SEMESTER V - 2017
I. PREFORMULASI
I.1. Nama Zat Aktif : Tetracycline Hydrocholide
II. FORMULASI
R/ Tetrasiklin Hidroklorida 300mg
Vaselin album 10 %
Vitamin E 5 mg
Methylparaben 0,15 %
Propilparaben 0,15 %
Paraffin Liquidum ad 10 g
III. PERHITUNGAN
3.1. Perhitungan bahan untuk 1 tube
Tetrasiklin Hidroksida= 300 mg = 0,3gram
10
Vaselin = 100 x 10 gram = 1 g
0,15
Metylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram
0,15
Propylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram
Vitamin E = 5 mg x 10gram = 50 mg
Paraffin Liquidum = 10 ( 0,3+1+0,015+0,015+0,05 )
= 10 1,38
= 8,62 gram
0,15
Metylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram
0,15
Propylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram
Vitamin E = 5 mg x 10gram = 50 mg
Paraffin Liquidum
IV.PROSEDUR PEMBUATAN
1. Disiapkan alat-alat yang diperlukan, disterilkan alat-alat yang akan
dignakan.
2. Ditimbang Tetrasiklin Hidroksida dan zat tambahan sesuai dengan
yang dibutuhkan dan dilakukan pada kondisi steril.
3. Dilebur vaselin album dan paraffin liquid dalam penangas air pada
suhu 75o C.
4. Setelah dilebur ditambahkan methyl paraben, propil paraben,
kemudian diaduk homogen.
5. Kemudian ditambahkan vitamin E diaduk homogen.
6. Terakhir ditambahkan Tetrasiklin Hidroksida lalu diaduk homogen.
7. Dimasukan kedalam tube.
8. Dikemas.
B. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi zat aktif
2. Penetapan kadar zat aktif
C. Evaluasi Biologi
Uji penetapan potensi antibiotic. Pengukuran potensi beberapa
zat antibiotic yang dipakai secara topical.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 891 899 )
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : DEPKES RI.
LAMPIRAN
Kemasan
Brosur
Nama : Magdalena Cindi C. S.
NPM : A 141 034
Dosis : 13,9%
I. Preformulasi
BM : 236,6
1.3.1 Ceteareth 20
Stabilitas : Stabil
Stabilitas : Stabil
1.3.3 Dimethicone
Stabilitas : Stabil
1.3.5 Methylparaben
Rumus Kimia :-
Stabilitas : Stabil
Pemerian : Padat.
Kegunaan dalam formula : Emulsifying agent (0,5 10%).
Stabilitas : Stabil
1.3.8 Phenoxyethanol
Stabilitas : Stabil
1.3.9 Propylparaben
Stabilitas : Stabil
II. Formulasi
Ceteareth 20 8,25%
Dimetichone 10%
Glyceryl Stearate 4%
Methylparaben 0,2%
Phenoxyethanol 0,5%
Propylparaben 0,2%
Stearyl Alkohol 3%
Aquadest ad 15 gram
III. Perhitungan
13,9
1. Eflornithine Hydrochloride 100 x 15 = 2,085 x 1000 = 2085
g
8,25
2. Ceteareth 20 100 x 15 = 1,237 x 1000 = 1237 g
10
3. Cetearyl Alkohol 100 x 15 = 1,5 x 1000 = 1500
g
10
4. Dimetichone 100 x 15 = 1,5 x 1000 = 1500
g
4
5. Glyceryl Stearate 100 x 15 = 0,6 x 1000 = 600 g
0,2
6. Methylparaben 100 x 15 = 0,03 x 1000 = 30 g
10
7. Mineral Oil 100 x 15 = 1,5 x 1000 = 1500
g
6
8. PEG 100 Stearate 100 x 15 = 0,9 x 1000 = 900 g
0,5
9. Phenoxyethanol 100 x 15 = 0,075 x 1000 = 75 g
0,2
10. Propylparaben 100 x 15 = 0,03 x 1000 = 30 g
3
11. Stearyl Alkohol 100 x 15 = 0,45 x 1000 = 450 g
IV. Pembuatan
V. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
bentuk, warna, dan tekstur sediaan.
2. Viskositas
Diuji dengan viskometer Brookfield, dimasukkan sediaan ke dalam
gelas beaker, lalu spindle dimasukkan kedalam krim sampai
menyentuh wadah. Kemudian alat viskometer dinyalakan dan
diamati pada viskometer berapa skala yang ditunjuk. Hasil
pengukuran viskositas dicatat dan dilakukan uji setiap 1 minggu
sekali selama 2 bulan.
3. Homogenitas
Dioleskan pada kaca arloji atau bahan transparan lain, harus
menunjukkan susunan yang homogen.
4. pH
Diukur dengan pH meter dan dicatat hasil yang tertera pada alat pH
meter.
Kemasan
Brosur
Zat aktif : Dimethikon dan Zinc oxide
Bentuk Sediaan : Salep
Dosis :21
I. PREFORMULASI
Struktur :
Struktur : ZnO
Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
asam encer. (FI. Ed IV hal 835)
Struktur :
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam eter (FI.
Vol I hall 856)
Ph : 4-8
2. Propilparaben
Struktur :
Kelarutan :sangat sukar larut dalam air, sukar dalam air mendidih;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter ( FI. Ed hall
1072).
Ph : 4-8
3. Propilen Glikol
Struktur :
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis
tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.
Dimetikon 0,01gr
Propilparaben 0,3%
Propilenglikol 10 %
Strearyl alcohol 3 gr
Vaselin Album 4 gr
Aquadest 1,82
III. PERHITUNGAN
0,2
x 200 gram=0,4 gram x 10=4 gram
3. Metil paraben = 100
0,3
x 200 gram=0,6 gram x 10=6 gram
4. Propil paraben = 100
1
x 200 gram=2 gram x 10=20 gram
5. sodium laurel sulfat = 100
10
x 200 gram=20 gram x 10=2000
6. propilenglikol = 100
V. Evaluasi sediaan
2. PH (15 gram)
I PREFORMULASI
1 Nama zat aktif : Sulfathiazole
Struktur : C9H9N3O2S2
Pemerian : Serbuk/Kristal, putih sampai kuning, tidak berbau.
Kelarutan : Bentuk serbuk sangat sedikit larut dalam air, sedikit
larut dalam etanol, larut dalam mineral encer dan alkali-OH
encer. Sediaan Kristal praktis tidak larut dalam air, sedikit
larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam metilenklorida,
larut dalam alkali-OH encer.
Titik leleh : 200oC 203oC, dapat mencair pada suhu 175oC, lama
kelamaan akan memadat kembali.
Sediaan yang beredar dipasaran : Argosulfan Krim dan Sultrin Krim.
Dosis Penggunaan : 20mg, karena pada dosis tersebut memiliki
antimikroba, sering dipakai untuk pengobatan awal luka
seperti pada lesi purulent, tropik ulseratif, terbakar,
mengurangi gejala nyeri, mencegah infeksi luka.
Alasan pemilihan bentuk sediaan : Bila kita melihat pada khasiatnya
yaitu sebagai antimikroba ataupun untuk pencegahan pada
infeksi akan lebih efektif bila zat aktif langsung dikenakan
pada target pengobatan. Selain dapat mengurangi rasa dingin
dapat mencegah infeksi maupun suprainfeksi, berbeda
dengan penggunaan secara oral dimana obat atau zat aktif
harus mengalami terlebih dahulu proses farmakokinetik
(ADME)
2 Aspek Farmakologi
Garam perak sulfathiazole memiliki kelarutan ringan, membuat
konsentrasi komponen zat aktif utama pada permukaan dukungan dari luka di
optimal, tingkat yang diinginkan obat tidak memiliki efek toksik karena
resorpsi minimal. Sebagian kecil dari garam perak memiliki sirkulasi
sistemik dan kemudian asetat sistem hati, Semakin besar wilayah penerapan
krim, penyerapan lebih tinggi dari sulfatiazole.
3 Zat Tambahan
1 Vaselin Flavum
Warna : Putih atau kekuningan
Rasa : Hampir tidak berasa
Bau : Tidak Berbau
Penampilan : Massa berminyak
Khasiat : Zat tambahan, basis cream
Kelarutan (mg/ml)
Umum
- Kelarutan dalam air : Tidak larut
- Kelarutan dalam etanol : Sukar larut
- Kelarutan dalam benzen : Mudah larut
- Kelarutan dalam kloroform : Mudah larut
(Handbook of Excipients 6th edition hal. 331)
2 Propilenglikol
Warna : Jernih
Rasa : Sedikit pedas
Bau : Praktis tidak berbau
Penampilan : Cairan kental
Kasiat : Humektan
Kelarutan (mg/ml) :
Umum
- Kelarutan dalam air : Larut
- Kelarutan dalam aseton : Larut
- Kelarutan dalam eter : Larut
- Kelarutan dalam gliseron : Larut
- Kelarutan dalam Kloroform : Larut
- Kelarutan dalam minyak zaitun : Tidak larut
Titik lebur : 188 0C
Bobot jenis :
- Sebenarnya : 1,038 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipient ed VI hal 407)
3 Asam Stearat
Rumus kimia : C18H36O2
Pemerian : Kristal / serbuk padat, berwarna putih atau
kekuning-kuningan, sedikit berbau, sedikit
mengkilap, rasa asam.
Kegunaan : Basis Krim (1-29)%
Stabilitas : inkompaktbel dengan logam hidroksida, reduktor
dan oksidator
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient; 697)
4 TEA (Tri Etanol Amin)
Rumus Kimia : C6H15NO3
Pemerian : Cairan tidak berwarna sampai kuning pucat,
kental dan sedikit berbau ammonia
pH :8
Kegunaan : Emulsifying (2-4)%
Inkompaktibel : bereaksi dengan asam mineral, eter dan tembaga.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient; 754)
5 Cera Flava
Warna : Kuning
Bau : Khas lemah
Penampilan : Padatan
Khasiat : Zat tambahan
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform dan eter juga
minyak lemak.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hlm. 558).
6 Methylparaben
Rumus Kimia : C6H15NO3
Pemerian : Kristal putih atau Kristal tak berwarna, bau khas
dan sedikit basa
pH : 4-8
Kegunaan : Antimikroba
Inkompaktibilitas: Inkompaktibel dengan bentonite, magnesium
trisilikat, talk dan tragacanth
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient; 441)
7 Aquadest
BM : 18,02.
Rumus molekul : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang
stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air
harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi
dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan
jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari
partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang
dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan
bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis
8 Etanol
Warna : Jernih
Rasa : Panas
Bau : Khas
Penampilan : Larutan
Khasiat : Sensasi dingin, antimikroba, pembasah
Kelarutan (mg/ml)
Umum
- Kelarutan dalam air : Sangat mudah larut
II FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN
R/ Sulfathiazole 2%
Vaselin Flavum 10%
Propilenglikol 10%
Cera Flava 1.5%
Asam Stearat 10%
TEA 2%
Methylparaben 0.1%
Aquadest ad 100%
Etanol qs
III PERHITUNGAN
1 Untuk 1 tube (1 gram)
Sulfathiazole 2% x 1 = 0.02g
Vaselin Flavum 10% x 1 = 0.1g
Propilenglikol 10% x 1 = 0.1ml
Cera Flava 1.5% x 1 = 0.015g
Asam Stearat 10% x 1 = 0.1g
TEA 2% x 1 = 0.02ml
Methylparaben 0.1% x 1 = 0.001mg
Aquadest ad = 100% - (2+10+10+1.5+10+2+0.1)
= (100 35.6)%
= 64.4%
=64.4% x 1 = 0.644ml
2 Untuk 1000 Tube
Sulfathiazole = 0.02g x 1000 = 20g
Vaselin Flavum = 0.1g x 1000 = 100g
Propilenglikol = 0.1ml x 1000 = 100ml
Cera Flava = 0.015g x 1000 = 15g
Asam Stearat = 0.1g x 1000 = 100g
TEA = 0.02ml x 1000 = 20ml
Methylparaben = 0.001g x 1000 = 1g
Aquadest ad = 0.625 ml x 1000 = 644ml
3 Penimbangan
Sulfathiazole = 20g
Vaselin Flavum = 100g
Propilenglikol = 100ml
Cera Flava = 15g
Asam Stearat = 100g
TEA = 20ml
Methylparaben = 1g
Aquadest = 644ml
Etanol = qs
IV PROSEDUR PEMBUATAN
Pada pembuatan krim Sulfathiazole, langkah pertama yang dilakukan adalah
melebur fase minyak yaitu asam stearat, vaselin flavum, cera flava, dan sebagian
propilenglikol di atas penagas air. Setelah fase minyak akan segera meleleh,
langkah selanjtnya yaitu memanaskan fase air yaitu TEA, aquadest dan sisa
propilenglikol. Kemudian ditunggu sampai kedua leburan mencapai suhu yang
sama.
