Anda di halaman 1dari 225

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID

SEMESTER V - 2017

NAMA : I Gusti Ayu Putu Rastra Saptanti

NPM : A 141 013

SALEP TETRASIKLIN HIDROKLORIDA

Zat Aktif : Tetracycline Hydrochloride


Bentuk Sediaan : Salep
Jumlah Sediaan Yang Akan Dibuat : 10 tube
Dosis : 10 gram/ tube

I. PREFORMULASI
I.1. Nama Zat Aktif : Tetracycline Hydrocholide

Pemerian : Serbuk hablur, kuning; tidak berbau


; agak higroskopis. Stabil di udara tetapi
pada pemaparan terhadap cahaya
matahari yang kuat dalam udara lembab
menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH
lebih kecil dari 2, potensi berkurang dan
cepat rusak dalam larutan alkali
hidroksida.
(Farmakope Indonesia edisi IV hal
799)
Kelarutan : Larut dalma air, dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam larutan
karbonat ; Sukar larut dalam etanol ;
Praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter.
(Farmakope Indonesia edisi IV hal
799)
pH : 1,8 2,8
Stabilitas : Stabil di udara tetapi pada
pemanasan terhadap cahaya matahari
yang kuat dalam udara lembab menjadi
gelap. Dalam larutan pH lebih kecil dari
2 potensi berkurang dan cepat rusak
dalam larutan alkali hidroksida
Sediaan di Pasaran : Tetra Opmic
Dosis : 300 mg
Penggunaan Terapi : Mengobati kulit yang terinfeksi oelh
bakteri
Alasan pemilihan
sediaan : Bentuk sediaan yang dipilih salep
karena agar lebih mudah dan efektif
dalam pemakaian secara topical karena
maanfaat yang digunakannya untuk
salep topikal.

Dosis Yang Ditentukan dan Penggunaan Terapi :


Dosis yang ditentukan adalah 10 gram / pot salep. Penggunaan
terapi yang digunakan sebagai pengobatan infeksi pada kulit,
karena dilihat dari manfaat yang diperoleh dari Tetrasiklin
Hidroklorida.
I.2. Aspek Farmakologi
Mekanisme Kerja : Golongan tetrasiklin menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses
dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri gram
negatif ; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik. Ke dua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk
maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi
masuknya komplek tRNA. Asam amino pada lokasi asam amino
Efek Antimikroba : Hipersensitivitas dan fotosensitifitas
terhadap antibiotic golongan Tetrasiklin HCl

1.3. Zat Tambahan


1.3.1. Nama Zat : Vaselin Album
Pemerian : Massa lunak, lengket, putih atau
kekuningan pucat, massa berminyak
transparan dalam lapisan tipis setelah
didinginkan pada suhu 0oC .
Kelarutan : tidak larut dalam air ; sukar larut dalam
etanol dingin atau panas dan dalam
etanol mutlak dingin ; mudah larut
dalam benzene ; dalam karbon
disulfida, dalam kloroform ; larut
dalam heksan dan dalam sebagian
besar minyak lemak dan minyak atsiri
Titik Leleh : 380 60oC .
Penyimpanan : disimpan pada wadah kedap udara,
terlindung cahaya dan tahan korosi.
(Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1312)

1.3.2. Nama Zat : Metylparaben


Pemerian : serbuk kristal, berwarna putih, tidak
berbau, dan memiliki sedikit rasa
terbakar.
Kelarutan : larut dalam etanol (95%), eter,
gliserin, air, dan propilenglikol, praktis
tidak larut dalam lemak atau minyak
mineral.
Kegunaan Dalam Formula :
antimikroba/penga
wet 0,02-0,3%
pH : 4 8
Titik Leleh : 125 -128C
Stabilitas : pada pH 3 6 stabil sampai 4 tahun
penyimpanan pada suhu kamar, teapi
pada pH 8 dapat menghidrolisis
secara cepat.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup
baik, tempat sejuk dan kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 441 - 444 )

1.3.3. Nama Zat : Propylparaben


Pemerian : serbuk kristal, berwarna putih, tidak
berbau, tidak berasa.
Kelarutan : mudah larut dalam aseton dan eter,
etanol (95%), sukar larut dalam
glyserin, dan dalam air panas.
Kegunaan Dalam Formula :
antimikroba/penga
wet 0,01-0,6%
pH : 4 8
Titik Leleh : 295C
Stabilitas : pada pH 3 6 stabil sampai 4 tahun
disimpan dalam wadah kedap udara,
terlindung dari cahaya, tempat sejuk
dan kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 450 451 )

1.3.4. Nama Zat : Paraffin Liquidum


Pemerian : transparan, tidak berwarna, cairan
kental, tidak berflourosensi tidak
berasa dan tidak berbau ketika
dipanaskan
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95 %,
gliserin dan air ; larut dalam jenis
minyak lemak hangat
Kegunaan Dalam Formula : basis salep
Titik beku : 47 - 65C
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan
cahaya.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari
cahaya, kering dan sejuk
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman
446)
1.3.5. Nama zat : Alpha Tocopherol (Vitamin E)

Pemerian : cairan minyak, kental, bening, tidak


berwarna atau coklat kekuningan
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, mudah
larut dalam aseton, etanol, eter dan
minyak sayur
Stabilitas : teroksidasi lambat oleh oksigen
atmosfer dan cepat teroksidasi dengan
adanya besi dan garam perak
Inkompetible: Dengan peroksida dan ion logam
terutama besi, tembaga, dan perak.
Tocopherol terabsorpsi dalam plastik
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 32)

II. FORMULASI
R/ Tetrasiklin Hidroklorida 300mg
Vaselin album 10 %
Vitamin E 5 mg
Methylparaben 0,15 %
Propilparaben 0,15 %
Paraffin Liquidum ad 10 g

III. PERHITUNGAN
3.1. Perhitungan bahan untuk 1 tube
Tetrasiklin Hidroksida= 300 mg = 0,3gram
10
Vaselin = 100 x 10 gram = 1 g

0,15
Metylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram

0,15
Propylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram

Vitamin E = 5 mg x 10gram = 50 mg
Paraffin Liquidum = 10 ( 0,3+1+0,015+0,015+0,05 )
= 10 1,38
= 8,62 gram

3.2. Perhitungan bahan untuk 10 tube


Tetrasiklin Hidroksida= 300 mg = 0,3gram
10
Vaselin = 100 x 10 gram = 1 g

0,15
Metylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram

0,15
Propylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015 gram

Vitamin E = 5 mg x 10gram = 50 mg
Paraffin Liquidum
IV.PROSEDUR PEMBUATAN
1. Disiapkan alat-alat yang diperlukan, disterilkan alat-alat yang akan
dignakan.
2. Ditimbang Tetrasiklin Hidroksida dan zat tambahan sesuai dengan
yang dibutuhkan dan dilakukan pada kondisi steril.
3. Dilebur vaselin album dan paraffin liquid dalam penangas air pada
suhu 75o C.
4. Setelah dilebur ditambahkan methyl paraben, propil paraben,
kemudian diaduk homogen.
5. Kemudian ditambahkan vitamin E diaduk homogen.
6. Terakhir ditambahkan Tetrasiklin Hidroksida lalu diaduk homogen.
7. Dimasukan kedalam tube.
8. Dikemas.

( Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Semi Solid


Products )
V. EVALUASI SEDIAAN
A. Evaluasi Fisika
1. Homogenitas
Dioleskan pada kaca arloji atau bahan transparan lain,
harus menunjukan susunan yang homogen.
( Farmakope Indonesia, ed 3, halaman 33 )
2. Viskositas
Viskositas menyatakan tahan dari suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi akan semakin besar tegangan
dengan cara sediaan yang diuji dimasukan pada alat
viskometer Brookfield yang sebelumnya dipasangkan
spindel an diatur rpm sampai hasil yang didapatkan
konstan.
3. Daya melekat pada kulit
Sediaan yang dibuat dioleskan pada kulit dan amati
berapa lama salep melekat pada kulit.
4. Daya menyebar
Menggunakan alat entensometer, dimana salep
mempunyai kemampuan penyebaran pada kulit.
5. Kecepatan pelepasan obat
Mengetahui pelepasan obat pada kulit dengan membrane
selofan.
6. Konsistensi
Menggunakan alat penetrometer, sediaan mudah
dikeluarkan dari tube atau pot dan mudah dioleskan.
7. Bau dan warna
Mengamati terjadinya perubahan fasa dalam beberapa
waktu.
8. pH
Sediaan uji diukur dengan pH meter, pH kulit 4,5 5
untuk mengetahui stabilitas zat aktif, efektifitas
pengawet, dan keadaan kulit.
9. Isi minimum
Netto 10 sediaan lebih atau sama dengan 100% netto
yang tertera pada etiket berkaitan tidak langsung dengan
dosis atau jumlah zat aktif dalam basis.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 997)

B. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi zat aktif
2. Penetapan kadar zat aktif
C. Evaluasi Biologi
Uji penetapan potensi antibiotic. Pengukuran potensi beberapa
zat antibiotic yang dipakai secara topical.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 891 899 )

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : DEPKES RI.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI.

Arvalendini,dkk. 2014. Jurnal Penggunaan Obat. Palembang : Poltekes


Kemenkes Palembang.

Hidayat, S dan Rodame M. Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat.


Jakarta : Agriflo ( Penebar Swadaya Group ).

Niazi, Sarfaraz K. 2004. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations Semi Solid Products. Volume IV. USA : CRC Press.

Rowe, Raymond C., dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical


Excipients. Edisi VI. USA : Pharmaceutical Press.

LAMPIRAN
Kemasan
Brosur
Nama : Magdalena Cindi C. S.
NPM : A 141 034

Zat aktif : Eflornithine Hydrochloride

Bentuk Sediaan : Cream

Jumlah sediaan yang akan dibuat : 1000 pot, @15gram

Dosis : 13,9%

I. Preformulasi

1.1 Nama Zat Aktif : Eflornithine HCl (Martindale, hal


833).

Rumus Molekul : C6H12F2N2O2.HCl.H2O

BM : 236,6

Pemerian : Bubuk kristal

Kelarutan : H2O : > 10 mg/ml

Titil Leleh : 183C (The Merck Index, hal 3553)

Sediaan yang ada di pasaran : Vaniqa (AHFS drug 2002, hal


3470).

Dosis yang ditentukan;

Penggunaan Terapi : Dosis 13,9% efektif untuk


menghambat pertumbuhan rambut
pada wajah perempuan (Martindale,
hal 833).

Alasan pemilihan bentuk sediaan: Bentuk krim agar mempermudah


pemakaian dan lebih efektif dalam
bentuk krim (Martindale, hal 833).

1.2 Informasi Aspek Farmakologi : Eflornithine HCl tidak mengalami


proses farmakokinetika jika
pemberian topikal, mengalami proses
farmakokinetika jika diberikan
secara oral dan intravena.
Eflornithine HCl yang diberikan
secara topikal dapat mengakibatkan
iritasi kulit pada wajah yang sensitif.
Mekanisme kerja Eflornithine HCl
dalam mengurangi pertumbuhan
rambut adalah menghalangi enzim
dekarboksilase yang merangsang
pertumbuhan rambut. (Martindale,
hal 833)

1.3 Zat Tambahan

1.3.1 Ceteareth 20

Pemerian : Tidak berwarna, putih, krem atau


pucat dengan sedikit bau.

Kegunaan dalam formula : Surfaktan non ionik

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 536).


1.3.2 Cetearyl Alkohol

Rumus Kimia : CH3(CH2)nOH

Pemerian : Berwarna putih, rasa manis,


berbentuk serpihan, pelet atau granul.

Kegunaan dalam formula : Sebagai pengemulsi.

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 150)

1.3.3 Dimethicone

Pemerian : Cairan berwarna atau jernh.

Kegunaan dalam formula : Antifoaming agent (10 30%).

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 233)

1.3.4 Glyceryl Stearate

Pemerian : Seperti lilin padat, berwarna putih


atau krem.

Kegunaan dalam formula : Stabilizers (4 7%).


Stabilitas : OTT dengan senyawa asam.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 290)

1.3.5 Methylparaben

Pemerian : Kristal berwarna, tidak berbau

Kegunaan dalam formula : Antimikroba (0,02 0,3%)

Stabilitas : OTT dengan besi, mengalami


hidrolisis dengan basa lemah atau
asam kuat.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 441)

1.3.6 Mineral Oil

Rumus Kimia :-

Pemerian : Cairan berminyak, transparan,


kental.

Kegunaan dalam formula : Emolient (1,0 20,0%).

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 445)

1.3.7 PEG 100 Stearate

Rumus Kimia : C218H436O102

Pemerian : Padat.
Kegunaan dalam formula : Emulsifying agent (0,5 10%).

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 554)

1.3.8 Phenoxyethanol

Pemerian : Cairan kental tidak berwarna.

Kegunaan dalam formula : Antimikroba (0,5 1,0%)

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 488)

1.3.9 Propylparaben

Pemerian :Kristal putih, tidak berbau.

Kegunaan dalam formula : Antimikroba ( 0,01 0,6%)

Stabilitas : Stabil

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 596)

1.3.10. Stearyl Alkohol

Pemerian : Lilin, putih, serpihan atau butiran.

Kegunaan dalam formula : Stiffening agent (2 10%)


Stabilitas : OTT dengan pengoksidasi kuat.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 2009, hal 700)

II. Formulasi

R/ Eflornithine Hydrochloride 13,9 %

Ceteareth 20 8,25%

Cetearyl Alkohol 10%

Dimetichone 10%

Glyceryl Stearate 4%

Methylparaben 0,2%

Mineral Oil 10%

PEG 100 Stearate 6%

Phenoxyethanol 0,5%

Propylparaben 0,2%

Stearyl Alkohol 3%

Aquadest ad 15 gram

III. Perhitungan

13,9
1. Eflornithine Hydrochloride 100 x 15 = 2,085 x 1000 = 2085

g
8,25
2. Ceteareth 20 100 x 15 = 1,237 x 1000 = 1237 g

10
3. Cetearyl Alkohol 100 x 15 = 1,5 x 1000 = 1500

g
10
4. Dimetichone 100 x 15 = 1,5 x 1000 = 1500

g
4
5. Glyceryl Stearate 100 x 15 = 0,6 x 1000 = 600 g

0,2
6. Methylparaben 100 x 15 = 0,03 x 1000 = 30 g

10
7. Mineral Oil 100 x 15 = 1,5 x 1000 = 1500

g
6
8. PEG 100 Stearate 100 x 15 = 0,9 x 1000 = 900 g

0,5
9. Phenoxyethanol 100 x 15 = 0,075 x 1000 = 75 g

0,2
10. Propylparaben 100 x 15 = 0,03 x 1000 = 30 g

3
11. Stearyl Alkohol 100 x 15 = 0,45 x 1000 = 450 g

12. Aquadest ad 15 gram (2,085 + 1.237 + 1,5 + 1,5 +


0,6 +0,03 + 1,5 + 0,9 + 0,075 + 0,6 + 0,03+ 0,45)
= 3,593 x 1000 = 3593 ml

IV. Pembuatan

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.


2. Dilelehkan fase minyak yaitu ceteareth 20, cetearyl alkohol,
glyceryl stearete, PEG 100 stearate, dan stearyl alkohol pada suhu
60C.
3. Tambahkan mineral oil dan phenoxyethanol pada fase minyak,
sambil diaduk.
4. Dilarutkan dimetichone pada aquadest 1L.
5. Dilarutkan methylparaben dan propilparaben pada aquadest 100
ml.
6. Fase air yaitu dimetichone, methylparaben, dan propilparaben
dipanaskan pada suhu 60C.
7. Dimasukkan fase cair perlahan ke dalam campuran fase minyak
dan diaduk.
8. Dilarutkan eflornithine HCl dengan aquadest 50 ml dan
dipanaskan pada suhu 60C.
9. Dimasukkan ke dalam campuran fase minyak dan fase air dan
tambahkan sisa aquadest.
10. Diaduk sampai terbentuk krim.
11. Dikemas dan dilakukan evaluasi sediaan.

V. Evaluasi Sediaan

1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
bentuk, warna, dan tekstur sediaan.

2. Viskositas
Diuji dengan viskometer Brookfield, dimasukkan sediaan ke dalam
gelas beaker, lalu spindle dimasukkan kedalam krim sampai
menyentuh wadah. Kemudian alat viskometer dinyalakan dan
diamati pada viskometer berapa skala yang ditunjuk. Hasil
pengukuran viskositas dicatat dan dilakukan uji setiap 1 minggu
sekali selama 2 bulan.
3. Homogenitas
Dioleskan pada kaca arloji atau bahan transparan lain, harus
menunjukkan susunan yang homogen.
4. pH
Diukur dengan pH meter dan dicatat hasil yang tertera pada alat pH
meter.

VI. Daftar Pustaka

Goodman & Gilman. 2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : EGC.

Mc Evoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. Bethesda : Americcan Society of


Health System Pharmacist.

Rowe, Raymond C, et all. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Sixth


Edition. USA : Pharmaceutical Press.

Sweetman, S. C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. London : The


Pharmaceutical Press.
LAMPIRAN

Kemasan
Brosur
Zat aktif : Dimethikon dan Zinc oxide
Bentuk Sediaan : Salep

Dosis :21

Jumlah sediaan : 200 gram

I. PREFORMULASI

1.1. Nama Zat aktif : Dimethikon

Struktur :

Pemerian : larutan jernih tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam etanol dan aseton;


sangat sukar larut dalam isoprapanol; larut
dalam hidrokarbon terklorinol dalam benzene,
dalam toluene, dalam xilen, dalam eter dan
dalam heksan. ( FI.edisi V vol II hal, 341).

Nama zat aktif : Zinc oxide

Struktur : ZnO

Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih


kekuningan, tidak berbau; lambat laun
menyerap karbondioksida dari udara.\

Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
asam encer. (FI. Ed IV hal 835)

Sediaan yang dipasran: Myco-Z

Alasan pemilihan bentuk sediaan : Target yang dituju dermis epidermis


karena zinc oxide berfungsi sebagai anstringen bagi kulit, yang
mempunyai efek protektif pada kasus dermatitis/ekstrim.
1.2. Zat tambahan.

1. Metil Paraben (Methyl paraben)

Struktur :

Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau aatu berbau khas lemah; sedikit
rasa terbakar.

Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam eter (FI.
Vol I hall 856)

Ph : 4-8

Kegunaan : pengawet antimikroba (HOPE 6 hall 441-442)

2. Propilparaben

Struktur :

Pemerian : serbuk atau hablur kecil, tidak berwarna

Kelarutan :sangat sukar larut dalam air, sukar dalam air mendidih;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter ( FI. Ed hall
1072).

Ph : 4-8

Kegunaan : pengawet, antimikroba (HOPE 6 hal 596).

3. Propilen Glikol

Struktur :
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis
tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan


kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak.
Tidak dapat bercampur dengan minyak ikan. (FI ed V Hal
1070).

II. FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN

R/ Zinc oxide 0,02gr

Dimetikon 0,01gr

Metil paraben 0,2 %

Propilparaben 0,3%

Sodium lauril sulfat 1%

Propilenglikol 10 %

Strearyl alcohol 3 gr

Vaselin Album 4 gr

Aquadest 1,82

III. PERHITUNGAN

1. Zinc Oxide = 0,02 gram x 10 = 0,2 gram

2. Dimetikon = 0,01 gram x 10 = 0,1 gram

0,2
x 200 gram=0,4 gram x 10=4 gram
3. Metil paraben = 100

0,3
x 200 gram=0,6 gram x 10=6 gram
4. Propil paraben = 100
1
x 200 gram=2 gram x 10=20 gram
5. sodium laurel sulfat = 100

10
x 200 gram=20 gram x 10=2000
6. propilenglikol = 100

7. Strealy alcohol = 3 x 10 gram=30 gram

8. Vaselin Album 4 x 10 gram=40 gram

9. Aquadest 1,82 x 10 gram=18,2 gram

IV. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Menimbang zat yang telah ditimbang

2. Melebur Stralyl alcohol dan vaselin album di dalam cawan

3. disporsikan Zinc oxide dan dimetikon dengan propilen glikol


secukupnya, masukan ke dalam beaker glas

4. Disporsikan metal paraben dengan propilenglikol secukupnya,


masukan ke dalam beaker glas

5. larutkan propilenparaben dengan aquadest sampai larut. Aduk dengan


mixer

6. masukan yang dileburkan tadi ke dalam beaker glass aduk ad


homogeny.

7. kemas dan lakukan evaluasi.

V. Evaluasi sediaan

1. Organoleptis (15 gram)


Di uji bau, warna, bentuk, bentuk, pada waktu 0 jam, 24 jam, 48
jam dan 72 jam.

2. PH (15 gram)

Sediaan diuji dengan ph metter

3. Homogenitas (15 gram)

Sediaan dioleskan pada kaca objek lalu diratakan tips-tipis diamati


apakah terdapat butiran atau tidak.
KRIM SULFATHIAZOLE

Zat Akif : Sulfathiazole


Bentuk Sediaan : Krim
Jumlah Sediaan Yang Akan Dibuat : 1000 tube
Dosis : 20mg/tube (1 tube = 1 gram)

I PREFORMULASI
1 Nama zat aktif : Sulfathiazole
Struktur : C9H9N3O2S2
Pemerian : Serbuk/Kristal, putih sampai kuning, tidak berbau.
Kelarutan : Bentuk serbuk sangat sedikit larut dalam air, sedikit
larut dalam etanol, larut dalam mineral encer dan alkali-OH
encer. Sediaan Kristal praktis tidak larut dalam air, sedikit
larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam metilenklorida,
larut dalam alkali-OH encer.
Titik leleh : 200oC 203oC, dapat mencair pada suhu 175oC, lama
kelamaan akan memadat kembali.
Sediaan yang beredar dipasaran : Argosulfan Krim dan Sultrin Krim.
Dosis Penggunaan : 20mg, karena pada dosis tersebut memiliki
antimikroba, sering dipakai untuk pengobatan awal luka
seperti pada lesi purulent, tropik ulseratif, terbakar,
mengurangi gejala nyeri, mencegah infeksi luka.
Alasan pemilihan bentuk sediaan : Bila kita melihat pada khasiatnya
yaitu sebagai antimikroba ataupun untuk pencegahan pada
infeksi akan lebih efektif bila zat aktif langsung dikenakan
pada target pengobatan. Selain dapat mengurangi rasa dingin
dapat mencegah infeksi maupun suprainfeksi, berbeda
dengan penggunaan secara oral dimana obat atau zat aktif
harus mengalami terlebih dahulu proses farmakokinetik
(ADME)

2 Aspek Farmakologi
Garam perak sulfathiazole memiliki kelarutan ringan, membuat
konsentrasi komponen zat aktif utama pada permukaan dukungan dari luka di
optimal, tingkat yang diinginkan obat tidak memiliki efek toksik karena
resorpsi minimal. Sebagian kecil dari garam perak memiliki sirkulasi
sistemik dan kemudian asetat sistem hati, Semakin besar wilayah penerapan
krim, penyerapan lebih tinggi dari sulfatiazole.
3 Zat Tambahan
1 Vaselin Flavum
Warna : Putih atau kekuningan
Rasa : Hampir tidak berasa
Bau : Tidak Berbau
Penampilan : Massa berminyak
Khasiat : Zat tambahan, basis cream
Kelarutan (mg/ml)
Umum
- Kelarutan dalam air : Tidak larut
- Kelarutan dalam etanol : Sukar larut
- Kelarutan dalam benzen : Mudah larut
- Kelarutan dalam kloroform : Mudah larut
(Handbook of Excipients 6th edition hal. 331)
2 Propilenglikol
Warna : Jernih
Rasa : Sedikit pedas
Bau : Praktis tidak berbau
Penampilan : Cairan kental
Kasiat : Humektan
Kelarutan (mg/ml) :
Umum
- Kelarutan dalam air : Larut
- Kelarutan dalam aseton : Larut
- Kelarutan dalam eter : Larut
- Kelarutan dalam gliseron : Larut
- Kelarutan dalam Kloroform : Larut
- Kelarutan dalam minyak zaitun : Tidak larut
Titik lebur : 188 0C
Bobot jenis :
- Sebenarnya : 1,038 g/cm3
(Handbook of Pharmaceutical Excipient ed VI hal 407)
3 Asam Stearat
Rumus kimia : C18H36O2
Pemerian : Kristal / serbuk padat, berwarna putih atau
kekuning-kuningan, sedikit berbau, sedikit
mengkilap, rasa asam.
Kegunaan : Basis Krim (1-29)%
Stabilitas : inkompaktbel dengan logam hidroksida, reduktor
dan oksidator
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient; 697)
4 TEA (Tri Etanol Amin)
Rumus Kimia : C6H15NO3
Pemerian : Cairan tidak berwarna sampai kuning pucat,
kental dan sedikit berbau ammonia
pH :8
Kegunaan : Emulsifying (2-4)%
Inkompaktibel : bereaksi dengan asam mineral, eter dan tembaga.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient; 754)
5 Cera Flava
Warna : Kuning
Bau : Khas lemah
Penampilan : Padatan
Khasiat : Zat tambahan
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform dan eter juga
minyak lemak.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hlm. 558).
6 Methylparaben
Rumus Kimia : C6H15NO3
Pemerian : Kristal putih atau Kristal tak berwarna, bau khas
dan sedikit basa
pH : 4-8
Kegunaan : Antimikroba
Inkompaktibilitas: Inkompaktibel dengan bentonite, magnesium
trisilikat, talk dan tragacanth
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient; 441)
7 Aquadest
BM : 18,02.
Rumus molekul : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang
stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air
harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi
dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan
jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari
partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang
dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan
bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis
8 Etanol

Warna : Jernih
Rasa : Panas
Bau : Khas
Penampilan : Larutan
Khasiat : Sensasi dingin, antimikroba, pembasah
Kelarutan (mg/ml)
Umum
- Kelarutan dalam air : Sangat mudah larut
II FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN
R/ Sulfathiazole 2%
Vaselin Flavum 10%
Propilenglikol 10%
Cera Flava 1.5%
Asam Stearat 10%
TEA 2%
Methylparaben 0.1%
Aquadest ad 100%
Etanol qs
III PERHITUNGAN
1 Untuk 1 tube (1 gram)
Sulfathiazole 2% x 1 = 0.02g
Vaselin Flavum 10% x 1 = 0.1g
Propilenglikol 10% x 1 = 0.1ml
Cera Flava 1.5% x 1 = 0.015g
Asam Stearat 10% x 1 = 0.1g
TEA 2% x 1 = 0.02ml
Methylparaben 0.1% x 1 = 0.001mg
Aquadest ad = 100% - (2+10+10+1.5+10+2+0.1)
= (100 35.6)%
= 64.4%
=64.4% x 1 = 0.644ml
2 Untuk 1000 Tube
Sulfathiazole = 0.02g x 1000 = 20g
Vaselin Flavum = 0.1g x 1000 = 100g
Propilenglikol = 0.1ml x 1000 = 100ml
Cera Flava = 0.015g x 1000 = 15g
Asam Stearat = 0.1g x 1000 = 100g
TEA = 0.02ml x 1000 = 20ml
Methylparaben = 0.001g x 1000 = 1g
Aquadest ad = 0.625 ml x 1000 = 644ml
3 Penimbangan
Sulfathiazole = 20g
Vaselin Flavum = 100g
Propilenglikol = 100ml
Cera Flava = 15g
Asam Stearat = 100g
TEA = 20ml
Methylparaben = 1g
Aquadest = 644ml
Etanol = qs
IV PROSEDUR PEMBUATAN
Pada pembuatan krim Sulfathiazole, langkah pertama yang dilakukan adalah
melebur fase minyak yaitu asam stearat, vaselin flavum, cera flava, dan sebagian
propilenglikol di atas penagas air. Setelah fase minyak akan segera meleleh,
langkah selanjtnya yaitu memanaskan fase air yaitu TEA, aquadest dan sisa
propilenglikol. Kemudian ditunggu sampai kedua leburan mencapai suhu yang
sama.
Setelah suhunya sama, dicampurkan antara leburan fase minyak dan fase air.
sulfathiazole dan metilparaben ditetesi dengan etanol sampai basah, kemudian
dimasukan kedalam campuran leburan sambil diaduk-aduk. Setelah homogeny
dan terbentuk massa krim, kemudian dikemas dan diberi label dan juga di evaluasi
V EVALUASI SEDIAAN
1 Organoleptis
Diamati warna, bau, dan bentuk sediaan selama penyimpanan 1, 2, 3, 4,
5 dan 10 hari
2 Viskositas
evaluasi viskositas diamati dengan menggunakan viskometer brook
field. Sediaan krim kedalam beaker glass lalu diukur dengan menggunakan
spindle dan RPM yang sesuai.
3 Homogenitas
Dioleskan sediaan pada kaca objek tips-tipis. Diamati homogenitas
sediaan. Untuk mendapatkan permukaan sediaan homogeny, dilakukan dengan
menggeser sejumlah sediaan dari ujung kaca objek dengan bantuan batang
pengaduk sampai ujung kaca objek.
4 evaluasi sediaan krim
a diamati stabilitas krim terhadap adanya pemisahan fasa air dan fasa
minyak selama penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 10 hari
b amati terjadinya pertumbuhan mikroorganisme dengan mengamati
timbulnya mikroorganisme pada permukaan sediaan krim setelah
penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5, da 10.

VI DAFTAR PUSTAKA
Allen, Loyd V, dkk. 2014. Bentuk Sediaan Farmasetik dan Sistem
Penghantaran Obat. Edisi ke-9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Muhammad, Karimah. 2009. SKIN CARE from CLEANSING to HAIR
REMOVEL. Jakarta : Century Healthcare.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia.
Rowe, Reymond C, at al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Sixth
Edition. Wasington DC and London : Pharmaceutical Press.
Syamsuni, A. 2016. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
VII LAMPIRAN
1 Kemasan

2 Etiket
3 Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN

LIQUID DAN SEMI SOLID

SEMESTER V 2017/ 2018

Nama : Shanti Ratna Dewi

NPM : A 141 003

No sediaan : 67 ( Atropine Ophtalmic salep)

Zat Aktif : Atropin Sulfat

Bentuk Sediaan : Salep Steril

Jumlah Sediaan Yang Akan Dibuat : 5 gr @tube, ( 5 tube).

