Diharapkan agar mahasiswa dapat untuk :

a. Menjelaskan definisi struktur beton bertulang

b. Menjelaskan kelemahan dan kelebihan beton bertulang pada suatu bahan


struktur

c. Mengetahui apa itu balok beton bertulang

d. contoh kasus dari kesalahan perencanaan dan pelaksanaan pada kerusakan


balok.

1
e. Menuntaskan tugas dari dosen yang bersangkutan.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah mengumpulkan
beberapa sumber dari internet dan buku.

1.5 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini bagi mahasiswa :
a. Mengetahui apa itu beton bertulang
b. Menyebutkan kelemahan dan kelebihannya dalam struktur
c. Mengetahui contoh studi kasus dari kerusakan beton.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan

Pendahuluan adalah sebagai awal dari BAB I ini, didalamnya ada latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Pembahasan

Pembahasan adalah inti dari isi sebuah makalah ini mengenai struktur beton
bertulang, desain kolom, dan contoh kasus kerusakan beton bertulang.

BAB III Penutup

Penutup adalah akhir dari sebuah makalah ini. Didalam penutup ada
kesimpulan dan saran untuk malah ini.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka sebagai informasi dimana penulis mengambil sumber.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Struktur Beton Bertulang
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan
yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan tersebut.
Konstruksi beton bertulang adalah salah satu dari beberapa jenis material
konstruksi yang paling banyak digunakan disamping material baja dan kayu. Beton
bertulang adalah merupakan gabungan 2 bahan yang berbeda yaitu beton dan baja
tulangan. Beton adalah merupakan material / bahan yang mempunyai kuat tekan yang
tinggi dan kuat tarik yang rendah. Sedangkan baja tulangan mempunyai kuat tarik
yang tinggi sehingga batang tulangan yang ditanamkan pada beton akan memberikan
kuat tarik yang diperlukan didalam beton bertulang. Sebagai gambaran fungsi beton
dan tulangan baja diperlihatkan pada gambar 1.1.1 yaitu balok sederhana di atas dua
tumpuan.

Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang
tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika
dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap
beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang
langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan
mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik.

3
Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami
tekan, beton disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah
tulangan mengalami tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa kombinasi dari
kedua bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru yang memiliki sifat-sifat
yang lebih baik dibanding sifat-sifat dari masing-masih bahan tersebut sebelum
digabungkan. Berikut kita akan paparkan sesuatu yang berhubungan dengan bahan
bangunan beton dan tulangan baja.
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau
semen hidrolik lainnya), pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air dan
dengan atau tanpa bahan tambahan. Kekuatan tekan beton yang digunakan untuk
perencanaan ditentukan berdasarkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari.
Meskipun sekarang kita dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan lebih 100
MPa, kekuatan tekan beton yang umum digunakan dalam perencanaan berkisar antara
20 40 MPa. Seperti diterangkan sebelumnya, beton mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah, hanya berkisar antara
8% sampai 15% dari kekuatan tekannya. Untuk mengatasi kelemahan dari bahan
beton inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan menambahkan baja
tulangan untuk memperkuat terutama bagian beton yang mengalami tarik.
Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja
tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya dapat
digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

2.2 Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang sebagai suatu Bahan


Struktur
a. Kelebihan
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting.
Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua
struktur, besar maupun kecil bangunan, jembatan, perkerasan jalan,
bendungan, dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi
lembah (viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya.

4
Sukses besar beton sebagai bahan konstruksi yang universal cukup mudah
dipahami jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang dimilikinya.
Kelebihan tersebut antara lain:
1. beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kebanyakan bahan lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api
dan air, bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan
yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran
dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan
ketebalan penutup beton yangmemadai sebagai pelindung tulangan
hanya mengalami kerusakan padapermukaannya saja tanpa
mengalami keruntuhan.
3. Struktur beton bertulang sangat kokoh
4. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang
tinggi.
5. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang
sangat panjang. Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton
bertulang dapat digunakan sampai kapan pun tanpa kehilangan
kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari
kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan
berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah
dalam hitungan tahun, karena lamanya proses pemadatan pasta
semen.
6. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis
untuk pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan,
dan bangunan-bangunan semacam itu.
7. Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan
kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
8. Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal
yang murah (pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan
sedikit semen dan tulangan baja, yang mungkin saja harus
didatangkan daridaerah lain.