Setelah suhunya sama, dicampurkan antara leburan fase minyak dan fase air.
sulfathiazole dan metilparaben ditetesi dengan etanol sampai basah, kemudian
dimasukan kedalam campuran leburan sambil diaduk-aduk. Setelah homogeny
dan terbentuk massa krim, kemudian dikemas dan diberi label dan juga di evaluasi
V EVALUASI SEDIAAN
1 Organoleptis
Diamati warna, bau, dan bentuk sediaan selama penyimpanan 1, 2, 3, 4,
5 dan 10 hari
2 Viskositas
evaluasi viskositas diamati dengan menggunakan viskometer brook
field. Sediaan krim kedalam beaker glass lalu diukur dengan menggunakan
spindle dan RPM yang sesuai.
3 Homogenitas
Dioleskan sediaan pada kaca objek tips-tipis. Diamati homogenitas
sediaan. Untuk mendapatkan permukaan sediaan homogeny, dilakukan dengan
menggeser sejumlah sediaan dari ujung kaca objek dengan bantuan batang
pengaduk sampai ujung kaca objek.
4 evaluasi sediaan krim
a diamati stabilitas krim terhadap adanya pemisahan fasa air dan fasa
minyak selama penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 10 hari
b amati terjadinya pertumbuhan mikroorganisme dengan mengamati
timbulnya mikroorganisme pada permukaan sediaan krim setelah
penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5, da 10.
VI DAFTAR PUSTAKA
Allen, Loyd V, dkk. 2014. Bentuk Sediaan Farmasetik dan Sistem
Penghantaran Obat. Edisi ke-9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Muhammad, Karimah. 2009. SKIN CARE from CLEANSING to HAIR
REMOVEL. Jakarta : Century Healthcare.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia.
Rowe, Reymond C, at al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Sixth
Edition. Wasington DC and London : Pharmaceutical Press.
Syamsuni, A. 2016. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
VII LAMPIRAN
1 Kemasan
2 Etiket
3 Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
I PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Atropin Sulfat
Struktur kimia :
3 Kontra Indikasi
Produk ini tidak boleh digunakan pada pasien dengan glaukoma
primer atau kecenderungan untuk mempersempit anterior sudut ruang
glaukoma. Produk ini tidak boleh digunakan pada pasien anak yang
sebelumnya telah memiliki sistemik yang berat reaksi terhadap atropin.
Produk ini tidak boleh digunakan oleh orang-orang yang menunjukkan
hipersensitivitas untuk setiap komponen yang ada dalam sediaan ini.
4 Peringatan
Pada pasien anak, gunakan dengan hati-hati. Penggunaan yang
berlebihan pada pasien anak atau dengan riwayat kerentanan terhadap
Belladonna alkaloid dapat menghasilkan sistemik gejala keracunan
atropin. Jika ini terjadi, menghentikan pengobatan, dan menggunakan
terapi yang tepat diuraikan dalam "overdosis".
5 Perhatian Pasien
Pasien harus dianjurkan untuk tidak mengemudi atau terlibat dalam
kegiatan berbahaya lainnya sedangkan murid yang melebar. Pasien
mungkin mengalami kepekaan terhadap cahaya dan harus melindungi mata
di pencahayaan yang terang. Orang tua harus diperingatkan untuk untuk
mencuci sendiri tangan pada anak-anak karena produk ini toksik apabila
tertelan.
Sumber :
- Lanolin
Sinonim : Adepslanae; Lanolina; cera lanae
Pemerian : Zat berupa lemak; liat lekat ; kuning muda atau kuning;
agak tembus cahaya; bau khas lemah.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam
propilenglikol; dalam aseton; dalam kloroform.
Titik lebur : 38-44 c
Inkompaktibilitas : Lanolin berisi prooxidsans yang dapat
mempengaruhi stabilitas zat aktif tertentu.
Stabilitas : Lanolin secara bertahap dapat terjadi
autooksidasi selama penyimpanan, untuk menghambat ini ditambah
Hydroklsitoluent butylated sebagai antioksidan.
Kegunaan dalam formula : Basis salep tipe M/A, O/W, emolient bila
ditambah paraffin untuk mempasilitasi penyerapan obat.
- Mineral Oil
Sinonim : Paraffin Liquidum
Pemerian : Cairan kental; transparan ; tidak berflourosensi;
tidak berwarna ; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam klooform P dan dalam eter P.
Inkompatibilitas : Oksidator kuat
Stabilitas : Apabila terkena panas dan cahaya langsung akan
mengalami oksidasi.
Kegunaan dalam formula : Emolien opthalmic oinments 15,0%
Sumber : Handbook of pharmaceutical Exipiens, hal 448.
- Purified Water
Sinonim : Aqudest
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berasa;
tidak berasa.
Kegunaan dalam Formula : Solvent
Sumber : Handbook of pharmaceutical Exipient, hal 776.
- Butylated Hydroxytoluene
Sinonim : BHT, Topanol
Rumus molekul : C15H24O
Struktur Kimia :
6
x5
Lanolin : 100 = 0,3 x 5 tube = 1,5 gr
10
x5
Paraffin L. : 100 = 0,5 x 5 tube = 2,5 gr
BHT : 10 tetes
P. water : 15 tetes
Vaselin F. : 25 ( 0,1+1,5+ 2,5)
25- 4,1
= 20,9 gr.
IV PROSEDUR PEMBUATAN
Semua alat yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Bahan-bahan
yang diperlukan kemudian ditimbang. Lalu basis salep seperti lanolin,
paraffin cair dan vaselin flavum diletakan pada cawan porselen yang telah
dilapisi kassa steril. Kemudian basis salep dilebur dalam oven pada suhu 60c
selama 60 menit. Setelah itu, lelehan basis salep diaduk hingga homogen.
Atropin sulfat digerus halus terlebih dahulu dilarutkan dengan aquadest steril
ad larut. Dimasukan sedikit demi sedikit kedalam wadah yang telah brisi
basis yang telah homogen lalu aduk. Tambahkan BHT aduk hingga homogen,
campuran bahan ditimbang masing-masing 5 gr, dimasukan kedalam tube
steril, kemudian diberi etiket dan dimasukan kedalam kemasan.
V EVALUASI SEDIAAN
1 Evaluasi Fisika
1 Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, yang diamati
secara visual.
2 Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat
yang akan diuji pada kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukan susunan yang homogen. ( DepKes RI, 1995).
3 Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gr salep diletakan dengan hati-hati diatas kertas
grafik yang dilapisi kertas plastik transparan, dibiarkan sesaat dan
luas daerah yang diberikan dihitung kemudian tutup lagi dengan
plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 50 gr, 100 gr, dan
150 gr dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan
oleh sediaan dapat dihitung. ( Voight,1994).
2 Evaluasi Kimia
1 Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar Ph 7 dan
pH 4. 1 gr sediaan diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml.
Elektroda Ph dicelupkan kedalam larutan, jarum pH dibiarkan
sampai menunjukan posisi tetap, Ph yang ditunjukan dicatat.
( DepKes RI, 1995).
3 Evaluasi Biologi
1 Uji mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob
didalam perbekalan farmasi. Spesimen uji biasanya terdiri dari S.
Aureus, E. Colli, P. Aeruginosa, dan Salmonella. Pengujian
dilakukan dengan cara menambahkan 1 mldan tidak kurang enceran
100 biakan mikroba berumur 24 jam. Encerkan spesimen uji ( dalam
dapar fospat 7,2 media fluid soyben/ Media fluid lactose
medium.dan diuji sesuai dengan prosedur. ( DepKes, 199
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta : Dirjen Pom.
DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta : Dirjen Pom.
USP. 2003. U.S pharmacopeia. Jilid I. Hal, 118.
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
UI Press.
Raymond, Rowe. 2009. Handbook Phramaceutical Exipients. Edisi ke 6. London:
Pharmaceutical pharmacist.
Goodman & Gilman. 2002. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta : EGC.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke 5. Yogyakarta :
UGM Pres
Kemasan
SALEP MATA
Komposisi :
Atropin Sulfat 1%
Efek farmakologi :
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Perhatian :
Perhatian Pasien :
Efek samping :
No reg :
DKL1617901030A1
NPM : A141005
Kelompok : A
1 Preformulasi
1 Nama zat aktif : Carbamazepine
Kelarutan ( mg/ml) :
A Larut dalam air, metanol, dan etanol 95%
B Praktis tidak larut dalam kloroform dan benzen
C Sedikit larut dalam aseton
Titik lebur : 17,8 0C
Bobot Jenis : 1.2656 g/cm3 at 158 0C;
1.2636 g/cm3 at 208 0C;
1.2620 g/cm3 at 258 0C.
pH : 7,0-9,5 (1% b/v dalam air)
(Raymond Rowe, C. 2009 : 283)
1.3.4 Sodium Chlorida (NaCl)
Pemerian : Bentuk serbuk kristal putih atau tidak berwarna,
memiliki rasa asin
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 10 bagian
gliserin, larut dalam 2,8 bagian air
Titik lebur : 804 0C
Bobot jenis : 1,09 g/cm3
Kegunaan : Untuk menetralkan ph carbomer
Stabilitas : Harus disimpan dalam tempat yang sejuk dan
kering.
(Raymond Rowe, 2009: 639)
2 Formulasi/teknik pembuatan
1 Formulas 10 gram
R/ Carbamazepin 5%
Propilenglikol 83%
Karbomer 934 2%
Gliserin 10%
NaCl q.s
3 Perhitungan bahan
1 Untuk 1 tube
5
10
1 Carbamazepine = 100 = 0,5 g
83
10
2 Propilenglikol = 100 = 8,3 g
2
10
3 Karbomer 934 = 100 = 0,2 g
10
10
4 Gliserin = 100 = 1,0 g
4 Prosedur pembuatan
Pada pembuatan gel carbamazepine langkah pertama yang dilakukan adalah
menimbang semua bahan, dimasukkan karbomer ke dalam wadah pencampuran,
ditambahakan propilenglikol sampai karbomer mengembang membentuk gel,
dikocok. Selanjutnya carbamazepine dibasahkan terlebih dahulu dengan sebagian
gliserin, selanjutnya ditambahkan ke dalam basis gel, setelah campuran homogen,
ditambahkan gliserin sedikit-demisedikit sampai homogen. Selanjutnya
ditambahkan NaCl sampai pH netral. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tube dan
di evaluasi.
5 Evaluasi sediaan
1 Uji organoleptis
Uji organoleptis terdiri dari warna, bentuk, dari sediaan dilakukan
secara visual.
2 Viskositas sediaan
Dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield, digunakan
dengan spindle T 95.
6 Daftar pustaka
Basha, Niyaz, et al. 2011. Formulation and Evilation of Gel Containing
Fluconazole, Antifungal Agent. Soldevanahalli India : B.M.
Reddy Collage of Pharmacy.
Coles, Marc, et al. 2000. Topical Carbamazepine Formulation and Methods
of Use. USA : United States Patent.
Gunawan, Sulistio Gan, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.
Jakarta : Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia.
Kawasaki, Jiro. 2006. Japanese Pharmacopeia. Edition 15th . Japan : The
Ministry of Health, Labour and Welfare Ministerial.
Nalufar, Nurul Putri, dkk. 2013. Pengaruh Variasi Gelling Agent Crbomer
934 dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Bunga Kemabang
Sepatu (Hibiscus rosa sintensis L.) Terhadap Sifat Fisik Gel dan
Aktifitas Antibakteri Staphylococcus aureus. Surakarta :
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation Semisolid Products. USA : Informa healthcare.
Raymond, Rowe C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excepient. Edition
6th . USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Association 2009.
1 Kemasan
2 Etiket
3 Brosur
ZEPINE
Komposisi:
Aturan pakai :
Dioleskan sehari dua kali, pada kulit yang kering,
Indikasi :
Meredakan rasa sakit pada psoriasis
Kontraindikasi :
Jenis : Gel
No.Reg : DKL1734533A1
I PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Mometasone Furoate
Struktur :
Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih
Kelarutan : Larut dalam aseton dan dalam metilen
klorida
Titik Leleh : 220 dengan penguraian
(FI V, buku I, hlm 884-885)
Sediaan Dipasaran : Dermovel, Elox, Intercon, Elosalic
(ISO vol. 50, hlm 335)
Dosis yang ditentukan: 0,1%
Penggunaan Terapi : Sebagai anti inflamasi, meringankan
inflamasi dan manifestasi kronik
hiperkeratonik, psoriasis vulgaris sedang-
berat yang memerlukan terapi kortikosteroid
(ISO vol. 50, hlm 335)
Alasan : Tingkat penerimaan krim lebih tinggi
daripada sediaan lain, tidak lengket dan
memberikan efek dingin, mudah dicuci
dengan air, memiliki daya sebar dan absorpsi
yang baik.