Dosis : 10 mg/ tube

I PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Atropin Sulfat
Struktur kimia :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau hablur putih; tidak


berbau;hablur putih; mengembang diudara kering;
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya; sangat pahit.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol;
terlebih larut dalam etanol mendidih; mudah larut dalam
gliserin.
BM : 694,85
Titik Lebur : 187 c
Sumber : U.S Pharmacopeia. 2003. Jilid I, hal 108.
Sediaan yang ada dipasaran : Atropine Sulfat Ophtalmic Oinment Steril.
Dosis yang ditentukan;Penggunaan Terapi; Alasan
- Dosis yang ditentukan : 10 mg
- Penggunaan Terapi : Untuk midriasis dan
siklopegia, retinoskopi siklopegik, untuk
dilatasi pupil dalam kondisi peradangan pada
iris mata.
Sumber : Goodman & Gilman. 2002. Manual Farmakologi dan terapi,
hal,1052.

- Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan :


Untuk memberikan bioavibilitas
lebih lama sehingga jumlah obat
yang diabsopsi dalam mata lebih
tinggi.

2 Informasi Aspek Farmakologi


1 Mekanisme kerja
Efek antikolinergik ini memblok tanggapan dari ototsfingter iris dan
otot akomodatif dari tubuh untuk stimulai kolinergik, memproduksi
dilatasi pupil ( midriasis) dan kelumpuhan akomodasi ( cyclopegia).
Sumber : goodman & Gilman.2002. Manual Farmakologi dan Terapi, hal,
108.
2 Indikasi
Untuk midriasis dan / atau cycloplegia. Untuk refraksi cycloplegic,
untuk dilatasi pupil yang diinginkan dikondisi peradangan iris dan saluran
uveal.

3 Kontra Indikasi
Produk ini tidak boleh digunakan pada pasien dengan glaukoma
primer atau kecenderungan untuk mempersempit anterior sudut ruang
glaukoma. Produk ini tidak boleh digunakan pada pasien anak yang
sebelumnya telah memiliki sistemik yang berat reaksi terhadap atropin.
Produk ini tidak boleh digunakan oleh orang-orang yang menunjukkan
hipersensitivitas untuk setiap komponen yang ada dalam sediaan ini.

4 Peringatan
Pada pasien anak, gunakan dengan hati-hati. Penggunaan yang
berlebihan pada pasien anak atau dengan riwayat kerentanan terhadap
Belladonna alkaloid dapat menghasilkan sistemik gejala keracunan
atropin. Jika ini terjadi, menghentikan pengobatan, dan menggunakan
terapi yang tepat diuraikan dalam "overdosis".
5 Perhatian Pasien
Pasien harus dianjurkan untuk tidak mengemudi atau terlibat dalam
kegiatan berbahaya lainnya sedangkan murid yang melebar. Pasien
mungkin mengalami kepekaan terhadap cahaya dan harus melindungi mata
di pencahayaan yang terang. Orang tua harus diperingatkan untuk untuk
mencuci sendiri tangan pada anak-anak karena produk ini toksik apabila
tertelan.

Sumber :

3 Informasi Zat Tambahan


- Vaselin flavum
Sinonim : Perolatum
Pemerian : Masa lunak; lengket; kuning muda sampai kuning
lemah ; tidak berbau hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P;
larut dalam kloroform P; larutan kadang-kadang
berflouresensi lemah.

Jarak lebur : 38-56

Stabilitas dan penyimpanan : Vaselin harus disimpan pada tempat yang


tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
Kegunaan dalam formula : Basis Salep oinment100%
Sumber : Farmakope Indonesia. 1979. Edisi ke III, hal 663.

- Lanolin
Sinonim : Adepslanae; Lanolina; cera lanae
Pemerian : Zat berupa lemak; liat lekat ; kuning muda atau kuning;
agak tembus cahaya; bau khas lemah.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam
propilenglikol; dalam aseton; dalam kloroform.
Titik lebur : 38-44 c
Inkompaktibilitas : Lanolin berisi prooxidsans yang dapat
mempengaruhi stabilitas zat aktif tertentu.
Stabilitas : Lanolin secara bertahap dapat terjadi
autooksidasi selama penyimpanan, untuk menghambat ini ditambah
Hydroklsitoluent butylated sebagai antioksidan.
Kegunaan dalam formula : Basis salep tipe M/A, O/W, emolient bila
ditambah paraffin untuk mempasilitasi penyerapan obat.
- Mineral Oil
Sinonim : Paraffin Liquidum
Pemerian : Cairan kental; transparan ; tidak berflourosensi;
tidak berwarna ; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam klooform P dan dalam eter P.
Inkompatibilitas : Oksidator kuat
Stabilitas : Apabila terkena panas dan cahaya langsung akan
mengalami oksidasi.
Kegunaan dalam formula : Emolien opthalmic oinments 15,0%
Sumber : Handbook of pharmaceutical Exipiens, hal 448.
- Purified Water
Sinonim : Aqudest
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berasa;
tidak berasa.
Kegunaan dalam Formula : Solvent
Sumber : Handbook of pharmaceutical Exipient, hal 776.

- Butylated Hydroxytoluene
Sinonim : BHT, Topanol
Rumus molekul : C15H24O

Struktur Kimia :

Pemerian : Hablur padat; putih; bau khas


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
propilenglikol; mudah larut dalam etanol (95%) P; dalam klorofrom P;
dalam eter P.
Titk lebur : 70C
Kegunaan dalam formula : antioksidan, mencegah ketengikan.
Sumber : Handbook of pharmaceutical Exipients, hal 7.

II FORMULASI/ TEKNIK PEMBUATAN


Formula yang akan dibuat
Atropin sulfat 1%
Lanolin 6%
Parafin L. 10%
BHT qs
Purified Water qs
Vaselin Flavum ad 5
m.f. ointment ofthalmic
III PERHITUNGAN
1
x5
Atropin Sulfat : 100 = 0,05 x 5 tube = 0,1 gr

6
x5
Lanolin : 100 = 0,3 x 5 tube = 1,5 gr

10
x5
Paraffin L. : 100 = 0,5 x 5 tube = 2,5 gr

BHT : 10 tetes
P. water : 15 tetes
Vaselin F. : 25 ( 0,1+1,5+ 2,5)
25- 4,1
= 20,9 gr.

IV PROSEDUR PEMBUATAN
Semua alat yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Bahan-bahan
yang diperlukan kemudian ditimbang. Lalu basis salep seperti lanolin,
paraffin cair dan vaselin flavum diletakan pada cawan porselen yang telah
dilapisi kassa steril. Kemudian basis salep dilebur dalam oven pada suhu 60c
selama 60 menit. Setelah itu, lelehan basis salep diaduk hingga homogen.
Atropin sulfat digerus halus terlebih dahulu dilarutkan dengan aquadest steril
ad larut. Dimasukan sedikit demi sedikit kedalam wadah yang telah brisi
basis yang telah homogen lalu aduk. Tambahkan BHT aduk hingga homogen,
campuran bahan ditimbang masing-masing 5 gr, dimasukan kedalam tube
steril, kemudian diberi etiket dan dimasukan kedalam kemasan.
V EVALUASI SEDIAAN
1 Evaluasi Fisika
1 Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, yang diamati
secara visual.
2 Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat
yang akan diuji pada kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukan susunan yang homogen. ( DepKes RI, 1995).
3 Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gr salep diletakan dengan hati-hati diatas kertas
grafik yang dilapisi kertas plastik transparan, dibiarkan sesaat dan
luas daerah yang diberikan dihitung kemudian tutup lagi dengan
plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 50 gr, 100 gr, dan
150 gr dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan
oleh sediaan dapat dihitung. ( Voight,1994).
2 Evaluasi Kimia
1 Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar Ph 7 dan
pH 4. 1 gr sediaan diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml.
Elektroda Ph dicelupkan kedalam larutan, jarum pH dibiarkan
sampai menunjukan posisi tetap, Ph yang ditunjukan dicatat.
( DepKes RI, 1995).
3 Evaluasi Biologi
1 Uji mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob
didalam perbekalan farmasi. Spesimen uji biasanya terdiri dari S.
Aureus, E. Colli, P. Aeruginosa, dan Salmonella. Pengujian
dilakukan dengan cara menambahkan 1 mldan tidak kurang enceran
100 biakan mikroba berumur 24 jam. Encerkan spesimen uji ( dalam
dapar fospat 7,2 media fluid soyben/ Media fluid lactose
medium.dan diuji sesuai dengan prosedur. ( DepKes, 199

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta : Dirjen Pom.
DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta : Dirjen Pom.
USP. 2003. U.S pharmacopeia. Jilid I. Hal, 118.
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
UI Press.
Raymond, Rowe. 2009. Handbook Phramaceutical Exipients. Edisi ke 6. London:
Pharmaceutical pharmacist.
Goodman & Gilman. 2002. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta : EGC.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke 5. Yogyakarta :
UGM Pres
Kemasan
SALEP MATA

ATROPIN SULFAT 1% (STERIL)

Komposisi :

Tiap gram krim mengandung :

Atropin Sulfat 1%

Efek farmakologi :

Efek antikolinergik ini memblok tanggapan dari ototsfingter


iris dan otot akomodatif dari tubuh untuk stimulai kolinergik,
memproduksi dilatasi pupil (midriasis) dan kelumpuhan
akomodasi ( cyclopegia).

Indikasi :

Untuk midriasis dan / atau cycloplegia. Untuk refraksi


cycloplegic, untuk dilatasi pupil yang diinginkan dikondisi
peradangan iris dan saluran uveal.

Kontra Indikasi :

Gluokoma, hipersensitivitas terhadap Atropin.

Perhatian :

Pada pasien anak, gunakan dengan hati-hati. Penggunaan


yang berlebihan pada pasien anak atau dengan riwayat
kerentanan terhadap Belladonna alkaloid dapat menghasilkan
sistemik gejala keracunan atropin. Ibu hamil dan menyusui.

Perhatian Pasien :

Pasien harus dianjurkan untuk tidak mengemudi atau terlibat


dalam kegiatan berbahaya lainnya sedangkan murid yang
melebar. Pasien mungkin mengalami kepekaan terhadap
cahaya dan harus melindungi mata di pencahayaan yang
terang. Orang tua harus diperingatkan untuk untuk mencuci
sendiri tangan pada anak-anak karena produk ini toksik
apabila tertelan.

Efek samping :

Pemakaian berkepanjangan menyebabkan iritasi lokal pada


konjungtivitis, edema, depresi pernapasan,koma dan
Brosur
kematian.

No reg :

DKL1617901030A1

PT. S.DEWI FARMA


Nama : Lisarah Fauziah

NPM : A141005
Kelompok : A

Zat akatif : Carbamazepine

Bentuk sediaan : gel

Jumlah sediaan yang akan dibuat : 5 tube

Dosis : 5% dalam 10 gram

1 Preformulasi
1 Nama zat aktif : Carbamazepine

Sumber : Japanese Pharmacopeia, 15th ed, hal 421


Pemerian : Serbuk berwarna putih kekuningan, tidak berbau, pertama
tidak berasa kemudian meninggalakan rasa pahit
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol dan aseton, mudah larut dalam
kloroform, sangat sedikit larut dalam air dan dietil eter
Titik leleh : 189-193 0C, (Jiro, 2006 : 421).
Penggunaan terapi : Psoriasis, (Coles, 2000)
Dosis yang ditentukan : 5% dalam 10 gram
Alasan pemilihan bentuk sediaan : dipilih sediaan gel karena gel
memiliki kandungan air yang tinggi dan memberikan sensasi dingin,
sehingga cocok untuk psoriasis, dan penetrasi gel ke dalam kulit lebih
baik dibandingkan dengan krim atau salep.
2 Informasi aspek farmakologi
Carbamazepin mempunyai efek analgetik selektif oleh karena itu
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada pasien psoriasis,
(Gunawan, 2012 : 187).
3 Zat tambahan
1.3.1 Propilenglikol
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excepients Edition
6th, hal. 592
Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, agak manis,
tidak berbau.
Kelarutan : A. Dapat bercampur dengan air, etanol, dan
kloroform
B. Tidak dapat bercampur dengan eter minyak
tanah dan minyak lemak
C. Larut dalam 6 bagian eter.
Titik lebur : -59 0C
Stabilitas : A. Propilenglikol stabil pada suhu dingin dan
disimpan dalam wadah tertuttup
B. Propilenglikol pada suhu tinggi cenderung
untuk mengoksidasi
C. Propilenglikol bersifathigroskopis, sehingga
harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, tempat kering dan
sejuk.
Kegunaan dalam formulasi : sebagai pelarut (solvent)
(Raymond Rowe, 2009: 592)

1.3.2 Karbomer 934

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excepients Edition


6th, hal. 110
Pemerian : Berwarna putih berbulu, bubuk higroskopis
dengan sedikit bau yang khas
Kelarutan : Menggembung dalam air dan gliserin dan setelah
dinetralisir dalam etanol (95%)
pH : 2,5-4,0
Kegunaan : Gelling agent
Titik lebur : Dekomposisi terjadi dalam waktu 30 menit di
260 0C
Stabilitas : Paparan sushu yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan warna dan
mengurangi stabilitas.
(Raymond Rowe, 2009: 592)
1.3.3 Gliserin

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excepients Edition


6th, hal. 283)
Penampilan : Cairan kental, higroskopis yang jelas; memiliki
rasa manis, kira-kira 0,6 kali semanis sukrosa.
Kegunaan : Emollient

Kelarutan ( mg/ml) :
A Larut dalam air, metanol, dan etanol 95%
B Praktis tidak larut dalam kloroform dan benzen
C Sedikit larut dalam aseton
Titik lebur : 17,8 0C
Bobot Jenis : 1.2656 g/cm3 at 158 0C;
1.2636 g/cm3 at 208 0C;
1.2620 g/cm3 at 258 0C.
pH : 7,0-9,5 (1% b/v dalam air)
(Raymond Rowe, C. 2009 : 283)
1.3.4 Sodium Chlorida (NaCl)
Pemerian : Bentuk serbuk kristal putih atau tidak berwarna,
memiliki rasa asin
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 10 bagian
gliserin, larut dalam 2,8 bagian air
Titik lebur : 804 0C
Bobot jenis : 1,09 g/cm3
Kegunaan : Untuk menetralkan ph carbomer
Stabilitas : Harus disimpan dalam tempat yang sejuk dan
kering.
(Raymond Rowe, 2009: 639)

2 Formulasi/teknik pembuatan
1 Formulas 10 gram
R/ Carbamazepin 5%
Propilenglikol 83%
Karbomer 934 2%
Gliserin 10%
NaCl q.s

3 Perhitungan bahan
1 Untuk 1 tube
5
10
1 Carbamazepine = 100 = 0,5 g

83
10
2 Propilenglikol = 100 = 8,3 g

2
10
3 Karbomer 934 = 100 = 0,2 g

10
10
4 Gliserin = 100 = 1,0 g

5 NaCl = sampai sediaan netral


2 Untuk 5 tube
1 Carbamazepine = 0,5 5 = 2,5 g
2 Karbomer 934 = 0,2 5 = 1 g
3 Propilenglikol = 8,3 5 = 41,5 g
4 Gliserin = 1 5 = 5 g

4 Prosedur pembuatan
Pada pembuatan gel carbamazepine langkah pertama yang dilakukan adalah
menimbang semua bahan, dimasukkan karbomer ke dalam wadah pencampuran,
ditambahakan propilenglikol sampai karbomer mengembang membentuk gel,
dikocok. Selanjutnya carbamazepine dibasahkan terlebih dahulu dengan sebagian
gliserin, selanjutnya ditambahkan ke dalam basis gel, setelah campuran homogen,
ditambahkan gliserin sedikit-demisedikit sampai homogen. Selanjutnya
ditambahkan NaCl sampai pH netral. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tube dan
di evaluasi.
5 Evaluasi sediaan
1 Uji organoleptis
Uji organoleptis terdiri dari warna, bentuk, dari sediaan dilakukan
secara visual.
2 Viskositas sediaan
Dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield, digunakan
dengan spindle T 95.

3 Daya sebar sediaan


Dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kaca objek, lalu dilihat
di bawah mikroscope.
4 Daya lekat sediaan
Dilakukan dengan mengoleskan langsung di kulit dan dicatat waktu
melekatnya sediaan pada kulit.
5 Antibakteri gel
Uji daya hambat gel dilakukan dengan menggunakan metode difusi
pada yaitu dengan menanamkan sediaan gel dalam metode Mueller hinton
yang telah diberi Staphyllococcus aureus.
6 Presentase hasil
Wadah kosong yang ditimbang dimana formulasi gel disimpan sekali
lagi wadah ditimbang dengan formulasi gel. Kemudiaan dikurangi wadah
kosong ditimbang dengan wadah dengan formulasi gel.
7 Kandungan obat
Ditimbang 10 g setiap formulasi gel dilarutkan dalam 250 ml labu
ukur yanng mengandung 20 ml alkohol diaduk selama 30 menit. Volemu
absorbansi dengan spektrofotometer.
8 Ph
Diukur dengan ph meter, yang sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu.
9 Uji iritasi
Dilakukan pada tikus wistar, tikus dicukur, dioleskan sediaan diamati
setiap iritasi kulit seperti eritema/edema, dilakukan selama 4 hari.

6 Daftar pustaka
Basha, Niyaz, et al. 2011. Formulation and Evilation of Gel Containing
Fluconazole, Antifungal Agent. Soldevanahalli India : B.M.
Reddy Collage of Pharmacy.
Coles, Marc, et al. 2000. Topical Carbamazepine Formulation and Methods
of Use. USA : United States Patent.
Gunawan, Sulistio Gan, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.
Jakarta : Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia.
Kawasaki, Jiro. 2006. Japanese Pharmacopeia. Edition 15th . Japan : The
Ministry of Health, Labour and Welfare Ministerial.
Nalufar, Nurul Putri, dkk. 2013. Pengaruh Variasi Gelling Agent Crbomer
934 dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Bunga Kemabang
Sepatu (Hibiscus rosa sintensis L.) Terhadap Sifat Fisik Gel dan
Aktifitas Antibakteri Staphylococcus aureus. Surakarta :
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation Semisolid Products. USA : Informa healthcare.
Raymond, Rowe C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excepient. Edition
6th . USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Association 2009.

1 Kemasan
2 Etiket
3 Brosur


ZEPINE
Komposisi:

Tiap 10 gram mengandung:


Carbamazepine 5%

Aturan pakai :
Dioleskan sehari dua kali, pada kulit yang kering,
Indikasi :
Meredakan rasa sakit pada psoriasis
Kontraindikasi :

Tidak boleh diberikan kepada pasien yang hipersensitif terhadap


carbamazepine
Efek Samping:

Kulit kering, penipisan kulit, gatal


Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 25 0C

Jenis : Gel

Produsen : PT. STFI FARMA

Mfg : 10 Januari 2017

Exp. Date : 10 Januari 2020

No. Batch : D03403036

No.Reg : DKL1734533A1

Zat Aktif : Mometasone Furoate


Bentuk sediaan : Krim
Jumlah Sediaan : 10 Tube (@5 gram)
Dosis : 0,1%

I PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Mometasone Furoate

Struktur :
Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih
Kelarutan : Larut dalam aseton dan dalam metilen
klorida
Titik Leleh : 220 dengan penguraian
(FI V, buku I, hlm 884-885)
Sediaan Dipasaran : Dermovel, Elox, Intercon, Elosalic
(ISO vol. 50, hlm 335)
Dosis yang ditentukan: 0,1%
Penggunaan Terapi : Sebagai anti inflamasi, meringankan
inflamasi dan manifestasi kronik
hiperkeratonik, psoriasis vulgaris sedang-
berat yang memerlukan terapi kortikosteroid
(ISO vol. 50, hlm 335)
Alasan : Tingkat penerimaan krim lebih tinggi
daripada sediaan lain, tidak lengket dan
memberikan efek dingin, mudah dicuci
dengan air, memiliki daya sebar dan absorpsi
yang baik.
2 Informasi Aspek Farmakologi
Indikasi : untuk meringankan manifestasi inflamasi
dan puritus dari dermatosis yang responsif
terhadap kortikosteroid seperi psoriasis dan
dermatitis atopik
Kontraindikasi : Penyakit Tuberculosis, Herpes Simpleks,
Varisela dan penderita yang sensitif terhadap
Mometasone Furoate atau terhadap salah
satu komponen dari sediaan
3 Zat Tambahan
1 Isopropyl alkohol
Rumus Kimia : C3H8O3
Pemerian : Jernih, Tidak Berwarna, Kental

Struktur :
Kegunaan : Disinfektan
Stabilitas : Harus disimpan di wadah tertutup
rapat dan ditempat kering
(HOPE, hlm 346)
2 Hydroxypropyl Cellulose (HPMC)
Pemerian : Serbuk berwarna putih sedikit
kuning, tidak berasa dan tidak berbau

Struktur :
pH : 5,0-8,0%
Kegunaan : Emulsifier (15-35%)
Stabilitas : Serbuk stabil, higroskopis
(HOPE, hlm 317)
3 Triethanolamine (TEA)
Rumus Kimia : C6H15NO3
Pemerian : Jernih, tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat, larutan
kental berbau sedikit ammonia

Struktur :
pH : 10,5 (Raymond et al., 2006 ; Hal.
794)
Kegunaan : Emolient (2-4%)
Stabilitas : Bila terkena udara dan cahaya
berubah menjadi coklat
(HOPE, hlm 754)

4 Propylenglycol
Rumus Kimia : C3H8O2
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, kental,
praktis tidak berbau

Struktur :
Kegunaan : Humektan (15%)
Stabilitas : Dalam temperatur dingin, stabil
dalam wadah yang tertutup rapat
(HOPE, hlm 592)

5 Phosporic Acid
Rumus Kimia : H3PO4
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau
Struktur :
Kegunaan : Acidifying Agent
Stabilitas : Disimpan dalam temperatur rendah
akan mengeras, membentuk masa
kristal tidak berwarna
(HOPE, hlm 503)
II FORMULASI
R/ Mometasone Furoate 0,1%
Isopropyl alcohol 60%
HPMC 15%
TEA 2%
Propylenglycol 15%
Phosporic Acid 0,3%
Aquadest q.s

III PERHITUNGAN
0,1
5 gram=0,005
Mometasone Furoate 100

60
Isopropyl alcohol
5 gram=3 gram
100

15
HPMC
5 gram=0,750
100

2
TEA
5 gram=0,100
100

15
Propylenglycol
5 gram=0,750
100

0,3
Phosporic Acid
5 gram=0,015
100

Aquadest 5 - (0,005+3+0,750+0,100+0,750+0,015)

5 4,62 = 0,38 mL

IV PROSEDUR
1 Campurkan isopropyl alcohol dan mometasone furoate, diaduk sampai
homogen
2 Tambahkan HPMC ke dalam campuran nomor 1, diaduk sampai
homogen
3 Campurkan TEA dengan aquadest, diaduk sampai homogen kemudian
campurkan ke dalam campuran nomor 2, aduk sampai homogen
4 Tambahkan propylenglycol ke dalam campuran, aduk sampai homogen
5 Kemudian di cek pH campuram sampai pH 4,5 lalu ditambahkan
phosporic acid aduk sampai homogen sampai pH 4,5
6 Campuran yang sudah homogen, di kemas

V EVALUASI SEDIAAN
1 Uji Organoleptis
Diamati sediaan meliputi bentuk sediaan, warna sediaan, rasa
sediaan dan bau sediaan.
2 Uji Homogenitas
Diamati homogenitas sediaan. Dilakukan dengan cara, sediaan
dioleskan pada objek glass atau kaca objek kemudiaan diamati adanya
partikel atau tidak.
3 Uji pH
Diuji sediaan dengan menggunakan pH meter.
4 Uji Viskositas
Diuji dengan menggunakan alat viskometer Brookfield.

VI DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Depkes RI
Rowe, Raymond. C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient.
Sixth edition. USA : Pharmaceutical Press
Niazi, Sarfaraz K. 1949. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations. London : CRC Press

LAMPIRAN
Kemasan
Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIKUID SEMI SOLID

Nama : Meilawati Tansyah

NPM : A 141 015

Zat Aktif : Mupirocin Calcium

Bentuk Sediaan : Cream (semi solid)

Jumlah Sediaan Yang Akan Di Buat : 5 tube

Dosis : 2% dari 15 gram

I PREFORMULASI
1.1 Nama Zat Aktif (Nama Lain) : Mupirocin kalsium; Calci
mupirocin;
Mupirocin vapenatisil dhydrat;
Mupirocin calcica; Mupirocin
caloque;
Mupirocino kalcio drusa;
Mupirodnum
calcium dihydricum; Mupirosiini
kalsium
(Martindale, 302)
Struktur :

(C26H43O9) 2Ca 2H2O


Pemerian : Serbuk putih dengan rasa pahit
Kelarutan : larut dalam metanol dan sedikit
larut
dalam air dan dalam etanol
(Pharmacopoeia Japanese, 903)
Titik Leleh :
pH : 3,5-4
Stabilitas : simpan dalam wadah kedap udara
pada
suhu 25C
Sediaan yang ada di pasaran : Bactroban, Mupirocin 2% (ISO,
2005
hal 423); Pibaksin, Mupirocin 2%
(MIMS, 2015 hal 381)
Dosis yang ditentukan : oleskan 3x/ hari selama 10 hari
Penggunaan Terapi : obat infeksi topikal (MIMS, hal
380)
Alasan pemilihan bentuk sediaan : Digunakan untuk pemakaian
topikal
agar obat bekerja langsung pada
bagian
yang terinfeksi
1.2 Informasi Aspek Farmakologi :

1.3 Zat Tambahan


a. Nama zat : Benzyl Alcohol
Struktur :

Pemerian : tidak berwarna, cairan berminyak dengan bau


aromatik samar dan tajam, rasa membakar.
Kelarutan
agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol
50%; bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan kloroform.
Kegunaan dalam formula : Pengawet
Titik didih : 204.7C
pH :
Stabilitas : Benzyl alcohol harus disimpan dalam wadah
kedap
udara, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk
dan kering.
( HOPE 6th, hal 64 dan FI IV, hal 71)

b. Nama zat : Cetomacrogol 1000


Struktur :

Pemerian : nilai 1000 dan di atas adalah padatan.


Kegunaan dalam formula : Emulgator, humektan 3% (fornas
edisi
2)
Titik lebur : 37-40C
pH :
Stabilitas : stabil di udara dan dalam larutan, meskipun nilai
dengan berat molekul kurang dari 2000 yang
hidroskopis. polietilen glikol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba, dan mereka tidak menjadi
tengik. polietilen glikol dan solusi polietilen glikol
berair dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi,
atau
iradiasi gamma.

(HOPE 6th, hal 517)

c. Nama zat : Cetyl Alcohol


Struktur :

Pemerian : serpihan putih, butiran, kubus, atau coran,


memiliki
bau yang khas samar dan rasa hambar. Kelarutan
bebas larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan meningkatnya suhu; praktis
tidak
larut dalam air. Larut ketika meleleh dengan
lemak,
cairan dan parafin padat, dan isopropil miristat.
Kegunaan dalam formula : Emolien/ Emulgator 2-5%
Titik lebur : 45-52C
pH :
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali,
cahaya, dan udara; tidak menjadi tengik. Harus
disimpan di wadah tertutup, di tempat yang sejuk
dan
kering.
(HOPE 6th, hal 155)

d. Nama zat : Mineral oil


Struktur :
Pemerian : tidak berwarna, cairan berminyak transparan,
kental,
Tanpa fluoresensi di siang hari. Praktis berasa dan
tidak berbau saat dingin, dan memiliki bau samar
minyak bumi saat dipanaskan. Kelarutan Praktis
tidak
larut dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut
dalam
aseton, benzena, kloroform, karbon disulfida, eter,
dan
petroleum eter. Larut dengan minyak volatile dan
tetap minyak, dengan pengecualian dari minyak
jarak.
Kegunaan dalam formula : Emulsi topikal 1-32%
Titik didih : > 360C
pH :
Stabilitas : harus disimpan dalam wadah kedap udara,
dilindungi
dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 6th, hal 445)

e. Nama zat : Phenoxyethanol


Struktur :
Pemerian : tidak berwarna, cairan sedikit kental dengan bau
samar yang menyenangkan dan rasa membakar.
Kegunaan dalam formula : Antimikroba
Titik leleh : 148C
pH :
Stabilitas : Bahan stabil dan harus disimpan dalam wadah
tertutup
baik di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 6th, hal 488)

f. Nama zat : Stearyl Alcohol


Struktur :

Pemerian : keras, berwarna putih, bentuk serpih atau butiran


dengan bau yang sedikit khas dan rasa hambar.
Kelarutan Larut dalam kloroform, etanol (95%),
eter,
heksan, propilen glikol, minyak benzena, aseton,
dan
sayuran; praktis tidak larut dalam air.
Kegunaan dalam formula : Emolient, emulgator 12% (fornas
edisi
2)
Titik lebur : 59.4-59.8C
pH :
Stabilitas : stabil terhadap asam dan alkali dan tidak biasanya
menjadi tengik. Harus disimpan dalam wadah
tertutup
baik di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 6th, hal 700)

g. Nama zat : Xanthan Gum


Struktur :

Pemerian : krim berwarna putih, tidak berbau, bebas


mengalir, bubuk
halus
Kegunaan dalam formula : Penstabil
pH : 6-8
Stabilitas : stabilitas pada pH 4-10 dan suhu 10-60C.
(HOPE 6th, hal 782)

II FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
a. Formula yang akan dibuat
R/ Mupirocin calcium 2%
Benzylalcohol 1%
Cetomacrogol 1000 3%
Cetyl alcohol 5%
Mineral oil 20%
Phenoxyethanol 2%
Stearyl alcohol 12%
Xantan gum 0,2%
Aquadest ad 15 ml

III PERHITUNGAN
2
1 Mupirocin calcium 100 x 15 gram = 0,2 gram
0,05
2 Benzylalcohol 100 x 15 gram = 0,15 ml

3
3 Cetomacrogol 1000 100 x 15 gram = 0,45 ml

5
4 Cetyl alcohol 100 x 15 gram = 0,75 gram

20
5 Mineral oil 100 x 15 gram = 3 ml

2
6 Phenoxyethanol 100 x 15 gram = 0,2 ml

12
7 Stearyl alcohol 100 x 15 gram = 1,8 gram

0,2
8 Xantan gum 100 x 15 gram = 0,03 ml

9 Aquadest = 10 (0,2 + 0,15 + 0,45 + 0,75 + 3 + 0,2 +


1,8
+ 0,03)
= 10 6,58
= 3,42 ml

PERHITUNGAN PENIMBANGAN

1 Mupirocin calcium 0,2 x 5 = 1 gram


2 Benzylalcohol 0,15 x 5 = 0,75 ml
3 Cetomacrogol 1000 0,45 x 5 = 2,25 ml
4 Cetyl alcohol 0,75 x 5 = 3,75 gram
5 Mineral oil 3 x 5 = 15 ml
6 Phenoxyethanol 0,2 x 5 = 1 ml
7 Stearyl alcohol 1,8 x 5 = 9 gram
8 Xantan gum 0,03 x 5 = 0,15 ml
IV PROSEDUR PEMBUATAN
a. Lilelehkan basis lemak mineral oil, benzylalcohol, cetomacrogolum 1000,

dan stearyl
alcohol dalam cawan penguap di atas tangas air
b. Xantan gum dilarutkan dalam cawan penguap di atas penangas air, di

tambahkan
basis air yang lainnya yaitu cetyl alkohol dan phenoxyethanol, kemudian

serbuk
Mupirocin calcium dilarutkan dalam basis air tersebut.
c. Setelah basis lemak dan basis air dilelehkan, campurkan basis lemak

tersebut ke
dalam basis air sedikit demi sedikit.
d. Aduk kedua basis tersebut sampai homogen
e. Setelah homogen dinginkan dan dimasukkan ke dalam kemasan lalu

diberi etiket.