5
9. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi
betonbertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain
seperti struktur baja.
b. Kelemahan
1. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga
memerlukan penggunaan tulangan tarik.
2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton
tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Selain itu,
penopang atau penyangga sementara mungkin diperlukan untuk
menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya
pada atap, dinding, dan struktur-struktur sejenis, sampai bagian-
bagian beton ini cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri.
Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya bekisting
berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari total biaya suatu
struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas
bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur
beton bertulang, hal utama yang harus dilakukan adalah
mengurangi biaya bekisting.
3. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan
beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada
struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton
yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
4. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-
campuran dan pengadukannya. Selain itu, penuangan dan
perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti seperti yang
dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja
dan kayu.

2.3 Sifat-sifat Beton Bertulang


Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat
penting sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat
beton bertulang antara lain:
a. Kuat Tekan

6
Kuat tekan beton (fc) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari
dengan tingkat pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder
beton ini biasanya ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan
temperatur tetap dan kelembapan 100%. Meskipun ada beton yang
memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa,
kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa hingga 48
Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20
Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa
dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada
lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan
sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-
perusahaan pembuat beton siap-campur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian
sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara
pembebanannya. Di banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah
kubus berisi 200 mm. untuk beton-beton uji yang sama, pengujian
terhadap silinder-silinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan
yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh dari pengujian
beton uji kubus. Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton
35 Mpa tanpa perlu melakukan penambahan buruh dan semen dalam
jumlah yang berlebihan. Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk
mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah 15% sampai 20%.
Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35 atau 40 Mpa
diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian penuh
kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan.
Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relatife lebih besar.
Kurva tegangan-regangan pada gambar dibelakang menampilkan hasil
yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standar
berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.

7
b. Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan
karakteristik dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada
beberapa defenisi mengenai modulus elastisitas :
1) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada
titik asal dari kurva.
2) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis
singgung) pada kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva,
misalnya pada 50% dari kekuatan maksimum beton.
3) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke
suatu titik pada kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50%
dari kekuatan tekan maksimumnya disebut Modulus sekan.
4) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau
modulus jangka panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan
regangan yang diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.
c. Modulus elastisitas dinamis
Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik.
Nilainya biasanya lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas
statis dan kira-kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas
dinamis ini biasanya dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa
atau tumbukan.
d. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam
arah lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal
ini disebut sebagai Perbandingan Poisson(Poissons ratio). Nilainya
bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton
mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan
langsung antara nilai perbandingan ini dengan nilai-nilai, seperti
perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat, dan
sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari

8
perbandingan poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari
perbandingan harus diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain
bendungan busur, terowongan, dan struktur-struktur statis tak tentu
lainnya.
e. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya.
Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton
dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar
bila beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak
menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini
tidak terjadi bila balok menerima beban Meskipun biasanya diabaikan
dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan sifat penting yang
mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak yang terjadi. Selain
itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah
lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit usaha yang
dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton. Namun,
berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai modulus
elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.)
f. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-
betul murni tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit.
Akibatnya, pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu
menghasilkan nilai-nilai leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5 dari
kuat tekan maksimumnya.
g. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada
struktur beton.
2.4 Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton dapat bervariasi tergantung dari perbandingan campuran
antara semen, agregat kasar, agregat halus, dan air serta berbagai jenis campuran

9
(admixtures) dan juga lama serta kualitas perawatan. Faktor lain semen merupakan
factor utama didalam menentukan kekuatan beton. Seperti terlihat pada gambar
1.4.4.1. terlihat bahwa semakin rendah factor air semen (campuran semakin kental),
semakin tinggi kekuatan beton tetapi sulit pengerjaannya. Sedangkan semakin tinggi
factor air semen (campuran semakin encer) semakin mudah pengerjaannya sedangkan
kekuatan beton akan menurun. Sehingga diperlukan sejumlah perbandingan air-
semen tertentu untuk memberikan aksi kimiawi didalam pengerasan beton sehingga
mudah pengerjaannya tetapi tidak menurunkan kekuatannya.