2 Informasi Aspek Farmakologi
Indikasi : untuk meringankan manifestasi inflamasi
dan puritus dari dermatosis yang responsif
terhadap kortikosteroid seperi psoriasis dan
dermatitis atopik
Kontraindikasi : Penyakit Tuberculosis, Herpes Simpleks,
Varisela dan penderita yang sensitif terhadap
Mometasone Furoate atau terhadap salah
satu komponen dari sediaan
3 Zat Tambahan
1 Isopropyl alkohol
Rumus Kimia : C3H8O3
Pemerian : Jernih, Tidak Berwarna, Kental
Struktur :
Kegunaan : Disinfektan
Stabilitas : Harus disimpan di wadah tertutup
rapat dan ditempat kering
(HOPE, hlm 346)
2 Hydroxypropyl Cellulose (HPMC)
Pemerian : Serbuk berwarna putih sedikit
kuning, tidak berasa dan tidak berbau
Struktur :
pH : 5,0-8,0%
Kegunaan : Emulsifier (15-35%)
Stabilitas : Serbuk stabil, higroskopis
(HOPE, hlm 317)
3 Triethanolamine (TEA)
Rumus Kimia : C6H15NO3
Pemerian : Jernih, tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat, larutan
kental berbau sedikit ammonia
Struktur :
pH : 10,5 (Raymond et al., 2006 ; Hal.
794)
Kegunaan : Emolient (2-4%)
Stabilitas : Bila terkena udara dan cahaya
berubah menjadi coklat
(HOPE, hlm 754)
4 Propylenglycol
Rumus Kimia : C3H8O2
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, kental,
praktis tidak berbau
Struktur :
Kegunaan : Humektan (15%)
Stabilitas : Dalam temperatur dingin, stabil
dalam wadah yang tertutup rapat
(HOPE, hlm 592)
5 Phosporic Acid
Rumus Kimia : H3PO4
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau
Struktur :
Kegunaan : Acidifying Agent
Stabilitas : Disimpan dalam temperatur rendah
akan mengeras, membentuk masa
kristal tidak berwarna
(HOPE, hlm 503)
II FORMULASI
R/ Mometasone Furoate 0,1%
Isopropyl alcohol 60%
HPMC 15%
TEA 2%
Propylenglycol 15%
Phosporic Acid 0,3%
Aquadest q.s
III PERHITUNGAN
0,1
5 gram=0,005
Mometasone Furoate 100
60
Isopropyl alcohol
5 gram=3 gram
100
15
HPMC
5 gram=0,750
100
2
TEA
5 gram=0,100
100
15
Propylenglycol
5 gram=0,750
100
0,3
Phosporic Acid
5 gram=0,015
100
Aquadest 5 - (0,005+3+0,750+0,100+0,750+0,015)
5 4,62 = 0,38 mL
IV PROSEDUR
1 Campurkan isopropyl alcohol dan mometasone furoate, diaduk sampai
homogen
2 Tambahkan HPMC ke dalam campuran nomor 1, diaduk sampai
homogen
3 Campurkan TEA dengan aquadest, diaduk sampai homogen kemudian
campurkan ke dalam campuran nomor 2, aduk sampai homogen
4 Tambahkan propylenglycol ke dalam campuran, aduk sampai homogen
5 Kemudian di cek pH campuram sampai pH 4,5 lalu ditambahkan
phosporic acid aduk sampai homogen sampai pH 4,5
6 Campuran yang sudah homogen, di kemas
V EVALUASI SEDIAAN
1 Uji Organoleptis
Diamati sediaan meliputi bentuk sediaan, warna sediaan, rasa
sediaan dan bau sediaan.
2 Uji Homogenitas
Diamati homogenitas sediaan. Dilakukan dengan cara, sediaan
dioleskan pada objek glass atau kaca objek kemudiaan diamati adanya
partikel atau tidak.
3 Uji pH
Diuji sediaan dengan menggunakan pH meter.
4 Uji Viskositas
Diuji dengan menggunakan alat viskometer Brookfield.
VI DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Depkes RI
Rowe, Raymond. C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient.
Sixth edition. USA : Pharmaceutical Press
Niazi, Sarfaraz K. 1949. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations. London : CRC Press
LAMPIRAN
Kemasan
Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
I PREFORMULASI
1.1 Nama Zat Aktif (Nama Lain) : Mupirocin kalsium; Calci
mupirocin;
Mupirocin vapenatisil dhydrat;
Mupirocin calcica; Mupirocin
caloque;
Mupirocino kalcio drusa;
Mupirodnum
calcium dihydricum; Mupirosiini
kalsium
(Martindale, 302)
Struktur :
II FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
a. Formula yang akan dibuat
R/ Mupirocin calcium 2%
Benzylalcohol 1%
Cetomacrogol 1000 3%
Cetyl alcohol 5%
Mineral oil 20%
Phenoxyethanol 2%
Stearyl alcohol 12%
Xantan gum 0,2%
Aquadest ad 15 ml
III PERHITUNGAN
2
1 Mupirocin calcium 100 x 15 gram = 0,2 gram
0,05
2 Benzylalcohol 100 x 15 gram = 0,15 ml
3
3 Cetomacrogol 1000 100 x 15 gram = 0,45 ml
5
4 Cetyl alcohol 100 x 15 gram = 0,75 gram
20
5 Mineral oil 100 x 15 gram = 3 ml
2
6 Phenoxyethanol 100 x 15 gram = 0,2 ml
12
7 Stearyl alcohol 100 x 15 gram = 1,8 gram
0,2
8 Xantan gum 100 x 15 gram = 0,03 ml
PERHITUNGAN PENIMBANGAN
dan stearyl
alcohol dalam cawan penguap di atas tangas air
b. Xantan gum dilarutkan dalam cawan penguap di atas penangas air, di
tambahkan
basis air yang lainnya yaitu cetyl alkohol dan phenoxyethanol, kemudian
serbuk
Mupirocin calcium dilarutkan dalam basis air tersebut.
c. Setelah basis lemak dan basis air dilelehkan, campurkan basis lemak
tersebut ke
dalam basis air sedikit demi sedikit.
d. Aduk kedua basis tersebut sampai homogen
e. Setelah homogen dinginkan dan dimasukkan ke dalam kemasan lalu
diberi etiket.
V EVALUASI SEDIAAN
a. Prosedur Evaluasi
1 Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari
bau,
warna, tekstur sedian atau bentuk.
2 Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter dengan cara
mengukur pH
sediaan yang dicelupkan pada alat dan diamati hasil yang di dapat
pada alat.
3. Uji Viskositas
Viskositas di uji dengan menggunakan alat viskometer
brookfield dengan menggunakan spindel yang sesuai. Alat
viskometer dijalankan dari rpm 1,3,5, dan 6. Setiap rpm, angka
yang dicatat merupakan angka yang konstan. Setelah diperoleh,
hasil pembacaan dikalikan dengan faktor pengkali dan di dapat
viskositas dalam centi pois (cp).
4. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan
bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur
secara homogen. Persyaratannya harus homogen
sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan
dan terdistribusi merata saat penggunaan pada
kulit. S e di a a n di uji d e n g a n m e n g ol e sk a n s e di a a n
p a d a k a c a a rloji lalu dir a t a k a n tipis-tipis. Dia m a ti
h o m o g e nit a s bahan a k tif d al a m b a sis cr e a m
6. Evaluasi Stabilitas
VI DAFTAR PUSTAKA
IDI. 2015. MIMS. Volume 16. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
VII. KEMASAN
a Ke m a s a n
b Etik e t
c Brosur
LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI
SOLID
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH BANDUNG
Z a t a k tif : Ne o m ycin
B e n t uk s e di a a n : G el
Ju ml a h s e di a a n y a n g a k a n di b u a t : 5 tube
Dosis : 0, 5 % d al a m 1 5 g r a m (4-6 x
I PREFORMULASI
1 N a m a Z a t a k tif : Ne o m ycin S ulfa t
S tr uk t ur :
Pe m e ri a n : S er b u k p u tih a t a u h a m pir
ku nin g; h a m pir tid a k b e r b a u;
higro sko pik.
Kelar u t a n : Mud a h lar u t d al a m 3
b a gi a n air s uk ar lar u t d al a m
air, d al a m 1 b a gi a n air lar u t
p e rl a h a n-la h a n; s a n g a t s uk a r
lar u t d al a m etanol (9 6 %) p;
pr a k tis tid a k lar u t d al a m
kloroform p; d a n d al a m eter
p d a n d al a m aseton p. (FI III
PH : 5 7, 5 ( FI IV hal 606).
S e di a a n y a n g a d a dip a s a r a n : Biopl a c e n t o n,
Be n o s o n-N, Be t a s o n-N.
Pe n g g u n a a n Ter a pi : Unt uk luk a b a k a r, t uk a k
kro nik, p e n y e m b u h a n la m b a t
Alas a n p e milih a n b e n t u k s e di a a n : k ar e n a t a rg e t y a n g
dit uj u e pi d er mi s dan
d er mis, r u t e p e n e t r a si y a n g
dilalui ol e h bahan a k tif
jarin g a n e pid er mi s dan
statu m korn e u m , s e di a n
tid a k le n gk e t dapat
m e m b e rik a n ef e k din gin,
3 Zat Tambahan
1 Pro p yl e n glyc olu m
S tr uk t ur :
Ru m u s m ol ek ul :
C 3H8O2
S t a bilit a s : Suhu
Pe m e ri a n : S er b uk h a bl ur h alu s;
p u tih; tid a k
m e m p u n y ai r a s a k e m u di a n
a g a k m e m b a k a r dikulit r a s a
t e b al.
Kelar u t a n : Laru t d al a m 5 0 0 b a gi a n ait;
20 b a gi a n air m e n di dih
d al a m 3, 5 b a gi a n e t a n ol
(9 5 %) d a n d al a m 3 b a gi a n
aseton p; m u d a h lar u t d al a m
eter p; d a n d al a m lar u t a n
alk ali p an as. Jika di
din gink a n lar u t a n tetap
jer nih.
PH : 4-8
Keg u n a a n : Pe n g a w e t, Anti mikro b a
(0, 0 2-0, 3 % penggunaan
t o pik al), (2-5 % jika di
ko m bin a sik a n d e n g a n PPG)
(Farmakope Indonesia Edisi III hal.378, Handbook
of Pharmaceutical excipient edisiVI halaman 441)
3 Lutrol F 127
(polox a m e r)
S tr uk t ur
:
Pe m e ri a n : Serbuk putih
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut
dalam etanol, dalam etil asetat, tida
larut dalam minyak mineral.
Stabilitas : Bahan stabil, dengan adanya asam,
alkali, dan ion loga.
OTT : Tergantung pada kosentrasi relatif,
poloxamer tidak kompatibel dengan
fenol dan parabens.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang
tertutup di tempat yang sejuk dan
kering.
Kegunaan : Galling Agent (15-50%)
( Handbook of Pharmaceutical excipient edisiVI halaman 506 )
4 Aqu a d e s t
Pe m e ri a n : Cair a n jernih; tid a k
b e rw ar n a; tid a k b e r b a u
Pe n yi m p a n a n : D al a m w a d a h t e r t u t u p b aik.
Keg u n a a n : Pel ar u t .
(Farmakope Indonesia Eds III, hal 96)
R/ N eo m ycin s ulf a t e 0, 5 %
Lutrol F 1 2 7 30%
Aqu a d e s t a d 15 gra m
4 Per hit u n g a n
0,5
N eo m ycin s ulf a t e = 100 x 1 5 gr a m = 0, 0 7 5 g
15
Pro p yl e n e glyc ol = 100 x 1 5 gr a m = 2, 2 5 g
0,2
Met h ylis Par a b e n u m = 100 x 1 5 gr a m = 0, 0 3 g
30
Lutrol F 1 2 7 = 100 x 1 5 gr a m = 4, 5 g
Aqu a d e s t = 1 5 g - (0, 0 7 5 g + 2, 2 5 g +
0, 0 3 g + 4, 5 g)
= 1 5 g 6, 5 8 5 5 g
= 8, 1 4 ml
5 Pe ni m b a n g a n
1 N eo m ycin s ulf a t e : 0, 0 7 5 g x 5 = 0, 3 7 5 g r a m
2 Pro p yl e n e glyc ol : 2, 2 5 g x 5 = 1 1 , 2 5 ml
3 Met h ylis Par a b e n u m : 0, 0 3 g x 5 = 0, 1 5 g r a m
4 Lutrol F 1 2 7 : 4, 5 g x 5 = 2 2, 5 g r a m
5 Aqu a d e s t : 8, 1 4 ml x 5 = 4 0 , 7 ml
5 Pro s e d ur
1 Pro s e d ur k erj a
2 Pro s e d ur e v alu a si
a Org a n ol e p tik
Dilakuk a n uji org a n ol e p tis d e n g a n m elih a t b e n t uk
d a n w ar n a d a ri s e di a a n y a n g t el a h dib u a t. Pe n g a m a t a n
dilak uk a n p a d a ja m k e-0, 2 4, 4 8 d a n 7 2.
b pH m e t e r
Terle bih d a h ul u el ek tro d a dik alibr a si d e n g a n lar u t a n
n e t r al, lar u t a n a s a m , d a n lat ur a n b a s a . Dib er sihk a n
(dila p) d e n g a n m e n g g u n a k a n tis s u, k e m u di a n el ek tro d a
dic elu pk a n k e d al a m g el uji d a n dilih a t nil ai pH y a n g
a k a n m u n c ul. Pe n g a m a t a n dil akuk a n p a d a ja m k e-0, 2 4,
4 8 d a n 7 2.
c Visko sit a s
Visko sit a s diuji d e n g a n m e n g g u n a k a n viscometer
brookfield, dipilih s pin d el s e r t a p u t a r a n y a n g s e s u ai
d e n g a n s e di a a n . S pin d el dip a s a n g p a d a al a t, k e m u di a n
dic elu pk a n p a d a s e di a a n, d a n al a t dij al a nk a n. Dia m a ti
a n gk a y a n g dit u njukk a n ol e h g a ris m e r a h p a d a al a t.