V EVALUASI SEDIAAN
a. Prosedur Evaluasi
1 Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari
bau,
warna, tekstur sedian atau bentuk.
2 Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter dengan cara
mengukur pH
sediaan yang dicelupkan pada alat dan diamati hasil yang di dapat
pada alat.

3. Uji Viskositas
Viskositas di uji dengan menggunakan alat viskometer
brookfield dengan menggunakan spindel yang sesuai. Alat
viskometer dijalankan dari rpm 1,3,5, dan 6. Setiap rpm, angka
yang dicatat merupakan angka yang konstan. Setelah diperoleh,
hasil pembacaan dikalikan dengan faktor pengkali dan di dapat
viskositas dalam centi pois (cp).
4. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan
bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur
secara homogen. Persyaratannya harus homogen
sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan
dan terdistribusi merata saat penggunaan pada
kulit. S e di a a n di uji d e n g a n m e n g ol e sk a n s e di a a n
p a d a k a c a a rloji lalu dir a t a k a n tipis-tipis. Dia m a ti
h o m o g e nit a s bahan a k tif d al a m b a sis cr e a m

5. Uji Aseptabilitas Sediaan


Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih
suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan,
kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian.
Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing-
masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut,
sangat lembut.

6. Evaluasi Stabilitas

Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin


bahwa setiap batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi
persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam
penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar
penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu
dicantumkan dalam label.

VI DAFTAR PUSTAKA
IDI. 2015. MIMS. Volume 16. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Japanese Pharmacopoeia Committee. 2006. The Japanese Pharmacopoeia.


Edisi Ke lima belas. Tokyo: The Ministry of Health, Labour and
Welfare.

Niazi, S.K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations:
Semisolid Products 2nd Edition Volume 4. New York : Informa
Healthcare USA.

Reyn old, Ja m e s EF. 1 9 8 2. Martindale the extra


pharmacopeia. Twe n t y-ei g h t
e ditio n. Lond o n: Th e p h a r m a c e u tic al pr e s s .

Rowe, Rayman C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th


Edition. London: Pharmaceutical Press.

VII. KEMASAN
a Ke m a s a n

b Etik e t
c Brosur
LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI
SOLID
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH BANDUNG

Nama : Putri Ayu Purnamasyari


NPM : A 141 018
Kelas : Reguler Pagi A

SELF FORMULATION GEL NEOMYCIN 15 g

Z a t a k tif : Ne o m ycin
B e n t uk s e di a a n : G el

Ju ml a h s e di a a n y a n g a k a n di b u a t : 5 tube

Dosis : 0, 5 % d al a m 1 5 g r a m (4-6 x

I PREFORMULASI
1 N a m a Z a t a k tif : Ne o m ycin S ulfa t
S tr uk t ur :
Pe m e ri a n : S er b u k p u tih a t a u h a m pir
ku nin g; h a m pir tid a k b e r b a u;
higro sko pik.
Kelar u t a n : Mud a h lar u t d al a m 3
b a gi a n air s uk ar lar u t d al a m
air, d al a m 1 b a gi a n air lar u t
p e rl a h a n-la h a n; s a n g a t s uk a r
lar u t d al a m etanol (9 6 %) p;
pr a k tis tid a k lar u t d al a m
kloroform p; d a n d al a m eter
p d a n d al a m aseton p. (FI III
PH : 5 7, 5 ( FI IV hal 606).
S e di a a n y a n g a d a dip a s a r a n : Biopl a c e n t o n,
Be n o s o n-N, Be t a s o n-N.
Pe n g g u n a a n Ter a pi : Unt uk luk a b a k a r, t uk a k
kro nik, p e n y e m b u h a n la m b a t
Alas a n p e milih a n b e n t u k s e di a a n : k ar e n a t a rg e t y a n g
dit uj u e pi d er mi s dan
d er mis, r u t e p e n e t r a si y a n g
dilalui ol e h bahan a k tif
jarin g a n e pid er mi s dan
statu m korn e u m , s e di a n
tid a k le n gk e t dapat
m e m b e rik a n ef e k din gin,

2 Informasi asfek Farmakologi


N eo misin t el a h dig u n ak a n ku a s u n r uk p e n g g u n a a n
t o pik al, p a d a b a gi a n inf ek si dikulit d a n m e m b r a n m uk o s a ,
t er m a s u k y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n luk a b ak a r, luk a
d er m a t o sis, t e rinf ek si penggunaan t ers e b ut tid a k

3 Zat Tambahan
1 Pro p yl e n glyc olu m
S tr uk t ur :

Ru m u s m ol ek ul :
C 3H8O2

Pe m e ri a n : Cair a n k e m t al, jer nih, tid a k


b e r w ar n a , tid a k b e r b a u; r a s a
a g a k m a ni s; higro sko pik.
Kelar u t a n : D a p a t t er c a m p u r d e n g a n
air, d e n g a n e t a n ol (95 %) p
d a n d e n g a n kloroform p; d a n
lar u t d al a m 6 b a gi a n eter p;
tid a k dapat t er c a m p u r
d e n g a n e t e r mi n y a k t a n a h
Keg u n a a n : Topik al (humektan 15%).
S t a bilit a s : D al a m w a d a h t e r t u t u p
b aik, t e t a pi p a d a s u h u tin g gi
di tempat t e r b uk a
cend erung m e n g ok sid a si
s e hi n g g a m e ni m b ulk a n
(Farmakope Indonesia III halaman 534, Handbook of Pharmaceutical
excipient edisiVI halaman 592 )
2 Met h ylis Par a b e n u m
S tr uk t ur :

S t a bilit a s : Suhu
Pe m e ri a n : S er b uk h a bl ur h alu s;
p u tih; tid a k
m e m p u n y ai r a s a k e m u di a n
a g a k m e m b a k a r dikulit r a s a
t e b al.
Kelar u t a n : Laru t d al a m 5 0 0 b a gi a n ait;
20 b a gi a n air m e n di dih
d al a m 3, 5 b a gi a n e t a n ol
(9 5 %) d a n d al a m 3 b a gi a n
aseton p; m u d a h lar u t d al a m
eter p; d a n d al a m lar u t a n
alk ali p an as. Jika di
din gink a n lar u t a n tetap
jer nih.
PH : 4-8
Keg u n a a n : Pe n g a w e t, Anti mikro b a
(0, 0 2-0, 3 % penggunaan
t o pik al), (2-5 % jika di
ko m bin a sik a n d e n g a n PPG)
(Farmakope Indonesia Edisi III hal.378, Handbook
of Pharmaceutical excipient edisiVI halaman 441)
3 Lutrol F 127
(polox a m e r)

S tr uk t ur
:

Pe m e ri a n : Serbuk putih
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut
dalam etanol, dalam etil asetat, tida
larut dalam minyak mineral.
Stabilitas : Bahan stabil, dengan adanya asam,
alkali, dan ion loga.
OTT : Tergantung pada kosentrasi relatif,
poloxamer tidak kompatibel dengan
fenol dan parabens.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang
tertutup di tempat yang sejuk dan
kering.
Kegunaan : Galling Agent (15-50%)
( Handbook of Pharmaceutical excipient edisiVI halaman 506 )

4 Aqu a d e s t
Pe m e ri a n : Cair a n jernih; tid a k
b e rw ar n a; tid a k b e r b a u
Pe n yi m p a n a n : D al a m w a d a h t e r t u t u p b aik.
Keg u n a a n : Pel ar u t .
(Farmakope Indonesia Eds III, hal 96)

R/ N eo m ycin s ulf a t e 0, 5 %

Pro p yl e n e glyc ol 15%

Met h ylis Par a b e n u m 0, 2 %

Lutrol F 1 2 7 30%
Aqu a d e s t a d 15 gra m

4 Per hit u n g a n
0,5
N eo m ycin s ulf a t e = 100 x 1 5 gr a m = 0, 0 7 5 g

15
Pro p yl e n e glyc ol = 100 x 1 5 gr a m = 2, 2 5 g

0,2
Met h ylis Par a b e n u m = 100 x 1 5 gr a m = 0, 0 3 g

30
Lutrol F 1 2 7 = 100 x 1 5 gr a m = 4, 5 g

Aqu a d e s t = 1 5 g - (0, 0 7 5 g + 2, 2 5 g +
0, 0 3 g + 4, 5 g)
= 1 5 g 6, 5 8 5 5 g
= 8, 1 4 ml

5 Pe ni m b a n g a n
1 N eo m ycin s ulf a t e : 0, 0 7 5 g x 5 = 0, 3 7 5 g r a m
2 Pro p yl e n e glyc ol : 2, 2 5 g x 5 = 1 1 , 2 5 ml
3 Met h ylis Par a b e n u m : 0, 0 3 g x 5 = 0, 1 5 g r a m
4 Lutrol F 1 2 7 : 4, 5 g x 5 = 2 2, 5 g r a m
5 Aqu a d e s t : 8, 1 4 ml x 5 = 4 0 , 7 ml

5 Pro s e d ur
1 Pro s e d ur k erj a

Ti m b a n g semua bahan satu p e r s a t u, lutrol


dik e m b a n gk a n d e n g a n air p a n a s ad m e m b e ntuk
gelling agent. Laru tk a n m e t h ylis p a r a b e n u m d al a m
PPG, m a s uk a n k e d al a m galling agent s a m p ai
h o m o g e n. Laru tk a n n e o m ycin s ulf a t d al a m s e b a gi a n
air m a s uk a n k e d al a m c a m p u r a n di a t a s , a d u k a d
h o m o g e n t a m b a h k a n sis a air a d u k a d h o m o g e n
m a s u k a n k e d al a m w a d a h d a n laluk a n e v al u a si s e di a n
g el.

2 Pro s e d ur e v alu a si
a Org a n ol e p tik
Dilakuk a n uji org a n ol e p tis d e n g a n m elih a t b e n t uk
d a n w ar n a d a ri s e di a a n y a n g t el a h dib u a t. Pe n g a m a t a n
dilak uk a n p a d a ja m k e-0, 2 4, 4 8 d a n 7 2.
b pH m e t e r
Terle bih d a h ul u el ek tro d a dik alibr a si d e n g a n lar u t a n
n e t r al, lar u t a n a s a m , d a n lat ur a n b a s a . Dib er sihk a n
(dila p) d e n g a n m e n g g u n a k a n tis s u, k e m u di a n el ek tro d a
dic elu pk a n k e d al a m g el uji d a n dilih a t nil ai pH y a n g
a k a n m u n c ul. Pe n g a m a t a n dil akuk a n p a d a ja m k e-0, 2 4,
4 8 d a n 7 2.
c Visko sit a s
Visko sit a s diuji d e n g a n m e n g g u n a k a n viscometer
brookfield, dipilih s pin d el s e r t a p u t a r a n y a n g s e s u ai
d e n g a n s e di a a n . S pin d el dip a s a n g p a d a al a t, k e m u di a n
dic elu pk a n p a d a s e di a a n, d a n al a t dij al a nk a n. Dia m a ti
a n gk a y a n g dit u njukk a n ol e h g a ris m e r a h p a d a al a t.
Pe n g a m a t a n dil akuk a n p a d a ja m k e-0, 2 4, 4 8 d a n 7 2.
d La m a n y a m e n g e rin g dikulit
S e di a a n di ol ek a n p a d a kulit k e m u di a n di t u n g g u
s a m p ai m e n g e rin g d a n dihit u n g w a k t u n y a .
e Ho m o g e nit a s
S e di a a n y a n g t el a h di b u a t diol e sk a n p a d a object
glass, lalu diti m p a d e n g a n object glass y a n g lain h a r u s
m e n u nj ukk a n susunan yang ho mog en. Pe n g a m a t a n
dilak uk a n p a d a ja m k e-0, 2 4, 4 8 d a n 7 2.
DAFTAR PUSTAKA

Ans el How ar d. 1 9 8 9. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi


Edisi Keempat. Jak ar t a: Univ er sit a s Indo n e si a.

D e p a r t e m e n Kes e h a t a n RI, 1 9 7 9. Farmakope Indonesia


Edisi Ketiga. Jak art a:

D e p a r t e m e n Kes e h a t a n RI, 1 9 9 5. Farmakope Indonesia


Edisi Keempat: Jak ar t a.

Goo d m a n & Gil m a n . 2 0 0 2. Man u al Far m akolo gi d a n Ter a pi.


Jak art a : EGC
Rowe, R.C., Sheckey, P.J ., and Quinn, M.E., 2009, Handbook
of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,
Pharmaceutical Press and A merican Pharmacists
Associ ation.

Sarfanaz K. 1949. Handbook of manufacturing formulations. Vol.4

Kemasan dan Brosur

1 Kemasan Pri mer


1
2
MICIN GEL
Neomycin Gel 0,5%

Kontra indikasi : Komposisi :


Luka bakar, tukak kronik, Neomycin Gel 0,5%
MICIN GEL penyembuhan lambat dan MICIN GEL
luka tukak dekubaital,
Aturan pakai :
Neomycin Gel 0,5% ekzem pioderma, impatigo, Neomycin Gel 0,5% 4-6 kali sehari Oleskan
dan lain infeksi kulit
tipis pada kulit yang
Efek samping : infeksi.
Jangka panjang
menyebabkan infeksi Indikasi :
sekunder Mempercepat proses
PT Semsol FARMA peyembuhan luka bakar,
Bandung-Indonesia Perhatian : NETTO : 15 borok kronis, impetigo
Jangan digunakan untuk gram
mata.

Cara peyimpanan : Mfg : 10 Januari 2017


Simpan di bawah suhu 30 Exp. Date : 10 Januari
0
C 2020
No. Batch : D03403036
2. Kemasan sekunder

Kontra indikasi : MICIN GEL

Luka bakar, luka kronik, peyembuhan Neomycin Gel 0,5% Komposisi:


Neomycin Gel 0,5%

lambat dan luka tukak dekubaital.

Efek samping :

Menyebabkan infeksi sekunder Aturan pakai : 4-6 kali sehari


oleskan

tipis pada kulit inveksi

Perhatian :

Jangan digunakan untuk mata indikasi : mempercepat


proses

peyembuhan luka
3 Brosur


MICIN GEL
Komposisi:

Tiap 15 gram mengandung:


Neomycin Gel 0,5

Aturan pakai :
4-6 kali sehari Oleskan tipis pada
kulit yang

Indikasi :
Mempercepat proses peyembuhan luka bakar,
borok kronis, impetigo

Kontraindikasi :

Luka bakar, tukak kronik, penyembuhan


lambat dan luka tukak.

Efek Samping:

Jangka panjang menyebabkan infeksi


sekunder

Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 30 0C

Jenis : Gel

Produsen : PT. SEMSOL FARMA

Mfg : 10 Januari 2017

Exp. Date : 10 Januari 2020

No. Batch : D03403036

No.Reg : DKL1734533A1
Rida Widayanti Fadla

A 141 020

Kelompok A/ Reguler pagi A

Lidocaine (SEMI SOLID) GEL

Zat akitif : lidocaine hydrochloride

Bentuk sediaan : semi solid (gel)

Jumlah sediaan yang akan dibuat : 300 gram untuk 10 sediaan

Dosis : 2% lidokain HCL gel dalam 30 gram

1 Preformulasi
1 Nama zat aktif : lidokain hidrokloridum
Struktur : C14H22N2O.HCL.H2O
Pemerian : serbuk hablur , putih , tidak berbau , rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol ,
larut dalam klorofum ,tidak Larut dalam eter.
Titik leleh :-
PH : Antara 5 dan 7
Stabilitas : lindungi dari cahaya
Jarak lebur : Antara 74o dan 790
Sediaan yang ada dipasaran : xylocain 2 % gel
Dosis yang ditentukan :2%
Penggunaan terapi : anastesi local
Alasan pemilihan bentuk sediaan : digunakan untuk topical

2 Informasi aspek farmakologi

Farmakodinamik :

lidokain (xylokain) adalah anestetik local kuat yang digunakan secara


luas dengan pemberian topical dan suntikan. Anesthesia terjadi lebih
cepat, Lebih kuat, lebih lama dan ekstensif dari pada yang
ditimbulkan prokain Pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain
merupakan aminoetilamid dan merupakan prototip dari anestetik local
golongan amida .larutan lidokain 0,5 % digunakan untuk anestesi
infiltrasi sedangkan larutan I,0-2 % untuk anestesi blok dan topical .
anestetik ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriksor , tetapi
kecepatan absorpsi dan toksisitas nya bertambah dan masa kerjanya
lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang
hipersensitif terhadap anestetik local golongan ester . lidokain
Dapat menimbulkan kantuk.

Farmakokinetik :

lidokain cepat diserap dari tempat suntikan saluran cerna dan saluran
pernapasan serta dapat melewati saluran darah otak. kadarnya dalam
plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu .dalam
hati ,lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim aksidase , fungsi
ganda membentuk monoetilignisin dan xilided maupun glisin xilidid ,
yang kemudian dapat di metabolisme lebih lanjut menjadi
monoetilignisin dan xilidid.Kedua metobolit monoetilignisin xilidid
maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik local.
pada manusian 75% dari xilidid akan di eksresi bersama urin dalam
bentuk metabolit akhir , 4 hidroksi -2-6 dimetil-anilin.

3 Zat tambahan
a Metyl paraben
RM/BM : C8H8O3/152,15
Pemerian : serbuk hablur putih ,hamper tidak berbau , tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalanm 500 bagian air , 20 bagian air mendidih ,
dalam 3,5 bagian etanol (9,5%) p dan dalam 3 bagian aseton p,
mudah larut dalam eter p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pengawet ( Rowe , 2009 , FI IV hal 551 )
b Sukrosa
Rumus molekul : C11H22O11
Berat molekul : 342,30
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna , masa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih ,tidak berbau , rasa
manis , stabil di udara .
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air , lebih mudah larut
dalam air mendidih , sukar larut dalam etanol , tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Titik leleh : 1600 C 1680C
Khasiat : pemanis dan pengental
PKa : 12,62
Bj : 1,2865 1,3471
Stabilitas : stabilitas baik pada temperatur ruangan dan
kelembaban sedang , dapat menyerap 1 % bau yang dilepaskan
ketika dipanaskan pada suhu 900C . Membentuk caramel ketika
dipanas kan diatas 1600C.
(farmakope Indonesia IV hal 762 ,HOPE edisi 6 hal 706)
c Propilenglikol
RM/BM : CH3CH (OH) CH2O /76,09
Pemerian : cairan kental ,jernih , tidak berwarna , rasa khas ,
praktis tidak berbau , menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air , dengan aseton dan
dengan klorofom, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat : anti mikroba ,pewangi , pelembab , pelarut .
BT : 1,038 g/cm3
Stabilitas : higroskopis dan harus di simpan dalam wadah
tertutup rapat lindungi dari cahaya di tempat dingin dan kering.
(FI IV hal 721 , HOPE edisi 6 hal 592 )
d HPMC ( hidroksi propil metyl selulosa )
pemerian : serbuk putih atau hamper putih , tidak berbau ,
tidak berasa.
Sturuktur :

Kelarutan : larut dalam air dingin , praktis tidak larut dalam


klorofom ,etanol 95% dan eter , larut dalam aseton encer .
Kegunaan : gelling agent
Stabilitas : stabil meskipun bersifat higroskopis setelah
dipanaskan.
e Menthol
struktur :
pemerian : hablur heksagonal atau serbuk hablur , tidak berwarna ,
biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur, bau enak
seperti minyak permen .
kelarutan : sukar larut dalam air , sangat mudah larut dalam etanol ,
klorofom eter dan heksana mudah larut dalam as.aseton glosial,
minyak mineral , minyak lemak , minyak atsiri.
Jarak lebur : Antara 410 dan 440. (FI IV hal 529 )

2 Formulasi atau teknik pembuatan


a Formula yang akan dibuat
R/ Ldocain HCL 2%
Metilpanaben 0,2 %
Propilenglikol 1,5 %
HPMC 15 %
Sukrosa 1%
Menthol 0,05 %
Aq.dest q.s

3 Perhitungan

2
Lidokain hcl 100 x 30 g = 0,6 g x 10 =6g

0,2
Metylpanaben 100 x 30 g = 0,06 g x 10 = 0,6 g

0,05
Menthol 100 x 30 g = 0,05 g x 10 = 0,15 g

15
HPMC 100 x 30 g = 4,5 g x 10 = 45 g

1
Sukrosa 100 x 30 g = 0,3 g x 10 =3g

1,5
Propilengnikol 100 x 30 g = 0,45 g x 10 = 4,5 g

80,25
ml
Aq. Dest 100 x 30 g = 24,075 x 10 = 240,75

ml
4 Prosedur pembuatan
1 Menimbang zat yang dibutuhkan
2 Panaskan air
3 Kembangkan HPMC diair panas sampai mengental
4 Larutkan sukrosa diair panas samapai larut
5 Larutkan metilparaben dan menthol dalam propilenglikol sampai larut
6 Basahi lidokain HCL dengan sedikit air , tambahkan sisa air
7 Campur semua bahan aduk sampai homogen dan terbentuk gel

5 Evaluasi sediaan
a Uji organdeptis
Merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk
mendeskripsikan bentuk atau konsistensi , warna dan bau.

b Uji nilai PH
Prinsip uji derajat keasaman ( ph ) yakni berdasarkan pengukuran
aktifitas ion hydrogen secara potensiometri / elektrometri dengan
menggunakan PH meter.

c Uji viskositas
Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas akan makin besar tahanan nya.

d Uji daya sebar atau penghamburan


Uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada
kulit, penentuannya dilakukan dengan extensometer caranya yakni gel
dengan volume tertentu dibawa kepusat Antara dua lempeng gelas ,
lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani 0leh
peletakan pada anak timbang.permukaan penyebaran yang dihasilkan
dengan menariknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristik
untuk daya hambur.

e Uji resistensi panas


Uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan gel dalm
daerah iklim dengan perubahan suhu nyata dan terus menerus,caranya
yakni gel dalam wadah tertutup diulang dan di tempatkan dalam
pertukaran kontinyu suhu yang berbeda beda (misalnya 20 jam pada
suhu 370dan 4 jam pada 400 ) dan dientukan waktunya.

f Uji aseptabilitas sediaan


Dilakukan pada kulit ,dengan berbagai cara yang dikasih suatu qusioner
dibuat suatu kriteria, kemudian dioleskan , kelembutan , sensasi yang di
timbulkan , kemudahan pencucian . kemudian dari data tersebut dibuat
koring untuk masing masing kriteria . missal untuk kelembutan agak
lembut,lembut,sangat lembut.

DAFTAR PUSTAKA

Allen,L.V.2009.Handbook Of Pharmaceutical Excipients.Sixth Edition.Rowe


R.C.,Sheskey,P.J.,Queen,M.E.,(Editor),London.Pharmaceutical Prees and
American Pharmacists Assosiation,697-699.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2014.Farmakope Indonesia V.edisi 1.


Jakarta.Halaman 776.

Sunaryo.Kokain dan Anestetic Lokal Sintetis.Dalam:ed.Ganiswarna SG.


Farmakologi dan Terapi.Jakarta : Gaya Baru.1995 : 234 -247

Voigt,R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Edisi ke 5.378-384.Gajah Mada


University Press.Yogyakarta.
KEMASAN DAN BROSUR
LABORATORIUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN DAN LIQUID

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

PIROXICAM

Nama : Sindi Oktavia Karyanti


NPM : A 141 021
Zat aktif : Piroxicam
Bentuk sediaan : Salep (Semi solid)
Jumlah sediaan yang akan dibuat : 40 tube @25gram
Dosis : 1 gram

1 PREFORMULASI
5 Nama Zat Aktif : Piroxicam
Rumus kimia : C15H13N3O4S
Struktur :

Berat molekul : 331,35


Titik leleh : 198 - 200C (Codex, eds 12th, hal 1010).
Pemerian : Serbuk hablur; hampir putih atau terang
kuning terang; tidak berbau; bentuk
monohidrat berwana kuning.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; dalam asam asam
encer dan sebagian besar pelarut organic;
sukar larut dalam etanol dan dalam larutan
alkali mengandung air.
Wadah & penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; tidak tembus
cahaya.
(Farmakope, eds V)

Sediaan yang ada : Feldene gel, Scandene gel, Pirofel gel,


dipasaran Infeld gel.
Dosis yang ditentukan : 1gram, alasannya karena pada sediaan
topical kebanyakan dosis yang digunakan
adalah 1gram.
Penggunaan terapi : Piroxicam (Feldene) disetujui di AS untuk
pengobatan artitis rheumatoid dan
osteoarthritis.
(Manual Farmakologi dan Terapi, hal 421).
Alasan pemilihan bentuk
Sediaan dan bahan aktif : Digunakan bahan aktif piroxicam, karena
memiliki bobot molekul lebih kecil dan
sifatnya yang lebih nonpolar dari pada
turunan oksikam lainnya. Sehingga
piroxicam memiliki kemampuan
menembus kulit lebih besar dibandingkan
turunan oksikam lainnya. (Boesro
Soebagio, dkk 2011). Efek yang
ditimbulkan piroxicam lebih cepat
dari golongan antiinflamasi lain (F.I eds IV).
Digunakan bentuk sediaan salep (semi
solid) karena pada penggunaan oral
piroxicam dapat memberikan efek
samping seperti gangguan GI
(Gastrointestinal), sakit kepala. Maka dari
itu, untuk mengatasi atau memperkecil efek
samping tersebut piroxicam dapat
digunakan secara transdermal. Tingkat
difusi piroxicam kedalam membrane,
absorbsinya lebih besar jika dlaam bentuk
sediaan salep (minyak dalam air) yang
mudah berpenetrasi kedalam membrane
atau sel target. Baik dan mudah digunakan
pada kondisi nyeri otot, reumatik, dan nyeri
sendi.
6 Informasi Aspek Farmakologi
Meknisme kerja piroxicam : Piroxicam adalah nonsteroid anti-
inflammatory drug (NSAID) kelas oxicam
yang digunakan untuk meringankan nyeri.
Piroxicam bekerja dengan cara
menghambat kerja enzim siklooksigenase
(COX). Enzim ini berfungsi untuk
membantu pembentukan prostagladine saat
terjadinya luka dan menyebabkab rasa
sakit dan peradangan. Dengan
menghalangi kerja enzim COX,
prostagladine lebh sedikit diproduksi yang
berarti rasa sakit dan peradangan akan
mereda.
Indikasi : Kondisi yang ditandai oleh nyeri atau rasa
sakit dan meredang pada osteoartitis
(astrosis, penyakit sendi degenerative).
Setealah trauma (terpukul, terbentul, dll)
atau kelainan musculoskeletal akut,
termasuk tendinitis, tenosinovitir,
periartritis, keseleo, ketegangan otot, dan
sakit pinggang.

(ISO, vol 45)

7 Zat tambahan
1 Nama zat : Alcohol
Rumus kimia : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Struktur :
Pemerian ; Cairan bening; tidak berwarna; dan mudah
menguap; berbau khas; dan rasa membakar.
Titik didih : 78,15C
Kegunaan dalam : pengawet antimikroba
formula
Incompatibilitas : dalam kondisi asam, etanol dapat bereaksi
keras dengan oksidator.
(HOPE, eds 6, hal
17).

2 Nama zat : Carbomer


Nama lain : Carbopol 940
Struktur :

Pemerian : serbuk higroskopis dengan sedikit bau yang


khas; berwarna putih; berasa asam.
Kegunaan dalam : stabilizing agent.
formula
inkompatibilitas : Berubah warna dengan resorsinol dan tidak
kompatibel dengan fenol,kationik polimer,
asam kuat, dan tingkat tinggi elektolit.
Antimikroba tertentu juga harus dihindari
atau digunakan ditingkat rendah.
(HOPE, eds 6, hal 110).

3 Nama zat : Diethanolamine


Rumus kimia : C4H11NO2
Berat molekul : 105,14
Struktur :

Pemerian : cairan kental; dengan bau ammonia lemah.


Titik didih : 268,8C
pH : 11
Titik lebur : 28C
Kegunaan dalam :alkalizing agent.
formula
inkompatibilitas : Bereaksi dengan asam, asam anhidra, asam
klorida, dan ester untuk membentuk amida
derivate, dan dengan propilena karbonat atau
siklik karbonat untuk memberikan yang
sesuai karbonat.
(HOPE, eds 6, hal 228).