Salah satu ukuran yang dipakai dalam pengerjaan beton adalah dengan
percobaan slump, yaitu suatu cetakan logam yang berbentuk krucut terpacung dengan
tinggi 300 mm diisi dengan beton segar. Kemudian cetakan diangkat dan pengukuran
dilakukan dari merosotnya ketinggian puncak beton segar setelah cetakan diangkat ke
kedudukan semula. Sebelum diangkat, semakin kecil nilai slumnya maka adonan
beton makin kental dan sulit pengerjaannya. Di dalam pelaksanaan konstruksi, nilai
slump yang dianjurkan adalah 75 mm sampai 100 mm. penggetaran dan pemberian

10
seperplastisizer adalah cara-cara yang dipakai untuk mengatasi adonan beton yang
kental sehingga meningkatkan kemudahan dalam pengerjaan.

Kuat tekan beton fc ditentukan dari tes benda uji berbentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada pembebanan tertentu pada umur 28 hari
yang disebut dengan kekuatan karakteristik beton. Kuat karakteristik beton inilah
yang dipakai sebagai standart kekuatan beton dan dipakai pedoman dalam
perencanaan beton bertulang. Kuat tekan beton fc dapat juga dilakukan dengan
menggunakan benda uji berupa kubus ukuran standart 150 m x 150 mm. Untuk beton
normal, maka kekuatan benda uji silinder (150 x 300) adalah sekitar 80 % kekuatan
benda uji kubus (150 m x 150 m).

2.5 Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban
vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang
diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya.
Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Balok merupakan
bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul beban
tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu
perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu
struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar.
Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban tributary dari
pelat / slab ke kolom. Pada umumnya elemen balok dicor secara monolit dengan pelat
/ slab, dan secara structural diberi tulangan didaerah bawah, atau dibagian bawah dan
atas dari penampang. Karena balok dicor secara monolit engan pelat maka
penampang tersebut membentuk penampang balok T (untuk lajur tengah) dan
penampang balok L untuk tepi. Balok T dan Balok L dipakai dalam perencanaan
beton pada kondisi dimana bagian pelat mengalami tegangan tekan dan bagian bawah
balok mengalami tegangan tariff (umumnya pada daerah lapangan). Sedangkan pada
daerah tumpuan yang pada umumnya bagian pelat / slab mengalami tegangan tarik
(pada daerah tumpuan), perencanaan balok menggunakan penampang persegi.

11
1 12
Penentuan dimensi balok berdasarkan pengalaman dapat diambil sebesar sampai

1 15 12
dengan dari bentang balok, sedangkan lebar balok dapat diambil sebesar

23
sampai dengan dari tinggi balok tergantung dari besarnya beban yang bekerja
diatasnya.

2.6 Desain Balok Beton Sesuai SNI 03-2847-2002

2.6.1 Prosedur
1. Hitung , sesuai SNI-Beton, pasal 10.2.7.3. adalah rasio tinggi blok
tegangan tekan ekivalen terhadap tinggi tegangan tekan aktual . Persamaan
seperti berikut :

2. Tentukan ukuran penampang. Ini pake metoda trial-error. Sebenarnya SNI


Beton sudah ngasih petunjuk tentang ukuran balok. Di pasal 9.5 ada tabel
tinggi minimum balok terhadap panjang bentang.
Jika telah diketahui, kita dapat memperkirakan tinggi balok yang akan
didesain, biasanya dengan menambahkan 100 sampai 200 mm dari .
Sementara lebar balok , normalnya dapat diambil sekitar0.4 0.6 .

3. Setelah itu tentukan nilai , yaitu . SNI


juga sudah mengatur tebal selimut beton minimum (pasal 7.7). Tujuan dari
selimut beton adalah melindungi tulangan dari serangan korosi akibat uap
air yang dapat masuk melalui celah-celah beton yang retak. Untuk daerah
ekstrim, misalnya daerah dekat laut yang kadar garam uap airnya tinggi, tebal
selimut beton harus ditambah.