Pe n g a m a t a n dil akuk a n p a d a ja m k e-0, 2 4, 4 8 d a n 7 2.
d La m a n y a m e n g e rin g dikulit
S e di a a n di ol ek a n p a d a kulit k e m u di a n di t u n g g u
s a m p ai m e n g e rin g d a n dihit u n g w a k t u n y a .
e Ho m o g e nit a s
S e di a a n y a n g t el a h di b u a t diol e sk a n p a d a object
glass, lalu diti m p a d e n g a n object glass y a n g lain h a r u s
m e n u nj ukk a n susunan yang ho mog en. Pe n g a m a t a n
dilak uk a n p a d a ja m k e-0, 2 4, 4 8 d a n 7 2.
DAFTAR PUSTAKA
Efek samping :
Perhatian :
peyembuhan luka
3 Brosur
MICIN GEL
Komposisi:
Aturan pakai :
4-6 kali sehari Oleskan tipis pada
kulit yang
Indikasi :
Mempercepat proses peyembuhan luka bakar,
borok kronis, impetigo
Kontraindikasi :
Efek Samping:
Penyimpanan:
Jenis : Gel
No.Reg : DKL1734533A1
Rida Widayanti Fadla
A 141 020
1 Preformulasi
1 Nama zat aktif : lidokain hidrokloridum
Struktur : C14H22N2O.HCL.H2O
Pemerian : serbuk hablur , putih , tidak berbau , rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol ,
larut dalam klorofum ,tidak Larut dalam eter.
Titik leleh :-
PH : Antara 5 dan 7
Stabilitas : lindungi dari cahaya
Jarak lebur : Antara 74o dan 790
Sediaan yang ada dipasaran : xylocain 2 % gel
Dosis yang ditentukan :2%
Penggunaan terapi : anastesi local
Alasan pemilihan bentuk sediaan : digunakan untuk topical
Farmakodinamik :
Farmakokinetik :
lidokain cepat diserap dari tempat suntikan saluran cerna dan saluran
pernapasan serta dapat melewati saluran darah otak. kadarnya dalam
plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu .dalam
hati ,lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim aksidase , fungsi
ganda membentuk monoetilignisin dan xilided maupun glisin xilidid ,
yang kemudian dapat di metabolisme lebih lanjut menjadi
monoetilignisin dan xilidid.Kedua metobolit monoetilignisin xilidid
maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik local.
pada manusian 75% dari xilidid akan di eksresi bersama urin dalam
bentuk metabolit akhir , 4 hidroksi -2-6 dimetil-anilin.
3 Zat tambahan
a Metyl paraben
RM/BM : C8H8O3/152,15
Pemerian : serbuk hablur putih ,hamper tidak berbau , tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalanm 500 bagian air , 20 bagian air mendidih ,
dalam 3,5 bagian etanol (9,5%) p dan dalam 3 bagian aseton p,
mudah larut dalam eter p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pengawet ( Rowe , 2009 , FI IV hal 551 )
b Sukrosa
Rumus molekul : C11H22O11
Berat molekul : 342,30
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna , masa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih ,tidak berbau , rasa
manis , stabil di udara .
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air , lebih mudah larut
dalam air mendidih , sukar larut dalam etanol , tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Titik leleh : 1600 C 1680C
Khasiat : pemanis dan pengental
PKa : 12,62
Bj : 1,2865 1,3471
Stabilitas : stabilitas baik pada temperatur ruangan dan
kelembaban sedang , dapat menyerap 1 % bau yang dilepaskan
ketika dipanaskan pada suhu 900C . Membentuk caramel ketika
dipanas kan diatas 1600C.
(farmakope Indonesia IV hal 762 ,HOPE edisi 6 hal 706)
c Propilenglikol
RM/BM : CH3CH (OH) CH2O /76,09
Pemerian : cairan kental ,jernih , tidak berwarna , rasa khas ,
praktis tidak berbau , menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air , dengan aseton dan
dengan klorofom, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat : anti mikroba ,pewangi , pelembab , pelarut .
BT : 1,038 g/cm3
Stabilitas : higroskopis dan harus di simpan dalam wadah
tertutup rapat lindungi dari cahaya di tempat dingin dan kering.
(FI IV hal 721 , HOPE edisi 6 hal 592 )
d HPMC ( hidroksi propil metyl selulosa )
pemerian : serbuk putih atau hamper putih , tidak berbau ,
tidak berasa.
Sturuktur :
3 Perhitungan
2
Lidokain hcl 100 x 30 g = 0,6 g x 10 =6g
0,2
Metylpanaben 100 x 30 g = 0,06 g x 10 = 0,6 g
0,05
Menthol 100 x 30 g = 0,05 g x 10 = 0,15 g
15
HPMC 100 x 30 g = 4,5 g x 10 = 45 g
1
Sukrosa 100 x 30 g = 0,3 g x 10 =3g
1,5
Propilengnikol 100 x 30 g = 0,45 g x 10 = 4,5 g
80,25
ml
Aq. Dest 100 x 30 g = 24,075 x 10 = 240,75
ml
4 Prosedur pembuatan
1 Menimbang zat yang dibutuhkan
2 Panaskan air
3 Kembangkan HPMC diair panas sampai mengental
4 Larutkan sukrosa diair panas samapai larut
5 Larutkan metilparaben dan menthol dalam propilenglikol sampai larut
6 Basahi lidokain HCL dengan sedikit air , tambahkan sisa air
7 Campur semua bahan aduk sampai homogen dan terbentuk gel
5 Evaluasi sediaan
a Uji organdeptis
Merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk
mendeskripsikan bentuk atau konsistensi , warna dan bau.
b Uji nilai PH
Prinsip uji derajat keasaman ( ph ) yakni berdasarkan pengukuran
aktifitas ion hydrogen secara potensiometri / elektrometri dengan
menggunakan PH meter.
c Uji viskositas
Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas akan makin besar tahanan nya.
DAFTAR PUSTAKA
PIROXICAM
1 PREFORMULASI
5 Nama Zat Aktif : Piroxicam
Rumus kimia : C15H13N3O4S
Struktur :
7 Zat tambahan
1 Nama zat : Alcohol
Rumus kimia : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Struktur :
Pemerian ; Cairan bening; tidak berwarna; dan mudah
menguap; berbau khas; dan rasa membakar.
Titik didih : 78,15C
Kegunaan dalam : pengawet antimikroba
formula
Incompatibilitas : dalam kondisi asam, etanol dapat bereaksi
keras dengan oksidator.
(HOPE, eds 6, hal
17).
3 PERHITUNGAN
Untuk 1 tube @25gram
1
1 Piroxicam = 100 25 = 0,25gram
1
2 Carbopol 940 = 100 25 = 0,25gram
30
3 Alcohol = 100 25 = 7,5gram
30
4 Propylene glycol = 100 25 = 7,5gram
1,5
5 Diethanolamine = 100 25 = 0,375gram
0,5
6 Hydroxyethyl cellulose = 100 25 = 0,125gram
0,5
7 Polyvinyl pyrrolidone k-30 = 100 25 = 0,125gram
4 PROSEDUR
Semua bahan dicampurkan bersama sama sampai homogeny,
kemudian dijaga pH 7,9. Sebelumnya carbopol dinetralisasikan terlebih
dahulu sampai angka 5.
5 EVALUASI SEDIAAN
a Uji organoleptis
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji
ini merupakan uji awal sediaan yang telah dibuat. Uji organoleptis
meliputi bentuk sediaan, warna, dan bau.
(Muharni, 2008).
b Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu
cairan untuk mengalir. Jika semakin tinggi viskositas maka semakin
besar tahanannya.
Alat : Viskotester VT-04.
Peosedur pengujian :
1 Sejumlah sediaan ditempatkan dalam wadah tertentu.
2 Alat dirangkai dengan memasang rotor dengan ukuran tertentu.
3 Celupkan rotor pada sediaan hingga bagian bawah rotor tertutup
rata oleh sediaan.
4 Alat dinyalakan, biarkan rotor berputar.
5 Amati angka yang tertera pada jarum petunjuk angka hingga jarum
penunjuk konstan.
6 Angka tersebut menunjukkan nilai viskositas sediaan.
(Muharni, 2008).
c Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai
dengan kondisi pH kulit.
Alat : kertas pH indicator
Prosedur pengujian :
1 Timbang 1gram sediaan, larutkan dalam 10mL aquadest.
2 Celupkan kertas pH indicator kedalam larutan.
3 Keluarkan kertas, cocokkan perubahan warna kertas dengan
standar beberapa pH pada kemasan indicator pH.
(Muharni, 2008).
Sampel dengan berat 100mg masukkan kedalam cawan petri yang terdapat agar
multer yang telah ditumbuhi bakteri lalu diinkubasi pada suhu 37C selama
24jam. Selanjutnya diukur diameter daerah penghambatan bakteri, dengan cara
yang sama dilakukan pennaman basis tanpa obat sebagai blanko untuk
perbandingan dilakukan penanaman sediaan baku yaitu larutan hidrokarbon 2%
dalam larutan dapar fosfat atau dapat ditambah dengan tryptc soy agar (TSA)
untuk menganalisa bakteri dan sabouraund chloramphenicol agar untuk yeast dan
jamur. Untuk bakteri diinkubasi pada suhu 30-35C selama 5 hari, dan untuk yeast
dan jamur diinkubasi pada suhu 20-25C selama 5-7hari, biasanya digunakan
untuk mengetahui adanya candida albicans.
(Paye et all)
Netto 25gram Netto 25gram
PIROSEL PIROSEL
No Reg: DKL1615600630A1
PIROXICAM PIROXICAM
No Batch: D16006112
Mgf. Date: Jan, 2017
SALEP Kemasan Sekunder SALEP
Exp. Date: Jan, 2019
Meringankan rasa nyeri. Meringankan rasa nyeri.
Indikasi, Kontra indikasi, Peringatan, Dosis, Interaksi obat, Farmakologi.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Saputri dan Muharni. 2008. Evaluasi Mutu Betametasone 0,1% PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Medan : Universitas Sumatra utara.
Dosis : 39 mg
I PREFORMULASI
I.1 Nama zat aktif : papain
Pemerian : serbuk amorf, putih
Kelarutan : larut dalam air, praktis tidak larut dalam
alcohol, kloroform dan eter
Titik leleh :-
pH : 4,8 6,2
Stabilitas : tidak stabil dibawah kondisi asam, stabil
terhadap suhu
(Martindale The Extra Pharmacopeia, hal 2362-3)
Sediaan yang ada dipasaran : accuzyme, lucas papaw ointment, panafil,
kovia
Dosis yang ditentukan : 39 mg
Alasan : penggunaan dosis 39 mg diambil dari
produk di pasaran, karena dosis yang ada
dipasaran untuk salep dari bahan papain ada
yang menggunakan dosis 39 mg.
Penggunaan terapi : salep luka bakar
Alasan pemilihan bentuk sediaan: bentuk sediaan yang dibuat salep,
karena papain banyak digunakan dalam
bentuk salep
I.2 Aspek farmakologi :-
I.3 Zat tambahan :
a. Gliserin
II FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
a Formula
Formulasi yang akan dibuat (25 gram)
Tiap 25 gram mengandung :
R/ Papain 39 mg
Gliserin 15%
Isopropyl palmitate 5%
Methyl paraben 0,3%
BHT 0,1%
Adeps lanae 25 gram
III PERHITUNGAN
Untuk 1 tube
Papain 39 mg = 0,039 gram
15
Gliserin 100 x 25 g = 3,75 gram
5
Isopropyl palmitate 100 x 25 g = 1,25 gram
0,3
Methyl paraben 100 x 25 g = 0,075 gram
0,1
BHT 100 x 25 g = 0,025 gram
Penimbangan bahan
Papain 11,7 gram
Gliserin 1,125 gram
Isopropyl palmitate 375 gram
Methyl paraben 22,5 gram
BHT 7,5 gram
Adeps lanae 5,958.3 gram
IV PROSEDUR PEMBUATAN
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ditimbang semua bahan
3 Dilebur adeps lanae ditambahkan isopropyl palmitat di atas penangas air
dengan suhu 65 C aduk ad lebur ad homogen
4 Tambahkan BHT aduk ad homogen
5 Tambahkan methyl paraben aduk ad homogen
6 Tambahkan papain aduk ad homogen, dinginkan
7 Tambahkan gliserin sedikit demi sedikit kedalam hasil leburan yang sudah
dingin aduk ad homogen
8 Dilakukan evaluasi sediaan
9 Kemas sediaan kedalam tube 25 gram, beri etiket dan dimasukan kedalam
kemasan sekunder.