4 Nama zat : Hydroxyethyl cellulose


Titik lebur : 135 - 140C
pH : 5,5-8,5
Struktur :

Pemberian : serbuk berwarna putih ; tidak berbau; dan


tidak berasa.
Kegunaan dalam : viscosity increasing agent.
Formula
Inkompatibilitas : Kompatibel dengan senyawa yang larut
dalam air, kasein, agar-agar, metilselulosa,
lebih dari satu penil alcohol dan pati.
(HOPE, eds 6, hal 311)
5 Nama zat : Propylene glycol
Rumus kimia : C3H8O2
Berat molekul : 76,09
Struktur :

Pemerian : cairan tidak berwarna; kental; praktis tidak


berbau; rasa manis sedikit pedas seperti
gliserin.
Kegunaan dalam : humectant
formula
inkompatibilitas : Tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi
seperti kalium permanganat.
(HOPE, eds 6, hal 592).

6 Nama zat : Polyvinyl pyrrolidone k-30


Nama lain : Povidone
Rumus kimia : (C6H9NO)n
Berat molekul : 2500 3.000.000
Struktur :
pH : 3,0-7,0
Titik leleh : 150C
Kegunaan dalam : pendispersi.
formula
inkompatibilitas : kompatibel dengan berbagai garam
anorganik, alami dan resin sintesis, dan
bahan kimia lainnya.
(HOPE, eds 6, hal 581).

7 Nama zat : Water


Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02
Titik didih : 100C
Titik leleh : 0C
Struktur :
Pemerian : Cairan jernih; tidak berasa dan tidak berbau
Kegunaan dalam : Pelarut
formula
inkompatibilitas : air dapat bereaksi dengan obat obatan
demi eksipien lain yang rentan terhadap
hidrolisis (dekomposisi pada keberadaan air
atau uap air) dikamar atau pada suhu
tertentu, bereaksi dengan logam alkali
seperti kalsium oksida dan magnesium
oksida.
(HOPE, eds 6, hal 766).

2 FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN


a Formula yang akan dibuat
g/100g
R/ Piroxicam 1
Carbopol 940 1
Alcohol 30
Propylene glycol 30
Diethanolamine 1,5
Hydroxyethyl cellulose 0,5
Polyvinyl pyrrolidone k-30 0,5
Water purified q.s

3 PERHITUNGAN
Untuk 1 tube @25gram
1
1 Piroxicam = 100 25 = 0,25gram

1
2 Carbopol 940 = 100 25 = 0,25gram

30
3 Alcohol = 100 25 = 7,5gram

30
4 Propylene glycol = 100 25 = 7,5gram

1,5
5 Diethanolamine = 100 25 = 0,375gram

0,5
6 Hydroxyethyl cellulose = 100 25 = 0,125gram
0,5
7 Polyvinyl pyrrolidone k-30 = 100 25 = 0,125gram

8 Water purified =25-(0,25+0,25+7,5+7,5+0,375+0,125+0,125)


= 25 16,125
= 8,875gram
Untuk 40 tube @25gram
1 Piroxicam = 0,25 x 40 = 10gram
2 Carbopol 940 = 0,25 x 40 = 10gram
3 Alcohol = 7,5 x 40 = 300gram
4 Propylene glycol = 7,5 x 40 = 300gram
5 Diethanolamine = 0,375 x 40 = 15gram
6 Hydroxyethyl cellulose = 0,375 x 40 = 5gram
7 Polyvinyl pyrrolidone k30= 0,375 x 40 = 5gram
8 Water purified = 8,875 x 40 = 355gram

4 PROSEDUR
Semua bahan dicampurkan bersama sama sampai homogeny,
kemudian dijaga pH 7,9. Sebelumnya carbopol dinetralisasikan terlebih
dahulu sampai angka 5.

5 EVALUASI SEDIAAN
a Uji organoleptis
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji
ini merupakan uji awal sediaan yang telah dibuat. Uji organoleptis
meliputi bentuk sediaan, warna, dan bau.
(Muharni, 2008).
b Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu
cairan untuk mengalir. Jika semakin tinggi viskositas maka semakin
besar tahanannya.
Alat : Viskotester VT-04.
Peosedur pengujian :
1 Sejumlah sediaan ditempatkan dalam wadah tertentu.
2 Alat dirangkai dengan memasang rotor dengan ukuran tertentu.
3 Celupkan rotor pada sediaan hingga bagian bawah rotor tertutup
rata oleh sediaan.
4 Alat dinyalakan, biarkan rotor berputar.
5 Amati angka yang tertera pada jarum petunjuk angka hingga jarum
penunjuk konstan.
6 Angka tersebut menunjukkan nilai viskositas sediaan.
(Muharni, 2008).
c Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai
dengan kondisi pH kulit.
Alat : kertas pH indicator
Prosedur pengujian :
1 Timbang 1gram sediaan, larutkan dalam 10mL aquadest.
2 Celupkan kertas pH indicator kedalam larutan.
3 Keluarkan kertas, cocokkan perubahan warna kertas dengan
standar beberapa pH pada kemasan indicator pH.

(Muharni, 2008).

d Uji daya sebar


Uji ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan daya sebar sediaan
pada kulit.
Prosedur pengujian :
1 Timbang 1gram sediaan, letakkan pada pusat diameter lempeng
kaca, tutup dengan lempeng kaca selanjutnya.
2 Diamkan selama 1menit, ukur diameter persebaran sediaan.
3 Tambahkan beban 5gram diatas permukaan kaca.
4 Diamkan selama 1menit, ukur diameter persebaran sediaan.
5 Ulangi perlakuan (4-5) dengan penambahan beban 5gam tiap menit
sampai diameter sudah tidak bertambah lagi.
(Muharni, 2008).
e Uji homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas bahan aktif dan bahan
tambahan lainnya dalam sediaan.
Prosedur pengujian :
1 Sejumlah sampel sediaan dioleskan pada lempeng kaca sampai
merata.
2 Amati secara visual homogenitasnya (semua bahan tercampur
merata dalam sediaan). (Muharni, 2008).
f Uji daya lekat
Uji ini bertujuan untuk mengetahui lama perlekatan sediaan pada kulit.
Prosedur pengujian :
1 Timbang 0,25gram sediaan.
2 Letakkan pada kaca objek, tutup dengan kaca objek lain.
3 Berikan beban 1kg, Selma 15 menit.
4 Pasng gelas objek pada alat uji.
5 Tambahkan beban 80gram pada alat uji.
6 Cacat waktu pelepasan sediaan dari gelas objek.
(Muharni, 2008).
g Uji iritasi kulit
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya alergi
pada kulit.
Prosedur pengujian :
Menggunakan metode micotine test and erythema dengan penambahan
sodium buril sulfat. Metode ini dilakukan dengan methyl nicotine yang
merupakan vasodilator poten ditambahkan ke kulit lengan dengan
konsentrasi 1,4-13,7%. Efek dari vasodilator ini dapat diamati
memperhatikan erythema dan menggunakan laser proplet velocimetry
(LDV) analisis yang sama dapat dilakukan dengan menambahkan
sodium lauril sulfat pada kulit lengan.
(Paye et all).
h Uji stabilitas sediaan
Uji ini bertujuan untuk mengukur kestabilan sediaan dalam kondisi
lingkungan.
Prosedur pengujian :
Uji stabilitas sediaan dapat dilihat berdasarkan ada atau tidaknya
flokulasi, creaming, dan coafescent. Pengujian proses ini dilakukan
selama 1 minggu dengan menyimpan sediaan pada wadahnya, lalu
amati setelah 1 minggu apakah terdapat perubahan pada sediaan,
misalnya terpisahnya fase minyak dengan air, mengendap bahan
bahan pada bagian bawah. (Paye
et all).
i Uji penetepan kadar
Uji ini dilakukan untuk menetapkan kadar bahan aktif dalam sediaan.
Alat : spektrofotometer Uv / Vis
Prosedur pengujian :
1 Larutkan sebnayak 100gram sediaan dalam 100mL buffer fosfat
(pH6,8).
2 Kocok labu yang telah berisikan larutan sediaan diatas tersebut
selama 2 jam menggunakan alat mechanical shaker.
3 Saring larutan, hitung kadar dengan alat spektrofotometer pada
panjang gelombang 276nm menggunakan blanko buffer fosfat (pH
6,8).
(Paye et all).
j Uji difusi membrane
Prosedur pengujian :
1 Siapkan membrane (lebar plat 3,5mm, diameter 21mm, panjang
30mm).
2 Buat larutan buffer fosfat pH 7,4
3 Membrane direndam dalam fosfat buffer (6-8jam) diapit ke sel
dialysis
4 100mL buffer fosfat dalam beaker kompartemen reseptor
5 1mg sediaan dioleskan merata pada membrane.
6 Kompartemen donor dan reseptor dibiarkan kontak
7 Pada interval waktu tertentu, pipet 5mL larutan kompartemen
reseptor ganti dengan larutan buffer fosfat yang baru.
8 Lakukan penetapan konsentrasi obat dengan spektrofotometri pada
276nm.
(Paye et all).
k Uji mikrobiologi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui cemaran pada sediaan yang
disebabkan oleh mikroba misalnya pada bakteri dan jamur.
Prosedur pengujian :

Sampel dengan berat 100mg masukkan kedalam cawan petri yang terdapat agar
multer yang telah ditumbuhi bakteri lalu diinkubasi pada suhu 37C selama
24jam. Selanjutnya diukur diameter daerah penghambatan bakteri, dengan cara
yang sama dilakukan pennaman basis tanpa obat sebagai blanko untuk
perbandingan dilakukan penanaman sediaan baku yaitu larutan hidrokarbon 2%
dalam larutan dapar fosfat atau dapat ditambah dengan tryptc soy agar (TSA)
untuk menganalisa bakteri dan sabouraund chloramphenicol agar untuk yeast dan
jamur. Untuk bakteri diinkubasi pada suhu 30-35C selama 5 hari, dan untuk yeast
dan jamur diinkubasi pada suhu 20-25C selama 5-7hari, biasanya digunakan
untuk mengetahui adanya candida albicans.

(Paye et all)
Netto 25gram Netto 25gram



PIROSEL PIROSEL
No Reg: DKL1615600630A1
PIROXICAM PIROXICAM
No Batch: D16006112
Mgf. Date: Jan, 2017
SALEP Kemasan Sekunder SALEP
Exp. Date: Jan, 2019
Meringankan rasa nyeri. Meringankan rasa nyeri.








Indikasi, Kontra indikasi, Peringatan, Dosis, Interaksi obat, Farmakologi.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Indikasi, Kontra indikasi, Peringatan, Dosis, Interaksi obat, Farmakologi.


HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Lihat brosur
Lihat brosur Di produksi Three
oleh
Three PT Three Indonesia
Bandung
Indonesia
Bandung Indonesia



DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta.

Departemen kesehatan RI. 2015. Farmakope Indonesia. Edisi kelima. Jakarta.

Gilman dan Goodman. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta : EGC.

Lund, W. 1994. The Pharmacetical Codex Principles and Practice of


Pharmacetics. Ed 12th. London ; The Pharmaceutical Press.

Paye, marc et all. Handbook of Cosmetic Scrense and Technology. Ed 6. London :


New York.
Rowe, R C, Sheskey P J, dan Weller. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Ed 6th. Washington : American Pharmaceutical Association.

Saputri dan Muharni. 2008. Evaluasi Mutu Betametasone 0,1% PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Medan : Universitas Sumatra utara.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN


SEMISOLID DAN LIKUID
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
TAHUN 2017
PEMBUATAN SALEP PAPAIN

Nama : Riya NurAliyyah NPM : A 141 023

Zat aktif : Papain


Bentuk sediaan : Salep

Jumlah sediaan : 300 tube @ 1 tube 25 gram

Dosis : 39 mg

I PREFORMULASI
I.1 Nama zat aktif : papain
Pemerian : serbuk amorf, putih
Kelarutan : larut dalam air, praktis tidak larut dalam
alcohol, kloroform dan eter
Titik leleh :-
pH : 4,8 6,2
Stabilitas : tidak stabil dibawah kondisi asam, stabil
terhadap suhu
(Martindale The Extra Pharmacopeia, hal 2362-3)
Sediaan yang ada dipasaran : accuzyme, lucas papaw ointment, panafil,
kovia
Dosis yang ditentukan : 39 mg
Alasan : penggunaan dosis 39 mg diambil dari
produk di pasaran, karena dosis yang ada
dipasaran untuk salep dari bahan papain ada
yang menggunakan dosis 39 mg.
Penggunaan terapi : salep luka bakar
Alasan pemilihan bentuk sediaan: bentuk sediaan yang dibuat salep,
karena papain banyak digunakan dalam
bentuk salep
I.2 Aspek farmakologi :-
I.3 Zat tambahan :
a. Gliserin

Rumus kimia :C3H8O3


Pemerian :tidak berwarna, tidak berbau, kental,
higroskopis, rasa manis sekitar 0,6 kali lebih
manis dari sukrosa
Kegunaan :30% digunakan sebagai humektan
Stabilitas :gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi dibawah suasana kondisi
penyimpanan biasa. Campuran gliserin
dengan air, etanol (95%) dan
propyleneglcycol stabil.
Alasan :digunakan humektan pada salep papain,
yaitu untuk memudahkan mengaplikasikan
sediaan pada kulit.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th hal 283)
b. Isopropyl Palmitate

Rumus kimia :C19H38O2


Pemerian :tidak berwarna atau berwarna kuning pucat,
praktis tidak berbau. Cairan kental yang
membeku kurang dari 16 C
Kegunaan :0,05%-5,5% digunakan sebagai emolient
Kelarutan :larut dalam aseton, kloroform, etanol
(95%), etil asetat, minyak mineral, propan,
minyak nabati dan hidrokarbon alifatik dan
aromatic. Praktis tidak larut dalam gliserin,
glycol dan air
Stabilitas :tahan terhadap oksidasi dan hidrolisis, dan
tidak akan menjadi tengik, harus disimpan
dalam wadah tertutup baik diatas 16 C dan
terlindung dari cahaya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th hal 350)
c. Methyl Paraben

Rumus kimia :C8H8O3


Pemerian :serbuk kristal tidak berwarna atau putih,
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan
memiliki sedikit rasa terbakar
Kegunaan :0,02%-0,3% digunakan sebagai pengawet
pH :4-8
Stabilitas :larut pada pH 3-6, stabil sampai dengan 4
tahun pada suhu kamar, sementara larutan
pada pH 8 hidrolisisnya lebih cepat atau
sekitar 60 hari disimpan pada suhu kamar.
Alasan :digunakan pengawet pada sediaan salep
papain yaitu untuk mencegah kontaminasi,
perusakan dan pembusukan oleh bakteri
terhadap basis salep.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th hal 441)
d. Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Rumus kimia :C15H24O


Pemerian :serbuk kristal, putih atau kuning pucat
dengan karakteristik bau samar fenolik
Kegunaan :0,0075%-0,1% digunakan sebagai
antioksidan
Kelarutan :praktis tidak larut dalam air, gliserin,
propilenglikol dan asam mineral, larut dalam
aseton, benzene, etanol (95%), eter,
methanol, toluene, minyak mineral
Stabilitas :cahaya, kelembaban, dan panas
menyebabkan perubahan warna dan
hilangnya aktivitas. Harus disimpan dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Alasan :ditambahkan antioksidan karena adeps
lanae dalam penyimpanannya mudah
teroksidasi yang akan membuat sediaan
menjadi rusak sehingga harus ditambahkan
antioksidan untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada sediaan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th hal 75)
e. Adeps Lanae (Lanolin Anhydrous)
Rumus kimia :
Pemerian :zat berupa lemak, berwarna kuning pucat,
liat lengket, agak tembus cahaya, bau lemah
dan khas (FI ed III hal 61).
Kegunaan :basis salep
Kelarutan :praktis tidak larut dalam kloroform, eter dan
air. Larut dalam pelarut organik
Stabilitas :disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya.
Alasan :digunakan adeps lanae, karena dapat
meningkatkan absorpsi terhadap zat aktif
dan mempertahankan keseragaman
konsistensi salep.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th hal 379)

II FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
a Formula
Formulasi yang akan dibuat (25 gram)
Tiap 25 gram mengandung :
R/ Papain 39 mg
Gliserin 15%
Isopropyl palmitate 5%
Methyl paraben 0,3%
BHT 0,1%
Adeps lanae 25 gram
III PERHITUNGAN
Untuk 1 tube
Papain 39 mg = 0,039 gram
15
Gliserin 100 x 25 g = 3,75 gram
5
Isopropyl palmitate 100 x 25 g = 1,25 gram

0,3
Methyl paraben 100 x 25 g = 0,075 gram

0,1
BHT 100 x 25 g = 0,025 gram

Adeps lanae 25 g (0,039 + 3,75 + 1,25 + 0,075 + 0,025 gram)


= 25 g 5,139 g
= 19,861 gram
Untuk 300 tube
Papain 0,039 g x 300 = 11,7 gram
Gliserin 3,75 g x 300 = 1,125 gram
Isopropyl palmitate 1,25 g x 300 = 375 gram
Methyl paraben 0,075 g x 300 = 22,5 gram
BHT 0,025 g x 300 = 7,5 gram
Adeps lanae 19,861 g x 300 = 5,958.3 gram

Penimbangan bahan
Papain 11,7 gram
Gliserin 1,125 gram
Isopropyl palmitate 375 gram
Methyl paraben 22,5 gram
BHT 7,5 gram
Adeps lanae 5,958.3 gram
IV PROSEDUR PEMBUATAN
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ditimbang semua bahan
3 Dilebur adeps lanae ditambahkan isopropyl palmitat di atas penangas air
dengan suhu 65 C aduk ad lebur ad homogen
4 Tambahkan BHT aduk ad homogen
5 Tambahkan methyl paraben aduk ad homogen
6 Tambahkan papain aduk ad homogen, dinginkan
7 Tambahkan gliserin sedikit demi sedikit kedalam hasil leburan yang sudah
dingin aduk ad homogen
8 Dilakukan evaluasi sediaan
9 Kemas sediaan kedalam tube 25 gram, beri etiket dan dimasukan kedalam
kemasan sekunder.
V EVALUASI SEDIAAN
a Prosedur evaluasi
1 Uji organoleptis
Sediaan diuji organoleptisnya meliputi warna, bau, dan bentuk dari
sediaan.
2 pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH universal, yaitu
dengan cara menimbang 1 gram sediaan, larutkan dalam 10 ml
aquadest, celupkan kertas indikator pH kedalam larutan, keluarkan
kertas cocokan perubahan warna kertas pada indicator pH
(muharni,2008).
3 Uji homogenitas
Sejumlah sampel sediaan dioleskan pada kaca arloji sampai
merata, amati secara visual homogenitasnya (semua bahan tercampur
merata dalam sediaan). (muharni,2008).
4 Daya menyerap air
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang
digunakan untuk mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air
dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh
100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara
terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam),
dimana air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan ukur
tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui persamaan :
BA = 100 . KA100 KA
KA = 100 . BA100 BA
5 Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan
air dalam salep, yakni sebagai berikut :
a Penentuan kehilangan akibat pengeringan
Untuk kandungan air digunakan ukuran kehilangan massa
maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu
tertentu (umumnya 100-110oC).
b Cara penyulingan
Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan
bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air.
Dalam hal ini digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang
disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
c Cara titrasi menurut Karl Fischer
Kandungan air ditentukan berdasarkan atas perubahan
belerang oksida dan iod, serta air dengan adanya piridin dan
metanol menurut persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4

Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan


memungkinkan terjadinya reaksi secara kuantitatif. Untuk
menghitung kandungan air digunakan formula berikut :
% Air = f . 100 (a-b) P
Keterangan :
f = harga aktif dari larutan standar (mg air/ml),
a = larutan standar yang dibutuhkan (ml),
b = larutan standar yang diperlukan dalam penelitian blanko (ml),
P = penimbangan zat (mg)
6 Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang,
seperti sifat lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui
sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan
metode penetrometer dan penentuan batas mengalir praktis.
7 Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya
pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan menggunakan
entensometer.
8 Termoresistensi
Nilai termoresistensi dihasilkan melalui tas berayun. Nilai ini
digunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep di daerah
dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-
menerus.
9 Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang
banyak dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya
menghasilkan harga pendekatan, sehingga tidak sesuai dengan harga
yang diperoleh dari cara mikroskopik. Akan tetapi setelah dilakukan
peneraan yang tepat, metode tersebut dapat menjadi metode rutin yang
baik dan cepat pelaksanaannya.

VI DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta :
Depkes RI.
Reynold, James EF. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia. London :
The Pharmaceutical Press.
Rowe, RC, Shesday PJ and Weller PJ. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th edition. Washington : American Pharmaceutical
Association.
Saputri dan muharni. 2008. Evaluasi Mutu Betametasone 0,1%. Medan :
Universitas Sumatra Utara.
Widodo, Hendra. 2013. Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Jogjakarta : D-
MEDIKA.
VII KEMASAN
1 Kemasan Sekunder

2 Kemasan Primer
3 Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN SEMI SOLID
SEMESTER V 2016
Nama : Asi Syyffa
NPM: A 141 024

Nama Zat Aktif : Diazepam rektal


Jumlah yang akan dibuat : 6 Tube
Dosis : 10 mg

I PREFORMULASI
I.1. Zat Aktif
I.1.1. Nama Zat Aktif : Diazepam

Berat molekul : 284,74


Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
berbau, rasa mula-mula tidak mempunyai rasa,
kemudian pahit.
Kelarutan : agak sukar larutdalam air, tidak larut dalam
etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform P.
Titik leleh : 130o sampai 134o
Penggunaan Terapi : sedativum
(Sumber : farmakope Indonesia edisi III hal.211)

I.2. ASPEK FARMAKOLOGI


a Diazepam
Absorpsi : Cepat dan baik diserap setelah pemberian dubur
sebagai gel atau larutan, bioavabilitas rata-rata 80-
120%. Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam
waktu 1,5 jam. Setelah pemberian rektal dari gel
pada orang dewasa, penyerapan dari gel mungkin
lebih cepat pada anak-anak.
Distribusi : didistribusikan secara luas kedalam jaringan tubuh
melintasi barrier darah otak. Diazepam dan
metabolitnya melewati plasenta dan didistribusikan
kedalam usus.
Metabolisme : dimetabolisme dihati
Eliminasi : dieksresikan terutama di urin sebagai konjugat
tidak aktif.
(Sumber : AHFS Drug Information Essentials)

I.3. Zat Tambahan


a. benzoic acid
Rumus Kimia :

Pemerian : hablur halus dan ringan, tidak berwarna,


tidak berbau (Farmakope Indonesia, Hal 49).
pKa : 4,19 dalam 25oC
pH : 2,8
Stabilitas : larutan asam benzoat 0,1% b/v stabil selama
minimal 2 minggu bila disimpan pada suhu
kamar.
Kegunaan dalam formula : 0,17% sebagai anti mikroba
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6, 2009 )

b. Etanol
Rumus kimia :

Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah


menguap, dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Fungsi : Pelarut
Stabilitas : wadah kedap udara, ditempat yang dingin

(Sumber : Farmakope Indonesia, Hal 65)

b propylen glycol
Rumus kimia :

Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berbau, rasa agak


manis, higroskopis.
Kegunaan : stabilizing agent 15-30%
Stabilitas : dalam wadah tertutup baik
(Sumber :Farmakope Indonesia, hal 534)
II. FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN
a Formula yang akan dibuat
R/ Diazepam
Benzoic acid 0,17%
Alkohol 3%
Propylen glikol 30%
Sodium benzoat 0,5%
Benzyl alkohol 3%
Aquades 10 ml

b Alasan pemilihan metode zat tambahan


1 Asam benzoat : 0,17% sebagai antimikroba, memberikan sifat asam
2 Natrium benzoat :0,5% sebagai antimikroba, memberikan sifat basa
pada sediaan sehingga sediaan tersebut bersifat netral, karena dalam
keadaan netral sediaan rektal ini akan mudah di absorpsi.
3 Alkohol : sebagai pelarut, untuk melarutkan asam benzoat
4 Propylen glycol : 15-30% stabilizing agent sehingga dapat
mempertahankan kestabilan sediaan dan juga sebagai pengental.

III. PERHITUNGAN

a Setiap satu tube Mengandung : diazepam


b Jumlah sediaan : 6 tube

10 mg
10=40 mg 6=240 mg
1 Diazepam : 2,5
0,17
10=0,017 g 6=0,102 g
2 Asam benzoat : 100
3
10=0,3 ml 6=1,8 ml
3 Etanol : 100
30
10=3 ml 6=18 ml
4 Propylen glycol : 100
0,5
10=0,005 6=0,3 g
5 Natrium benzoat : 100
3
10=0,3 ml 6=1,8 ml
6 Benzyl alkohol : 100

7 Aquadest : 10 (0,04 + 0,17 + 0,3 + 1,8 + 0,005 + 1,8 )


10 4,115 = 5,885 ml
c. Penimbangan
Natrium benzoat 0,3 g
Diazepam 0,24 g
Asam benzoat 0,102 g
Propylen glycol 18 ml
Etanol 1,8 ml
Benzyl alkohol 1,8 ml
Aquadest 5,885 ml

IV. Alur Prosedur Pembuatan


Disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan,
lalu ditimbang bahan obat seperti diazepam, asam benzoat, natrium
benzoat. Mula-mula larutkan asam benzoat dalam etanol yang sebelumnya
telah dihangatkan sampai 35oC. Lalu ditambahkan campuran propylen
glycol bdan benzyl alkohol, aduk kuat. Tambahkan natrium benzoat yang
telah dilarutkan dalam aquades aduk kuat lalu disaring. Filtrat
dimasukan kedalam masing-masing tube rektal.

V. Evaluasi Yang Dilakukan


1 uji organoleptis
Diamati bentuk, warna, dan bau pada sediaan yang telah dibuat lalu
dicatat dalam lembar data pengamatan.
2 uji pH
Dilakukan kalibrasi pH meter terlebih dahulu menggunakan asam,
basa dan netral sebelum digunakan. Kemudian tes larutan sampel
menggunakan pH meter dan dibaca hasilnya pada alat. pH meter setelah
digunakan dibersihkan dengan aquades sampai bersih dan jangan sampai
tersentuh oleh tangan. Semua hasil dicatat pada lembar data pengamatan.
3 uji viskositas
Disiapkan alat viskometer brookfield kemudian di pasangkan
spindel yang akan digunakan amati sediaan yang berada dalam spindel
sampai berada ditengah-tengah, selanjutnya sediaan dimasukan dan tekan
tombol ON pada viskometer brookfield. Diamati dan dicatat hasil yang
didapat, tulis dalam lembar data pengamatan.
4 Uji homogenitas
Uji homogenitas dimana sediaan yang sudah jadi dioleskan pada kaca
arloji bila tampak ada serbuk atau granul dalam kaca arloji maka
sediaan tidak homogen, apabila pada kaca arloji tidak ada granul atau
serbuk maka sediaan dapat dikatakan homogen.
5 Uji antimikroba
10 ml media disiapkan dan diinokulasi dengan 0,1 ml suspensi bakteri
jumlah mikroorganisme dihitung dalam media darah-agar selama 7, 14
dan 28 hari. . Jumlah total mikroorganisme yang layak (Candida
albicans dan Escherichia coli) ditentukan dengan metode plate-count.
6 Uji stabilitas DZP hidrogel dubur
Stabilitas dievaluasi dengan mempertahankan formulasi pada suhu 2-8
C dan 37 0,5 C selama 1 bulan. Persiapan dilakukan selama 4
bulan pada suhu 26 0,5 C. parameter fisika seperti sebagai nilai
pH, obat dan bahan isi, viskositas dan kualitas mikrobiologi yang
ditentukan secara berkala setelah 1, 2, 3 dan 4 bulan setelah persiapan
hidrogel.

VI. Kemasan / Label


I Kemasan
a Kemasan
1 Kemasan primer : tube
2 Kemasan sekunder : Dus
b Logo
Logo yang digunakan pada sediaan formulasi diazepam yaitu logo
tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang
didalamnya terdapat huruf K yang menyentuh garis tepi, itu
melambangkan bahwa diazepam termasuk obat keras.

Logo : Obat keras

Label :
HARUS DENGAN RESEP
c Penjelasan yang terdapat pada kemasan dan brosur produk
1 Nama dagang
Zeparec
2 Nama generic
Diazepam 10 mg
3 Nama Industri Farmasi :
PT. Semi Solid
4 Bentuk sediaan
Liquid
5 Komposisi
Tiap 10 mengandung diazepam 10 mg
6 Indikasi
a Zeparec rectal (diazepam)
terutama digunakan untuk
pengobatan jangka pendek
pada anestesi atau insomnia
(sulit tidur), kecemasan, dan
kepanikan.
b Sebagai tambahan untuk
menghilangkan kejang otot rangka
c Digunakan juga sebagai
premedikasi untuk menginduksi
sedasi sebelum prosedurmedis
d Obat pilihan untuk mengobati
ketergantungan benzodiazepin
7 Efek samping
a mengantuk, kelelahan, kelemahan
otot
b efek samping yang jarang seperti
nyeri kepala, vertigo, salivasi,
ganggunan saluran cerna, dan
gangguan penglihatan
8 Dosis
Anak usia 6-12 : 10 ml
Dewasa : 10-20 ml
9 Nama dan alamat industri farmasi
Nama dan alamat industri farmasi dituliskan sebagai
identitas industri yang memproduksi obat.
10 Tanggal kadaluwarsa
Tanggal kadaluwarsa merupakan istilah yang umum
digunakan untuk menunjukkan suatu waktu dimana produk
sudah selayaknya tidak digunakan lagi. Biasanya pada kemasan
obat akan tertulis sebagai Exp. Date.
Netto : 10 ml
Mfg : Januari 2017
Exp : Januari 2019

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi 3.

Jakarta : Depkes RI

Rowe, R.C., Sheckey,P.J.,and Quinn,M.E.,2009, Handbook of Pharmaceutical


Exipients,edition 6. American Pharmacists Association, London.