12
4. Hitung , dengan persamaan :

adalah jarak antara resultan gaya tarik pada tulangan tarik dengan

resultan gaya tekan pada beton. Seharusnya, , tapi kita


belum bisa menghitung nilai , sehingga untuk perkiraan awal , dianggap
kira-kira sama dengan . Nilai ini nanti akan dikoreksi jika telah
diketahui.
5. Berikutnya, hitung luas tulangan perlu:

,
dan juga luas tulangan minimum yang disyaratkan oleh SNI-Beton:

Jangan lupa konsistensi penggunaan unit/satuan. Nilai untuk kuat lentur


balok adalah 0.8.

6. Tentukan diameter dan jumlah tulangan yang memenuhi kedua kondisi di atas
(no #5). Dan.. hitung yang baru. Misalnya, tulangan

4D16,

7. Jika ternyata tulangan yang dibutuhkan lebih dari satu lapis, perlu dikoreksi
nilai yang baru. Jika tulangannya lebih dari satu lapis, posisi resultan gaya
tariknya akan berubah.

a lapis

8. Hitung nilai :

13
Catatan : 0.85 pada persamaan di atas bukan nilai , juga bukan . 0.85 itu
adalah mmm.. reduksi kuat tekan beton aktual terhadap kuat tekan beton
silinder. Jadi, jika dikatakan beton mutu tekan fc 30 MPa, maka beton itu
akan mulai hancur pada tekanan 0.8530 = 25.5 MPa. Angka juga
digunakan pada perhitungan desain kolom beton (terhadap beban aksial
tekan).

9. Cek nilai yang baru, dan cek juga sesuai baru tersebut.

Jika tulangan yang kita pilih sebelumnya sudah memenuhi yang baru,
berarti tulangannya cukup.

10. Hitung rasio tulangan dan rasio tulangan kondisi balance :

SNI membatasi tulangan maksimum . Namun, dalam


pelaksanaannya biasanya diambil sekitar 0.4 0.5 . Hal ini biasanya
menyangkut masalah segi ekonomis dan kepraktisan pelaksaaan di lapangan.

11. adalah rasio luas tulangan tarik terhadap luas penampang beton di mana
batas keruntuhannya adalah beton hancur pada saat tulangan mulai leleh
(mencapai ). Gampangnya gini, pada saat memikul momen lentur, ada
bagian beton yang mengalami tekan, sementara tegangan tarik dipikul oleh
tulangan baja, sehingga ada tiga skenario keruntuhan yang bisa terjadi :
1) beton hancur, tulangan belum leleh,
2) beton hancur bersamaan dengan tulangan mulai leleh,

14
3) tulangan leleh (dan mungkin putus) sebelum beton hancur.
Kondisi 1) disebut over-reinforced (kebanyakan tulangan), kondisi 2) adalah
kondisi seimbang, dan kondisi 3) adalah under-reinforced (kekurangan
tulangan).

12. Terakhir, cek lagi kekuatan lentur penampang berdasarkan dimensi dan
tulangan yang sudah diperoleh.

2.8 Faktor-Faktor Kerusakan Pada Beton Bertulang


1. Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat
menimbulkan keretakan kita harus melihat proses dari awal pembuatan
beton bertulang tersebut. Pada saat awal pembuatan beton bertulang
dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir, air,
semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan
mengalami pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini
disebabkan air yang terkandung pada campuran beton akan mengalam
penguapan sebagian yang mengurangi volume beton bertulang
tersebut. Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami
pengerasan dan akibat dari volume beton berkurang yang akan
menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut dibiarkan
untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan
mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak
ada beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok
atau kolom pada bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan
bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton bertulang
bekerja menahan beban-beban pada bangunan.
Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan
volume kemudian terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat
dihindari.

15
2. Suhu tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan
pada beton bertulang. Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton
saat mengalami perkerasan. Karena pada saat campuran beton
bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari
air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu
campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras sering
timbul retak-retak pada permukaan beton.
3. Korosi Korosi pada tulangan Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan
yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri, beton diberi tulangan
pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan
dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton
disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-bagian yang sangat
kecil sehingga retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila
tulangan yang dipakai pada saat pembuatan beton sudah meengalami
korosi, tulangan tersebut itu pun akan menyebabkan retakan pada saat
beton mengeras.
4. Proses pembuatan yang kurang baik Banyak sekali penyebab retak
yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh proses pembuatan
yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami
perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya
perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak
berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat
beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.
5. Material yang kurang baik. Banyak sekali terjadi keretakan pada
struktur beton bertulang diakibatkan karena material penyusunnya
yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan
adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur
dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi
terlepas. Sehingga ketika beton mengering maka retakan-retakan akan
mudah sekali terjadi.

16
6. Cara penulangan Sering sekali saya menemukan struktur beton
bertulang dibuat dengan cara yang kurang tepat. Hal yang paling
umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton
terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari
baja tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok
dan plat), deformasi akibat lendutan, serta gaya geser. Jika tebal
selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari
permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada
didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau
kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2
cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung
permukaan beton tersebut.

2.9 Contoh Kasus Kerusakan Balok Beton dan Penanggulangannya


Mengambil contoh kasus retakan struktur di top slab yang pernah terjadi di
salah satu konstruksi bangunan Instrument Technical Room (ITR) 52 di proyek
Qatar Gas 2 Onshore, saya ingin berbagi cerita tentang metodologi penanganan
kejadian tersebut. ITR adalah salah satu bangunan yang sangat penting dalam
beroperasinya suatu kilang/Plant. Karena dari dalam gedung ini operator bekerja
mengendalikan peralatan-peralatan kilang dan didalam gedung juga terdapat
peralatan instrument yang sangat mahal, sensitif terhadap temperature, dan rentan
terhadap air tentunya. Sehingga, tidak ada toleransi terhadap kebocoran air dari
manapun.
Retakan struktur ditemukan ketika diadakan inspeksi permukaan beton
sebelum pekerjaan pelapisan tahan air (waterproofing job) dillaksanakan. Sebaran
retakan banyak terjadi di jalur pertemuan antara balok utama/main girder dengan
plat/slab beton. Bentuknya memanjang seiring dengan letak main girder, lebar retakan
bervariasi dengan minimum lebar 2 mm dan kedalaman berkisar 30 40 mm.
Investigasi awal menyebutkan, retakan terjadi karena turunnya posisi slab didaerah
tengah bentang berawal dari perancah scaffolding yang mengalami penurunan akibat
beban dari beton dan beban ikutan sementara seperti pekerja dan peralatan. Sehingga

17
terjadi tarik berlebihan dan belum waktunya di joint main girder dengan slab. Dan
berujung pada keretakan didaerah tersebut. Untuk memastikan sebaran retakan yang
mungkin juga terjadi didalam lapisan beton slab, dilakukan pemeriksaan ultra
sonografi. Hasil pemeriksaan memperlihatan ada bagian-bagian didalam slab yang
mengalami kekosongan (void) yang diduga berkaitan dengan kejadian ini.

Setelah melewati berbagai diskusi dan pertimbangan teknis, dipilih metode


penanganan berupa injeksi low viscosity epoxy resin kedalam slab. Tim kerja
memilih material Nitofill EPLV/Conbextra EP 10 untuk diinjeksi kedalam beton,
sedangkan untuk penutup akhir/sealer digunakan Nitomortar FC. Tidak ada maksud
untuk mempromosikan material tersebut diatas, namun hanya berdasarkan
pertimbangan unjuk kerja material disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tenggat
waktu yang harus dipenuhi.

Berikut adalah langkah-langkah injeksi retakan dan penutupan retakan permukaan


dalam Method Statement no MS-846-467 Rev B yang disetujui Tim untuk
dilaksanakan:

I. Scope: This method statement is applicable fro cracks Injection in the Roof Slab of
ITR-52

II. Criteria: Cracks Width more than 0.15 mm should be injected by Nitofill
EPLV/Conbextra EP 10 Low Viscosity Epoxy Resin. These are type of material low
viscosity epoxy injection resin system for injecting into cracks in concrete or masonry
to form a permanent strong bond. Cracks should be identified and marked off based
on agreed used cracks maps.

III. Surface Preparation

1. Grind clean an area of about 5 cm wide along the cracks and close the Cracks
with two components, solvent free epoxy putty Nitomortar FC/Nitomortar FC (B) in
a band with of 3 4 cm.
2. All sealer coats of Nitomortar FC/Nitomortar FC (B) to be cured continuous
and properly for 8 hours at maximum temperature 35 C.

18
IV. Injection

1. Drill 14 mm holes at an angle on either side of the cracks. The holes to be


drilled at a staggered interval of 200-300 mm (depending upon the width and depth of
the crack) as a stitch format. At an angle to reach the joint at approximately the center
of the structure.
2. Blow/vacuum clean the holes to remove loose material out. Remained loose
material may cause an obstruction the flow of the repair fluid.
3. Fix metal screw packers into the drilled holes. These screw packers are
tightened into the holes to withstand pressure and also to a tool on non return action.
Since these packers are fitted with non return valves and it helps to build up pressure
within the structure and keep it up. The nipples will be fixed at one by one step before
injection. Alternatively, a flat aluminium/plastic packer can also be fixed along the
cracks using epoxy Nitomortar FC putty.
4. Inject a two components, solvent free, low viscosity epoxy resin Nitofill
EPLV/Conbextra EP 10 by means using an electric injection machine through the
packers into the cracks. Injection pressure shall be a minimum of 20 bars.
5. All injection works shall be carried out in the presence of Consultants
representative.
6. After the resin has cured sufficiently (minimum 24 hours continuously),
remove the packers and rectify the holes with modified repair mortar inside case of
screw packers.

Selanjutnya dilakukan pengamatan lapangan selama 1 minggu berturut-turut dan


tidak ditemukan munculnya retakan baru di area yang diperbaiki. Pengujian ultra
sono grafi dilakukan kembali untuk memastikan tidak ada void yang tertinggal.
Perlu diingat dan ditekankan bahwa pemakaian kompresor yang menghasillan
tekanan minimum (20 bars) yang disyaratkan pada waktu penginjeksian adalah
mutlak. Dengan tekanan tersebut, memaksa material epoxy resin berjalan dan
memenuhi sela-sela retakan dan void didalam beton. Bagaimana mengetahui tanda-
tanda semua celah dan retakan telah terisi resin? Secara visual, karena tekanan

19
kompresor, epoxy resin akan muncul ke permukaan sekitar, hkususnya dari retakan-
retakan yang tidak kasat mata bahkan hingga menyebar diradius yang cukup jauh.
Retakan-retakan yang sangat kecil ini biasanya tidak terdeteksi oleh mata kita pada
waktu pemeriksaan awal lapangan. Setelah tinggal dan mengisi semua celah dan
retakan, selanjutnya epoxy resin ini akan bersenyawa dengan kondisi sekitar dan
menghasilkan ikatan yang kuat. Bahkan lebih kuat dari kuat tekan karakteristik beton
9sebagai rumah induk) itu sendiri. Epoxy resin ini memiliki kekuatan tekan
(compressive strength) 93 N/mm2, kuat tarik (tensile strength) 26 N/mm2 serta kuat
lentur (flexural strength) 63 N/mm2. Semuanya pada suhu operasi 35 C.
Selanjutnya,di area permukaan slab beton tersebut aman dilaksanakan pekerjaan
berikutnya yaitu roof waterproofing, tanpa ada kekhawatiran kebocoran yang
bersumber dari struktur beton itu sendiri.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Beton bertulang adalah suatu
bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya
pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya
merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja,
serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang
lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai
kuat tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan

20
beton tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat
bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya
kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-
Regangan.
3.2 Saran
Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan
mampu mamahami dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah ini
terdapat materi yang bertentangan dengan materi sebenarnya agar memberikan
koreksi untuk memperbaiki penyusunan makalah yang sangat sederhana ini

21

Anda mungkin juga menyukai