V EVALUASI SEDIAAN
a Prosedur evaluasi
1 Uji organoleptis
Sediaan diuji organoleptisnya meliputi warna, bau, dan bentuk dari
sediaan.
2 pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH universal, yaitu
dengan cara menimbang 1 gram sediaan, larutkan dalam 10 ml
aquadest, celupkan kertas indikator pH kedalam larutan, keluarkan
kertas cocokan perubahan warna kertas pada indicator pH
(muharni,2008).
3 Uji homogenitas
Sejumlah sampel sediaan dioleskan pada kaca arloji sampai
merata, amati secara visual homogenitasnya (semua bahan tercampur
merata dalam sediaan). (muharni,2008).
4 Daya menyerap air
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang
digunakan untuk mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air
dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh
100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara
terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam),
dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan ukur
tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan :
BA = 100 . KA100 KA
KA = 100 . BA100 BA
5 Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan
air dalam salep, yakni sebagai berikut :
a Penentuan kehilangan akibat pengeringan
Untuk kandungan air digunakan ukuran kehilangan massa
maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu
tertentu (umumnya 100-110oC).
b Cara penyulingan
Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan
bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air.
Dalam hal ini digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang
disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
c Cara titrasi menurut Karl Fischer
Kandungan air ditentukan berdasarkan atas perubahan
belerang oksida dan iod, serta air dengan adanya piridin dan
metanol menurut persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4
VI DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta :
Depkes RI.
Reynold, James EF. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia. London :
The Pharmaceutical Press.
Rowe, RC, Shesday PJ and Weller PJ. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th edition. Washington : American Pharmaceutical
Association.
Saputri dan muharni. 2008. Evaluasi Mutu Betametasone 0,1%. Medan :
Universitas Sumatra Utara.
Widodo, Hendra. 2013. Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Jogjakarta : D-
MEDIKA.
VII KEMASAN
1 Kemasan Sekunder
2 Kemasan Primer
3 Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN SEMI SOLID
SEMESTER V 2016
Nama : Asi Syyffa
NPM: A 141 024
I PREFORMULASI
I.1. Zat Aktif
I.1.1. Nama Zat Aktif : Diazepam
b. Etanol
Rumus kimia :
b propylen glycol
Rumus kimia :
III. PERHITUNGAN
10 mg
10=40 mg 6=240 mg
1 Diazepam : 2,5
0,17
10=0,017 g 6=0,102 g
2 Asam benzoat : 100
3
10=0,3 ml 6=1,8 ml
3 Etanol : 100
30
10=3 ml 6=18 ml
4 Propylen glycol : 100
0,5
10=0,005 6=0,3 g
5 Natrium benzoat : 100
3
10=0,3 ml 6=1,8 ml
6 Benzyl alkohol : 100
Label :
HARUS DENGAN RESEP
c Penjelasan yang terdapat pada kemasan dan brosur produk
1 Nama dagang
Zeparec
2 Nama generic
Diazepam 10 mg
3 Nama Industri Farmasi :
PT. Semi Solid
4 Bentuk sediaan
Liquid
5 Komposisi
Tiap 10 mengandung diazepam 10 mg
6 Indikasi
a Zeparec rectal (diazepam)
terutama digunakan untuk
pengobatan jangka pendek
pada anestesi atau insomnia
(sulit tidur), kecemasan, dan
kepanikan.
b Sebagai tambahan untuk
menghilangkan kejang otot rangka
c Digunakan juga sebagai
premedikasi untuk menginduksi
sedasi sebelum prosedurmedis
d Obat pilihan untuk mengobati
ketergantungan benzodiazepin
7 Efek samping
a mengantuk, kelelahan, kelemahan
otot
b efek samping yang jarang seperti
nyeri kepala, vertigo, salivasi,
ganggunan saluran cerna, dan
gangguan penglihatan
8 Dosis
Anak usia 6-12 : 10 ml
Dewasa : 10-20 ml
9 Nama dan alamat industri farmasi
Nama dan alamat industri farmasi dituliskan sebagai
identitas industri yang memproduksi obat.
10 Tanggal kadaluwarsa
Tanggal kadaluwarsa merupakan istilah yang umum
digunakan untuk menunjukkan suatu waktu dimana produk
sudah selayaknya tidak digunakan lagi. Biasanya pada kemasan
obat akan tertulis sebagai Exp. Date.
Netto : 10 ml
Mfg : Januari 2017
Exp : Januari 2019
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : Depkes RI
Kemasan sekunder
Kemasan primer
Brosur
Zat aktif : Vitamin E
1 PREFORMULASI
1 Nama zat aktif : Vitamin E
Struktur :
2 FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
A Formula yang akan dibuat :
R/ Vitamin E acetat 10 g
Propylenglikol 15g
Lutrol F 127 20g
Aquades 55g
3 PERHITUNGAN
Vitamin E acetat = 10 g
Propylenglikol = 15g
Lutrol F 127 = 20g
Aquades = 55g
4 PROSEDUR PEMBUATAN
1 Timbang semua bahan
2 Mencampurkan vitamin E dengan propylenglikol lalu tambahkan
aquades sedikit demi sedikit hingga larut.
3 Setelah dingin sekitar 60C larutkan lutrol perlahan lalu diaduk.
4 Kemudian tambahkan metyl paragen dan aquades.
5 Campuran homogen, masukan kedalam wadah kemasan.
6 Beri etiket dan serahkan
5 EVALUASI SEDIAAN
A Prosedur evaluasi
1 Homogenitas
Sediaan dioleskan pada kaca objektif lalu diratakan tipis-tipis
diamati homogenitasnya bahan aktif dalam basis krim
2 Organoleptis
Sediaan diuji diamati organoleptisnya meliputi warna, bau, bentuk
pada waktu 0 jam, 24 jam dan 48 jam.
3 pH
sediaan di uji menggunakan pH meter dengan cara mengukur
sediaan dengan pH meter dilihat dan di amati perubahan pada 0
jam, 24 jam dan 48 jam.
4 viskositas
sediaan krim diuji viskositas menggunakan brokfield dengan
spindel yang sesuai, lakukan pengamatan pada 0 jam, 24 jam dan
48 jam.
6 DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Sarfaraz K. Niazi. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations. Vol IV. CRC press
7 KEMASAN
Vit E-Cream
Komposisi
Mengandung :
Vitamin E acetat 10 g
Propylenglikol 15g
Lutrol F 127 20g
Aquades 55g
Indikasi
Antioksidan yang membantu meredam radikal bebas
dan memelihara kesehatan kulit.
Cara pakai :
Gunakan pagi hari pelembab pada kulit dan
melindungi kulit dari paparan sinar matahari sebelum
beraktifitas.
Diproduksi oleh:
Bandung- Indonesia
Dosis dan alasan pemilihan dosis : 600 mg (bobot 2 gram), alasan pemilihan
dosis zat aktif yaitu aspirin dapat diberikan
secara rektal dengan suppositoria, di ulang
setiap 4 jam sampai 6 jam sesuai dengan
kebutuhan. Dosis sebagai suppositoria
adalah 450-900 setiap 4 jam, maksimal 3,6
gram sehari. (martindale : 23).
I PREFORMULASI
I.1 Nama zat aktif : Acidum Acetyksalicylic
Sinonim : Asam Asetilsalisilat, Asetosal
Struktur :
II Zat Tambahan
II.1 Cera flava
Sinonim : Malam kuning
Pemerian : Zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak
rapuh jika dingin, menjadi elastis jika hangat dan bekas
patahan buram dan berbutir-butir
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) p larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat,
dalam minyak lemak, dan dalam minyak atsiri
Khasiat : Zat tambahan
(FI Edisi III : 140)
IV PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Bahan
Asetosal 0,6 g
5
x 2=0,1
Cera flava 100 g
= 0,001 g x 1000 = 1 g
Nilai tukar asetosal 1,1 (Dispensing of Medication, hal. 96).
Aspirin yang dibutuhkan = 0,6 g x 1000 = 600 g
Bobot 1000 suppositoria = 2 g x 1000 = 2000 g
Nilai tukar aspirin = 600 g x 1,1 = 660 g
Jadi ol. Cacao yang diperlukan = 2000 g 660 g = 1340 g
4.2 Penimbangan Bahan
Asetosal 600 g
Cera flava 100 g
Tokoferol 1 g
Ol. Cacao 1340 g
V PROSEDUR PEMBUATAN
1 Disiapkan alat dan bahan.
2 Cetakan dilumasi terlebih dahulu dengan gliserin, agar memudahkan
mengeluarkan suppositoria dalam cetakan.
3 Kemudian cetakan ditelungkupkan untuk menghindari penumpukan
gliserin dalam cetakan.
4 Cera flava bersama oleum cacao dilelehkan diatas penangas air,
dengan pengadukan sekali-kali. Selama pelelehan suhu harus tetap
terkontrol tidak melebihi 37C.
5 Masukkan aspirin kedalam cawan yang berisi cera flava dan oleum
cacao aduk ad homogen, biarkan hingga agak dingin.
6 Campur tokoferol dengan bahan lain ad homogen.
7 Kemudian lelehan dimasukkan ke dalam cetakan, biarkan memadat
pada suhu kamar kurang lebih selama 15 menit.
8 Lelehan yang telah memadat dimasukkan kedalam lemari pendingin
selama 10 menit, lalu dimasukkan kedalam freezer selama 5 menit.
9 Setelah memadat sempurna, keluarkan suppositoria dalam cetakan.
VI EVALUASI SEDIAAN
VIII KEMASAN
8.1 Kemasan Sekunder
8.2 Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA ( STFI)
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI TAHUN
AJARAN 2016/2017
SELF FORMULATION
1 PREFORMULASI
1 Nama zat aktif : Dietylamine salicylate
(british pharmacopea volume 1588)
Struktur :
Dosis
Dapat digunakan pada orang dewasa atau anak-anak diatas
6 tahun.
Oleskan sedikit didaerah yang sakit dan pijat sampai krim
menyerap. Digunakan 3 kali sehari.
Indikasi
Nyeri rematik pada sendi dan neralgia (nyeri pada syaraf),
tegang otot, memar, tortikolis (leher terputar sehingga
kepala miring), sakit pinggang, kram otot, kaku otot, nyeri
pada ujung bagain yang diamputasi
Efek samping:
Reaksi kulit, seperti kemerahan, iritasi.
3 ZAT TAMBAHAN
GLYCERIN
Gliserol
PROPYL PARABEN
Rumus Kimia : C10H22O3
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil tidak
berwarna.
Kegunaan dalam Formula : Pengawet
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut
dalam 3,5 bagian etanol 95%, dalam 3
bagian aseton, dalam 140 bagain gliserol
da dalam 40 bagain minyak lemak,
mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Titik Lebur : 95o sampai 98o
(Sumber : farmakope indonesia edisi 3 halaman 535)
METHYLPARABEN
PARAFFINUM
SODIUM HYDROXIDE
GLYCEYL MONOSTEARATE
Untuk 10 tube
White soft parafin 2.25 x 10 = 22.50 gram
Glyceryl monostearate 1.25 x 10 = 12.50 gram
Sorbitan monostearate 0.5 x 10 = 5 gram
Vitamin E oily 0.01 x 10 = 0.1 gram
Aquadest 0.5 x 10 = 5 gram
Sodium phospate Mono 0.071 x 10 = 0.17 gram
Sodium hidroxide pallet 0.013 x 10 = 0.13 gram
Natrium etylen diamine tetra 0.0166 x 10 = 0.166 gram
Dietylamine salisilate 1.2 x 10 = 12 gram
Menthol 0.012 x 10 = 0.12 gram
Chlorbutol 0.05 x 10 = 0.5 gram
Glycerin 0.04 x 10 = 0.4 gram
Metylparaben 0.02 x 10 = 0.2 gram
Propylparaben 0.012 x 10 = 0.12 gram
Penimbangan
White soft parafin 22.50 gram
Glyceryl monostearate 12.50 gram
Sorbitan monostearate 5.00 gram
Vitamin E oily 0.10 gram
Aquadest 5 gram
Sodium phospate Mono 0.71 gram
Sodium hidroxide pallet 0.13 gram
Natrium etylen diamine tetra 0.166 gram
Dietylamine salisilate 12.00 gram
Menthol 0.12 gram
Chlorbutol 0.50 gram
Glycerin 0.40 gram
Metylparaben 0.20 gram
Propylparaben 0.12 gram
IV Prosedur
1 Persiapan bahan dan alat, ditimbang zat satu persatu
2 Dilebur, satu persatu, white soft parafin, glyseril monostearat, span
60, dan vitamin E oily pada suhu 79 o-75o, didiamkan sampai suhu
70o c sambil diaduk perlahan lahan.
3 Pada wadah terpisah, panaskan sebagian aquadest sampai suhu 90o
lalu larutkan paraben dalam aquadest aduk dan diamkan sampai
suhu 65o-70o.
4 Lalu dalam wadah terpisah lainnya, dilarutkan natrium hidroksida
pellet dan natrium phosphate monobasic dalam sisa aquadest ad
larut.
5 dicampurkan point nomber 4 dan nomber 3 lalu diaduk selama 5-
10 enit pada kecepatan rendah dan suhu 65o-70oc
6 Didinginkan campuran sampai suhu 25oc, diperiksa dan
disesuaikan pH sampai 6,8 7,2. Lalu tambahkan Sodium Sulfide,
Sodium etylen diamine tetraacetate dan dietylamine salisilat diaduk
pada suhu 50oc.
7 Disaring dengan polyester clocth dan dijaga suhunya pada 50oc
8 Disetting Becomix pada suhu 70oc, dengan kecepatan 10 rpm dan
vakum 0.6 bar
9 Dipindahkan fase minyak pada suhu 70 oc , disaring dengan
penyaring stainless steel dan dicampur
10 Dihomogenkan dengan kecepatan rendah selama 10 menit pada
suhu 65o-70
11 Disetting Becomex pada suhu 50oc dan masukan larutan
dietylamine salisilat kedalam basis
12 Diaduk terus dan ditambahkan chlorbutol,mentol dan glyserin pada
40oc (mentol, chlorbutol dan glycerin dilarutkan terlebih dahulu
pada wadah terpisah)
13 Diaduk selama sepuluh menit dan didinginkan sampai 25 derajat,
pindahkan pada kemasan.
V EVALUAISI
V.I. Prosedur Evaluasi
1 Homogenitas
Sediaan dioleskan pada kaca objektif lalu diratakan tipis tipis,
Diamati homogenitas dalam bahan aktif dalam basis krim.
2 Organoleptis
Sediaan uji diamati organoleptisnya meliputi warna, bau,
bentuk pada waktu 0 jam, 24 jam, 48 jam
3 pH
Sediaan diuji menggunakan pH meter dengan cara mengukur
sediaan. dilihat dan diamati perubahan pH pada 0 jam, 24 jam,
48 jam
4 Viskositas
Sediaan diuji diukur skositasnya dengan menggunakan
brookfield dengan menggunakan spindel yang sesuai,
dilakukan pengamatan selama 0 jam, 24 jam dan 48 jam
VI KEMASAN
VI.1. Logo
VI.2. Label
Indikasi:
Nyeri rematik pada sendi dan neralgia (nyeri pada syaraf), tegang
otot, memar, tortikolis (leher terputar sehingga kepala miring),
sakit pinggang, kram otot, kaku otot, nyeri pada ujung bagain yang
diamputasi
Dosis:
3 kali sehari untuk dewasa dan anak diatas 6 tahun.
Cara KerjaObat:
Dietilamine salisilat memiliki fungsi sebagai antiinflamasi atau
penghilang rasa sakit, krim ini bekerja sebagai kontra iritan yang
bila diterapkan kekulit menyebabkan sensasi panas. Sensasi panas
ini mengalihkan perhatian otak dari rasa sakit asli dan mengulasi
presepsi sakit.
EfekSamping:
Reaksi kulit, seperti kemerahan, iritasi.
VII DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia edisi
III.DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia
edisiIV.DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.
Anonim.1994. Handbook of Pharmaceutical excipients.Edisi II.
London: The Pharmaceutical PressDepartment of Pharmaceutical
Sciences.
Anonim. 2010. ISO Indonesia volume 45. PT. ISFI Penerbitan.
Jakarta.
Tjay, Tan HoandanRahardja, Kirana.2007.Obat-
ObatPenting.Edisikeenam.Elex Media Komputindo. Jakarta.
http://epharmacy.cybermoslem.net/?
p=konten&plh=generikReq&sub=285
http://publichealthnote.blogspot.com/2012/03/atenolol.html
LABORATORIUM
PROMETHAZINE HCL
I PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Promethazine HCL
Struktur :
2
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak kekuningan,
tidak berbau.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol
(95%) P panas dalam kloroform P; praktis
tidak larut dalam eter P, dalam aseton P dan
dalam etil asetat P.
Titik leleh : 150o C
pH : 4.0 5.0
Stabilitas : Stabil
Sediaan dipasaran : Microlax, stesolid, feel enema
Dosis : 25 mg
Penggunaan terapi : Antihistamin
Alasan : Karena dengan bentuk sediaan larutan yang
dimasukan kedalam rektal diharapkan zat
aktif cepat mencapai pada reseptornya.
Sehingga, efek terapinya yang ditimbulkan
lebih cepat. Dalam bentuk sediaan ini juga
baik untuk fasien yang sulit untuk
penggunaan obat secara peroral.
( Sumber : Farmakope Indonesia edisi V, hal 576 )
(AHFS drug information essensials).
1 Aspek Farmakologi
Absorpsi : Direktal
Distribusi : Didistribusikan secara luas di jaringan
tubuh.
Dibandingkan dengan organ lain,
konsentrasi yang lebih rendah dari obat
yang ditemukan di otak, tapi konsentrasi ini
lebih tinggi dari konsentrasi plasma.
Metabolisme : Dimetabolisme di hati.
Ekskresi : Diekskresikan perlahan dalam urin
(terutama)
dan fesses
Dosis : Dapat diberikan rektal atau dosis yang
identik
dengan dosis oral 25 mg; Dosis dapat
diulang dalam waktu 2 jam jika diperlukan.
2 Zat Tambahan
a Zat tambahan : Polietilen glikol 400
Rumus kimia :
III PERHITUNGAN
Promethazine : 25 mg 0.025 gram
20
PEG 400 : 100 x 5 = 1 gram / 5 ml x 3 = 3 gram/ ml
2
Natrium Sitrat : 100 x 5 = 0.1 gram / 5 ml x 3 = 0. 3 gram/
ml
15
Sorbitol : 100 x 5 = 0. 75 gram / 5 ml x 3 = 2. 25
gram/ ml
IV PROSEDUR PEMBUATAN
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Kemudian ditimbang
semua bahan. Lalu setelah itu promhetazine HCL dilarutkan dengan sedikit
aquadest. Kemudian dicampurkan dengan PEG 400. Lalu ditambahkan
natrium sitrat dan sorbitol. Kemudian ditambahkan aquadest ad 5 ml.
V EVALUASI SEDIAAN
5.1 Organoleptis
Meliputi : bau, warna dan tekstur sediaan
2 pH
Dengan menggunakan pH meter dimana, sebelum dilakukan
terhadap sediaan rektal pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan dapar, setelah itu dicek dan dicatat pHnya.
3 Viskositas
Sediaan rektal dimasukan kedalam beaker glass kecil dan dicek
viskositasnya menggunakan viscometer cup and bob (Brookfield) dicatat
ukuran spindle, rpm yang digunakan dan dicatat hasilnya.
4 Homogenitas
Sediaan rektal diambil seujung spatel. Kemudian sediaan diuji diatas
kaca arloji.
5 Uji efektivitas pengawet antimikroba
Inokulasi menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet secara
aseptic kedalam wadah asli sediaan. Jika wadah tidak dapat ditembus secara
aseptic. Maka, pindahkan masing-masing sampel kedalam tabung
bakteriologik bertutup steril. Lalu diinokulasi. Kemudian diinkubasi pada
suhu 200C atau 250C lalu diamati.
VI KEMASAN
1 Logo
3 Brosur
4 Kemasan primer
5 Kemasan sekunder
DAFTAR PUSTAKA
ALBENDAZOLE
Dosis: 400mg/10ml
1 PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Albendazole
Struktur :
Pemerian : Serbuk putih atau agak kekuningan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, Praktis
tidak larut dalam etanol, sukar larut
dalam metil klorida, mudah larut
dalam asam format anhidrat.
Titik leleh :
pH : 4,5-5,5
Stabilitas : Simpan dalam wadah tertutup,
hindari kontak langsung dengan
cahaya
Sediaan di pasaran : Albenza, Andazol, Eskazole
Dosis : 400 mg
Penggunaan terapi : Antelmhintik
Alasan Bentuk sediaan : Pemilihan bentuk sediaan larutan
adalah dikarenakan banyak pasien
kesulitan untuk menelan sediaan
dalam bentuk oral lain seperti tablet.
Dan pemilihan bentuk suspensi ini
dikarenakan zat aktif yang digunakan
tidak larut dalam air ( tidak dapat
dibuat sediaan sirup
Rumus kimia :
Pemerian : serbuk putih atau putih
kuning gading
Kegunaan dalam formula :
pH : 6,5-8,5
Stabilitas :
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut
dalam etanol, eter, dan
organik lainnya
2 Nama zat : Sorbitan Monolaurat
Rumus kimia : C18H34O6
Pemerian : Cairan/krim berwarna atau
padatan dengan bau dan rasa
khas
Kegunaan dalam formula : Wetting (0,1-3%)
pH :-
Stabilitas : Penyabunan dengan asam
3 Nama zat : Potassium sorbate
Rumus kimia :
Pemerian : Kristal putih, berbau khas
Kegunaan dalam formula : Pengawet (0,1-0,2%)
pH :6
Stabilitas : Aktivitas antimikroba
berkurang bila ada surfaktan
nonionic
2 Formulasi
1 Formula
R/ Albendazol 400mg/10ml
Sirup Simplex 25%
Na-CMC 1%
aquadest q.s
2 Alasan Pemilihan Zat Tambahan
Penggunaan Sirup simplex dalam formula adalah sebagai
pemanis dalam sediaan suspensi. Alasan pemilihan Na-CMC dalam
formula ini adalah karena Na-CMC digunakan sebagai suspending
agent.
3 Perhitungan
4 Prosedur
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu
ditimbang satu persatu bahan dan dilakukan kalibrasi botol
60 ml sebanyak 5 botol. Disiapkan air dalam beaker glass
kemudian dipanaskan dalam penangas air untuk melarutkan
Na-CMC. Dimasukkan Na-CMC ke dalam air panas tersebut,
diaduk dalam keadaan panas sampai tercampur semua dan
mengembang. Kemudian dimasukkan ibuprofen dan
amoxicillin ke dalam Na-CMC yang sudah mengembang,
diaduk dengan menggunakan magnetic stirer sampai
tercampur. Setelah itu ditambah sirup simplex dan aquadest
di ad sampai 60 ml kemudian diaduk lagi dengan magnetic
stirer. Setelah homogen, sediaan dimasukkan kedalam botol sampai tanda
batas 60 ml dan dilakukan evaluasi suspensi.
5 Evaluasi
1 Uji Organoleptis
Dilihat bentuk, warna, kejernihan, dan bau pada sediaan yang
telah dibuat lalu dicatat dalam lembar data pengamatan
2 Uji Viskositas
Viskositas diuji dengan menggunakan alat viskometer
brookfield. Viskometer harus dalam keadaan seimbang atau
berada pada permukaan yang rata. Dilakukan sebelumnya
penentuan spindle yang akan digunakan, dengan cara
menggunakan spindle terkecil untuk sediaan encer kemudian
dipilih spindle mana yang akan digunakan. Spindle dipasang
pada alat viskometer brookfield, lalu direndam spindle pada
sampel sampai batas. Alat viskometer dijalankan dari rpm 1,5, 3,
dan 6. Setiap rpm, angka yang dicatat merupakan angka yang
konstan. Setelah diperoleh, hasil pembacaan dikalikan dengan
faktor pengkali dan didapat viskositas dalam centi poise (cp).
Dicatat pada lembar data penamatan.
3 Volume Sedimentasi
Diamtati dan dicatat volume yang terjadi dalam interval waktu
hari ke1, hari ke 2, hari ke 3, dan hari ke 4.
4 Bj
Ditimbang piknometer kosong lalu diisi dengan 10ml larutan
sampel lalu dihitung BJ larutan tersebut.
6 Daftar Pustaka
British Pharmacopeia. 2009. British Pharmacopeia Volume I and II.
London : Medicines and Healthcare Product Regulatory Agency
(MHRA)
Goodman, A. dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta:
EGC.
Rowe, R. C., Shaske P. J. dan Weller P. J. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. Edisi V. London: Publisher Gaeres
Zat aktif : Salicylic Acid
Dosis : 0.5 %
II PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Asam Salisilat
Struktur :
2 Zat Tambahan
1 Carbomer
Rumus kimia :
pH : 6-11
Stabilitas :
pH :
pH :
2
2 Carbomer = 100 x 15 = 0.3 gram
6
3 Gliserin = 100 x 15 = 0.9 ml
5
4 Etanol = 100 x 15 = 0.75 ml
5 Aquadest = 15 - (2.025) = 13
b Perhitungan untuk 5 tube
1 Asam Salisilat = 0.075 x 5 = 0.375 gram
2 Carbomer = 0.3 x 5 = 1.5 gram
3 Gliserin = 0.9 x 5 = 4.5 ml
4 Etanol = 0.75 x 5= 4 ml
5 Aquadest = 15 - (10,375) = 4,625
V PEMBUATAN
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2 Dikembangkan carbomer dengan air panas sampai mengembang.
3 Dilarutkan asam salisilat dengan etanol 70% sampai larut.
4 Ditambahkan gliserin kedalam carbomer yang telah mengembang
5 Kemudian ditambahkan asam salisilat yang telah larut sampai
homogen
6 Ditambahkan aquadest sampai homogen
7 Dievaluasi
VI Evaluasi Sediaan
1 Uji Organoleptis
Uji organoleptis terdiri dari warna, bentuk, bau dan sediaan,
dilakukan secara visual.
2 Viskositas sediaan
Dilakukan dengan menggunakan viskometer brookield, digunakan
spindle T95.
3 Daya sebar sediaan
Dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kaca objek, lalu
dilihat dibawah microskope
4 Daya lokal sediaan
Dilakukan dengan mengoleskan langsung dikulit, dan dicatat
waktu melekatnya sediaan pada kulit.
5 Antibakteri gel
Uji daya hambat gel dilakukan dengan menggunakan metode difusi
padat yaitu dengan menahan sediaan gel dalam media mueller
hinton yang telah diberi staphylococcus aureus.
6 Presentasi hasil
Wadah kosong yang ditimbang dimana formulasi gel disimpan
sekali lagi wadah ditimbang dengan formulasi gel kemudian
dikurangi wadah kosong ditimbang dengan wadah dengan
formulasi gel.
7 Kandungan obat
Ditimbang 10 gram setiap formulasi gel dilarutkan dalam 250 ml
labu ukur yang mengandung 20 ml alkohol diaduk selama 30
menit. Volume dibuat sampai 100ml dan disaling. Dibuat
pengenceran dan dilihat absorbansi dengan spektrofotometer.
8 PH
Diukur dengan PH meter, yang sebelumnya dikalibrasi terlebih
dahulu.
9 Uji iritasi pada kulit
Dilakukan pada tikus wistar, tikus diukur, dioleskan sediaan
diamati setiap iritasi kulit seperti eritema/edema dilakukan selama
4 hari.
Daftar pustaka
Rachdian dani,dkk. 2010. ISO Indonesia. Volume 45. Jakarta: PT. ISFI
Kemasan
Brosur
SALISIC ACID
Cara pemakaian:
Kegunaan:
Membantu merawat kulit bekas jerawat,
Indikasi:
Melepaskan lapisan keratin yang menyumbat jerawat,
membentuk jaringan kulit baru dibekas tumbuhnya jerawat
Kontra Indikasi:
Hanya untuk pemakaian luar, hindari kontak langsung
dengan mata, jika timbul gangguan pada kulit kurangi
pemakaian dan hentikan pemakaian bila gangguan kulit
tetap ada.
Farmakologi:
Penyimpanan:
Jenis: Gel
No bath: DO3413037
Rosita Anggraeni
A 141 040
Reguler pagi A / Kelompok A
1 Preformulasi
1 Panthenol, pantotenol, vit b5
Struktur :
Rumus Molekul
: C9H19NO4
BM : 205,25
( USP 2856)
Pemerian : cairan jernih, kental, tidak
berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan daloam
etanol 95%, agak sukar larut dalam
eter p
( FI III hal
471)
Titik leleh : 64.5o-68.5oc
( USP 2856 )
Sediaan dipasaran : 1. Sanosan salep, Salep bepanten
Penggunaan terapi : 3-5% penggunaan untuk
melindungi dan menenangkan
kulit, ruam popok, meregenarasi
kulit, pengobatan kulit yang rusak
sehingga kulit tidak kering.
(BASF)
Alasan pemilihan bentuk sediaan : dibuat salep karena untuk
memperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan untuk membalut
kulit yang terkena iritasi, tidak
mengering, dan tidak berubah
dalam waktu lama.
2 Aspek Farmakologi
Panthenol dalam bentuk salep ini akan berpenetrasi melalui epidermis
( permukaan kulit ), stratum korneum, dan diadermis, zat aktif akan
berikatan pada lapisan yang dilewati pada kondisi tertentu sediaan obat
dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis, sementara itu zat
aktif pada sediaan topikal akan disreap oleh vaskuler kulit pada dermis
san hipodermis pada saat sediaan di oleskan akan terjadi interaksi:
1 Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam
vehikulum
2 Vehicle skin interaction: interaksi dengan kulit
3 Solute skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit.
Absorpsi : lag phase pada saat dioleskan, rising phase menembus atau
melewati kulit, dan falling phase pelepasan bahan aktif dibawa ke
dermis.
( Arvalendini.dkk.2014.
Jurnal)
3 Zat tambahan
1 Cetyl alkohol ( C16H340)
Struktur
Rumus kimia /
molekul
:
C16H31O
BM :
Pemerian : Butiran atau bongkahan
berwarna putih
Kelarutan :
Kegunaan dalam formula : emulsifying agent 2-5 %
Titik leleh : 45-52oc
Stabilitas : disimpan ditempat kering, stabil
dengan asam, basa, cahaya
dan udara.
( HOPE hal 155 )
2 Stearil alkohol
Struktur :
1
Almond oil : 100 x 50g = 0.5g x 20 = 10g
4
Cetyl alkohol : 100 x 50g = 2g x 20 = 40g
3
Stearil alkohol : 100 x 50g = 1,5g x 20 = 30g
Kemasan
Etiket
Brosur
SEMESTER V - 2017
I PREFORMULASI
1.1. Nama Zat Aktif : Tridax Procumbens
Nama Daerah :
Katumpang, gletang, cemondelan, gobesan, londotan, orang
aring, prepes, sidawala, srunen, tarsentaran, toroto dan songgo
langit.
Morfologi Tanaman :
Herba dengan batang tegak lurus, bulat, dan berbulu, warna
putih, daun majemuk menyirip genap, berhadapan silang, bentuk
bulat telur dengan tepi agak menoreh, dan permukaan berbulu
kasar, bunga diujung percabangan, bunga pita berwarna putih
dengan 2 - 3 cangap, dan bunga tengahnya berwarna kuning,
buah atau biji berbentuk silindris, coklat kehitaman, dan bulu
bulunya berwarna pucat keabu abuan.
II FORMULASI
R/ Ekstrak daun Tridax Procumbens 500mg
Carbopol 934 2%
Metylparaben 0,15%
Propylparaben 0,15%
Monoethanolamine 15%
Propyleneglycol 50%
Aquadest qs.
( Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Semi Solid Products,
halaman 246 )
III PERHITUNGAN
3.1. Perhitungan bahan untuk 1 pot salep
Ekstrak daun tridax procumbens = 500mg = 0,5gram
2
Carbopol 934 = 100 x 10gram = 200mg = 0,2gram
0,15
Metylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015gram
0,15
Propylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015gram
15
Monoethanolamine = 100 x 10gram = 1,5ml
50
Propyleneglikol = 100 x 10gram = 5ml
IV PROSEDUR PEMBUATAN
1 Daun tridax procumbens dikeringkan selama 48 jam pada suhu
kamar.
2 Daun dihaluskan sebanyak 500mg kemudian direndam dengan air
sebanyak 1 liter selama 72 jam pada suhu kamar.
3 Filtrate dituangkan diambil 100ml kemudian dievaporasi dengan
vakum pada suhu kamar.
4 Ekstrak kental kemudian di leofilisasi untuk mendapatkan serbuk
ekstrak tridax procumbens.
5 Propilparaben dibasahi terlebih dahulu oleh propyleneglikol,
kemudian ditambahkan ektrak daun tridax procumbens.
6 Carbopol 934 dicampurkan dengan propyleneglikol dan aquadest,
kemudian dicampurkan dengan metylparaben.
7 Campuran diaduk pada 300rpm selama 2 3 jam.
8 Selanjutnya tridax procumbens ditambahkan dan diaduk selama 1
jam sampai homogeny.
9 Kemudian ditambahkan monoethanolamine sampai pH 6
10 Sediaan yang telah jadi dimasukan pada wadah dan diberi label
( Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Semi Solid Products,
halaman 246 )
V EVALUASI SEDIAAN
A Evaluasi Fisika
1 Homogenitas
Dioleskan pada kaca arloji atau bahan transparan lain,
harus menunjukan susunan yang homogen.
( Farmakope Indonesia, ed 3, halaman 33 )
2 Viskositas
Viskositas menyatakan tahan dari suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi akan semakin besar tegangan
dengan cara sediaan yang diuji dimasukan pada alat
viskometer Brookfield yang sebelumnya dipasangkan
spindel an diatur rpm sampai hasil yang didapatkan
konstan.
3 Daya melekat pada kulit
Sediaan yang dibuat dioleskan pada kulit dan amati
berapa lama salep melekat pada kulit.
4 Daya menyebar
Menggunakan alat entensometer, dimana salep
mempunyai kemampuan penyebaran pada kulit.
5 Kecepatan pelepasan obat
Mengetahui pelepasan obat pada kulit dengan membrane
selofan.
6 Konsistensi
Menggunakan alat penetrometer, sediaan mudah
dikeluarkan dari tube atau pot dan mudah dioleskan.
7 Bau dan warna
Mengamati terjadinya perubahan fasa dalam beberapa
waktu.
8 pH
Sediaan uji diukur dengan pH meter, pH kulit 4,5 5
untuk mengetahui stabilitas zat aktif, efektifitas
pengawet, dan keadaan kulit.
9 Isi minimum
Netto 10 sediaan lebih atau sama dengan 100% netto
yang tertera pada etiket berkaitan tidak langsung dengan
dosis atau jumlah zat aktif dalam basis.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 997)
B Evaluasi Kimia
1. Identifikasi zat aktif
2. Penetapan kadar zat aktif
C Evaluasi Biologi
Uji penetapan potensi antibiotic. Pengukuran potensi beberapa
zat antibiotic yang dipakai secara topical.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 891 899 )
LAMPIRAN
A. Kemasan Primer
B. Kemasan Sekunder
C. Brosur
DAFTAR PUSTAKA
SEMESTER V 2016/2017
Dosis : 150 mg
I Preformulasi
1.1 Nama Zat Aktif : Amoxicillin
Struktur :
1.3.3 Gliserin
Inkompakbilitas : -
1.3.9 Aquadestilata
II. Formulasi
R/ Amoxcillin 150mg
Asam Stearat 1%
TEA 2%
Parrafin liq 5%
Cetil Alkohol 3%
Gliserin 20%
Aquadestilata ad 100ml
III. Perhitungan
A Alat
Spatel, neraca analitik, tube, gelas ukur, penangas air, mixer, gelas
ukur, beaker glass.
B Bahan
Amoxcillin, asam stearate, TEA, paraffin kaveton, ceril alcohol
gliserin, methyl paraben, propil paraben, guar gum, aquadestilata.
C Pembuatan
Semua obat disiapkan dan ditimbang. Fase minyak yaitu asam
stearate, ceril alcohol dan paraffin dilebur. Fase air yaitu TEA, gliserin
dan air dicampurkan fase minyak kedalam fase air dan diaduk
homogeny pada suhu 70 C, dinginkan sekitar suhu 40 C. Methyl
paraben, propyl paraben, gum guar & amoxicillin dimasukan hingga
homogen.
V. Evaluasi Sediaan
A Organoresis
Pemeriksaan meliputi berikut, warna dan bau yang diamati secara
visual.
B Homogenitas
Pemeriksaan dengan cara meletakkan sediaan diantara dua kaca, lalu
diperhatikan adanya partikel kasar/ tidak.
C PH
Pemeriksaan PH diawali dengan melakukan kalibrasi PH meter dengan
larutan dapat PH y, y, dan y PH meter dicelupkan kelotion kemudian
dicatat nilai PH yang didapat.
D Sedimentasi
Pemeriksaan dengan cara menempelkan millimeter pada botol bening,
kemudian setiap selama pengujian dicek dan diukur sedimen yang
terbentuk dihitung nilai sedimentasi.
E Viskositas
Diukur menggunakan viscometer bloodfield, dicelupkan ke dalam
sediaan dengan RPM 3 menggunakan spindle tertentu dihitung nilai
viskositas yang didapat.
VI. Kemasan
LABORATORIUM
I PREFORMULASI
1.1 Nama Zat Aktif : Dexamethasone Sodium Phosphate
Struktur :
5 Propil Paraben
Struktur :
IIIPERHITUNGAN
1 Perhitungan
0,05
Dexamethasone phosphate : 100 x 10 = 0,005 gram
10
Lanolin : 100 x 10 = 1 gram
20
Vaselin Album : 100 x 10 = 2 gram
0,15
Propil Paraben : 100 x 10 = 0,015 gram
V PROSEDUR EVALUASI
1 Organoleptis
Sediaan yang telah jadi kemudian diamati secara organoleptis
meliputi warna, bau, bentuk pada waktu 0jam, 24jam, 48jam, 72jam.
2 pH
Sediaan yang telah jadi kemudian diamati pH dengan
menggunakan pH meter atau pH universal.
3 Homogenitas
Sediaan salep yang telah jadi dioleskan pada kaca objek, lalu
diratakan tipis-tipis kemudian diamati homogenitas dari salep tersebut.
4 Viskositas
Sediaan yang telah jadi dilakukan uji viskositas dengan menggunakan
Viskometer Brookfield.
5 Uji Mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel
didalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga
sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari
spesimen mikroba tertentu. Spesimen uji biasanya terdiri dari
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Salmonella. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 1 mL dari tidak
kurang enceran 10-3 biakan mikroba berumur 24 jam kepada
enceran pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat 7,2, Media fluid
Soybean-Casein Digest atau Media Fluid Lactose Medium) dan
diuji sesuai prosedur (Depkes RI, 1995).
6 Uji Kebocoran
Pilih 10 tube salep mata, bersihkan dan keringkan permukaan luar
tube. Letakkan tube dengan posisi horizontal diatas lembaran keratas
penyerap dalam oven pada suhu 60 derajat Celcius + 3 selama 8 jam
Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama pengujian terjadi.
Syarat : Tidak satupun tube yang bocor, dan jika ada satu tube yang
bocor, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan . Dari 30 tube Tidak
lebih dari satu tube yang bocor.
7 Ukuran Partikel
Sediaan salep yang telah jadi dioleskan dalam kaca objek,
kemudian dicek ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop
V KEMASAN
DEXTROL
0,05% Sodium Posphate
Dexamethasone
K
Salep Mata
Netto : 10 gram Tiap gram mengandung :
ARTURO FARMA Dexamethasone
Sodium Posphate.. 0,05%
Indikasi :
Peradangan pada mata disertai dengan infeksi bakteri.
Kontra Indikasi :
Infeksi mycobacterial pada mata
DEXTROL
0,05% Sodium Posphate
Dexamethasone
K
Salep Mata
Netto : 10 gram Tiap gram mengandung :
ARTURO FARMA Dexamethasone
Sodium Posphate.. 0,05%
DEXTROL
0,05%
Dexamethasone Sodium Posphate
Salep Mata
K
Netto : 10 gram Tiap gram mengandung :
ARTURO FARMA Dexamethasone
Sodium Posphate.. 0,05%
DEXTROL
Komposisi:
Aturan pakai :
Dioleskan sehari satu tetes tiap 4 jam
Indikasi :
Peradangan pada mata disertai infeksi bakteri
Kontraindikasi :
No.Reg : DKL1734533A1
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Mc Evoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information. American Society of Health
System Pharmacists, US.
Parfitt, K. 1999. Martindale The Complete Drug Reference. 32rd edition.
Pharmaceutical Press, Taunton, Massachusetts, USA.
Rowe, R.C., Sheskey, J.P., Marian, E.Q. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th edition. American Pharmaceutical Association,
London, Chicago.
Sheli Marshelina
A 141 022
Zat Aktif : Estradiol Vaginal
Bentuk Sediaan : krim
JUMLAH SEDIAAN YANG AKAN DIBUAT : 100 tube
Dosis : 0,01 %
I PREFORMULASI
I.1 Nama Zat Aktif : Estradiol
Struktur :
A. Absorbsi
C. Metabolisme
Eksogen estrogen dimetabolisme dalam cara yang sama seperti
estrogen endogen. Beredar estrogen ada dalam keseimbangan dinamis
dari interconversion matabolik. Transformasi ini berlangsung terutama
dihari. Estradiol diubah reversibel untuk estrone, dan keduanya dapat
dikonversi ke estriol, yang merupakan metabolit kemih utama.
Estrogen juga menjalani resirkulasi enterohepatik via sulfat dan
glukuronida kunjugasi dihati, sekresi konjugat kedalam usus, dan
hidrolisis dalam usus diikuti oleh reabsorpsi. Pada wanita menopause,
proporsi yang signifikan dari estrogen beredar ada sebagai konjugat
sulfat, terutama estron sulfat, yang berfungsi sebagai reservior beredar
untuk pembentukan esrtogen lebih aktif.
D. Eliminasi
Estron, dan estriol dieksresikan dalam urin bersama dengan
glukuronida dan sulfat konjugat.
A. Cera Alba
B. Propilenglikol
Kegunaan : Humektan
C. Na Lauril Sulfat
Kegunaan : Surfaktan
D. Metilparaben
Kegunaan : Pengawet
E. Stearilalkohol
Rumus Kimia :
Pemerian : Butiran atau potongan, lian, putih, bau khas lemah,
tawar
Kegunaan : Emulgator
III PERHITUNGAN
0,01
Estradiol 100 x 40 gram = 0,004 g x 100 tube = 0,4
15
Propilenglikol 100 x 40 gram = 6 ml x 100 tube = 600
ml
1.5
Cera Alba 100 x 40 gram = 0,6 g x 100 tube = 60
0,5
Na Lauril Sulfat 100 x 40 gram = 0,2 g x 100 tube = 20
0,18
Metilparaben 100 x 40 gram = 0,072 g x 100 tube = 7.2
1,5
Stearilalkohol 100 x 40 gram = 0,6 g x 100 tube = 60
Aquadest 40 g ( 0,004+6+0,6+0,2+0,072+0,6)
= 40 7.476
= 35.524 x 100 tube = 3,552.4
IV PROSEDUR PEMBUATAN
Semua alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih
dahulu lalu ditimbang semua bahan yang akan digunakan. Kemudian
dilebur fase minyak yaitu cera alba, metilparaben, estradiol dan
sterailalkohol pada suhu 70-75 kemudian dilebur fase air yaitu PPG,
Na lautil sulfat pada suhu yang sama dengan fase minyak. Kemudian fase
air ditambahkan sedkit demi sedikit secara perlahan lahan kedalam fase
minyak kedua fase temperatur harus sama, lalu dimasukan sisa air sediit
demi sedkit kedalam campuran tersebut sambil diaduk sampai tercampur
lalu setelah sediaan jadi dimasukan kedalam kemasaln lalu dilakukan
evalusi.
V EVALUASI SEDIAAN
a Prosedur Evaluasi
1 Organileptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
warna, rasa dan tekstur sediaan.
2 pH
Evaluasi pH mengunakan alat pH meter, terlebih dahulu
menggunakan asam, basa dan netral sebelum digunakan. Kemudiaan
tes sample menggunkan pH meter, setelah digunakan dibersihkan
dengan aquadest sampai bersih dan jangan tersentuh oleh tangan
3 Homogenitas
Sediaan yang sudah jadi dioleskan pada kaca arloji bila tampak ada
serbuk atau granul maka sediaan tidak homogen apanila pada kaca
arloji tidak ada granul atau serbuk maka sediaan homogen
4 Viskositas
Pengujian viskositas menggunkan brookfield viskometer yang
dilakukan dengan cara pasang spindel yang sesuai lalu celupkan dalam
sediaan lalu dicatat hasilnya. Viskositas sediaan krim yang sesuai
dengan persyaratan adalah 2000-50000 cps
5 Uji Keamanan
Dilakukan untuk mengatahui adanya ritasi atau tidaknya pada kulit
yang dilakukan dengan melibatkan 10 penelis atau sukarelawan yang
mengoleskan sediaan krim sebanyak 50mg pada punggung tangan
dengan luas area 2cmx2cm lalu amati gejala yang timbul setelah 15,30
da 45 menit setelah pemakaian sediaan krim
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI
KEMASAN
BROSUR
ESTROCREAM
KOMPOSISI
CARA KERJA
Cara kerja estrogen di mediasi oleh reseptor estrogen, reseptor ini merupakan protein inti sel yang akan berikatan dengan
DNA dan mengatur ekspresi gen. Secara pasif (difusi) hormon estrogen dapat dengan mudah masuk ke dalam sel melewati
sel membran dan kemudian berikatan dengan reseptor di dalam inti sel. Hormon estrogen juga dimiliki oleh laki-laki, tetapi
dalam jumlah yang lebih sedikit. Pada perempuan hormon estrogen akan merangsang kematangan karakteristik organ
reproduksi sekunder seperti buah dada, penebalan dari endometrium, munculnya rambut pubis, dan pematangan sel telur.
Pada laki-laki hormon estrogen berperan dalam maturasi atau pematangan sperma, dan juga berperan dalam mempengaruhi
libido seseorang.
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Tidak boleh digunakan pada wanita dengan salah satu kondisi berikut: perdarahan kelamin yang abnormal yang tidak
terdiagnosis. Dikenal, diduga, atau riwayat kanker payudara. Diketahui atau diduga neoplasia estrogen-dependen. Ttidak
boleh digunakan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap bahan-bahan. Diketahui atau diduga hamil. Tampaknya ada
sedikit atau tidak ada peningkatan risiko cacat lahir pada anak-anak yang lahir dari ibu yang telah menggunakan estrogen
dan progestin dari kontrasepsi oral secara tidak sengaja selama awal kehamilan
EFEK SAMPING
Pembengkakan dan nyeri pada payudara, sakit kepala, mual, sakit perut dan perut, perubahan suasana hati, menurunnya
libido, perubahan berat badan, pendarahan dari vagina
A141001
1 PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Amprenavir
Struktur : C25H35N3O6S
2 FORMULASI
1 formula yang akan dibuat
Amprenavir 15 mg/mL
D-alpha tocopheryl polyethylene glycol 1000 succinate (TPGS) 46
mg/mL
Poliprepilwnglikol 550 mg/mL
PEG 400 170 mg/mL
Kalium Acesulfame 5 mg/mL
Asam sitrat 0.3%
Natrium sitrat 0.3%
Menthol 0.01%
Aquadest ad 200 mL
3 PERHITUNGAN
Amprenavir 15 mg x 200 = 3000 mg
TPGS 46 mg x 200 = 9200 mg
PEG 400 170 mg x 200 = 34000 mg
Propilenglikol 550 mg x 200 = 110000 mg
Kalium Acesulfame 5 mg x 200 = 1000 mg
Asam sitrat 0.3/100 x 200 = 600 mg
Natrium sitrat 0.3/100 x 200 = 600 mg
Menthol 0.01/100 x 200 = 20 mg
Aquadest 200 (3+9.2+110+34+1+0.6+0.6+0.02) = 158.42
PENIMBANGAN
Amprenavir 3 g x 1000 = 3000 g
TPGS 9.2 g x 1000 = 9200 g
PEG 400 34 g x 1000 = 34000 g
Propilenglikol 110 g x 1000 = 110000 g
Kalium Acesulfame 1 g x 1000 = 1000 g
Asam sitrat 0.6 g x 1000 = 600 g
Natrium sitrat 0.6 x 1000 = 600 g
Menthol 0.02 x 1000 = 20 g
Aquadest 158.42 g x 1000 = 158420 ml
4 PROSEDUR PEMBUATAN
TPGS dilarutkan dalam aquadest kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit amprenavir, campurkan propilenglikol dan PEG 400 kemudian
tambahkan menthol sedikit demi sedikit. Kalium acesulfame dilarutkan
dalam air, begitu juga dengan asam sitrat dan natrium sitrat
Larutan PEG dan menthol dicampur dengan larutan kalium acesulfame,
larutan asam sitrat dan natrium sitrat diaduk hingga homogen tambahkan
larutan TPGS dan amprenavir, aduk ad homogen dan tambahkan aquadest.
Dikemas dan evaluasi
5 EVALUASI SEDIAAN
1 Evaluasi Organoleptis
Pengujian dilakukan dengan mengamati warna, bau, rasa dari sediaan
pada penyimpanan suhu rendah 5 c dan tinggi 35 c pada penyimpanan
masing masing 12 jam
2 Evaluasi Volume Terpindahkan
Dipilih 30 wadah secara acak, tuang perlahan tiap wadah kedalam
gelas ukur terpisah yang telah kering dan dikalibrasi. Volume rata-rata
larutan yang diperoleh Dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
tertera pada etiket. Volume rata-rata 30 wadah tidak kurang dari 100%
dari volume yang tertera pada etiket dan tidak lebih dari satu dari 30
wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% seperti
yang tertera pada etiket.
3 Evaluasi Homogenitas
Larutan dalam botol dikocok dan diamati warna dan kejernihan.
4 Evaluasi pH
Larutan diukur pH dengan pH meter
5 Evaluasi Viskositas
Larutan diukur viskisitas dengan viscometer brookfield
6 Evaluasi Berat Jenis
Dilakukan dengan menggunakan piknometer yang bersih dan kering,
ditimbang bersama tutupnya kemudian piknometer diisi sediaan oral
solution hingga tidak ada gelembung udara kemudian hitung BJ.
7 Evaluasi Volume Sedimentasi
Dilakukan dengan menempelkan millimeter blok ke dinding botol dan
hitung volume sedimentasi pasa 0,15,30,60 menit sampai 24,48 dan 72
jam.
6 DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, edisi 4. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Niazi, Sarfarazel. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation Liquid Product vol. 3. London: CRC Press.
Rowe, C. Raymond, et all. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exepient, 6
edition. London: Pharmaceutical Press.
Sadler, Brian M. 1999. Safety and of Pharmacokinetics Amprenavir a HIV
type 1 Inhibitor Following Oral of Sugle Doses to HIV-Infeeted Adult.
America Society for Microbiologi: GSK Research California.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Refenence 36th
edition. London: Pharmaceutical Press.
Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh
Soewandhi S. N. Yogyakarta: UGM Press.