Sweetman, Sean C.2003. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Sixth


Edition. Pharmaceutical Press. London.
LAMPIRAN

Kemasan sekunder
Kemasan primer

Brosur
Zat aktif : Vitamin E

Bentuk sediaan : Cream

Jumlah sediaan : 100 gram

Dosis : 10% atau 10 gram

1 PREFORMULASI
1 Nama zat aktif : Vitamin E
Struktur :

Pemerian : tokoferol tidak berbau atau sedikit berbau,


tidak berasa atau sedikit berasa, -tokoferol
dan -tokoferil asetat, cairan seperti
minyak, kuning jernih, d- tokoferil pada
suhu dingin bentuk padat, tokoferil asam
suksinat, serbuk, putih, d-isomernya
melebur pada suhu lebih kurang 750, dan
dI-rasemisnya melebur pada suhu lebih
kurang 700. Sediaanya, cairan seperti
minyak, kuning hingga merah kecoklatan,
jernih. Bentuk esternya stabil diudara dan
cahaya, tetapi tidak stabil dalam alkali.
Bentuk asam suksinatnya, tidak stabil jika
dilebur. -tokoferol tidak stabil diudara dan
cahaya, terutama dalam suasana alkalis. (FI
Edisi III 606)
Kelarutan : -tokoferil asam suksinat praktis tidak
larut dalam air, sukar larut dalam larutan
alkali, larut dalam etanol (95%) P, dalam
eter P, dalam aseton P, dan dalam minyak
nabati, sangat mudah larut dalam kloroform
P. Bentuk lain tokoferol praktis tidak larut
dalam air, larut dalam etanol (95%) P, dan
dapat campur dengan eter P, dengan aseton
P, dengan minyak nabati dan dengan
kloroform P. (FI Edisi III 606)

Titik leleh : 2.5C


pH :-
Stabilitas : tidak stabil diudara dan cahaya terutama
pada suasana alkalis.
Sediaan yang ada dipasaran :-
Dosis yang ditentukan : 10 gram atau 10 %
Penggunaan terapi (alasan) : membantu meredam radikal bebas
Alasan pemilihan bentuk sediaan : karena sediaan tersebut digunakan
secara dioleskan dan penggunaannya untuk
memelihara kesehatan kulit.

2 Informasi aspek farmakologi :-


3 Zat tambahan
Lutrol / poloxamer (HOPE 6th edisi 2009)
Rumus kimia :

Pemerian : granul putih, tak berbau, hambar.


Kegunaan : emulsifying agent;
pH :-
stabilitas : stabil dalam wadah tertutup baik

Aquadestilata (FI III 96)


Rumus kimia :H20
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
Kegunaan : pelarut
pH :-
stabilitas : stabil dalam bentuk fisis (es, air, uap)

propylenglikol (FI III 534)


Rumus kimia : C3H8O2
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis, higroskopik.
Kegunaan : Humektan
pH :-
stabilitas : dalam suhu sejuk, PPG stabil dalam wadah
tertutup, PPG stabil dalam kimia dicampur
dengan etanol, gliserrin atau air.

2 FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
A Formula yang akan dibuat :
R/ Vitamin E acetat 10 g
Propylenglikol 15g
Lutrol F 127 20g
Aquades 55g

3 PERHITUNGAN
Vitamin E acetat = 10 g
Propylenglikol = 15g
Lutrol F 127 = 20g
Aquades = 55g

4 PROSEDUR PEMBUATAN
1 Timbang semua bahan
2 Mencampurkan vitamin E dengan propylenglikol lalu tambahkan
aquades sedikit demi sedikit hingga larut.
3 Setelah dingin sekitar 60C larutkan lutrol perlahan lalu diaduk.
4 Kemudian tambahkan metyl paragen dan aquades.
5 Campuran homogen, masukan kedalam wadah kemasan.
6 Beri etiket dan serahkan

5 EVALUASI SEDIAAN
A Prosedur evaluasi
1 Homogenitas
Sediaan dioleskan pada kaca objektif lalu diratakan tipis-tipis
diamati homogenitasnya bahan aktif dalam basis krim
2 Organoleptis
Sediaan diuji diamati organoleptisnya meliputi warna, bau, bentuk
pada waktu 0 jam, 24 jam dan 48 jam.
3 pH
sediaan di uji menggunakan pH meter dengan cara mengukur
sediaan dengan pH meter dilihat dan di amati perubahan pada 0
jam, 24 jam dan 48 jam.
4 viskositas
sediaan krim diuji viskositas menggunakan brokfield dengan
spindel yang sesuai, lakukan pengamatan pada 0 jam, 24 jam dan
48 jam.

6 DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Sarfaraz K. Niazi. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations. Vol IV. CRC press

7 KEMASAN

Vit E-Cream Indikasi Komposisi


Antioksidan yang membantu meredam Mengandung :
E-Vit radikal bebas dan memelihara kesehatan
10% kulit. Vitamin E acetat 10 g
Propylenglikol 15g
Cara pakai : Lutrol F 127 20g
Aquades 55g
Gunakan pagi hari pelembab pada kulit dan
melindungi kulit dari paparan sinar Reg. No. DKL1600400110A1
matahari sebelum beraktifitas. No. batch : 05160101
Exp.date : January 2020
Diproduksi oleh: Cara penyimpanan :
PT.Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Simpan ditempat yang sejuk dan kering.
Bandung- Indonesia 8998838370667

Vit E-Cream

Komposisi

Mengandung :

Vitamin E acetat 10 g
Propylenglikol 15g
Lutrol F 127 20g
Aquades 55g

Indikasi
Antioksidan yang membantu meredam radikal bebas
dan memelihara kesehatan kulit.

Cara pakai :
Gunakan pagi hari pelembab pada kulit dan
melindungi kulit dari paparan sinar matahari sebelum
beraktifitas.

Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk


dan kering.

Diproduksi oleh:

PT.Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Bandung- Indonesia

Reg. No. DKL1600400110A1

No. batch : 05160101


LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN
SEMISOLID DAN LIKUID
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
TAHUN 2017
PEMBUATAN SUPPOSITORIA
Asetosal 600 mg

Nama : Ilma Aliyah NPM : A 141 030

Zat aktif : Asetosal

Bentuk sediaan : Suppositoria

Jumlah sediaan : 1000 suppositoria

Dosis dan alasan pemilihan dosis : 600 mg (bobot 2 gram), alasan pemilihan
dosis zat aktif yaitu aspirin dapat diberikan
secara rektal dengan suppositoria, di ulang
setiap 4 jam sampai 6 jam sesuai dengan
kebutuhan. Dosis sebagai suppositoria
adalah 450-900 setiap 4 jam, maksimal 3,6
gram sehari. (martindale : 23).

I PREFORMULASI
I.1 Nama zat aktif : Acidum Acetyksalicylic
Sinonim : Asam Asetilsalisilat, Asetosal
Struktur :

Rumus molekul : C9H8O4


Berat molekul : 180,16

Pemariaan : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau


lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau lemah, stabil diudara kering
didalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis
menjadi asam salisilat dan asam asetat.

Kelarutan : Sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol,


larut dalam kloroform dan dalam eter agak sukar
larut dalam eter mutlak.
Titik leleh : 141o -144o C
pH : Stabil pada pH rendah 2-3
Khasiat : Analgesitikum, antipiretikum
(Sumber : Farmakope edisi IV: 31, edisi III: 43)

I.2 Informasi Aspek Farmakologi

I.2.1 Mekanisme kerja


Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara AINS,
yaitu aspirin mengasetilasi secara ireversibel (sehingga
menginaktifkan) siklooginase. AINS lainnya, termasuk salisilat,
merupakan penghambat siklooksigenase reversibel. Aspirin di-
deasetilasi secara cepat oleh esterase dalam tubuh yang menghasilkan
salisilat, yang berefek ati inflamasi, antipireti, dan analgesik. Efek
antipiretik dan antiinflamasi salisilat terutama dihasilkan karena
penghambatan sintesis prostaglandin termoreguasi pada hipotalamus
dan lokasi target perifer lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis
prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitisasi reseptor nyeri
terhadap rangsangan mekanis dan kimia. Aspirin juga dapat menekan
rangsangan nyeri pada area subkorteks (talamus dan hipotalamus).

I.2.2 Kerja analgesic


Prostaglandin E2 (PEG2) diduga menyebabkan sensitisasi ujung
saraf terhadap kerja bradikin, histamin, dan mediator kimiawi lainnya
yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Oleh sebab itu,
dengan menurunkan sistensis PEG2, aspirin dan AINS lainnya menekan
sensasi nyeri. Salisilat digunakan terutama untuk penatalaksanaan
nyeri dengan intensitas rendah hingga sedang yang berasal dari
gangguan muskuloskeleton dan bukan yang berasal dari viseral.
Kombinasi opioid dan AINS efektif dalam penekanaan nyeri yang
disebabkan oleh keganasan. Diflunisal bersifat tiga hingga empat kali
lipat lebih kuat dari pada aspirin sebagai analgesik dan agen
antiinflamasi, tetapi obat tersebut tidak memiliki antipiretik.
I.2.3 Kerja antipiretik
demam terjadi bila titik pengaturan pusat, termoregulasi dalam
hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh
sintesis PEG2, yang dirangsang ketika suatu agen penghasil demam
endogen (pirogen), seperti sitokin, dilepaskan dari sel darah putih
diaktifkan oleh infeksi, hipersensitivitas, keganasan, atau inflamasi.
Salisilat menurunkan suhu tubuh pada pasien demam melalui
peggangguan sintesis dan pelepasan PEG 2. Aspirin mengatur ulag
termostat menjadi normal dan menurunkan secara cepat suhu tubuh
pasien demam dengan meninggkatkan penghilangan panas sebagai
akibat dari vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak memiliki
efek terhadap suhu tubuh normal. Diflunisol tidak menurunkan demam
karena tidak melewati sawar darah otak. (Farmakologi ulasan
bergambar edisi 4 : 598-599).
I.2.4 Farmakokinetik
Aspirin dan salisilat lainnya diserap cepat dari saluran
pencernaan bila diambil secara lisan, dan penyerapan setelah dosis
dubur dapat diandalkan. Aspirin dan lainnya salisilat juga dapat diserap
melalui kulit. Setelah dosis oral, penyerapan aspirin non-terionisasi
terjadi dalam lambung dan usus. Beberapa aspirin dihidrolisis menjadi
salisilat dalam dinding usus. (Martindale 36 : 23).
I.2.5 Farmakodinamik
Salisilat, khususnya asetosal merupakan obat yang banyak
digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin
dosis terapi bekerja cepat dari efektif sebagai antipiretik. Dosis toksik
obat ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga pada keracunan
berat demam dan hiperhidrosis. Untuk memperoleh efek anti-inflamasi
yang baik kadar plasma perlu dierhatikan antara 250-300 L. Kadar ini
tercapai dengan dosis aspirin oral 4 gram per hari untuk orang dewasa.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5 : 234).
I.2.6 Aturan pakai
4 x sehari tiap 6 jam. Dimasukkan kedalam rektum (Martindale :
23)
I.2.7. Cara penggunaan
Aspirin dan salisilat lainnya memiliki analgesik, anti-inflamasi,
dan sifat antipiretik, mereka bertindak sebagai inhibitor enzim
siklooksigenase, yang menghasilkan langsung penghambatan
biosintesis prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Dan
dapat diberikan secara rektal dengan suppositoria. (Martindale : 23)
I.2.8 Perhatian
Suppositoria berbasis oleum cacao harus disimpan pada suhu
dibawah 30 dan lebih baik di simpan dalam lemari es. (Ansel:
592)
I.2.9 Interaksi
Beberapa efek aspirin pada gastrointestinal saluran yang
ditingkatkan oleh alkohol. Penggunaan senyawa emas dengan aspirin
dapat memperburuk kerusakan hati yang diinduksi aspirin. (Martindale
: 23)
I.2.10 Dasar pemilihan bentuk sediaan
Aksi sistemik sering digunakan sebagai tempat absorpsi. Obat
yang digunakan melalui rektum dalam bentuk suppositoria untuk
mendapatkan efek sistemiknya terdiri dari aspirin untuk aktivitas
analgetik dan antipiretik. (Ansel: 578).

II Zat Tambahan
II.1 Cera flava
Sinonim : Malam kuning
Pemerian : Zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak
rapuh jika dingin, menjadi elastis jika hangat dan bekas
patahan buram dan berbutir-butir
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) p larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat,
dalam minyak lemak, dan dalam minyak atsiri
Khasiat : Zat tambahan
(FI Edisi III : 140)

Alasan : Apabila dipanaskan pada suhu tinggi, lemak coklat akan


mencair seperti minyak, tetapi akan kehilangan inti
konstannya yang berguna untuk memadat, lemak coklat
akan mengkristal dalm bentuk kristal menstabil seperti
minyak. Jika didinginkan dibawah suhu 15 untuk
menaikkan titik lelehnya kedalam lemak coklat dapat
ditambahkan cera flava. Penambahan cera flava dapat
menambahkan daya serap lemak coklat terhadap lemak air
coklat cepat membeku saat pengisian massa suppositoria
kedalam cetakan suppo dan menyusutkan pada saat
pendinginan sehingga terbentuk terbentuk lubang di atas
massa akan ditambahkan cera flava dengan konsentrasi 5 %
agar tidak menjadi lemak. Penambahan cera flava tidak
boleh lebih dari 6 % karena akan menghasilkan campuran
yang memiliki titik lebur diatas 37C dan apabila diatas 4
% akan menghasilkan titik lebur dibawah 33C.
II.2 -tokoferol

Nama Lain : Vitamin E


Berat Molekul : 430,72
Pemerian : Cairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna,
atau cokelat kekuningan; tidak berbau dan tidak
berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
aseton, etanol, eter, dan minyak nabati.
Rumus molekul : C29H50O2
Stabilitas : Tokoferol teroksidasi oleh adanya oksigen atmosfer
secara perlahan dan dipercepat oleh adanya garam
besi dan perak. Tokoferol harus disimpan dalam gas
inert, dalam wadah kedap udara yang sejuk dan
kering dan terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Antioksidan
(HOPE 6th Hal : 31)

Alasan : Alpa tokoferol diakui sebagai sumber vitamin E.


Alpha-tokoferol adalah senyawa yang sangat
lipofilik, dan merupakan pelarut yang sangat baik
untuk banyak obat yang sukar larut. Alpha-tokoferol
merupkan prduk farmasi berbasis lemak dan
biasanya digunakan konsentrasi berkisar 0,001-
0,05%. Sehingga digunakan 0,05% karena dilihat
dari efek sistemik yang digunakan.

II.3 Oleum cacao


Sinonim : Cocoa butter, theobroma oil, oleum theobromatis

Pemerian : Padatan rapuh berwarana kekuningan atau putih


dengan sedikit aroma cokelat
Titik leleh : 31-34C
Kelarutan : Mudah larut dalam kloroform, eter, dan petroleum
spirit. Larut dalam etanol mendidih. Sedikit larut
dalam etanol 95 %. Pemanasan lebih dari 36 C
selama pembuatan suppositoria dapat menyebabkan
penurunan titik solidifikasi sehingga terjadi
perubahan menjadi fase metastabil yang sulit untuk
memadat kembali. Harus disimpan pada temperatur
tidak lebih dari 25C.
(HOPE 5th ed, 2006, hal 765)
Alasan : Dibutuhkan waktu yang cepat untuk mendapatkan
efek kerja dari zat aktif, faktor fisika kimia basis
melengkapi kemampuannya melebur, melunak, atau
melarut pada suhu tubuh, pada ukuran partikel
untuk obat dalam suppositoria yang tidak larut maka
ukuran partikelnya akan mempengaruhi jumlah obat
yang dilepaskan dan melarut untuk absorpsi.
Penelitian saat ini menuntukkan bahwa aspirin yang
dibuat dalam basis oleum cacao, melarut dalam
sirkulasi rektum lebih cepat dan diabsorpsi serta
diekskresi lebih cepat bila dalam ukuran partikel
kecil. Basis ini juga merupakan basis yang akan
mudah melepas zat aktif kedalam cairan mukosa.
Dimana oleum cacao yang melebur pada suhu 30
36C (Ansel : 580).

III FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN


3.1 Formula yang akan dibuat
R/ Tiap 2 g mengandung :
Asetosal 0,6 g
Cera Flava 5%
Tokoferol 0,05 %
Ol. Cacao 2g

IV PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Bahan
Asetosal 0,6 g
5
x 2=0,1
Cera flava 100 g

= 0,1 x 1000 = 100 g


0,05
x 2=0,001
Tokoferol 100 g

= 0,001 g x 1000 = 1 g
Nilai tukar asetosal 1,1 (Dispensing of Medication, hal. 96).
Aspirin yang dibutuhkan = 0,6 g x 1000 = 600 g
Bobot 1000 suppositoria = 2 g x 1000 = 2000 g
Nilai tukar aspirin = 600 g x 1,1 = 660 g
Jadi ol. Cacao yang diperlukan = 2000 g 660 g = 1340 g
4.2 Penimbangan Bahan
Asetosal 600 g
Cera flava 100 g
Tokoferol 1 g
Ol. Cacao 1340 g
V PROSEDUR PEMBUATAN
1 Disiapkan alat dan bahan.
2 Cetakan dilumasi terlebih dahulu dengan gliserin, agar memudahkan
mengeluarkan suppositoria dalam cetakan.
3 Kemudian cetakan ditelungkupkan untuk menghindari penumpukan
gliserin dalam cetakan.
4 Cera flava bersama oleum cacao dilelehkan diatas penangas air,
dengan pengadukan sekali-kali. Selama pelelehan suhu harus tetap
terkontrol tidak melebihi 37C.
5 Masukkan aspirin kedalam cawan yang berisi cera flava dan oleum
cacao aduk ad homogen, biarkan hingga agak dingin.
6 Campur tokoferol dengan bahan lain ad homogen.
7 Kemudian lelehan dimasukkan ke dalam cetakan, biarkan memadat
pada suhu kamar kurang lebih selama 15 menit.
8 Lelehan yang telah memadat dimasukkan kedalam lemari pendingin
selama 10 menit, lalu dimasukkan kedalam freezer selama 5 menit.
9 Setelah memadat sempurna, keluarkan suppositoria dalam cetakan.
VI EVALUASI SEDIAAN

6.1 Uji homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif


dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat
tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat
yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara menguji
homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo (atas-
tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian diletakkan
pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop.
2 Keragaman Bobot
Timbang masing-masing suppo sebanyak 10, diambil secara acak.
Lalu tentukan bobot rata-rata. Tidak lebih dari 2 suppo yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari % deviasi, yaitu 5 %. (FI IV
1995 hal. 999).
6.3 Waktu Hancur / Disintegrasi
Suppo yang digunakan untuk uji ini sebanyak 3 buah. Suppo
diletakkan di bagian bawah perforated disc pada alat, kemudian
dimasukkan ke silinder yang ada pada alat. Lalu diisi air sebanyak 4 liter
dengan suhu 36-37 oC dan dilengkapi dengan stirer. Setiap 10 menit
balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air. Disintegrasi tercapai
ketika suppo :
a. Terlarut sempurna
b. Terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di
permukaan air (bahan lemak meleleh) atau tenggelam di dasar (serbuk
tidak larut) atau terlarut (komponen mudah larut) atau dapat terdistribusi di
satu atau lebih cara ini.
c. Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah sempurna
menjadi komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang
membuatnya tahan terhadap tekanan dari pengaduk kaca.
Suppo hancur dalam waktu tidak lebih dari 30 menit untuk suppo basis
lemak. (FI IV hal 1087-1088).
4 Ketegaran / Kehancuran Suppositoria
Cek apakah alat yang digunakan sudah dalam keadaan vertikal atau
belum. Alat dipanaskan sampai suhunya 25 oC. Sediaan yang akan diuji
telah diletakkan dalam suhu yang sesuai dengan suhu yang akan
digunakan minimal 24 jam. Tempatkan sediaan di antara kedua penjepit
dengan bagian ujung menghadap ke atas.
Tunggu selama 1 menit dan tambahkan lempeng 200 g pertama.
Tunggu lagi selama 1 menit dan tambahkan lempeng berikutnya. Hal
tersebut diulang dengan cara yang sama sampai sediaan
hancur. Massa yang dibutuhkan menghancurkan sediaan dihitung
berdasarkan massa yang dibutuhkan untuk menghancurkan sediaan
(termasuk massa awal yang terdapat pada alat).
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a Apabila sediaan hancur dalam 20 detik setelah pemberian lempeng
terakhir maka massa yang terakhir ini tidak masuk dalam perhitungan.
b Apabila sediaan hancur dalam waktu antara 20 dan 40 detik setelah
pemberian lempeng terakhir maka massa yang dimasukkan ke dalam
perhitungan hanya setengah dari massa yang digunakan, misal 100 g.
c Apabila sediaan belum hancur dalam waktu lebih dari 40 detik setelah
pemberian lempeng terakhir maka seluruh massa lempeng terakhir
dimasukkan ke dalam perhitungan.
d Setiap pengukuran menggunakan 10 sediaan dan pastikan tidak terdapat
residu sediaan sebelum setiap pengukuran.
(Leon Lachman, 1990, hal. 586-587)
6.5 Keseragaman Kandungan
Diambil tidak kurang 30 suppo lalu ditetapkan kadar 10 satuan satu
per satu. Kecuali dinyatakan lain, persyaratannya adalah kadar dalam
rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Jika satu satuan berada di luar rentang tersebut, tapi dalam rentang
75,0%-125,0% dari yang tertera dalam etiket, atau simpangan baku relatif
lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, dilakukan uji
20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari satu satuan
dari 30 terletak di luar rentang 85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket
dan tidak ada satuan terletak di luar rentang 75,0%-125,0% dari yang
tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak
lebih dari 7,8%. (FI IV hal, 999-1000).

VII DAFTAR PUSTAKA


Ansel, H. C., Allen, L. V. dan Popovich, N. G. 2005. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta:
Depkes RI.
Ganiswara, S.G. 2000. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Haley, S. 2009. Handbook Of Pharaceutical Exipients. Edisi ke-6. London:
Pharmaceutical Press.
Lachman, L. Liberman H. A. Kanig J. L. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi ke -3. Jakarta: UI Press.
Mycek, M. J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi ke-4. Jakarta:
Widyamedika.
Siegel, F. P. dan Ecanow, B. 1984. Dermatologis dalam King, R. E. (Ed)
Dispensing of Medication, 9th Ed. Mack Publishing Company.
Pennsylvania.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. London:
Pharmaceutical Press.

VIII KEMASAN
8.1 Kemasan Sekunder
8.2 Brosur
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA ( STFI)
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI TAHUN
AJARAN 2016/2017

SELF FORMULATION

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

Nama : Ayuning Widiastuti


NPM : A141031

Zat aktif : Diethylamine Salisilate


Bentuk sediaan : Cream
Jumlah produksi : 100 gram / 10 tube (@10 gram)

1 PREFORMULASI
1 Nama zat aktif : Dietylamine salicylate
(british pharmacopea volume 1588)
Struktur :

Pemerian : Kristal putih atau hampir putih, tida


berbau sampai hampir tidak berbau
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam kloroform dan dalam etanol (96%)
Suhu lebur : 1000 sampai 1020
Sediaan yang ada dipasaran: Algesal pomad dan Algesal Suractive
Dosis : 12 gram dalam 100 gram (@1,2/tube)
Penggunaan :Nyeri rematik pada sendi dan otot neuralgia
( nyeri pada syaraf), tegang otot, memar,
kortikolis (leher terputar sehingga kepala
miring), sakit pinggang, kram otot, nyeri
pada ujungbagian yang diamputasi.
2 ASPEK FARMAKOLOGI
Dietilamine salisilat memiliki fungsi sebagai antiinflamasi atau
penghilang rasa sakit, krim ini bekerja sebagai kontra iritan yang
bila diterapkan kekulit menyebabkan sensasi panas. Sensasi panas
ini mengalihkan perhatian otak dari rasa sakit asli dan mengulasi
presepsi sakit.

Dosis
Dapat digunakan pada orang dewasa atau anak-anak diatas
6 tahun.
Oleskan sedikit didaerah yang sakit dan pijat sampai krim
menyerap. Digunakan 3 kali sehari.
Indikasi
Nyeri rematik pada sendi dan neralgia (nyeri pada syaraf),
tegang otot, memar, tortikolis (leher terputar sehingga
kepala miring), sakit pinggang, kram otot, kaku otot, nyeri
pada ujung bagain yang diamputasi
Efek samping:
Reaksi kulit, seperti kemerahan, iritasi.

3 ZAT TAMBAHAN

GLYCERIN
Gliserol

Rumus Kimia : C3H8O3


Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak
berwarna, rasa manis, berbau khas
lemah.
Kegunaan dalam Formula : Humektan
Stabilitas : Penyimpanan dalam wadah tertutup
baik di tempat sejuk, kering.
(Sumber : farmakope indonesia edisi 3 hal 271)

PROPYL PARABEN
Rumus Kimia : C10H22O3
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil tidak
berwarna.
Kegunaan dalam Formula : Pengawet
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut
dalam 3,5 bagian etanol 95%, dalam 3
bagian aseton, dalam 140 bagain gliserol
da dalam 40 bagain minyak lemak,
mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Titik Lebur : 95o sampai 98o
(Sumber : farmakope indonesia edisi 3 halaman 535)

METHYLPARABEN

Rumus kimia : C8H8O3

Pemerian : Serbuk hablur halus putih atau hampir


putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudiaan agak
membakar diikuti rasa tebal.
Kegunaan : Pengawet
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagain air mendidih, dalam 3,5 bagaian
etanol 95%, dan dalam 3 bagian aseton,
mudah larut dalam aseton dan dalam
larutan alkali hidroksida, larut dalam
60 bagian gliserol panas dan dalam 40
bagaian minyak lemak nabati panas.
(Sumber : farmakope indonesia halaman 378)

SODIUM PHOSPHATE MONOBASIC

Rumus Kimia : NaH2PO4

Pemerian :serbuk putih atau hampir putih


Kegunaan dalam Formula : emulsifing agent
Kelarutan : usp 32
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, 2009, halaman 659
MENTHOL

Rumus Kimia : C15H11NO2S


Pemerian : Hablur atau serbuk putih bau khas
Kegunaan dalam Formula : Teurapeutik agent
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah
larut dalam etanol 95 %, praktis tidak
larut dalam eter, larut dalam asam encer
dan dalam larutan alkali hidroksida.
(Sumber : farmakope indonesia edisi 3 halaman 373)
CHLORBUTOL
Rumus Kimia : C4H7Cl3O
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hablur tidak
berwarna, mudah menyublin
Kegunaan dalam Formula : Antimikroba dan plasticizer
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut
dalam 0,6 bagaian etanol, dan dalam
eter, sangat mudah larut dalam
kloroform, larut dalam gliserol 85 %.
Titik Lebur : lebih kurang 78o
(Sumber : farmakope indonesia edisi 4 hal 197)

PARAFFINUM

Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak


buram, tidak berwarna atau putih, tidak
berbau, tidak berasa agak berminyak.
Kegunaan dalam Formula : stiffening agent (pengental)
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol,
mudah larut dalam kloroform, dalam
eter, dalam minyak menguap, dalam
hampir semua minyak lemak hangat,
sukar larut dalam etanol mutlak.
(Sumber : farmakope indonesia edisi 4 halaman 652)
ALPATOCOPHEROL OIL

Rumus Kimia : C29H50O2


Pemerian : Praktis tidak berbau, dan tidak
berwarna, berupa minyak jernih kental,
warna kuning atau kuning kehijauan.

Kegunaan dalam Formula: Absorption enhancer

Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam


alkali, larut dalam etanol, eter, minyak
dan aseton.
Stabilitas : Teroksidasi perlahan oleh oksigen
atmosfer.
(Sumber : farmakope indonesia edisi 3 halaman 796)
SORBITAN MONOSTEARAT

Rumus Kimia : C24H46O6


Pemerian : Cairan kental berwarna kuning dengan
bau dan rasa yang khas
Kegunaan dalam Formula : Emulsifying agent
Kelarutan : Ester sorbitan umumnya larut atau
terdispersi dalam minyak, dan juga
dalam sebagian besar pelarut organik,
dalam air meskipun tidak larut,
umumnya terdispersi

(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th halaman 714)

SODIUM HYDROXIDE

Rumus Kimia : NaOH


Pemerian : Putih atau praktis putih, masa melebur
berbentuk pelet, serpihan atau batang
atau bentuk lain. Keras, rapuh dan
menunjukan pecahan hablur. Bila
dibiarkan diudara akan cepat menyerap
karbondioksida dan lembab.
Kegunaan dalam Formula : Buffering agent
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol.

(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th halaman 648)


NATRIUM DISULFIDA

Rumus Kimia : Na2S


Pemerian : Hablur tidak berwarna dan lembab.
Kegunaan dalam Formula : Antioksidan
Kelarutan : Mudah larut dalam air

(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th halaman )

SODIUM ETYLEN DIAMINE TETRAACETATE

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau


kuning, bau mirip amoniak
Kegunaan dalam Formula : Cheating agent
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter, sedikit larut dalam etanol 95 %larut
dalam 11 bagaian air

(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th halaman )

GLYCEYL MONOSTEARATE

Pemerian : Serbuk padat berwarna putih sampai


kekuningan
Kegunaan dalam Formula : Emolien
Kelarutan : larut dalam etanol panas, kloroform,
mineral oil dan aseton
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th halaman )
II FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
II.1. Formula yang akan dibuat
R/ White soft parafin 22.50 gram
Glyceryl monostearate 12.50 gram
Sorbitan monostearate 5.00 gram
Vitamin E oily 0.10 gram
Aquadest 5 gram
Sodium phospate Mono 0.71 gram
Sodium hidroxide pallet 0.13 gram
Natrium etylen diamine tetra 0.166 gram
Dietylamine salisilate 12.00 gram
Menthol 0.12 gram
Chlorbutol 0.50 gram
Glycerin 0.40 gram
Metylparaben 0.20 gram
Propylparaben 0.12 gram

II.2. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan


III PERHITUNGAN DAN PERTIMBANGAN

Tiap tube mengandung diethylamine salisilate 1.2 g.


Bobot tiap tube yaitu 10 gram akan dibuat 10 tube yaitu 100 gram cream
diethylamine salisilate.
Untuk tiap tube:
White soft parafin 2.25 gram
Glyceryl monostearate 1.25 gram
Sorbitan monostearate 0.5 gram
Vitamin E oily 0.01 gram
Aquadest 5 gram
Sodium phospate Mono 0.071 gram
Sodium hidroxide pallet 0.013 gram
Natrium etylen diamine tetra 0.0166 gram
Dietylamine salisilate 1.2 gram
Menthol 0.012 gram
Chlorbutol 0.05 gram
Glycerin 0.04 gram
Metylparaben 0.02 gram
Propylparaben 0.012 gram

Untuk 10 tube
White soft parafin 2.25 x 10 = 22.50 gram
Glyceryl monostearate 1.25 x 10 = 12.50 gram
Sorbitan monostearate 0.5 x 10 = 5 gram
Vitamin E oily 0.01 x 10 = 0.1 gram
Aquadest 0.5 x 10 = 5 gram
Sodium phospate Mono 0.071 x 10 = 0.17 gram
Sodium hidroxide pallet 0.013 x 10 = 0.13 gram
Natrium etylen diamine tetra 0.0166 x 10 = 0.166 gram
Dietylamine salisilate 1.2 x 10 = 12 gram
Menthol 0.012 x 10 = 0.12 gram
Chlorbutol 0.05 x 10 = 0.5 gram
Glycerin 0.04 x 10 = 0.4 gram
Metylparaben 0.02 x 10 = 0.2 gram
Propylparaben 0.012 x 10 = 0.12 gram

Penimbangan
White soft parafin 22.50 gram
Glyceryl monostearate 12.50 gram
Sorbitan monostearate 5.00 gram
Vitamin E oily 0.10 gram
Aquadest 5 gram
Sodium phospate Mono 0.71 gram
Sodium hidroxide pallet 0.13 gram
Natrium etylen diamine tetra 0.166 gram
Dietylamine salisilate 12.00 gram
Menthol 0.12 gram
Chlorbutol 0.50 gram
Glycerin 0.40 gram
Metylparaben 0.20 gram
Propylparaben 0.12 gram

IV Prosedur
1 Persiapan bahan dan alat, ditimbang zat satu persatu
2 Dilebur, satu persatu, white soft parafin, glyseril monostearat, span
60, dan vitamin E oily pada suhu 79 o-75o, didiamkan sampai suhu
70o c sambil diaduk perlahan lahan.
3 Pada wadah terpisah, panaskan sebagian aquadest sampai suhu 90o
lalu larutkan paraben dalam aquadest aduk dan diamkan sampai
suhu 65o-70o.
4 Lalu dalam wadah terpisah lainnya, dilarutkan natrium hidroksida
pellet dan natrium phosphate monobasic dalam sisa aquadest ad
larut.
5 dicampurkan point nomber 4 dan nomber 3 lalu diaduk selama 5-
10 enit pada kecepatan rendah dan suhu 65o-70oc
6 Didinginkan campuran sampai suhu 25oc, diperiksa dan
disesuaikan pH sampai 6,8 7,2. Lalu tambahkan Sodium Sulfide,
Sodium etylen diamine tetraacetate dan dietylamine salisilat diaduk
pada suhu 50oc.
7 Disaring dengan polyester clocth dan dijaga suhunya pada 50oc
8 Disetting Becomix pada suhu 70oc, dengan kecepatan 10 rpm dan
vakum 0.6 bar
9 Dipindahkan fase minyak pada suhu 70 oc , disaring dengan
penyaring stainless steel dan dicampur
10 Dihomogenkan dengan kecepatan rendah selama 10 menit pada
suhu 65o-70
11 Disetting Becomex pada suhu 50oc dan masukan larutan
dietylamine salisilat kedalam basis
12 Diaduk terus dan ditambahkan chlorbutol,mentol dan glyserin pada
40oc (mentol, chlorbutol dan glycerin dilarutkan terlebih dahulu
pada wadah terpisah)
13 Diaduk selama sepuluh menit dan didinginkan sampai 25 derajat,
pindahkan pada kemasan.
V EVALUAISI
V.I. Prosedur Evaluasi
1 Homogenitas
Sediaan dioleskan pada kaca objektif lalu diratakan tipis tipis,
Diamati homogenitas dalam bahan aktif dalam basis krim.
2 Organoleptis
Sediaan uji diamati organoleptisnya meliputi warna, bau,
bentuk pada waktu 0 jam, 24 jam, 48 jam
3 pH
Sediaan diuji menggunakan pH meter dengan cara mengukur
sediaan. dilihat dan diamati perubahan pH pada 0 jam, 24 jam,
48 jam
4 Viskositas
Sediaan diuji diukur skositasnya dengan menggunakan
brookfield dengan menggunakan spindel yang sesuai,
dilakukan pengamatan selama 0 jam, 24 jam dan 48 jam
VI KEMASAN
VI.1. Logo

VI.2. Label

VI.3. Penjelasan pada Kemasan dan Brosur Produk

No. Registrasi : DKL15001029A1


D : Menunjukannamadagang
K : GolonganobatKeras
L : Obatjadiproduksidalamnegeri (Lokal)
17 : Tahunpendaftaranobatjadi
001: Menunjukannomerurutobatjadi
006: Nomorurutobatjadi yang disetujuiolehmasing-masingpabrik
29 : Menunjukkanbentuksediaanobatjadi krim
A : Sediaanobatjadi yang pertamadisetuji
1 : Kemasanutama
No.Batch : 12150101
01 : Bulanpembuatanobat
17 : Tahunpembuatanobat
01 : Sediaan topikal
01 : Nomerurutpembuatan / pengolahan/ Batch ke-1 yang buat
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Dietylamine salisilate 1.2 gram

Indikasi:
Nyeri rematik pada sendi dan neralgia (nyeri pada syaraf), tegang
otot, memar, tortikolis (leher terputar sehingga kepala miring),
sakit pinggang, kram otot, kaku otot, nyeri pada ujung bagain yang
diamputasi

Dosis:
3 kali sehari untuk dewasa dan anak diatas 6 tahun.
Cara KerjaObat:
Dietilamine salisilat memiliki fungsi sebagai antiinflamasi atau
penghilang rasa sakit, krim ini bekerja sebagai kontra iritan yang
bila diterapkan kekulit menyebabkan sensasi panas. Sensasi panas
ini mengalihkan perhatian otak dari rasa sakit asli dan mengulasi
presepsi sakit.
EfekSamping:
Reaksi kulit, seperti kemerahan, iritasi.
VII DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia edisi
III.DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia
edisiIV.DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.
Anonim.1994. Handbook of Pharmaceutical excipients.Edisi II.
London: The Pharmaceutical PressDepartment of Pharmaceutical
Sciences.
Anonim. 2010. ISO Indonesia volume 45. PT. ISFI Penerbitan.
Jakarta.
Tjay, Tan HoandanRahardja, Kirana.2007.Obat-
ObatPenting.Edisikeenam.Elex Media Komputindo. Jakarta.
http://epharmacy.cybermoslem.net/?
p=konten&plh=generikReq&sub=285
http://publichealthnote.blogspot.com/2012/03/atenolol.html
LABORATORIUM

SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

PROMETHAZINE HCL

Nama : Rina Diana Rahayu Ningsih


NPM : A 141 033
Zat aktif : Prometazine HCL
Bentuk Sediaan : Rektal (liquid/ solution)
Jumlah Sediaan : 3 Tube
Dosis : 25 mg

I PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Promethazine HCL
Struktur :

2
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak kekuningan,
tidak berbau.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol
(95%) P panas dalam kloroform P; praktis
tidak larut dalam eter P, dalam aseton P dan
dalam etil asetat P.
Titik leleh : 150o C
pH : 4.0 5.0
Stabilitas : Stabil
Sediaan dipasaran : Microlax, stesolid, feel enema
Dosis : 25 mg
Penggunaan terapi : Antihistamin
Alasan : Karena dengan bentuk sediaan larutan yang
dimasukan kedalam rektal diharapkan zat
aktif cepat mencapai pada reseptornya.
Sehingga, efek terapinya yang ditimbulkan
lebih cepat. Dalam bentuk sediaan ini juga
baik untuk fasien yang sulit untuk
penggunaan obat secara peroral.
( Sumber : Farmakope Indonesia edisi V, hal 576 )
(AHFS drug information essensials).
1 Aspek Farmakologi
Absorpsi : Direktal
Distribusi : Didistribusikan secara luas di jaringan
tubuh.
Dibandingkan dengan organ lain,
konsentrasi yang lebih rendah dari obat
yang ditemukan di otak, tapi konsentrasi ini
lebih tinggi dari konsentrasi plasma.
Metabolisme : Dimetabolisme di hati.
Ekskresi : Diekskresikan perlahan dalam urin
(terutama)
dan fesses
Dosis : Dapat diberikan rektal atau dosis yang
identik
dengan dosis oral 25 mg; Dosis dapat
diulang dalam waktu 2 jam jika diperlukan.
2 Zat Tambahan
a Zat tambahan : Polietilen glikol 400
Rumus kimia :

Pemerian : berbentuk cairan; tidak berwarna atau


sedikit
berwarna kuning; cairan kental; berbau dan
pahit; rasa sedikit terbakar
Kegunaan : Basis supositoria
pH : 4.0-7.0
Stabilitas : Stabil diudara dan larutan
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th 517)

bZat tambahan : sorbitol


Rumus kimia :
Pemerian : Putih; manis; butiran atau kepingan
Kegunaan : Humektan (3-15%)
Ph : 3.5-7.0
Stabilitas : Stabil di udara dengan tidak adanya katalis
dan
dingin.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th)
c Zat tambahan : Natrium Sitrat
Rumus kimia :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus


putih
Kegunaan : Bufering agent (0.3-2.0%)
Ph : 7.5-8.5
Stabilitas : stabil. Akan tetapi dalam bentuk larutan
Sodium sitrat harus disimpan dalam wadah kedap udara
dalam
sejuk dan kering
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th
II FORMULASI/ TEKNIK PEMBUATAN
2.1 Formulasi yang dibuat
R/ Promethazine 25 mg
PEG 400 20 %
Natrium Sitrat 2%
Sorbitol 15 %
Aquadest ad 5 ml
2 Alasan pemilihan bahan
Promhetazine HCL dalam bentuk rektal ini digunakan
sebagai zat aktif yang diharapkan lebih cepat untuk mencapai
reseptornya. Sehingga efek terapi yang ditimbulkan lebih cepat.
Promhetazine HCL ini efektif untuk mengatasi mual, mengatasi
gangguan tidur dan mengatasi reaksi alergi. Sedangkan pemilihan zat
tambahan PEG 400 sebagai basis supositoria; Natrium Sitrat sebagai
buffering agent dan sorbitol sebagai humektan. Hal ini dikarenakan
masing-masing zat tambahan tersebut memiliki sifat yang stabil
dalam keadaan normal/ stabil diudara.

III PERHITUNGAN
Promethazine : 25 mg 0.025 gram
20
PEG 400 : 100 x 5 = 1 gram / 5 ml x 3 = 3 gram/ ml

2
Natrium Sitrat : 100 x 5 = 0.1 gram / 5 ml x 3 = 0. 3 gram/

ml
15
Sorbitol : 100 x 5 = 0. 75 gram / 5 ml x 3 = 2. 25

gram/ ml

IV PROSEDUR PEMBUATAN
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Kemudian ditimbang
semua bahan. Lalu setelah itu promhetazine HCL dilarutkan dengan sedikit
aquadest. Kemudian dicampurkan dengan PEG 400. Lalu ditambahkan
natrium sitrat dan sorbitol. Kemudian ditambahkan aquadest ad 5 ml.

V EVALUASI SEDIAAN
5.1 Organoleptis
Meliputi : bau, warna dan tekstur sediaan
2 pH
Dengan menggunakan pH meter dimana, sebelum dilakukan
terhadap sediaan rektal pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan dapar, setelah itu dicek dan dicatat pHnya.
3 Viskositas
Sediaan rektal dimasukan kedalam beaker glass kecil dan dicek
viskositasnya menggunakan viscometer cup and bob (Brookfield) dicatat
ukuran spindle, rpm yang digunakan dan dicatat hasilnya.
4 Homogenitas
Sediaan rektal diambil seujung spatel. Kemudian sediaan diuji diatas
kaca arloji.
5 Uji efektivitas pengawet antimikroba
Inokulasi menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet secara
aseptic kedalam wadah asli sediaan. Jika wadah tidak dapat ditembus secara
aseptic. Maka, pindahkan masing-masing sampel kedalam tabung
bakteriologik bertutup steril. Lalu diinokulasi. Kemudian diinkubasi pada
suhu 200C atau 250C lalu diamati.

VI KEMASAN
1 Logo

2 Penjelasan yang terdapat pada brosur


I Bentuk Sediaan : Rektal (liquid/ solution)
II Komposisi : Tiap tube mengandung
Promhetazine
HCl 5ml
III Efek samping : Efek samping terhadap bahan aktif
Promtal atau promhetazine HCL.
Umumnya, ringan dan jarang
terjadi. Gejala yang umumnya
ditemui adalah kelelahan,
kebingungan dan gangguan
kemampuan gerak.
IV Indikasi : Promtal merupakan obat yang
berisi
Promhetazine HCL sebagai bahan
aktifnya. Obat dengan dosis 25 mg
tersedia dalam bentuk solution
dimasukan kedalam anus. Ditujukan
untuk mengatasi kondisi-kondisi
yang berhubungan dengan
mengatasi gangguan tidur,
mencegah mual dan mengatasi
reaksi alergi.
V Dosis : Untuk anak diatas 3 tahun dan
dewasa
diberi 1 tube dengan memasukan
pipa aplikator seluruhnya pada
rectum/ anus.
VI Kontra indikasi : Anak usia dibawah 2 tahun
VII Nomber Registrasi : DBL 1712822858A1
D = Menunjukkan nama dagang
B = Obat golongan bebas
L = Obat jadi produksi dalam negeri (Lokal)
17 = Tahun pendaftaran obat jadi
128 = Nomor urut pabrik
228 = Nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing
pabrik
58 = Rektal tube
A = Kekuatan sediaan obat jadi
1 = Kemasan utama

VIII Nomber Batch (G 028011)


G = Tahun pembuatan
02 = Identitas produk
80 = Urutan nomor produksi
11 = Urutan nomor lot dari suatu batch obat jadi
IX Pembuatan
JANUARI 2017
X Kadaluarsa
JANUARI 2019

3 Brosur
4 Kemasan primer

5 Kemasan sekunder
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Farmakope Indonesia. Edisi ke V. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
MgEvoy GK, dkk. 2003. AHFS Drug Information: Promhetazine HCL.
MD: American Society of Health-System Pharmacists.
Rowe, Reymond, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th.
London: Pharmaceutical Press.

ALBENDAZOLE

Bentuk Sediaan: Suspensi


Jumlah sediaan yang akan dibuat: 10 botol @ 10ml

Dosis: 400mg/10ml

1 PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Albendazole

Struktur :
Pemerian : Serbuk putih atau agak kekuningan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, Praktis
tidak larut dalam etanol, sukar larut
dalam metil klorida, mudah larut
dalam asam format anhidrat.
Titik leleh :
pH : 4,5-5,5
Stabilitas : Simpan dalam wadah tertutup,
hindari kontak langsung dengan
cahaya
Sediaan di pasaran : Albenza, Andazol, Eskazole
Dosis : 400 mg
Penggunaan terapi : Antelmhintik
Alasan Bentuk sediaan : Pemilihan bentuk sediaan larutan
adalah dikarenakan banyak pasien
kesulitan untuk menelan sediaan
dalam bentuk oral lain seperti tablet.
Dan pemilihan bentuk suspensi ini
dikarenakan zat aktif yang digunakan
tidak larut dalam air ( tidak dapat
dibuat sediaan sirup

2 Informasi Aspek Farmakologi


Berdasarkan uji praklinis dan klinis menunjukkan bahwa
albendazole mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan
telur dan larva cacing. Efek anthelmentik albendazole dengan jalan
menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP
sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing
berkurang. Waktu paruh albendazole bervariasi (4-15 jam).
3 Zat Tambahan
1 Nama zat : Natrium karboksimetil
selulosa

Rumus kimia :
Pemerian : serbuk putih atau putih
kuning gading
Kegunaan dalam formula :
pH : 6,5-8,5
Stabilitas :
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut
dalam etanol, eter, dan
organik lainnya
2 Nama zat : Sorbitan Monolaurat
Rumus kimia : C18H34O6
Pemerian : Cairan/krim berwarna atau
padatan dengan bau dan rasa
khas
Kegunaan dalam formula : Wetting (0,1-3%)
pH :-
Stabilitas : Penyabunan dengan asam
3 Nama zat : Potassium sorbate
Rumus kimia :
Pemerian : Kristal putih, berbau khas
Kegunaan dalam formula : Pengawet (0,1-0,2%)
pH :6
Stabilitas : Aktivitas antimikroba
berkurang bila ada surfaktan
nonionic
2 Formulasi
1 Formula
R/ Albendazol 400mg/10ml
Sirup Simplex 25%
Na-CMC 1%
aquadest q.s
2 Alasan Pemilihan Zat Tambahan
Penggunaan Sirup simplex dalam formula adalah sebagai
pemanis dalam sediaan suspensi. Alasan pemilihan Na-CMC dalam
formula ini adalah karena Na-CMC digunakan sebagai suspending
agent.
3 Perhitungan
4 Prosedur
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu
ditimbang satu persatu bahan dan dilakukan kalibrasi botol
60 ml sebanyak 5 botol. Disiapkan air dalam beaker glass
kemudian dipanaskan dalam penangas air untuk melarutkan
Na-CMC. Dimasukkan Na-CMC ke dalam air panas tersebut,
diaduk dalam keadaan panas sampai tercampur semua dan
mengembang. Kemudian dimasukkan ibuprofen dan
amoxicillin ke dalam Na-CMC yang sudah mengembang,
diaduk dengan menggunakan magnetic stirer sampai
tercampur. Setelah itu ditambah sirup simplex dan aquadest
di ad sampai 60 ml kemudian diaduk lagi dengan magnetic
stirer. Setelah homogen, sediaan dimasukkan kedalam botol sampai tanda
batas 60 ml dan dilakukan evaluasi suspensi.

5 Evaluasi
1 Uji Organoleptis
Dilihat bentuk, warna, kejernihan, dan bau pada sediaan yang
telah dibuat lalu dicatat dalam lembar data pengamatan

2 Uji Viskositas
Viskositas diuji dengan menggunakan alat viskometer
brookfield. Viskometer harus dalam keadaan seimbang atau
berada pada permukaan yang rata. Dilakukan sebelumnya
penentuan spindle yang akan digunakan, dengan cara
menggunakan spindle terkecil untuk sediaan encer kemudian
dipilih spindle mana yang akan digunakan. Spindle dipasang
pada alat viskometer brookfield, lalu direndam spindle pada
sampel sampai batas. Alat viskometer dijalankan dari rpm 1,5, 3,
dan 6. Setiap rpm, angka yang dicatat merupakan angka yang
konstan. Setelah diperoleh, hasil pembacaan dikalikan dengan
faktor pengkali dan didapat viskositas dalam centi poise (cp).
Dicatat pada lembar data penamatan.

3 Volume Sedimentasi
Diamtati dan dicatat volume yang terjadi dalam interval waktu
hari ke1, hari ke 2, hari ke 3, dan hari ke 4.

4 Bj
Ditimbang piknometer kosong lalu diisi dengan 10ml larutan
sampel lalu dihitung BJ larutan tersebut.

6 Daftar Pustaka
British Pharmacopeia. 2009. British Pharmacopeia Volume I and II.
London : Medicines and Healthcare Product Regulatory Agency
(MHRA)
Goodman, A. dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta:
EGC.
Rowe, R. C., Shaske P. J. dan Weller P. J. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. Edisi V. London: Publisher Gaeres
Zat aktif : Salicylic Acid

Bentuk Sediaan : Semi Solid (gel)

Jumlah sediaan yang akan dibuat : 15 gram/tube (5 tube)

Dosis : 0.5 %

II PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Asam Salisilat
Struktur :

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk


berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa
agak manis dan tajam.

( Farmakaope Indonesia III, hal 56)

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4


bagian etanol (95%); mudah larut dalam
larutan amonium asetat p, dinatrium
hidrogen fosfat p, kalium sitrat p daan
natrium sitrat p. (Farmakope Indonesia III,
56)

Titik Leleh : 141- 144 C

pH : Stabil pada PH rendah 2-3


Stabilitas :-

Sediaan yang ada dipasaran: Verile. (ISO Volume 45,356)

Dosis yang ditentukan, pengguanan terapi (alasan): 0.5%, asam


salisilat topikal digunakan satu sampai dua kali sehari pada daerah
yang berjerawat setelah cuci muka.

Alasan pemilihan bentuk sediaan: Karena sediaan tersebut untuk


penggunaan topikal, dan lebih efektif untuk kulit.

1.2 Informassi Aspek Farmakologi

Asam salisilat menyebabkan deskuamasi dari lapisan kulit yang


bertanduk dengan cara melarutkan substansi semen interselular, tetapi
tidak mempengaruhi struktur epidermis yang hidup. Aktivitas
keratolitiknya menyebabkan bagian epitel yang bertanduk
membengkak, melembut, melembek, lalu mengalami deskuamasi
konsentrasi asam salisilat yang dibutuhkan sebagai keratolitik berkisar
antara 2-6% pada konsentrassi tersebut, asam salisilat umumnya
digunakan dalam terapi ketombe sobehea dan psoliasi. Konsentrasi
sebesar 5-17% dalam koloid aman dan efektif untuk menghilangkan
kutil. Pada konsentrasi mencapai 40% dalam plester, asam
salisilatbiasanya digunakan utuk menghilangkan kutil, kalus dll.
Sediaan asam salisilat baik dalam tunggal atau kombinasi, telah banyak
digunakan untukk mengangani ketombe, seberheik dermatitis, akne,
infeksitinea, dan psoriasis (ISO farmakoterapi 2, 93).

2 Zat Tambahan
1 Carbomer
Rumus kimia :

Pemerian : serbuk putih, sedikit berbau khas,asam


hidroskopik.
Kegunaan : Sebagai Gelling Agent (0.5-2%)

pH : 6-11

Stabilitas :

(handbook 0f pharmachetical excipients ed 6 hal 110)


2 Gliserin
Rumus kimia :

Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna


, tidak berbau, mais diikuti rasa hangat,
hidroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 200 C.(Farmakope Indonesia
III, 271)

Kegunaan : Pembasah (5-10%)

pH :

Stabilitas : Gliserin murni tidak rentan terhadap


oksidasi oleh suasana dibawah kondisi
penyimpanan biasa, tapi terurai pada
pemanasan dengan evolusi akrolein beracun
campuran gliserin dengan air etanol (95%)
dan propilenglikol kimia yang stabil.

(handbook 0f pharmachetical excipients ed 6 hal 287)


3 Etanol
Rumus kimia :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
(Farmakope Indoesia III, 65)
Kegunaan : Pelarut

pH :

Stabilitas : Etanol berair dapat disterilkan dengan


autoklaf/ filtrasi dan harus disimpan dalam
wadah kedap udara ditempat yang dingin.

(handbook 0f pharmachetical excipients hal 17)


III FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN
a Formula yang akan dibuat
R/ Asam salisilat 0.5%
Carbomer 2%
Gliserin 6%
Etanol 70% 5%
Aquadest q.s
IV PERHITUNGAN
a Perhitungan untuk 1 tube
0.5
1 Asam Salisilat = 100 x 15 = 0.075 gram

2
2 Carbomer = 100 x 15 = 0.3 gram

6
3 Gliserin = 100 x 15 = 0.9 ml

5
4 Etanol = 100 x 15 = 0.75 ml

5 Aquadest = 15 - (2.025) = 13
b Perhitungan untuk 5 tube
1 Asam Salisilat = 0.075 x 5 = 0.375 gram
2 Carbomer = 0.3 x 5 = 1.5 gram
3 Gliserin = 0.9 x 5 = 4.5 ml
4 Etanol = 0.75 x 5= 4 ml
5 Aquadest = 15 - (10,375) = 4,625
V PEMBUATAN
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2 Dikembangkan carbomer dengan air panas sampai mengembang.
3 Dilarutkan asam salisilat dengan etanol 70% sampai larut.
4 Ditambahkan gliserin kedalam carbomer yang telah mengembang
5 Kemudian ditambahkan asam salisilat yang telah larut sampai
homogen
6 Ditambahkan aquadest sampai homogen
7 Dievaluasi
VI Evaluasi Sediaan
1 Uji Organoleptis
Uji organoleptis terdiri dari warna, bentuk, bau dan sediaan,
dilakukan secara visual.
2 Viskositas sediaan
Dilakukan dengan menggunakan viskometer brookield, digunakan
spindle T95.
3 Daya sebar sediaan
Dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kaca objek, lalu
dilihat dibawah microskope
4 Daya lokal sediaan
Dilakukan dengan mengoleskan langsung dikulit, dan dicatat
waktu melekatnya sediaan pada kulit.
5 Antibakteri gel
Uji daya hambat gel dilakukan dengan menggunakan metode difusi
padat yaitu dengan menahan sediaan gel dalam media mueller
hinton yang telah diberi staphylococcus aureus.
6 Presentasi hasil
Wadah kosong yang ditimbang dimana formulasi gel disimpan
sekali lagi wadah ditimbang dengan formulasi gel kemudian
dikurangi wadah kosong ditimbang dengan wadah dengan
formulasi gel.
7 Kandungan obat
Ditimbang 10 gram setiap formulasi gel dilarutkan dalam 250 ml
labu ukur yang mengandung 20 ml alkohol diaduk selama 30
menit. Volume dibuat sampai 100ml dan disaling. Dibuat
pengenceran dan dilihat absorbansi dengan spektrofotometer.
8 PH
Diukur dengan PH meter, yang sebelumnya dikalibrasi terlebih
dahulu.
9 Uji iritasi pada kulit
Dilakukan pada tikus wistar, tikus diukur, dioleskan sediaan
diamati setiap iritasi kulit seperti eritema/edema dilakukan selama
4 hari.

Daftar pustaka

Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.


Jakarta: Depkes RI

Rachdian dani,dkk. 2010. ISO Indonesia. Volume 45. Jakarta: PT. ISFI

Rowe, R.C., Sheckey,p.J and Qoinn.ME.2009. Handbook Of


Pharmaceutical Exiient.Edition 6.American Pharmacist Association.
London

Sukandar Yunah Elin,dkk. 2011. ISO Farmakoterapi. Edisi I. Jakarta: IAI


LAMPIRAN

Kemasan

Brosur
SALISIC ACID

Cara pemakaian:

Gunakan pada pagi, siang dan malam hari untuk

mengeringkan dan merawat kulit berjerawat.

Kegunaan:
Membantu merawat kulit bekas jerawat,

menyamarkan noda hitam bekas jerawat dan


melembutkan kulit kasar pada daerah bekas jerawat.

Indikasi:
Melepaskan lapisan keratin yang menyumbat jerawat,
membentuk jaringan kulit baru dibekas tumbuhnya jerawat

Kontra Indikasi:
Hanya untuk pemakaian luar, hindari kontak langsung
dengan mata, jika timbul gangguan pada kulit kurangi
pemakaian dan hentikan pemakaian bila gangguan kulit
tetap ada.

Perhatian dan Peringatan:

Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak langsung


dengan mata, jika timbul gangguan pada kulit, kurangi
pemakaian dan hentikan bila gangguan pada kulit tetap
ada.

Farmakologi:

Melepaskan lapisan keratin yang menyumbat jerawat.


Membentuk jarignan kulit baru di bekas tumbuhnya
jerawat.

Penyimpanan:

Simpan ditempat sejuk

Jenis: Gel

Produsen: PT.STFI FARMA

No bath: DO3413037

Mfg: 10 januari 2017

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH BANDUNG

Rosita Anggraeni
A 141 040
Reguler pagi A / Kelompok A

Self formulation semisolid


Zat aktif : Panthenol, Vit B5, pantotenol
Bentuk sediaan : Salep
Jumlah yang akan dibuat : 20 tube/pot
Jumlah zat aktif : 0.5%

1 Preformulasi
1 Panthenol, pantotenol, vit b5
Struktur :

Rumus Molekul
: C9H19NO4
BM : 205,25
( USP 2856)
Pemerian : cairan jernih, kental, tidak
berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan daloam
etanol 95%, agak sukar larut dalam
eter p
( FI III hal
471)
Titik leleh : 64.5o-68.5oc
( USP 2856 )
Sediaan dipasaran : 1. Sanosan salep, Salep bepanten
Penggunaan terapi : 3-5% penggunaan untuk
melindungi dan menenangkan
kulit, ruam popok, meregenarasi
kulit, pengobatan kulit yang rusak
sehingga kulit tidak kering.

(BASF)
Alasan pemilihan bentuk sediaan : dibuat salep karena untuk
memperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan untuk membalut
kulit yang terkena iritasi, tidak
mengering, dan tidak berubah
dalam waktu lama.

2 Aspek Farmakologi
Panthenol dalam bentuk salep ini akan berpenetrasi melalui epidermis
( permukaan kulit ), stratum korneum, dan diadermis, zat aktif akan
berikatan pada lapisan yang dilewati pada kondisi tertentu sediaan obat
dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis, sementara itu zat
aktif pada sediaan topikal akan disreap oleh vaskuler kulit pada dermis
san hipodermis pada saat sediaan di oleskan akan terjadi interaksi:
1 Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam
vehikulum
2 Vehicle skin interaction: interaksi dengan kulit
3 Solute skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit.
Absorpsi : lag phase pada saat dioleskan, rising phase menembus atau
melewati kulit, dan falling phase pelepasan bahan aktif dibawa ke
dermis.
( Arvalendini.dkk.2014.
Jurnal)
3 Zat tambahan
1 Cetyl alkohol ( C16H340)
Struktur
Rumus kimia /
molekul
:
C16H31O
BM :
Pemerian : Butiran atau bongkahan
berwarna putih
Kelarutan :
Kegunaan dalam formula : emulsifying agent 2-5 %
Titik leleh : 45-52oc
Stabilitas : disimpan ditempat kering, stabil
dengan asam, basa, cahaya
dan udara.
( HOPE hal 155 )
2 Stearil alkohol
Struktur :

Rumus kimia : C18H38)


BM :
Pemerian : butiran atau bongkahan
berwarna putih, licin, bau
khas lemah
Kelarutan : sukar larut dalam air, larut
dalam etanol 95% P dan
dalam eter P.
Kegunaan dalam formula : stiffening agent
Stabilitas : stabil dengan asam dan
basa
( Hope halaman 700)
( FI.III. hal 570)
3 Paraffin liquidum
Struktur :

Rumus kimia atau molekul : CnH2n+2


BM :
Pemerian :cairan kental, transfaran,
tidak berfluorosensi, tidak
berwarna.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
dan dalam etanol, larut dalam
kloroform.
Kegunaan dalam formula : basis salep
Titik leleh :
Stabilitas : stabil
( Hope 474 FI III 474)
4 Minyak almond
Struktur :-
Rumus kimia :-
Pemerian : Minyak cair yang baru
disuling, tidak berwarna atau
kuning pucat.
Kegunaan dalam formula : emolient
Titik leleh : -18oc
Stabilitas : minyak almond harus
disimpan ditempat kering
dan sejuk
( HOPE 29)
5 Natrium benzoat
Struktur :

Rumus kimia atau molekul : C2H5NaO2


BM : 144,11
PH : 2-5
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih,
tidak berbau, stabil diudara
Kelarutan : mudah larut dalam air agak
sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam
etanol 90%
Stabilitas : stabil dalam suhu ruangan

Kegunaan dalam formula : pengawet 0.1-0.5%


( FI. IV 584)
6 Vaselin album
Struktur :
Rumus molekul :
Pemerian : putih atau kekuningan pucat, massa,
berminyak, transfaran
Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar
larut dalam etanol dingin
atau panas
Kegunaan : basis salep 10-30%
(FI.IV hal 822)
2 Formulasi
R/ Panthenol 5%
Paraffin liq 25 gram
Na. Benzoat 0.3%
Stearil alkohol 3%
Cetyl alkohol 4%
Vaselin album 10 gram
Aquadest ad 50gram
`( handbook of manufacturing formulations hal
220)
3 Perhitungan
5
Panthenol : 100 x 50g = 2,5g x 20 = 50g

Paraffin liquidum : 20g x 20 = 400g


Vaselin album : 15g x 20 = 300g
0,3
Na. Benzoat : 100 x 50g = 0.15g x 20 = 3g

1
Almond oil : 100 x 50g = 0.5g x 20 = 10g

4
Cetyl alkohol : 100 x 50g = 2g x 20 = 40g

3
Stearil alkohol : 100 x 50g = 1,5g x 20 = 30g

Aquadest ad 50 g : 50g ( 2.5+20+15+0.15+0.5+2+1.5)


: 8.35 ml x 20 = 167 ml
4 Prosedur pembuatan
Ditimbang semua bahan, dan siapkan semua alat-alatnya, kemudian
masukan paraffin liquidum, almond oil, dan vaselin album kedalam cawan
kemudian lebur, dicawan yang berbeda masukan cetil alkohol dan stearyl
alkohol kemudian lebur. Setelah itu panaskan aquadest. Masukan hasil
leburan tadi kedalam wadah dan di mixer ad homogen, kemudian natrium
benzoat dilarutkan dalam air panas sebanyak 100 ml dimasukan kedalam
wadah aduk ad homogen, kemudian masukan panthenol kedalamnya aduk
ad homogen. Dan terakhir dimasukan sisa air panas tadi kemudian aduk ad
homogen, digerus sampai dingin. Dilakukan evaluasi sediaan dan masing
masing sediaan dimasukan ke dalam pot atau tube salep.
5 Prosedur evaluasi sediaan
f Organoleptik
Dilakukan uji organoleptis dengan melihat bentuk
dan warna dari sediaan yang telah dibuat. Pengamatan
dilakukan pada jam ke-0,24, 48 dan 72.
g pH meter
Terlebih dahulu elektroda dikalibrasi dengan larutan
netral, larutan asam, dan laturan basa. Dibersihkan
(dilap) dengan menggunakan tissu, kemudian elektroda
dicelupkan kedalam gel uji dan dilihat nilai pH yang
akan muncul. Pengamatan dilakukan pada jam ke-0,24,
48 dan 72.
h Viskositas
Viskositas diuji dengan menggunakan viscometer
brookfield, dipilih spindel serta putaran yang sesuai
dengan sediaan. Spindel dipasang pada alat, kemudian
dicelupkan pada sediaan, dan alat dijalankan. Diamati
angka yang ditunjukkan oleh garis merah pada alat.
Pengamatan dilakukan pada jam ke-0,24, 48 dan 72.
i Lamanya mengering dikulit
Sediaan di olekan pada kulit kemudian di tunggu
sampai mengering dan dihitung waktunya.
j Homogenitas
Sediaan yang telah dibuat dioleskan pada object
glass, lalu ditimpa dengan object glass yang lain harus
menunjukkan susunan yang homogen. Pengamatan
dilakukan pada jam ke-0,24, 48 dan 72.
DAFTAR PUSTAKA
Arvalendini. dkk. 2014. Jurnal penggunaan obat. Palembang: Poltekes
kemenkes Palembang.
Ditjen pom. 1979. Farmakope indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Depkes
RI.
Raymond C. Rowe. Etall, 2009. Handbook of pharmaceutical excipient.
Edisi keenam. London: Pharmaceutical press.
Sarfanaz K. 1949. Handbook of manufacturing formulations. Vol.4
The united states pharmacopeia. 2006. The united states pharmacopeia.
Edisi 30. United states.

Kemasan

Etiket
Brosur

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID

SEMESTER V - 2017

NAMA : Lina Maudyawati

NPM : A 141 041

SALEP TRIDAX PROCUMBENS

Zat Aktif : Tridax Procumbens


Bentuk Sediaan : Salep
Jumlah Sediaan Yang Akan Dibuat : 100.000 pot salep
Dosis : 10 gram/ pot salep

I PREFORMULASI
1.1. Nama Zat Aktif : Tridax Procumbens
Nama Daerah :
Katumpang, gletang, cemondelan, gobesan, londotan, orang
aring, prepes, sidawala, srunen, tarsentaran, toroto dan songgo
langit.
Morfologi Tanaman :
Herba dengan batang tegak lurus, bulat, dan berbulu, warna
putih, daun majemuk menyirip genap, berhadapan silang, bentuk
bulat telur dengan tepi agak menoreh, dan permukaan berbulu
kasar, bunga diujung percabangan, bunga pita berwarna putih
dengan 2 - 3 cangap, dan bunga tengahnya berwarna kuning,
buah atau biji berbentuk silindris, coklat kehitaman, dan bulu
bulunya berwarna pucat keabu abuan.

Bagian Yang Dimanfaatkan dan Kandungannya :


Daun tanaman ini kaya akan kandungan zat mineral diantaranya
kalium, magnesium, kalsium, tannin, saponin, dan flavonoid.
Sedangkan, bunganya mengandung steroidal saponin yaitu beta
sitosterol 3 O beta D xylo piranoside.
Manfaat :
Analgesic, kaku, pembengkakan persendian karena rematik,
untuk menutup bisul supaya lekas matang, melancarkan ASI,
menghitamkan dan menyuburkan rambut, obat sakit perut,
malaria, dan anti inflamasi.
Kontra Indikasi :
Belum ditentukan literature yang menyebutkan adanya kontra
indikasi maupun efek samping dari tridax procumbens,
sebaiknya tidak mengkonsumsi dengan dosis yang berlebihan
sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Sediaan Yang Ada Dipasaran :
( Kitab Tumbuhan Obat, Halaman 371 )
Dosis Yang Ditentukan dan Penggunaan Terapi :
Dosis yang ditentukan adalah 10 gram / pot salep. Penggunaan
terapi yang digunakan sebagai obat bisul, karena dilihat dari
manfaat yang diperoleh dari ekstrak daun tridax procumbens.
Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan :
Bentuk sediaan yang dipilih salep karena agar lebih mudah dan
efektif dalam pemakaian secara topical karena maanfaat yang
digunakannya untuk obat bisul.
1.2. Aspek Farmakologi : Log phase ( pada saat dioleskan ), Rising
Phase ( menembus/melewati stratum korneum ), Folling phase
( pelepasan bahan aktif ) dibawah dermis.
( Arvalendini, dkk. 2014. Jurnal )

1.3. Zat Tambahan


1.3.1. Nama Zat : Carbomer ( carbopol 934 )
Pemerian : Granul, berwarna putih, asam,
higroskopis, dan bau khas.
Kelarutan : larut dalam air dan gliserin, setelah di
netralisir larut dalam etanol ( 95% )
Kegunaan Dalam Formula : gelling agent 0,5
2,0%
pH : 2,5 4,0
Titik Leleh : 260C dalam 30 menit
Stabilitas : suhu pemanasan yang berlebih dapat
mengakibatkan perubahan warna dan
mengurangi stabilitas. Penambahan
anti mikroba tertentu seperti
benzalkonium klorida atau natrium
benzoate dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kekeruhan dan
penurunan viskositas.
Penyimpanan : disimpan pada wadah kedap udara,
terlindung cahaya dan tahan korosi.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 110-112 )

1.3.2. Nama Zat : Metylparaben


Pemerian : serbuk kristal,
berwarna putih, tidak
berbau, dan memiliki
sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : larut dalam etanol (95%), eter,
gliserin, air, dan propilenglikol, praktis
tidak larut dalam lemak atau minyak
mineral.
Kegunaan Dalam Formula :
antimikroba/penga
wet 0,02-0,3%
pH : 4 8
Titik Leleh : 125 -128C
Stabilitas : pada pH 3 6 stabil sampai 4 tahun
penyimpanan pada suhu kamar, teapi
pada pH 8 dapat menghidrolisis
secara cepat.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup
baik, tempat sejuk dan kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 441 - 444 )

1.3.3. Nama Zat : Propylparaben


Pemerian : serbuk kristal, berwarna putih, tidak
berbau, tidak berasa.
Kelarutan : mudah larut dalam aseton dan eter,
etanol (95%), sukar larut dalam
glyserin, dan dalam air panas.
Kegunaan Dalam Formula :
antimikroba/penga
wet 0,01-0,6%
pH : 4 8
Titik Leleh : 295C
Stabilitas : pada pH 3 6 stabil sampai 4 tahun
penyimpanan pada suhu kamar, teapi
pada pH 8 dapat menghidrolisis
secara cepat.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup
baik.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 596-598 )

1.3.4. Nama Zat : Monoethanolamine

Pemerian : cairan kental jernih, berwarna kuning,


bau amoniak dan sangat higroskopis.
Kelarutan : larut dalam aseton, kloroform, etanol
(95%), glyserin, methanol, air, sukar
larut dalam benzene dan etileter.
Kegunaan Dalam Formula : emulsifying agent
15%
pH : 12,1
Titik Leleh : 10,3C
Stabilitas : sangat higroskopis dan tidak stabil saat
terkena cahaya.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah kedap
udara, terlindung dari cahaya, tempat
sejuk dan kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 450 451 )
1.3.5. Nama Zat : Propileneglikol

Pemerian : cairan kental, tidak berwarna, tidak


berbau, manis tetapi sedikit pedas
seperti gliserin.
Kelarutan : larut dalam aseton, kloroform, etanol
(95%), gliserin dan air, larut dalam 6
bagian eter, tidak larut dalam minyak
mineral, dapat larut dalam beberapa
minyak essensial.
Kegunaan Dalam Formula : pelarut 5-80%
Titik Leleh : -59C
Stabilitas : tidak stabil pada suhu tinggi, ditempat
terbuka, dapat mengoksidasi.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup
baik.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 592 )

1.3.6. Nama Zat : aqua destilata


Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa.
Kegunaan Dalam Formula : pelarut
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup.
(Farmakope Indonesia, ed3, halaman 96 )

II FORMULASI
R/ Ekstrak daun Tridax Procumbens 500mg
Carbopol 934 2%
Metylparaben 0,15%
Propylparaben 0,15%
Monoethanolamine 15%
Propyleneglycol 50%
Aquadest qs.
( Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Semi Solid Products,
halaman 246 )

III PERHITUNGAN
3.1. Perhitungan bahan untuk 1 pot salep
Ekstrak daun tridax procumbens = 500mg = 0,5gram
2
Carbopol 934 = 100 x 10gram = 200mg = 0,2gram

0,15
Metylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015gram

0,15
Propylparaben = 100 x 10gram = 15mg = 0,015gram

15
Monoethanolamine = 100 x 10gram = 1,5ml

50
Propyleneglikol = 100 x 10gram = 5ml

Aquadest = 10 ( 0,5+ 0,2+ 0,015+ 0,015+ 1,5+ 5 )


= 10 7,23
= 2,77ml

3.2. Perhitungan bahan untuk 100.000 pot salep


Ekstrak daun tridax procumbens = 0,5gram x
100.000=50000g
Carbopol 934 = 0,2gram x 100.000 = 20000gram
Metylparaben = 0,015gram x 100.000 = 1500gram
Propylparaben = 0,015gram x 100.000 = 1500gram
Monoethanolamine = 1,5ml x 100.000 = 150000ml
Propyleneglikol = 5ml x 100.000 = 500000ml
Aquadest = 2,77ml x 100.000 = 277000ml

IV PROSEDUR PEMBUATAN
1 Daun tridax procumbens dikeringkan selama 48 jam pada suhu
kamar.
2 Daun dihaluskan sebanyak 500mg kemudian direndam dengan air
sebanyak 1 liter selama 72 jam pada suhu kamar.
3 Filtrate dituangkan diambil 100ml kemudian dievaporasi dengan
vakum pada suhu kamar.
4 Ekstrak kental kemudian di leofilisasi untuk mendapatkan serbuk
ekstrak tridax procumbens.
5 Propilparaben dibasahi terlebih dahulu oleh propyleneglikol,
kemudian ditambahkan ektrak daun tridax procumbens.
6 Carbopol 934 dicampurkan dengan propyleneglikol dan aquadest,
kemudian dicampurkan dengan metylparaben.
7 Campuran diaduk pada 300rpm selama 2 3 jam.
8 Selanjutnya tridax procumbens ditambahkan dan diaduk selama 1
jam sampai homogeny.
9 Kemudian ditambahkan monoethanolamine sampai pH 6
10 Sediaan yang telah jadi dimasukan pada wadah dan diberi label
( Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Semi Solid Products,
halaman 246 )

V EVALUASI SEDIAAN
A Evaluasi Fisika
1 Homogenitas
Dioleskan pada kaca arloji atau bahan transparan lain,
harus menunjukan susunan yang homogen.
( Farmakope Indonesia, ed 3, halaman 33 )
2 Viskositas
Viskositas menyatakan tahan dari suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi akan semakin besar tegangan
dengan cara sediaan yang diuji dimasukan pada alat
viskometer Brookfield yang sebelumnya dipasangkan
spindel an diatur rpm sampai hasil yang didapatkan
konstan.
3 Daya melekat pada kulit
Sediaan yang dibuat dioleskan pada kulit dan amati
berapa lama salep melekat pada kulit.
4 Daya menyebar
Menggunakan alat entensometer, dimana salep
mempunyai kemampuan penyebaran pada kulit.
5 Kecepatan pelepasan obat
Mengetahui pelepasan obat pada kulit dengan membrane
selofan.
6 Konsistensi
Menggunakan alat penetrometer, sediaan mudah
dikeluarkan dari tube atau pot dan mudah dioleskan.
7 Bau dan warna
Mengamati terjadinya perubahan fasa dalam beberapa
waktu.
8 pH
Sediaan uji diukur dengan pH meter, pH kulit 4,5 5
untuk mengetahui stabilitas zat aktif, efektifitas
pengawet, dan keadaan kulit.
9 Isi minimum
Netto 10 sediaan lebih atau sama dengan 100% netto
yang tertera pada etiket berkaitan tidak langsung dengan
dosis atau jumlah zat aktif dalam basis.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 997)

B Evaluasi Kimia
1. Identifikasi zat aktif
2. Penetapan kadar zat aktif

C Evaluasi Biologi
Uji penetapan potensi antibiotic. Pengukuran potensi beberapa
zat antibiotic yang dipakai secara topical.
( Farmakope Indonesia, ed 4, halaman 891 899 )

LAMPIRAN

A. Kemasan Primer
B. Kemasan Sekunder

C. Brosur
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : DEPKES RI.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI.

Arvalendini,dkk. 2014. Jurnal Penggunaan Obat. Palembang : Poltekes


Kemenkes Palembang.

Hidayat, S dan Rodame M. Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat.


Jakarta : Agriflo ( Penebar Swadaya Group ).

Niazi, Sarfaraz K. 2004. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations Semi Solid Products. Volume IV. USA : CRC Press.

Rowe, Raymond C., dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical


Excipients. Edisi VI. USA : Pharmaceutical Press.

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


UJIAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMI
SOLID

SEMESTER V 2016/2017

Nama : Dea Fitria Prisiliana

NPM : A 142 019

Zat Aktif : Amoxicillin

Bentuk Sediaan : Lotion

Jumlah Sediaan yang akan di buat :

Dosis : 150 mg

I Preformulasi
1.1 Nama Zat Aktif : Amoxicillin
Struktur :

Rumus Molekul : C16H19N3O5S 3H2O


BM : 419,45
Titik Lebur : 194C
Pemerian : Serbuk Hablur; putih; praktis tidak berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol; tidak
larut dalam
benzena, dalam karbon tetraklorida dan
dalam
kloroform
Sediaan yang ada :-
dipasaran
Dosis : 150 mg

1.2 Aspek Farmakologi


Farmakodinamik : Amoksisilin adalah antibiotik moderat
spektrum aktif
terhadap berbagai Gram positif, dan
berbagai terbatas organisme Gram-negatif.
Hal ini biasanya obat pilihan dalam kelas
karena lebih baik diserap, berikut pemberian
oral, dari antibiotik beta-laktam lainnya.
Amoksisilin adalah rentan terhadap
degradasi oleh bakteri lactamase
memproduksi, dan sebagainya dapat
diberikan dengan asam klavulanat untuk
meningkatkan susceptability nya. Insiden
organisme resisten -laktamase, termasuk E.
coli, tampaknya meningkat. Amoksisilin
kadang-kadang dikombinasikan dengan
asam klavulanat, inhibitor -laktamase,
untuk meningkatkan spektrum tindakan
terhadap organisme Gram-negatif, dan untuk
mengatasi resistensi antibiotik bakteri
dimediasi melalui produksi -laktamase.

1.3 Zat Tambahn

1.3.1 Asam Stearat (Stearic acid)

Pemerian : Bubuk putih keras, putih atau agak


kuning berwarna, agak mengkilap,
kristal padat atau bubuk putih putih
atau kekuningan. Memiliki sedikit
bau (dengan ambang bau 20 ppm)
dan rasa lemak.

Titik Leleh : 69 - 70C

Stabilitas : Asam Stearat merupakan bahan


yang stabil

Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah di


tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas :asam stearat tidak kompatibel


dengan sebagian besar logam
hidroksida dan mungkin tidak sesuai
dengan basa, zat pereduksi, dan
oksidator.

Kegunaan : Fase minyak 1 20%

1.3.2 Cetyl alcohol

Pemerian : Setil alkohol sebagai lilin, serpihan putih,


butiran, kubus. Memiliki bau yang khas
samar dan rasa hambar.
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam,
alkali, cahaya, dan udara; tidak menjadi
tengik

Penyimpanan : Ini harus disimpan dalam wadah tertutup


baik di tempat yang sejuk dan kering.

Inkompakbilitas : Kompatibel dengan oksidator kuat.


Setil alkohol bertanggung jawab untuk
menurunkan titik leleh ibuprofen, yang
menghasilkan mencuat kecenderungan
selama proses film coating kristal ibuprofen.

Kegunaan : emulsing agent ( 2 5%)

1.3.3 Gliserin

Pemerian : tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan


higroskopis yang jelas; memiliki rasa manis,
kira-kira 0,6 kali semanis sukrosa.

Stabilitas : Gliserin adalah higroskopis. gliserin murni


tidak rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer
di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi
itu terurai pada pemanasan dengan evolusi
akrolein beracun. Campuran dari gliserin
dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol
secara kimiawi stabil.

Inkompakbilitas : Gliserin dapat meledak jika


dicampur dengan oksidator kuat seperti
kromium trioksida, potasium klorat, atau
kalium permanganat. Dalam larutan encer,
hasil reaksi pada tingkat lebih lambat dengan
beberapa produk oksidasi yang terbentuk.
Hitam warna gliserin terjadi di hadapan
cahaya, atau kontak dengan seng oksida atau
bismut nitrat dasar.

Kegunaan : emolient & humektan 30 %

1.3.4 Metil Paraben


Pemerian : Metil paraben terjadi sebagai kristal
berwarna atau bubuk kristal putih. Hal ini
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan
memiliki pembakaran sedikit

Stabilitas : larutan air dari methylparaben pada pH 3-6


dapat disterilkan dengan autoklaf pada
1208C selama 20 menit, tanpa solusi
decomposition.Aqueous pada pH 3-6 stabil
(kurang dari 10% dekomposisi) sampai
sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara
larutan air pada pH 8 atau diatas adalah
subjek untuk hidrolisis yang cepat (10% atau
lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan
pada suhu kamar);

Penyimpanan : Metil paraben harus disimpan dalam wadah


tertutup baik dalam sejuk dan kering.

Inkompabilitas : Aktivitas antimikroba dari


methylparaben dan paraben lainnya jauh
berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai
akibat dari micellization. (10,11) Namun,
propilen glikol (10%) telah terbukti
mempotensiasi aktivitas antimikroba dari
paraben di hadapan nonionik surfaktan dan
mencegah interaksi antara methylparaben
dan polisorbat 80. Tidak kompatibel dengan
bahan lain, seperti bentonit, magnesium
trisilikat, bedak, tragakan, natrium alginat,
minyak esensial, sorbitol, dan atropin, telah
dilaporkan. Hal ini juga bereaksi dengan
berbagai gula dan gula alkohol terkait.
Penyerapan methylparaben dengan plastik
juga telah dilaporkan; jumlah yang diserap
tergantung pada jenis plastik dan kendaraan.
Telah menyatakan bahwa low-density dan
high-density botol polyethylene tidak
menyerap metil paraben. Metil paraben
berubah warna dengan adanya besi dan
tunduk pada hidrolisis oleh alkali lemah dan
asam kuat.
Kegunaan : Topical (pengawet) 0,02 0,3%

1.3.5 Propil Paraben

Pemerian : Propil paraben terjadi sebagai putih, kristal,


tidak berbau, dan tidak berasa.

Stabilitas : Propil paraben berair pada pH 3-6 dapat


disterilkan dengan autoklaf, tanpa
dekomposisi. (4) Pada pH 3-6, larutan air
yang stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar,
sementara solusi di pH 8 atau diatas adalah
subjek untuk hidrolisis yang cepat (10% atau
lebih setelah sekitar 60 hari di suhu kamar)

Inkompatibilitas: Aktivitas antimikroba dari propil paraben


berkurang jauh di hadapan surfaktan
nonionik sebagai akibat dari
micellization.Absorption dari propylparaben
oleh plastik telah dilaporkan, dengan jumlah
yang diserap tergantung pada jenis plastik
dan silikat vehicle.Magnesium aluminium,
magnesium trisilikat, oksida besi kuning,
dan biru laut biru juga telah dilaporkan
untuk menyerap propil paraben, sehingga
mengurangi efektivitas pengawet.

Propylparaben berubah warna dengan


adanya besi dan tunduk pada hidrolisis oleh
alkali lemah dan asam kuat. Lihat juga
Methylparaben.

Kegunaan : Pengawet ( 0,01 0,06% )

1.3.6 Guar gum

Pemerian : The USP32-NF27 menjelaskan gum guar


sebagai karet diperoleh dari endosperma
dasar Cyamopsis tetragonolobus (L.) Taub.
(Fam. Leguminosae). Ini terdiri terutama
dari tinggi-berat molekul polisakarida
hydrocolloidal, terdiri dari galactan dan unit
mannan dikombinasikan melalui hubungan
glikosida, yang dapat digambarkan secara
kimia sebagai galactomannan a. The PhEur
6.3 sama menjelaskan guar galactomannan
sebagai yang diperoleh dari biji Cyamopsis
tetragonolobus (L.) Taub. dengan
menggiling endosperma dan hidrolisis
parsial berikutnya. Komponen utama adalah
polisakarida terdiri dari Dgalactose dan D-
manosa dalam rasio molekul 1: 1,4-1: (! 1 4)
2. Molekul terdiri dari rantai linear dari b-
-glycosidically terkait manno-pyranoses dan
single a- ( 1! 6) galactopyranoses
-glycosidically terkait.

Guar gum terjadi sebagai tidak berbau atau


hampir tidak berbau, putih bubuk berwarna
putih kekuningan dengan rasa hambar.

Stabilitas : Berair dispersi guar gum memiliki tindakan


penyangga dan stabil pada pH 4,0-10,5.
Namun, pemanasan berkepanjangan
mengurangi viskositas dispersi. Stabilitas
bakteriologis dispersi guar gum dapat
ditingkatkan dengan penambahan campuran
0,15% methylparaben dan 0,02%
propylparaben sebagai pengawet. Dalam
aplikasi makanan, asam benzoat, asam sitrat,
natrium benzoat, atau asam sorbat dapat
digunakan.

Penyimpanan : Guar gum bubuk harus disimpan dalam


wadah tertutup baik di tempat yang sejuk
dan kering.

Inkompakbilitas : guar gum kompatibel dengan


kebanyakan hidrokoloid tanaman lain seperti
tragakan. Hal ini tidak sesuai dengan aseton,
etanol (95%), tanin, asam kuat, dan basa. ion
borat, jika hadir dalam air menyebar, akan
mencegah hidrasi guar gum. Namun,
penambahan ion borat untuk guar gum
terhidrasi menghasilkan gel struktural
kohesif dan hidrasi lebih lanjut kemudian
dicegah. Gel yang terbentuk dapat dicairkan
dengan mengurangi pH di bawah 7, atau
dengan memanaskan.

Kegunaan : pengental untuk lotion ( hingga 2.5 %)

1.3.7 Triethanolamine (TEA)

Pemerian : Cairan kental yang jelas, tidak berwarna


kuning pucat berwarna memiliki bau amonia
sedikit. Ini adalah campuran dari basis,
terutama 2,20,200-nitrilotriethanol,
meskipun juga mengandung 2,20-
iminobisethanol (dietanolamina) dan jumlah
yang lebih kecil dari 2- aminoethanol
(monoethanolamine).

Stabilitas : Triethanolamine dapat berubah coklat pada


paparan udara dan cahaya. 85% kelas
trietanolamin cenderung stratifikasi bawah
158C; homogenitas dapat dikembalikan
dengan pemanasan dan pencampuran
sebelum digunakan.

Penyimpanan : Triethanolamine harus disimpan dalam


wadah kedap udara terlindung dari cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas:Triethanolamine adalah amina tersier yang


mengandung gugus hidroksi; ia mampu
menjalani reaksi khas amina tersier dan
alkohol. Triethanolamine akan bereaksi
dengan asam mineral untuk membentuk
garam kristal dan ester. Dengan asam lemak
lebih tinggi, trietanolamina membentuk
garam yang larut dalam air dan memiliki
karakteristik sabun. Triethanolamine juga
akan bereaksi dengan tembaga untuk
membentuk garam kompleks. Perubahan
warna dan curah hujan dapat terjadi di
hadapan garam logam berat.

Triethanolamine dapat bereaksi dengan


reagen seperti tionil klorida untuk
menggantikan gugus hidroksi dengan
halogen. Produk reaksi ini sangat beracun,
menyerupai mustard nitrogen lainnya.

Kegunaan : Fase Air (2 4 %)

1.3.8 Paraffin Liquidum

Pemerian : Cairan kental dan tidak berasa, tembus,


tidak berwarna, atau putih. Rasanya sedikit
berminyak untuk menyentuh dan dapat
menunjukkan patah getas.

Stabilitas : Parafin stabil, meskipun berulang mencair


dan congealing dapat mengubah sifat fisik.

Inkompakbilitas : -

Kegunaan : Topical Lotion 1 -20%

1.3.9 Aquadestilata

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna dan tiudak


berbau

Penyimpana : dalam wadah tertutup baik

II. Formulasi

R/ Amoxcillin 150mg

Asam Stearat 1%

TEA 2%

Parrafin liq 5%

Cetil Alkohol 3%

Gliserin 20%

Metil Paraben 0.02%

Propyl Paraben 0.01%

Guar Gum 2.5%

Aquadestilata ad 100ml
III. Perhitungan

1 Amoxcillin = 0.15gr = 0.15 x 50 = 7.5gr

2 Asam Stearat = 1 x 100 = 1 x 50 = 50gr


100
3 TEA = 2 x 100 = 2 x 50 = 100ml
100
4 Parrafin Ha = 5 x 100 = 5 x 50 = 250ml
100
5 Cetyl Alcohol = 3 x 100 = 3 x 50 = 150gr
100
6 Gliserin = 20 x 100 = 20 x 50 = 1000ml
100
7 Metil Paraben = 0.02 x 100 = 0.02 x 50 = 1gr
100

8 Propil Paraben = 0.01 x 100 = 0.01 x 50 = 0.5gr


100
9 Guar Gum = 2.5 x 100 = 2.5 x 50 = 125gr
100
10 Aquadestilata = 100 (0.15+1+2+5+3+20+0.02+0.01+2.5)
= 100 33.68
= 66.3 ml x 50
= 3316ml

IV. Prosedur Pembuatan

A Alat
Spatel, neraca analitik, tube, gelas ukur, penangas air, mixer, gelas
ukur, beaker glass.
B Bahan
Amoxcillin, asam stearate, TEA, paraffin kaveton, ceril alcohol
gliserin, methyl paraben, propil paraben, guar gum, aquadestilata.
C Pembuatan
Semua obat disiapkan dan ditimbang. Fase minyak yaitu asam
stearate, ceril alcohol dan paraffin dilebur. Fase air yaitu TEA, gliserin
dan air dicampurkan fase minyak kedalam fase air dan diaduk
homogeny pada suhu 70 C, dinginkan sekitar suhu 40 C. Methyl
paraben, propyl paraben, gum guar & amoxicillin dimasukan hingga
homogen.

V. Evaluasi Sediaan

A Organoresis
Pemeriksaan meliputi berikut, warna dan bau yang diamati secara
visual.
B Homogenitas
Pemeriksaan dengan cara meletakkan sediaan diantara dua kaca, lalu
diperhatikan adanya partikel kasar/ tidak.
C PH
Pemeriksaan PH diawali dengan melakukan kalibrasi PH meter dengan
larutan dapat PH y, y, dan y PH meter dicelupkan kelotion kemudian
dicatat nilai PH yang didapat.

D Sedimentasi
Pemeriksaan dengan cara menempelkan millimeter pada botol bening,
kemudian setiap selama pengujian dicek dan diukur sedimen yang
terbentuk dihitung nilai sedimentasi.

E Viskositas
Diukur menggunakan viscometer bloodfield, dicelupkan ke dalam
sediaan dengan RPM 3 menggunakan spindle tertentu dihitung nilai
viskositas yang didapat.

*catatan pengujian evaluasi dilakukan pada T24, T45 dan T72

VI. Kemasan
LABORATORIUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

DEXAMETHASONE SODIUM PHOSPHATE

Nama : Deni / A 141 032

Reguler Pagi A / Kelompok A

Zat Aktif : Dexamethasone Sodium Phosphate


Jumlah Sediaan : 10gram (10 tube)
Dosis : 0,05 %

I PREFORMULASI
1.1 Nama Zat Aktif : Dexamethasone Sodium Phosphate
Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak


kuning, tidak berbau atau atau agak
berbau etanol,sangat higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol (95%), sangat sukar larut
dalam dioksan, tidak larut dalam
kloroform dan eter.
Titik Leleh : 245 C
pH : 7,5
( FI IV, hlm 289
Inkompatibel : Partikel diamati dalam waktu 2 jam ketika 1
mL dexametason natrium komersial phospat
injeksi dicampur dengan 5 ml air steril dan
1mL larutan injeksi komersial baik
proklorperazin edistate atau hidrocloride
vanocomycin.
(Martindal hal.469 )

Sediaan yang ada di pasaran : Dexaton 5mg


(ISO.Volume 46.20011-2012. hal 289)

Dosis yang ditentukan : 0,005 gram

2 Informasi Aspek Farmakologi


Kortikostreoid berinteraksi dengan protein reseptor spesifik pada
jaringan target untuk mengatur ekspresi gen yang responsif terhadap
kortikosteroid sehingga mengubah kadar dan susunan protein yang
disintesin oleh berbagai jaringan target. Efek kortikosteroid sangat
banyak dan berkembang luas, termasuk perubahan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lipid. Pemeliharan fungsi nomal sistem
kardiovaskular, sistem imun, ginjal, otot rangka, sistem endokrin, dan
sistem saraf.
( Farmakologi dan Terapi, edisi 5 hal.977)
3 Zat Tambahan
1 Lanolin
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna
kuning; bau khas
Kelarutan : Tidak larut dalam air; dapat bercampur dengan air
lebih-. kurang 2 kali beratnya; agak sukar
larut dalam etanol dingin; lebih larut dalam
etanol panas; mudah larut dalam eter, dan
dalam kloroform.

Stabilitas : Mudah teroksidasi selama penyimpanan


pH :6
Kegunaan : sebagai basis salep
(Farmakope Indonesia edisi IV halaman 57)
2 Vaselin Album
Pemerian : Massa lunak, lengket, putih atau kekuningan pucat,
massa berminyak transparan dalam lapisan
tipis setelah didinginkan pada suhu 0oC.
Kelarutan : tidak larut dalam air ; sukar larut dalam etanol
dingin atau panas dan dalam etanol mutlak
dingin ; mudah larut dalam benzene ; dalam
karbon disulfida, dalam kloroform ; larut
dalam heksan dan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
Titik Leleh : 380 60oC .
Penyimpanan : disimpan pada wadah kedap udara, terlindung
cahaya dan tahan korosi.
Kegunaan : sebagai basis salep
(Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1312)
3 Vitamin E
Struktur :

Pemerian : cairan minyak, kental, bening, tidak


berwarna atau coklat kekuningan.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
aseton, etanol, eter dan minyak sayur
Stabilitas : teroksidasi lambat oleh oksigen atmosfer dan cepat
teroksidasi dengan adanya besi dan garam
perak.
Inkompetible : Dengan peroksida dan ion logam terutama besi,
tembaga, dan perak. Tocopherol terabsorpsi
dalam plastik.
Kegunaan : sebagai antioksidan
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 32)
4 Methyl Paraben
Struktur :

Pemerian : serbuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, dan


memiliki sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : larut dalam etanol (95%), eter, gliserin, air, dan
propilenglikol, praktis tidak larut dalam
lemak atau minyak mineral.
Stabilitas : pada pH 3 6 stabil sampai 4 tahun penyimpanan
pada suhu kamar, teapi pada pH 8 dapat
menghidrolisis secara cepat.
pH : 4-8
Titik Leleh : 125 -128C
Kegunaan : antimikroba/pengawet 0,02-0,3%
Penyimpanan: disimpan dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk
dan kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 441 - 444 )

5 Propil Paraben
Struktur :

Pemerian : serbuk kristal,


berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : mudah larut dalam aseton dan eter, etanol
(95%), sukar larut dalam glyserin, dan dalam
air panas.
Stabilitas : pada pH 3 6 stabil sampai 4 tahun penyimpanan
pada suhu kamar, teapi pada pH 8 dapat
menghidrolisis secara cepat.
pH : 4-8
Titik Leleh : 295C
Kegunaan : antimikroba/pengawet 0,01-0,6%
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 596-598 )
6 Paraffin Liquidum
Pemerian : transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak
berflourosensi tidak berasa dan tidak berbau
ketika dipanaskan.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95 %, gliserin dan
air ; larut dalam jenis minyak lemak hangat
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Titik Leleh : 47 - 65C
Kegunaan : Basis Salep
Penyimpanan: Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering
dan sejuk.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed.6, halaman 446)
II Formulasi/Teknik Pembuatan
a Formula yang akan dibuat :
R/ Dexamethason sodium phospat
setara dengan Dexamethason phospat 0,05%
Lanolin 10%
Vaselin album 20%
Vitamin E 0,005
Methyl Paraben 0,15%
Propil Paraben
0,15%
Paraffin liquidum ad 10

IIIPERHITUNGAN
1 Perhitungan
0,05
Dexamethasone phosphate : 100 x 10 = 0,005 gram

10
Lanolin : 100 x 10 = 1 gram

20
Vaselin Album : 100 x 10 = 2 gram

Vitamin E : 0,005 gram


0,15
Methyl Paraben : 100 x 10 = 0,015 gram

0,15
Propil Paraben : 100 x 10 = 0,015 gram

Paraffin Liquidum : 10 (0,005 + 0,005 + 2 + 0,015 + 0,015 +1) = 7,96


gram
2 Penimbangan
Dexamethasone phosphate : 0,005 gram x 10= 0,05 gram
Lanolin : 1 gram x 10 = 10 gram
Vaselin Album : 2 gram x 10 = 20 gram
Vitamin E : 0,005 gram x 10= 0,05 gram
Methyl Paraben : 0,015 gram x 10= 0,015 gram
Propil Paraben : 0,015 gram x 10= 0,015 gram
Paraffin Liquidum : 7,96 gram x 10 = 79,6 gram

IV. PROSEDUR PEMBUATAN


1 Disiapkan alat-alat yang diperlukan, disterilkan alat-alat yang akan
dignakan.
2 Ditimbang dexamethasone phosphat dan zat tambahan sesuai dengan yang
dibutuhkan dan dilakukan pada kondisi steril.
3 Dilebur vaselin album, lanolin dan paraffin liquid dalam penangas air
pada suhu 75o C.
4 Setelah dilebur ditambahkan methyl paraben, propil paraben, kemudian
diaduk homogen.
5 Kemudian ditambahkan vitamin E diaduk homogen.
6 Terakhir ditambahkan dexamethasone phosphate lalu diaduk homogen.
7 Dimasukan kedalam tube.
8 Dikemas.

V PROSEDUR EVALUASI
1 Organoleptis
Sediaan yang telah jadi kemudian diamati secara organoleptis
meliputi warna, bau, bentuk pada waktu 0jam, 24jam, 48jam, 72jam.
2 pH
Sediaan yang telah jadi kemudian diamati pH dengan
menggunakan pH meter atau pH universal.
3 Homogenitas
Sediaan salep yang telah jadi dioleskan pada kaca objek, lalu
diratakan tipis-tipis kemudian diamati homogenitas dari salep tersebut.
4 Viskositas
Sediaan yang telah jadi dilakukan uji viskositas dengan menggunakan
Viskometer Brookfield.
5 Uji Mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel
didalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga
sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari
spesimen mikroba tertentu. Spesimen uji biasanya terdiri dari
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Salmonella. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 1 mL dari tidak
kurang enceran 10-3 biakan mikroba berumur 24 jam kepada
enceran pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat 7,2, Media fluid
Soybean-Casein Digest atau Media Fluid Lactose Medium) dan
diuji sesuai prosedur (Depkes RI, 1995).
6 Uji Kebocoran
Pilih 10 tube salep mata, bersihkan dan keringkan permukaan luar
tube. Letakkan tube dengan posisi horizontal diatas lembaran keratas
penyerap dalam oven pada suhu 60 derajat Celcius + 3 selama 8 jam
Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama pengujian terjadi.
Syarat : Tidak satupun tube yang bocor, dan jika ada satu tube yang
bocor, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan . Dari 30 tube Tidak
lebih dari satu tube yang bocor.

7 Ukuran Partikel
Sediaan salep yang telah jadi dioleskan dalam kaca objek,
kemudian dicek ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop

V KEMASAN

Efek Samping : Mfg : 11 Januari 2017


Glaucoma, kerusakan saraf Exp. Date : 11 Januari 2020
mata.
Dosis : No. Batch : D03503433
1 tetes tiap 4 jam sekali No. Reg : DKL1734533A1

DEXTROL
0,05% Sodium Posphate
Dexamethasone
K
Salep Mata
Netto : 10 gram Tiap gram mengandung :
ARTURO FARMA Dexamethasone
Sodium Posphate.. 0,05%

Indikasi :
Peradangan pada mata disertai dengan infeksi bakteri.
Kontra Indikasi :
Infeksi mycobacterial pada mata

DEXTROL
0,05% Sodium Posphate
Dexamethasone
K
Salep Mata
Netto : 10 gram Tiap gram mengandung :
ARTURO FARMA Dexamethasone
Sodium Posphate.. 0,05%

DEXTROL
0,05%
Dexamethasone Sodium Posphate
Salep Mata
K
Netto : 10 gram Tiap gram mengandung :
ARTURO FARMA Dexamethasone
Sodium Posphate.. 0,05%

DEXTROL
Komposisi:

Tiap 10 gram mengandung:


Dexamethasone Natrium Phosphate...... 0,05%

Aturan pakai :
Dioleskan sehari satu tetes tiap 4 jam
Indikasi :
Peradangan pada mata disertai infeksi bakteri
Kontraindikasi :

Infeksi mycobacterial pada mata


Efek Samping:

Glaucoma, kerusakan saraf mata


Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 25 0C

Jenis : Salep Mata

Produsen : PT. ARTURO FARMA

Mfg : 11 Januari 2017

Exp. Date : 11 Januari 2020

No. Batch : D0303433

No.Reg : DKL1734533A1

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Mc Evoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information. American Society of Health
System Pharmacists, US.
Parfitt, K. 1999. Martindale The Complete Drug Reference. 32rd edition.
Pharmaceutical Press, Taunton, Massachusetts, USA.
Rowe, R.C., Sheskey, J.P., Marian, E.Q. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th edition. American Pharmaceutical Association,
London, Chicago.

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
LATIHAN UJIAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI
FORMULASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID
SEMESTER V 2014

Sheli Marshelina
A 141 022
Zat Aktif : Estradiol Vaginal
Bentuk Sediaan : krim
JUMLAH SEDIAAN YANG AKAN DIBUAT : 100 tube
Dosis : 0,01 %
I PREFORMULASI
I.1 Nama Zat Aktif : Estradiol
Struktur :

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur; putih atau putih-


krem; tidak berbau; stabil diudara; higroskopis
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol,
dalam aseton, dalam dioksan; dalam klorofom, dan
dalam larutan alkali hidroksida tertentu; agak sukar
larut dalam minyak nabati
(farmakope V, buku I)
Sediaaan yang ada dipasaran : Estrace
Dosis yang ditentukan : 0,01%
Penggunaan Terapi : Untuk pemakaian lokal
I.2 Informasi Aspek Farmakologi :

A. Absorbsi

Diserap malalui kulit, selaput lendir, dan saluran pencernaan.


B. Distribusi

Estrogen secara luas didistribusikan dalam tubuh dan umumnya


ditentukan dalam konsentrasi tinggi dalam seks sasaran hormon organ.
Estrogen beredar dalam darah terutama terikat hormon seks
globulin mengikat (SHBG) dan albumin.

C. Metabolisme
Eksogen estrogen dimetabolisme dalam cara yang sama seperti
estrogen endogen. Beredar estrogen ada dalam keseimbangan dinamis
dari interconversion matabolik. Transformasi ini berlangsung terutama
dihari. Estradiol diubah reversibel untuk estrone, dan keduanya dapat
dikonversi ke estriol, yang merupakan metabolit kemih utama.
Estrogen juga menjalani resirkulasi enterohepatik via sulfat dan
glukuronida kunjugasi dihati, sekresi konjugat kedalam usus, dan
hidrolisis dalam usus diikuti oleh reabsorpsi. Pada wanita menopause,
proporsi yang signifikan dari estrogen beredar ada sebagai konjugat
sulfat, terutama estron sulfat, yang berfungsi sebagai reservior beredar
untuk pembentukan esrtogen lebih aktif.

D. Eliminasi
Estron, dan estriol dieksresikan dalam urin bersama dengan
glukuronida dan sulfat konjugat.

I.3 Zat Tambahan

A. Cera Alba

Rumus Kimia : C11H12Cl

Pemerian : Padatan putih kekuningan; sedikit tembus cahaya


dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan
bebas bau tengik

Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam


etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan
as.serotat dan bagian dari mirisin, yang merupakan
kandungan malam putih. Larut sempurna dalam
klorofom dan eter, dalam minyak atsiri. Sebagian
larut dalam benzena dingin dan dalam karbon
disulfida dingin. Pada suhu lebih kurang 30
larut sempurna dalam benzena, dan dalam
karbon disulfida

Kegunaan : Basis krim

B. Propilenglikol

Rumus Kimia : C3H8OH

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,


praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab
Kelrutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam
beberapa minyak essensial, tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak

Kegunaan : Humektan

OTT : Dengan pengoksidasi seperti potassium


permanganat

C. Na Lauril Sulfat

Rumus Kimia : C12H25

Pemerian : Hablur kecil berwarna putih atau kuning muda


agak baerbau khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air; membentuk larutan


opalesen

Kegunaan : Surfaktan

OTT : dengan surfaktan kationik, garam alkaloid dan


garam potassium

Stabilitas : Stabil dalam kondisi penyimpanan normal, dalam


larutan dengan pH 2,5 kurang akan mengalami
hidrolisi

D. Metilparaben

Rumus Kimia : C8H8O3

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna/ serbuk hablur, putih


tidak berbau ata berbau khas lemah; mempunyai
sedikit rasa terbakar

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam


karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter

Kegunaan : Pengawet

E. Stearilalkohol

Rumus Kimia :
Pemerian : Butiran atau potongan, lian, putih, bau khas lemah,
tawar

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) p


dan dalam eter p

Kegunaan : Emulgator

II FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN


a Formula yang akan dibuat
Estradiol 0,01%
Propilenglikol 15%
Cera Alba 1.5%
Na Lauril Sulfat 0.5%
Metilparaben 0.18%
Stearilalkohol 1.5%
Aquadest ad

III PERHITUNGAN
0,01
Estradiol 100 x 40 gram = 0,004 g x 100 tube = 0,4

15
Propilenglikol 100 x 40 gram = 6 ml x 100 tube = 600

ml
1.5
Cera Alba 100 x 40 gram = 0,6 g x 100 tube = 60

0,5
Na Lauril Sulfat 100 x 40 gram = 0,2 g x 100 tube = 20

0,18
Metilparaben 100 x 40 gram = 0,072 g x 100 tube = 7.2

1,5
Stearilalkohol 100 x 40 gram = 0,6 g x 100 tube = 60

Aquadest 40 g ( 0,004+6+0,6+0,2+0,072+0,6)
= 40 7.476
= 35.524 x 100 tube = 3,552.4

IV PROSEDUR PEMBUATAN
Semua alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih
dahulu lalu ditimbang semua bahan yang akan digunakan. Kemudian
dilebur fase minyak yaitu cera alba, metilparaben, estradiol dan
sterailalkohol pada suhu 70-75 kemudian dilebur fase air yaitu PPG,
Na lautil sulfat pada suhu yang sama dengan fase minyak. Kemudian fase
air ditambahkan sedkit demi sedikit secara perlahan lahan kedalam fase
minyak kedua fase temperatur harus sama, lalu dimasukan sisa air sediit
demi sedkit kedalam campuran tersebut sambil diaduk sampai tercampur
lalu setelah sediaan jadi dimasukan kedalam kemasaln lalu dilakukan
evalusi.

V EVALUASI SEDIAAN
a Prosedur Evaluasi
1 Organileptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
warna, rasa dan tekstur sediaan.

2 pH
Evaluasi pH mengunakan alat pH meter, terlebih dahulu
menggunakan asam, basa dan netral sebelum digunakan. Kemudiaan
tes sample menggunkan pH meter, setelah digunakan dibersihkan
dengan aquadest sampai bersih dan jangan tersentuh oleh tangan

3 Homogenitas
Sediaan yang sudah jadi dioleskan pada kaca arloji bila tampak ada
serbuk atau granul maka sediaan tidak homogen apanila pada kaca
arloji tidak ada granul atau serbuk maka sediaan homogen

4 Viskositas
Pengujian viskositas menggunkan brookfield viskometer yang
dilakukan dengan cara pasang spindel yang sesuai lalu celupkan dalam
sediaan lalu dicatat hasilnya. Viskositas sediaan krim yang sesuai
dengan persyaratan adalah 2000-50000 cps

5 Uji Keamanan
Dilakukan untuk mengatahui adanya ritasi atau tidaknya pada kulit
yang dilakukan dengan melibatkan 10 penelis atau sukarelawan yang
mengoleskan sediaan krim sebanyak 50mg pada punggung tangan
dengan luas area 2cmx2cm lalu amati gejala yang timbul setelah 15,30
da 45 menit setelah pemakaian sediaan krim

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi IV. 1995. Jakarta

Reynolds, James. EF. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeld.


London: The Pharmacetrical Press

Rowe, R.C, shebkey, P.J, and Quinn, M.E. 2009. Handbook Of


Pharmacetical Excipients, sixth edition. London: Pharmacetical
Press and American Pharmacists Association

KEMASAN
BROSUR
ESTROCREAM

Estradiol vaginal 001%

KOMPOSISI

Tiap 40 g Estrocream mengandung estradiol


0,01%

CARA KERJA

Cara kerja estrogen di mediasi oleh reseptor estrogen, reseptor ini merupakan protein inti sel yang akan berikatan dengan
DNA dan mengatur ekspresi gen. Secara pasif (difusi) hormon estrogen dapat dengan mudah masuk ke dalam sel melewati
sel membran dan kemudian berikatan dengan reseptor di dalam inti sel. Hormon estrogen juga dimiliki oleh laki-laki, tetapi
dalam jumlah yang lebih sedikit. Pada perempuan hormon estrogen akan merangsang kematangan karakteristik organ
reproduksi sekunder seperti buah dada, penebalan dari endometrium, munculnya rambut pubis, dan pematangan sel telur.
Pada laki-laki hormon estrogen berperan dalam maturasi atau pematangan sperma, dan juga berperan dalam mempengaruhi
libido seseorang.

INDIKASI

Diindikasikan dalam pengobatan vulva dan vagina atrofi

KONTRAINDIKASI

Tidak boleh digunakan pada wanita dengan salah satu kondisi berikut: perdarahan kelamin yang abnormal yang tidak
terdiagnosis. Dikenal, diduga, atau riwayat kanker payudara. Diketahui atau diduga neoplasia estrogen-dependen. Ttidak
boleh digunakan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap bahan-bahan. Diketahui atau diduga hamil. Tampaknya ada
sedikit atau tidak ada peningkatan risiko cacat lahir pada anak-anak yang lahir dari ibu yang telah menggunakan estrogen
dan progestin dari kontrasepsi oral secara tidak sengaja selama awal kehamilan

EFEK SAMPING

Pembengkakan dan nyeri pada payudara, sakit kepala, mual, sakit perut dan perut, perubahan suasana hati, menurunnya
libido, perubahan berat badan, pendarahan dari vagina

No. Batch : M61253001


No. Reg : DKL1600100153A1
Mnf Date : 12 Januari 2017
Exp Date : 12 Januari 2021
Herman Susanto

A141001

ORAL SOLUTION AMPRENAVIR

1 PREFORMULASI
1 Nama Zat Aktif : Amprenavir
Struktur : C25H35N3O6S

Pemerian : Krim berwarna putih hampir padat


Kelarutan : Larut dalam 0.04mg/mL air ( sukar larut dalam air)
pH : 6.8
stabilitas : termodinamika dari polimorf amprenavir stabil
pada suhu normal (suhu ruangan) dan tidak higroskopis
sediaan yang di pasaran : Agenerase
Dosis yang ditentukan : 15mg/mL
Penggunaan terapi (alasan) : amprenavir digunakan untuk terapi
infeksi HIV-1 dengan kombinasi agen antiretroviral lainya
Alasan pemilihan bentuk sediaan : oral solution amprenavir digunakan
jika pasien tidak bisa mentolerir pada sediaan amprenavir kapsul
Martindale The Complete Drug Reference 36 edition 865-866
American Society for Microbiology Vol 43, No.7

2 Informasi Aspek Farmakologi


Amprenavir adalah HIV-protease inhibitor antivirus dengan
aktivitas terhadap HIV. Hal ini digunakan dalam pengobatan HIV
infeksi dan AIDS, resistensi virus muncul cepat ketika amprenavir
digunakan sendiri, dan oleh karena itu digunakan dengan dengan ARV
lain. Amprenavir selektif, kompetitif, inhibitor reversibel HIV-1 dan
HIV-2 protease, mengganggu pembentukan protein virus yang penting
untuk membuat mereka mampu menginfeksi sel-sel lain.
mengembangkan resistensi virus cepat ketika HIV-protease inhibitor
yang diberikan itu sendiri dan karena itu mereka digunakan dengan
ARV lain. Resistansi silang antara HIV-PI mungkin terjadi, tetapi HIV-
resistansi silang antara protease inhibitor dan reverse transcriptase
inhibitor adalah dianggap tidak mungkin. Mekanisme resistensi
terhadap amprenavir mungkin berbeda dari HIV-protease lainnya
inhibitor.
Farmakokinetiknya, Amprenavir cepat dan baik diserap dari
saluran pencernaan saluran setelah dosis oral. penyerapan terganggu
oleh konsumsi dengan makanan tinggi lemak. Amprenavir kapsul dan
larutan oral tidak bioekuivalen; bioavailabilitasya sekitar 14% lebih
rendah dari larutan oral. Konsentrasi plasma puncak mencapai 1
sampai 2 jam setelah dosis tunggal. Kadarnya sekitar 90% terikat pada
protein plasma.
Martindale The Complete Drug Reference 36 edition 865-866

3 Zat Tambahan : D-alpha tocopheryl polyethylene glycol 1000


succinate (TPGS)
Rumus kimia :

Pemerian : Padatan granul seperti lilin berwarna putih hingga coklat,


tidak berasa
Kegunaan dalam formula : solubilizing agent (agen memperbaiki
kelarutan), antioksidan
pH : 4.5 - 7.5
Stabilitas : Stabil pada suhu ruangan
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6 hal.764
4 Zat Tambahan : Polipromipenglikol
Rumus kimia :
Pemerian : Carian agak kental, jernih dan berbau khas
Kegunaan dalam formula : Pengental
pH : 4 -7
Stabilitas : Stabil Pada udara dan larutan, higroskopis, tidak
mendukung pertumbuhan bakteri
Bobot Molekul : 190 - 210
Viskositas : 39.9 mm2/s (cst)
Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6 hal.517

5 Zat Tambahan : Polietilen glikol 400


Rumus kimia :

Pemerian : Carian agak kental, jernih dan berbau khas


Kegunaan dalam formula : Pengental
pH : 4 -7
Stabilitas : Stabil Pada udara dan larutan, higroskopis, tidak
mendukung pertumbuhan bakteri
Bobot Molekul : 380 - 420
Viskositas : 90 mm2/s (cst)
Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6 hal.517

6 Zat Tambahan : Kalium Acesulfame


Rumus kimia :

Pemerian : Serbuk Kristal, manis, tidak berwarna hingga berwarna


putih, tidak berbau
Kegunaan dalam formula : Pemanis
pH : 5.5 7.5
Stabilitas : Stabil hingga suhu 400C
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Handbook of Pharmaceutical Excipints ed.6 hal.3

7 Zat Tambahan : Asam sitrat


Rumus kimia :

Pemerian : Kristal tidak berwarna hingga berwarna putih, tidak berbau,


rasa asam
Kegunaan dalam formula : Pengatur pH, perasa
pH : 2.2
Stabilitas : Kristal kehilangan air pada suhu 400C, dalam kondisi
larutan, memungkinkan untuk berfermentasi
Kelarutan : larut dalam 1 bagian air
Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6 hal.181

8 Zat Tambahan : Natrium Sitrat


Rumus kimia :

Pemerian : Kristal monokinik, tidak berbau, berwarna putih


Kegunaan dalam formula : Pengatur pH
pH : 7 - 9
Stabilitas : Mencair pada suhu lembab, membentuk Kristal air pada
suhu udara yang kering
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air
Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6 hal. 641

9 Zat Tambahan : Menthol


Rumus kimia :
Pemerian : Serbuk Kristal, tak berwarna, bau dan rasa khas
Kegunaan dalam formula : corigens saporis dan corigens odoris
pH : 6
Stabilitas : disimpan dalam wadah tertutup pada temperatur 250C
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, mudah larut dalam
gliserin
Handbook of Pharmaceutical Excipints ed.6 hal.433

2 FORMULASI
1 formula yang akan dibuat
Amprenavir 15 mg/mL
D-alpha tocopheryl polyethylene glycol 1000 succinate (TPGS) 46
mg/mL
Poliprepilwnglikol 550 mg/mL
PEG 400 170 mg/mL
Kalium Acesulfame 5 mg/mL
Asam sitrat 0.3%
Natrium sitrat 0.3%
Menthol 0.01%
Aquadest ad 200 mL

3 PERHITUNGAN
Amprenavir 15 mg x 200 = 3000 mg
TPGS 46 mg x 200 = 9200 mg
PEG 400 170 mg x 200 = 34000 mg
Propilenglikol 550 mg x 200 = 110000 mg
Kalium Acesulfame 5 mg x 200 = 1000 mg
Asam sitrat 0.3/100 x 200 = 600 mg
Natrium sitrat 0.3/100 x 200 = 600 mg
Menthol 0.01/100 x 200 = 20 mg
Aquadest 200 (3+9.2+110+34+1+0.6+0.6+0.02) = 158.42

PENIMBANGAN
Amprenavir 3 g x 1000 = 3000 g
TPGS 9.2 g x 1000 = 9200 g
PEG 400 34 g x 1000 = 34000 g
Propilenglikol 110 g x 1000 = 110000 g
Kalium Acesulfame 1 g x 1000 = 1000 g
Asam sitrat 0.6 g x 1000 = 600 g
Natrium sitrat 0.6 x 1000 = 600 g
Menthol 0.02 x 1000 = 20 g
Aquadest 158.42 g x 1000 = 158420 ml

4 PROSEDUR PEMBUATAN
TPGS dilarutkan dalam aquadest kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit amprenavir, campurkan propilenglikol dan PEG 400 kemudian
tambahkan menthol sedikit demi sedikit. Kalium acesulfame dilarutkan
dalam air, begitu juga dengan asam sitrat dan natrium sitrat
Larutan PEG dan menthol dicampur dengan larutan kalium acesulfame,
larutan asam sitrat dan natrium sitrat diaduk hingga homogen tambahkan
larutan TPGS dan amprenavir, aduk ad homogen dan tambahkan aquadest.
Dikemas dan evaluasi
5 EVALUASI SEDIAAN
1 Evaluasi Organoleptis
Pengujian dilakukan dengan mengamati warna, bau, rasa dari sediaan
pada penyimpanan suhu rendah 5 c dan tinggi 35 c pada penyimpanan
masing masing 12 jam
2 Evaluasi Volume Terpindahkan
Dipilih 30 wadah secara acak, tuang perlahan tiap wadah kedalam
gelas ukur terpisah yang telah kering dan dikalibrasi. Volume rata-rata
larutan yang diperoleh Dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
tertera pada etiket. Volume rata-rata 30 wadah tidak kurang dari 100%
dari volume yang tertera pada etiket dan tidak lebih dari satu dari 30
wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% seperti
yang tertera pada etiket.
3 Evaluasi Homogenitas
Larutan dalam botol dikocok dan diamati warna dan kejernihan.
4 Evaluasi pH
Larutan diukur pH dengan pH meter
5 Evaluasi Viskositas
Larutan diukur viskisitas dengan viscometer brookfield
6 Evaluasi Berat Jenis
Dilakukan dengan menggunakan piknometer yang bersih dan kering,
ditimbang bersama tutupnya kemudian piknometer diisi sediaan oral
solution hingga tidak ada gelembung udara kemudian hitung BJ.
7 Evaluasi Volume Sedimentasi
Dilakukan dengan menempelkan millimeter blok ke dinding botol dan
hitung volume sedimentasi pasa 0,15,30,60 menit sampai 24,48 dan 72
jam.
6 DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, edisi 4. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Niazi, Sarfarazel. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation Liquid Product vol. 3. London: CRC Press.
Rowe, C. Raymond, et all. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exepient, 6
edition. London: Pharmaceutical Press.
Sadler, Brian M. 1999. Safety and of Pharmacokinetics Amprenavir a HIV
type 1 Inhibitor Following Oral of Sugle Doses to HIV-Infeeted Adult.
America Society for Microbiologi: GSK Research California.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Refenence 36th
edition. London: Pharmaceutical Press.
Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh
Soewandhi S. N. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai