Ta Full
Ta Full
Teknik Lingkungan
Disusun Oleh:
LEMBARPENGESAHAN
Tugas Hkhir ini ciiajukanuntuk memenuhisalah satu syarat untuk mendapatkangelar
SarjanaTeknik pada ProgramStudiTeknikLingkunganJurusanTeknikSipil FakultasTeknik
Universitas
HasanuddinMakassar
Judul : "Pengaruh Tinggi Muka Air Terhadap Laju Resapan Untuk Jenis Tanah Liat
Berpasir Pada Model Drainase RamahLingkungan"
DisusunOleh :
Telahdiper iksa
dan disetujui
OlehDosenPembim bing
' Makassar,7 April 2015
P e m b i mb i nIg P e m b i m b i nlgl
T e kn i kS i p i l
Abstrak
Kota Makassar merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, letaknya yang berada di
wilayah pesisir membuatnya tidak terlepas dari bencana banjir. Berikut usaha mengatasi masalah
banjir yaitu dengan mengurangi genangan dengan sistem drainase efektif yang berwawasan
lingkungan, selain berfungsi menampung dan mengalirkan air juga meresapkan air ke lapisan
tanah. Untuk meresapkan air tersebut dibuat lubang pori di bagian dasar saluran drainase. Namun,
perlu dilakukan analisis pengaruh tinggi muka air terhadap laju resapan, kadar air dan koefisien
permeabilitas pada saluran drainase lingkungan ini. Dengan menggunakan model 1 berbentuk
kubus berukuran 40x40x50 dan model 2 berbentuk kubus berukuran 50x50x50 . Pada
model 2 dimasukkan tanah lempung berpasir kemudian dikompaksi hingga mencapai ketinggian
10 cm lalu pipa dengan dimensi tinggi 20 cm dan diameter 8 cm diletakkan tepat ditengah sebagai
pencetak lubang pori kemudian tanah ditambahkan dan dikompaksi hingga mencapai ketinggian
30 cm. Pasir dimasukkan ke dalam pipa lubang berpori lalu pipa diangkat kemudian model 1
diletakkan di atas tanah. Lubang model 1 harus sejajar dengan lubang pori. Model 1 diisi air
hingga ketinggian 15 cm dan dipertahankan tinggi muka airnya pada percobaan pertama,
ketinggian 20 cm percobaan kedua, dan ketinggian 25 cm percobaan ketiga. Air akan dialirkan
melalui lubang pori hingga meresap ke dalam tanah. Air yang meresap melewati tanah akan
dihitung debit infiltrasinya per 5 menit. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis laboratorium
pada penelitian ini adalah semakin besar tinggi muka air maka semakin tinggi infiltrasinya hingga
mencapai titik konstan.
Kata kunci: banjir, eko-drainase, lubang pori, tinggi muka air, infiltrasi, analisis laboratorium
Abstract
Makassar city is the capital of South Sulawesi province located in the coastal areas makes
it not separated from the flood. An attempt to overcome the floods problem is to reduce pool with
an effective eco-drainage system, except to accommodate and drain the water as well as water
absorbtion media into the soil. To absorb the water made a pore hole in the bottom of eco-
drainage. Thus, necessary to analyze the influence of water level on the infiltration rate, water
content and permeability coefficient. By using model cube 1 measuring 40x40x50 cm3 and model
cube 2 measuring 50x50x50 cm3. In model 2 included then compacted sandy loam soil until it
reaches height 10 cm and a pipe with dimensions height 20 cm and diameter 8 cm is placed right
in the middle as a printer pore hole. Added and compacted soil until reaches height 30 cm. Sand is
inserted into the pipe and lifted later model 1 is placed on the ground. Hole model 1 should be
aligned with the pore hole. Model 1 is filled with water until height 15 cm and maintained the
water surface level at the first trial, second trials height 20 cm, and third trials height 25 cm. Water
will flow through the pore hole. Water will absorb through the soil infiltration discharge calculated
per 5 minutes. Therefore, based on the results of laboratory analysis in this study was greater in
water level, the higher the rate of infiltration until it reaches a constant point.
Keywords: floods, eco-drainage, pore hole, water level, infiltration, laboratory analysis
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Pengaruh Tinggi Muka
Air Terhadap Laju Resapan Untuk Jenis Tanah Lempung Berpasir Pada
Model Saluran Drainase Ramah Lingkungan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Program Studi
bantuan dari pihak-pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Ungkapan
terima kasih penulis sampaikan secara tulus, mengingat tanpa bantuan mereka
penulis merasa kesulitan dan penyusunan tugas akhir ini tidak akan berjalan
1. Bapak Dr. Ing Ir. Wahyu Haryadi Piarah, M.S., M.E., selaku Dekan
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, M.T. selaku wakil Dekan I Fakultas
3. Bapak Dr. Ir. M. Arsyad Thaha, M.T., selaku Ketua Jurusan Sipil Fakultas
iv
4. Bapak Ir. H. Ahmad Bakri Muhiddin, MSc., Ph.D, selaku Sekretaris
5. Bapak Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik
6. Bapak Dr. Ir. M. Arsyad Thaha, M.T., selaku Pembimbing I yang atas
8. Bapak dan ibu dosen beserta civitas akademik Jurusan Sipil Fakutas
10. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Drs. H. Sudirman Ar dan Ibu Dra.
Hj. Ulfa Maryam Mustafa atas setiap kasih sayang, doa, pengorbanan dan
sekalian
11. Ibu Dr. Ir. Fenti Daud S. M.T, Ulfa Asrini Mustama, S.T, Andi Sitti
Khadijah, S.T, Ahmad Djaelani, S.T, Muh. Tasbih, S.T, Muh. Adlan,
Franita Leonard, S.T, Andi Elfina Wahyuni Rasyid,S.T, Hajrah, S.T, kak
v
Nur Effendi, S.T, dan kak Waode Sumartini, S.T, M.T, yang sudah
ini.
13. Bapak Sudirman S.T., selaku Kepala Laboratorium Mekanika Bahan yang
selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir dapat berguna bagi kita
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2) Lempung........................................................... II-17
3) Lanau ................................................................ II-18
b. Hubungan Tekstur Tanah dan Air .......................... II-18
5. Tekanan Air Pori di Atas Muka Air Tanah .................. II-22
6. Hukum Darcy dan Sifat-Sifat Tanah ............................ II-23
a. Konduktivitas Hidraulik ......................................... II-26
b. Nilai K .................................................................... II-28
viii
B. Pembahasan ........................................................................ IV-2
1. Kompaksi ..................................................................... IV-2
2. Debit Tertampung ........................................................ IV-6
3. Laju Resapan Air.......................................................... IV-7
4. Kadar Air...................................................................... IV-9
5. Koefisien Permeabilitas................................................ IV-11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 3.7 Tanah dan pasir dicampur kemudian diberi air............... III-8
Gambar 3.8 Sampel tanah liat berpasir ............................................... III-8
Gambar 3.9 Model kubus dua diletakkan di atas rangka besi............. III-9
Gambar 3.10 Pemasangan karet busa ................................................... III-9
Gambar 3.11 Pengisian sampel tanah ke dalam model kubus dua ....... III-9
Gambar 3.12 Ketebalan tanah 10 cm .................................................... III-10
Gambar 3.13 Peletakkan pipa ............................................................... III-10
Gambar 3.14 Ketebalan tanah 20 cm .................................................... III-10
Gambar 3.15 Pengisian pasir ................................................................ III-10
Gambar 3.16 Pipa diangkat................................................................... III-11
Gambar 3.17 Model kubus satu diletakkan di atas tanah...................... III-11
Gambar 3.18 Pengecekan rembesan ..................................................... III-12
Gambar 3.19 Pompa air ........................................................................ III-13
Gambar 3.20 Bak penampungan air...................................................... III-13
Gambar 3.21 Pipa.................................................................................. III-13
Gambar 3.22 Peralatan pengambilan data ............................................ III-14
Gambar 3.23 Proses pengumpulan data debit air.................................. III-16
Gambar 3.24 Proses pengumpulan data kadar air................................. III-16
Gambar 4.1 Grafik kompaksi.............................................................. IV-5
Gambar 4.2 Grafik debit tertampung tanah lempung berpasir............ IV-7
Gambar 4.3 Grafik laju resapan air dengan tinggi muka air yang
berbeda ............................................................................ IV-8
Gambar 4.4 Kadar air.......................................................................... IV-9
Gambar 4.5 Grafik hubungan koefisien permeabilitas (K) dengan
gradien hidraulik (I = ) ............................................... IV-12
xii
BAB I
PENDAHULUAN
yang berada di wilayah pesisir membuat Kota Makassar tidak terlepas dari
bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan
ini sampai saat ini belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik
Salah satu contoh pemanfaatan lahan yang tidak tertib di Kota Makassar
yaitu minimnya ruang terbuka hijau (RTH) sebagai areal resapan air. Penyebab
sampah, sehingga saluran tersumbat. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah
genangan dengan sistem drainase. Perlu adanya desain saluran drainase efektif,
I-1
mengalirkan air dari badan jalan tetapi sekaligus berfungsi sebagai media
pernyerapan air ke lapisan yang ada di bawahnya. Hal ini perlu sebagai salah satu
langkah preventif untuk mengurangi limpasan permukaan (run off) akibat debit air
yang telah direncanakan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meresapkan
air tersebut adalah dengan membuat lubang pori atau lubang resapan di sepanjang
mengetahui: jumlah, dimensi, dan bahan lubang pori yang efektif untuk
latar belakang ini, penulis mengangkat Tugas Akhir dengan judul Pengaruh
Tinggi Muka Air Terhadap Laju Resapan Untuk Jenis Tanah Lempung
B. Rumusan Masalah
1. Pengaruh tinggi muka air terhadap laju peresapan air kondisi tekanan air
2. Pengaruh tinggi muka air terhadap kadar air kondisi tekanan air konstan
I-2
3. Pengaruh tinggi muka air terhadap koefisien permeabilitas air kondisi
tekanan air konstan (constant head) pada jenis tanah lempung berpasir.
1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini, yaitu untuk menganalisis jumlah air yang
diresapkan ke dalam tanah lempung berpasir pada kondisi tekanan air konstan
(constant head).
2. Tujuan Penelitian
a. Pengaruh tinggi muka air terhadap laju peresapan air kondisi tekanan air
b. Pengaruh tinggi muka air terhadap kadar air kondisi tekanan air konstan
tekanan air konstan (constant head) pada jenis tanah lempung berpasir.
D. Batasan Masalah
1. Studi penelitian dilakukan hanya dengan satu kondisi air, yaitu air kondisi
2. Pada saluran drainase dengan kondisi tekanan air konstan (constant head)
I-3
menggunakan suhu dalam ruangan Laboratorium Bahan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin yaitu 27oc, 1 (satu) variabel jenis tanah yaitu tanah
lempung berpasir (pasir 66%, lanau 27%, dan lempung 7%), 3 (tiga) variabel
tinggi muka air yaitu 15 cm, 20 cm, dan 25 cm, dan 1 (satu) variabel dimensi
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan
dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah untuk mempersempit
ruang lingkup, serta sistematika penulisan laporan yang dipakai dalam tugas
penyusunan laporan Tugas Akhir agar dapat memberikan gambaran model dan
I-4
BAB III METODE PENELITIAN
bagan alir metode penelitian, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
data.
Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil analisis dari pembahasan yang telah
I-5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Umum
1. Hidrologi
merupakan komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan
utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan
faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan hidup
Hidrologi adalah disiplin ilmu yang sangat penting bagi manusia dan
lingkungannya.
pengelolaan air limbah dan air buangan, irigasi dan drainasi, pembangkit tenaga
II-1
sifat fisika dan kimia air tersebut interaksi air dengan lingkungannya, termasuk
interaksinya dengan mahluk hidup, khususnya manusia. Dalam hal ini, hidrologi
melingkupi semua ilmu tersebut di atas. Definisi yang lebih khusus adalah ilmu
yang mempelajari siklus hidrologi atau sirkulasi air antara permukaan bumi dan
2. Siklus Hidrologi
Susunan molekul air sangat sederhana. Dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen. H-O-Hatau ditulis dengan rumus H2O. Air juga punya sifat yang unik
yang memungkinkan berperan sebagai material yang universal. Salah satu sifat
khusus air adalah sangat mudah berubah wujud. Air dapat dijumpai di planet bumi
dalam tiga bentuk, yaitu padat, cair, dan gas. Ketiga wujud air ini berperan sangat
penting bagi siklus hidrologi. Apa sebenarnya siklus hidrologi itu? Siklus
II-2
hidrologi terjadi di dalam hidrosfer (hydrosphere). Hidrosfer adalah daerah
dimana terdapat air baik di atmosfer maupun di permukaan bumi. Siklus hidrologi
Siklus air merupakan fokus utama dari ilmu hidrologi. Laut merupakan
bumi memanaskan suhu air di permukaan laut, danau, atau yang terikat pada
permukaan tanah. Kenaikan suhu memacu perubahan wujud air dari cair menjadi
gas. Molekul air dilepas menjadi gas. Ini dikenal sebagai proses evaporasi
menjadi gas karena pemanasan oleh sinar matahari. Proses ini dikenal sebagai
membentuk awan (clouds). Kondensasi terjadi ketika suhu udara berubah. Air
akan berubah bentuk jika suhu berfluktuasi. Sehingga, jika udara cukup dingin,
terdistribusi ke seluruh penjuru dunia. Ketika awan sudah tidak mampu lagi
menampung air, awan melepas uap air yang ada di dalamnya ke dalam bentuk
presipitasi (precipitation), yang dapat berupa salju, hujan, dan hujan es.
II-3
mengalir melalui sungai menjadi debit sungai (streamflow) atau tersimpan di
permukaan tanah dalam bentuk danau (freshwater storage). Sebagian lagi masuk
ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (infiltration) dan sebagian lagi mengalir di
dalam lapisan tanah melalui aliran-air-tanah (sub surface flow). Pada lokasi
tertentu air yang mengalir di dalam lapisan tanah, ke luar sebagai mata-air (spring)
dan bergabung dengan aliran permukaan (surface run-off). Lebih jauh lagi, air
aliran air bawah tanah (groundwater flow). Siklus hidrologi ini berlangsung secara
kontinu untuk menyediakan air bagi mahluk hidup di bumi. Tanpa proses ini tidak
B. Kajian Khusus
1. Drainase
sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis
untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
tidak terganggu. Drainase dapat diartikan juga sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase menyangkut
tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah (Suripin, 2004).
II-4
a. Drainase Berwawasan Lingkungan
menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak lahan-lahan yang semula berupa
lahan terbuka dan/atau hutan berubah menjadi areal pemukiman atau industri. Hal
ini tidak hanya terjadi di kawasan perkotaan, namun sudah merambah ke kawasan
budidaya dan kawasan lindung, yang berfungsi sebagai daerah resapan air.
Dampak dari perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran
Akibat selanjutnya adalah distribusi air yang makin timpang antara musim
penghujan dan musim kemarau, debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan
menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan tidak hanya kerugian harta
menuntut bertambahnya kebutuhan air bersih yang sampai saat ini masih banyak
yang mengandalkan air tanah, baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam.
rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk membuang atau
mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan
air (pantai/laut, danau, situ, waduk dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin
banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat kenaikan debit
II-5
puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak. Berbeda dengan prinsip
lama, yaitu mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya,
2. Aliran Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah (UU
No. 7 Tahun 2004). Air permukaan yang mengalir disebut aliran permukaan atau
run-off.
air ke dalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi air mulai mengisi cekungan-
semua maka air dapat mengalir dengan bebas di atas permukaan tanah (Kodoatie,
2012).
Ada dua jenis aliran permukaan (surface run-off) yang terjadi selama
flow), terjadi jika besarnya hujan (intensitas hujan) yang jatuh atau salju yang
II-6
meleleh lebih besar dari kapasitas infiltrasi. Air yang tidak terinfiltrasi
Aliran ini umumnya teramati pada kejadian hujan deras dengan durasi
lempung atau pada kasus permukaan tanah yang telah termodifikasi karena
permukaan jenis ini sering disebut sebagai aliran Horton (Hortonian flow)
(Gambar 2.2).
jika lapisan tanah menjadi jenuh dan air tidak dapat lagi terinfiltrasi.
Umumnya terjadi pada hujan kecil hingga sedang dengan durasi panjang atau
kejadian hujan atau pelelehan salju yang beruntun. Tanah mungkin sudah
jenuh oleh kejadian hujan sebelumnya, sehingga tidak lagi dapat menampung
II-7
Aliran jenis ini dapat terjadi dimana saja selama tanah dalam keadaan basah.
Lebih khusus lagi pada daerah beriklim humid dengan topografi datar atau
lapisan tanah. Alat gali bio pori setipe alat bor tangan untuk mengambil sampel
dan panjang tongkat gali 1,00 sampai 2,00 meter dapat menggali tanah dengan
alat gali bio pori pada kedalaman rencana, kemudian lubang galian diisi pasir,
kerikil, atau sampah organik. Dengan jarak gali sekitar 1,00 sampai 2,00
Oleh sebab itu, pada penelitian ini didesain suatu sistem drainase efektif
II-8
upaya untuk meningkatkan volume resapan air ke dalam tanah. Model drainase ini
3. Infiltrasi
tanaman dan air tanah (groundwater) terisi kembali. Istilah infiltrasi dan perkolasi
digunakan untuk menyebut gerakan air antar lapisan di dalam tanah, sedang
Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk atau meresapnya
II-9
air dari atas permukaan tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam
tanah maka kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada
kondisi kapasitas lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah
antara (interflow) dan aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang
berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke
samping dan ke atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh
Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk ke
dalam tanah dalam suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada
suatu tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat
tertentu laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju
karena tanah (soil) belum jenuh air (saturated), terutama setelah musim kemarau
yang panjang. Penutup lahan (land coverage) yang berupa vegetasi akan
dan juga sistem akar tanaman membuat air lebih mudah meresap ke dalam tanah.
pada saat hujan meningkat, yaitu bila hujan melebihi kapasitas infiltrasinya.
II-10
1. Air yang meresap tertarik kembali ke permukaan oleh gaya kapilaritas pori
2. Air yang meresap dihisap oleh akar tanaman dalam tanah untuk proses
3. Air yang meresap dalam dan cukup, mengalami gaya tarik gravitasi menuju
Perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah baik secara vertikal
maupun horizontal disebut infiltrasi. Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan
waktu disebut laju infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam
atau mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan, bila laju infiltrasi
tersebut lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f fp dan f I (Soemarto, 1999).
absorbsi setiap tanah. Pada tanah yang sama kapasitas infiltrasinya berbeda-beda,
dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
(Maryono, 2004).
II-11
1) Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang
jenuh.
4) Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan
5) Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah.
6) Struktur tanah.
7) Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan
organik).
1) Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat sehingga air
II-12
Selain dari beberapa faktor yang menentukan infiltrasi di atas terdapat pula
sifat-sifat khusus dari tanah yang menentukan infiltrasi dan membatasi kapasitas
1) Ukuran Pori
Laju masuknya air hujan ke dalam tanah ditentukan terutama oleh ukuran
pori dan susunan pori-pori besar. Pori yang demikian itu dinamakan pori
aerasi, oleh karena pori-pori mempunyai diameter yang cukup besar yang
2) Kemantapan Pori
Kapasitas infiltrasi hanya dapat terpelihara jika porositas semula tetap tidak
3) Kandungan Air
Laju infiltrasi terbesar terjadi pada kandungan air yang rendah dan sedang.
4) Profil Tanah
Sifat bagian lapisan suatu profil tanah juga menentukan kecepatan masuknya
air ke dalam tanah. Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, maka
atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui
disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Oleh karena
itu, infiltrasi juga biasanya disebut sebagai aliran air yang masuk ke dalam
II-13
Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh
besarnya diameter pori-pori tanah. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai
kapasitas lebih kecil dibandingkan dengan tanah dalam keadaan kering (Asdak,
2002).
Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang
berukuran besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin
besar pula. Atas dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan pori halus dan miskin
akan pori besar. Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan
sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah-tanah pasir
jauh lebih besar daripada tanah liat (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
dalam tanah pada waktu tertentu, dinyatakan dalam tebal air per waktu,
tanah (soil texture), penutupan tanah (soil cover), kadar lengas di dalam tanah
Mencakup infiltrasi permukaan dan perkolasi dan dinyatakan dalam tebal air
(dept of water) per satuan waktu, misalnya 15 mm/jam. Jika laju presipitasi
kurang dari atau sama dengan kapasitas infiltrasi, maka tidak akan terjadi
II-14
Sumber: Indarto, 2010.
Gambar 2.5 Hubungan antara hujan, infiltrasi, dan aliran (intensitas hujan
kapasitas infiltrasi).
Jika hujan yang jatuh lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka terjadi aliran
Sebagai contoh, jika hujan yang jatuh 25 mm/jam tetapi kapasitas infiltrasi
II-15
infiltrasi. Maka 10 mm/jam yang tidak dapat terinfiltrasi menjadi run-off
4. Tekstur Tanah
mempunyai ukuran partikel dan ruang pori paling kecil, diikuti debu (silt) dan
pasir (sand) seperti terlihat pada Gambar 2.7. Tekstur tanah sangat penting untuk
Segitiga tekstur tanah USDA (USDA soil triangle) merupakan salah satu
mendapatkan secara kasar komposisinya terdiri dari 40% debu, 40% pasir, dan
20% lempung, maka kita lihat pada segitiga tekstur (Gambar 2.8), sampel tanah
II-16
dapat dibuat peta klasifikasi tekstur tanah untuk wilayah yang lebih luas (Indarto,
2010).
yang beraneka ragam. Butiran kerikil biasanya terdiri atas pecahan-pecahan batu,
biasanya terdiri atas mineral tunggal, biasanya kwarsa. Pada beberapa keadaan,
pasir hanya terdiri atas butiran-butiran yang seukuran, sehingga disebut pasir
seragam. Ada kalanya terdapat bahan yang besarnya terdiri atas ukuran batu-
2) Lempung
Lempung terdiri atas butiran yang sangat kecil dan memiliki sifat kohesi
dan plastisitas. Sifat ini tidak ditemukan pada pasir dan kerikil. Sifat kohesi berarti
II-17
memungkinkan tanah dapat berubah bentuk tanpa mengubah volume dan tidak
3) Lanau
Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir.
Lanau bersifat kurang plastis dibanding lempung (lanau asli sebenarnya tidak
memiliki sifat plastis). Lanau memiliki permeabilitas yang lebih tinggi. Lanau
juga menunjukkan sifat-sifat khusus, yaitu quick behavior dan dilatansi yang tidak
memungkinkan tanah dapat berubah bentuk tanpa mengubah volume dan tidak
Tekstur tanah menentukan jumlah air yang dapat diikat pada berbagai
kondisi kadar lengas tanah. Tanah berlempung mempunyai partikel mineral yang
sangat halus dan ruang pori-pori yang sangat kecil. Tanah berpasir mempunyai
ukuran partikel mineral yang besar, sehingga ukuran pori-pori tanah tersebut juga
besar. Sebaliknya, ruang pori-pori yang kecil pada tanah berlempung memberi
kontribusi yang besar pada jumlah total ruang pori untuk volume yang sama
(Gambar 2.9).
II-18
Sumber: Indarto, 2010.
Gambar 2.9 Ruang pori-pori pada tanah berpasir dan berlempung (The COMET
Program).
Oleh karena itu, tanah lempung mempunyai presentase lengas tanah yang
tinggi pada saat kapasitas lapang bila dibanding jenis tanah lainnya. Sebaliknya,
tanah berpasir memiliki partikel mineral dan ruang yang paling besar, tetapi
presentase porositas kecil sehingga presentase air pada saat kapasitas lapang dan
titik layu yang relatif lebih kecil bila dibanding jenis tanah lain. Tanah pasir lebih
Gerakan air di dalam lapisan tanah juga dipengaruhi oleh jenis tekstur
tanah. Setelah masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi, air akan terperkolasi ke
bawah. Ruang pori-pori yang kecil dan jumlah pori-pori yang lebih banyak pada
tanah lempung, meningkatkan total ruang pori-pori yang kosong pada tanah
lempung. Sebaliknya, pada tanah berpasir ruang pori-pori lebih besar dan
jumlahnya lebih sedikit. Oleh karena itu, pada kondisi hujan ringan atau pelelehan
II-19
salju yang lambat, tanah berlempung akan dapat menampung air lebih banyak
lebih cepat daripada tanah bertekstur lempung. Pada kejadian hujan yang
berturutan, tanah lempung akan tetap jenuh selama kejadian hujan, sehingga
mempunyai kadar lengas (kandungan air) yang relatif lebih tinggi untuk waktu
Pada suatu lokasi, tanah dapat terdiri dari satu atau lebih jenis tekstur
tanah. Jika pada tanah tersebut, kandungan pasir cukup banyak, maka infiltrasi
dan drainase air lebih cepat terjadi karena ruang pori-pori besar. Tanah seperti ini
mudah menyerap hujan atau lelehan salju dengan intensitas tinggi. Atau dikatakan
pori-pori yang kecil sehingga infiltrasi lambat dan kurang menyerap air hujan
II-20
yang deras. Tanah geluh (silt) mempunyai ukuran partikel antara pasir dan
Tanah dengan presentase geluh yang tinggi mempunyai laju infiltrasi dan
drainase yang lebih tinggi daripada lempung, tetapi tidak setinggi pasir.
selama hujan dengan intensitas tinggi, bila dibanding tanah pasir atau liat.
penyimpanan air dan aliran permukaan. Akan tetapi, juga harus diingat faktor lain,
misalnya kadar lengas tanah dan intensitas hujan. Sebagai contoh, jika tanah
II-21
sudah dalam keadaan jenuh seperti Gambar 2.12, maka aliran permukaan tetap
Walaupun mungkin tekanan air pori di atas muka air tanah adalah nol, ini
bukanlah keadaan biasa. Pada tanah berbutir halus, rongga (pori) saling
berhubungan dan berfungsi seperti pipa yang sangat halus. Oleh karena itu, air
tertahan di dalam tanah akibat gaya kapiler atau gaya tarik pada permukaan air
(surface tension forces). Pada tanah berbutir halus, yang seluruh ukuran lempung
lebih kecil dari 0,002 mm, ukuran rongga efektif hanya sekitar 20%, yaitu 0,0004
mm. Menurut teori, ketinggian kapiler pada bahan ini sekitar 75 m. Oleh karena
gaya kapiler inilah tanah berbutir halus masih jenuh air di atas muka air tanah. Air
tidak dapat mengalir keluar dari tanah ini akibat gaya berat (gravity) saja.
Lempung biasanya hanya menjadi tidak jenuh akibat penguapan pada permukaan
tanah. Pada tanah berbutir kasar, seperti kerikil dan pasir kasar, air dapat mengalir
jenuh penuh sampai beberapa meter, malahan puluhan meter di atas muka air
tanah. Hanya ada kedalaman satu atau dua meter di bawah permukaan tanah,
kejenuhan tanah tersebut berkurang. Turunnya derajat kejenuhan ini terjadi bukan
Tentu pada tanah berbutir kasar keadaan akan lain, dan tanah ini dapat menjadi
tanah tidak jenuh pada sampai kedalaman puluhan meter. Tekanan air pori,
II-22
keadaan kejenuhan, dan hubungannya dengan muka air tanah, diperlihatkan pada
Gambar 2.13. Tekanan air pori terlihat adalah dalam keadaan hidrostatik atau
keseimbangan, nilainya negatif di atas muka air tanah dan positif di bawahnya.
tersebut dan keadaan iklim. Pada daerah dengan iklim basah lapisan tak jenuh
pada lempung tidak mungkin lebih dari satu atau dua meter dibawah permukaan,
2012).
Henry Darcy, seorang pakar hidraulik dari Perancis, pada Tahun 1856
pasir. Hasil analisis pecobaan ini dapat dijadikan sebagai hukum empiris yang
II-23
dikenal dengan nama Hukum Darcy. Penemuan Hukum Darcy sekaligus dapat
dianggap sebagai kelahiran dari ilmu hidrologi aliran air tanah (hidrogeologi)
secara kuantitatif.
Sumber: Kodoatie,2012.
Gambar 2.14 Alat Percobaan Hukum Darcy.
Diketahui bahwa:
[L T]
Q L
q= satuannya = = = satuan debit (unit discharge)
A [L ] T
dimana:
Q = debit aliran
A = luas potongan
L = satuan panjang
T = satuan waktu
q (flux) dapat disebut juga laju aliran dibagi luas potongan melintang dan
II-24
dikenal sebagai Kecepatan Darcy atau Darcy flux. Dari hasil percobaan Darcy
1990):
l l
q h h = h dan q juga =
l l l
q = K = K = K. i (2.1)
dimana:
satuan L/T.
l = l2 l1 = + (positif)
selalu positif. Pada kondisi aliran yang menuju ke atas q juga selalu positif.
Persamaan di atas menjelaskan nilai laju aliran (q) yang mikroskopik seperti
Sumber: Kodoatie,2012.
Gambar 2.15 Konsep makroskopik dan mikroskopik aliran air tanah. (Freeze &
Cherry, 1979).
II-25
Dalam Gambar 2.15 menunjukkan konsep makroskopik dan mikroskopik
dari aliran air tanah. Gambar 2.15.a merupakan konsep makroskopik aliran air
Dalam konsep mikroskopik, aliran dari partikel air secara individual mengalir di
antara sela-sela butiran tanah atau pasir (perkolasi). Aliran dari partikel ini
merupakan keadaan nyata di dalam tanah namun tidak mungkin untuk diukur
tanah (pasir, lanau atau lempung) yang membentuk media porous digantikan
dipahami juga bahwa aliran air di dalam tanah mengikuti prinsip-prinsip dasar
hidraulika yang bersifat laminar yaitu antara lain: alirannya bergerak dengan
Q = K A = KiA (2.2)
a. Konduktivitas Hidraulik
terkait erat dengan distribusi ukuran butiran tanah dan porositas. Nilai
konduktivitas hidraulik untuk pasir kasar dan seragam dapat dipakai rumus Hazen
II-26
K = cd (2.3)
Dimana:
c = konstanta (1/cm detik) dengan harga 40 150. Untuk berbagai jenis pasir
nilai C adalah:
Persamaan utama aliran air tanah berdasarkan Hukum Darcy. Salah satu asas
utama aliran air tanah melalui media porous ialah alirannya bersifat laminar
dimana angka Reynoldsnya adalah kecil yaitu 1 sampai 10 dan unsure viskositas
berperan. Bila lebih besar dari angka 10 maka persamaan (2.1) tidak berlaku lagi.
Pada persamaan (2.3) berlaku untuk jenis tanah yang seragam, bilamana
tanahnya tidak seragam d harus digantikan dengan dm yaitu rata-rata butiran dari
II-27
K= ( )
(2.4)
Dimana:
n = porositas (%)
Dalam hal ini konduktivitas hidraulik K merajuk pada sifat-sifat fluida dan
batuan, atau dengan kata lain K merupakan fungsi dari sifat fluida dan tanah,
hidraulik adalah sama dengan pengertian K pada disiplin ilmu mekanika tanah
b. Nilai K
Tabel 2.1 Jangkauan Nilai Konduktivitas Hidraulik K (Freeze & Cherry, 1979).
Sumber: Kodoatie,2012.
II-28
Satuan yang dipakai bila dengan internasional standar (Standard
II-29
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Penelitian
Pembuatan Model
Persiapan Alat dan Bahan
Selesai
III-1
B. Jenis Penelitian
manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol, dengan tujuan untuk
menyelidiki ada atau tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan
media tanah mengacu pada tekstur tanah di titik pengamatan jalan raya Kota
Makassar, yaitu: Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun
yang ada pada model yang meliputi studi literatur, persiapan alat dan bahan,
perencanaan dan pembuatan model, simulasi, dan pengambilan data serta evaluasi
akurasi.
III-2
2. Penelitian secara hipotetik dan analitik
saling terkait. Dalam hal ini meliputi analisis data, pembahasan, pembuatan
E. Pengumpulan Data
data, yaitu data primer. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti secara langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data pada subjek sebagai sumber informasi
secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
F. Perancangan Model
Model terdiri atas dua wadah, yaitu wadah model kubus satu yang
berfungsi sebagai wadah penyimpan air dan wadah model kubus dua yang
berfungsi sebagai wadah penyimpan tanah. Wadah model satu dan dua dapat
III-3
Gambar 3.2.a Model kubus satu.
1. Rancangan model yang akan dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.3.
III-4
Gambar 3.3 Rancangan simulasi model.
III-5
2. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini akan dikompaksi terlebih dahulu
untuk mengetahui berat isi kering dan kadar air yang akan digunakan dalam
a. Lima (5) sampel tanah dipisahkan masing-masing seberat 2,5 kg, kemudian
c. Salah satu sampel diambil kemudian disemprotkan dengan air sedikit demi
dilakukan sampai didapat campuran tanah bila dikepalkan dengan tanah lalu
dibuka, tidak hancur dan tidak lengket, setelah didapat campuran tanah seperti
e. Sampel tanah disimpan selama 24 jam agar didapatkan kadar air yang benar-
benar merata,
f. Mould standar ditimbang dalam keadaan bersih dan kosong dengan ketelitian
1 gr, kemudian diolesi dengan oli agar benda uji tersebur tidak melekat pada
mould,
kokoh,
h. Salah satu sampel tanah diambil dari dalam kantong plastik yang telah
III-6
tinggi. Ditumbuk dengan palu pemadatan standar 5,516 sebanyak 25 kali
secara merata, tanah tersebut mengisi kurang lebih 1/3 tinggi mould,
i. Hal yang sama dilakukan untuk lapisan kedua dan ketiga sehingga lapisan
k. Mould dan tanah yang berada didalamnya ditimbang dengan ketelitian 1 gram,
m. Hal yang sama dilakukan untuk kadar air yang lain sehingga didapat 5 (lima)
data pemadatan.
3. Tanah dan pasir dicampur dengan persentase pasir 66% (Gambar 3.4), lanau
27% (Gambar 3.5) dan 7% lempung (Gambar 3.6), kemudian tanah diberi air
sesuai dengan perhitungan persentase kadar air tanah yang telah dikompaksi
III-7
Gambar 3.5 Lanau.
III-8
4. Model kubus dua diletakkan di atas rangka besi penumpu (Gambar 3.9) dan
pada dasar model kubus dua dipasangkan karet busa untuk menutup lubang
Gambar 3.9 Model kubus dua diletakkan di atas rangka besi penumpu.
pipa diletakkan tepat ditengah sebagai pencetak lubang pori (Gambar 3.13)
cm (Gambar 3.14).
III-9
Gambar 3.12 Ketebalan tanah 10 cm.
III-10
Gambar 3.16 Pipa diangkat.
7. Model kubus satu diletakkan di atas tanah, lubang model kubus satu harus
sejajar dengan lubang pori lalu diberi plastisin agar tidak terjadi rembesan air
(Gambar 3.17). Model satu diisi air dan dilakukan pengecekan apakah
rembesan air terjadi atau tidak (Gambar 3.18). Setelah tidak ada rembesan,
III-11
Gambar 3.18 Pengecekan rembesan.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan yang digunakan.
5. Air.
III-12
1. Satu buah pompa dengan spesifikasi: pompa fluidisasi yang tertera pada
badan pompa kapasitas debit maksimal 2800 L/H dengan head 2,5 meter
dipakai untuk mensuplai aliran fluidisasi dapat dilihat pada gambar 3.19.
III-13
5. Penggaris.
8. Gunting.
9. Isolasi.
10. Cutter.
12. Rang yang berfungsi sebagai rangka pori, peralatan 4 sampai 12 dapat dilihat
H. Pengamatan Model
parameter amatan. Parameter simulasi terdiri dari variasi tinggi muka air dan
tekstur tanah yang merupakan variabel tetap. Sedangkan parameter amatan adalah
adanya perubahan debit yang terjadi yang akan diketahui dari pengukuran.
III-14
I. Prosedur Percobaan
2. Menancapkan alat soil moisture meter pada tanah sebanyak tiga kali.
menyalakan pompa terlebih dahulu untuk mengalirkan air pada model kubus
5. Menancapkan alat kelembaban air pada tanah sebanyak tiga kali, kemudian
catat.
6. Ganti ketinggian muka air dari 15 cm menjadi 20 cm, ulangi langkah dua
sampai lima.
7. Ganti ketinggian muka air dari 20 cm menjadi 25 cm, ulangi langkah dua
sampai lima.
Proses pengumpulan data terdapat pada Gambar 3.23 dan Gambar 3.24
dimana Gambar 3.23 merupakan proses pengumpulan data debit air per lima (5)
menit dan Gambar 3.24 merupakan proses pengumpulan data kadar air pada
tanah.
III-15
Gambar 3.23 Proses pengumpulan data debit air.
J. Pengukuran
1. Kompaksi
banyak tanah yang akan dimasukkan ke dalam model kubus 2 (dua). Kompaksi
= 100% (3.1)
III-16
dimana:
= =
= Berat kontainer
Berikut ini diberikan contoh salah satu perhitungan kadar air dengan
Dik: = 583 = 87
= 511
= 583 511 = 72
= 511 87 = 424
= 100% = 16,98%
= (3.2)
Dengan:
Berikut ini diberikan contoh salah satu perhitungan berat isi basah dengan
Dik: = 3280
= 1794
III-17
= 902,75
= ,
= 1,6461
= (3.3)
Berikut ini diberikan contoh salah satu perhitungan berat kering dengan
Dik: = 1486
= 16,98%
= , = 1270,29
= (3.4)
Berikut ini diberikan contoh salah satu perhitungan berat kering dengan
Dik: = 1270,29
= 902,75
,
= ,
= 1.41
III-18
2. Berat Tanah Basah
Digunakan formula (3.5), (3.6), dan (3.7) untuk mengetahui berat tanah
basah yang akan dimasukkan ke dalam model kubus dua (2), formula tersebut
sebagai berikut:
=( ) +( ) (3.5)
= (3.6)
= (3.7)
Dengan:
Berikut ini diberikan contoh salah satu perhitungan berat tanah basah yang
akan dimasukkan ke dalam model kubus dua (2) pada diameter lubang pori 2 cm
: 50 cm : 30 cm
: 1 cm : 20 cm
=( ) +( )
= 145,139
III-19
3. Koefisien Pemeabilitas
akan dimasukkan ke dalam model kubus dua (2), formula tersebut sebagai berikut:
Dengan:
i = gradien hidraulik
(K) dengan menggunakan data menggunakan sampel ketinggian pertama (15 cm).
Diketahui: Q = 4 cm3/det L = 10 cm h = 35 cm
A = 50.24 cm2 = = = 3.5
= = .
=(
)
= . .
Berikut ini diberikan contoh salah satu perhitungan kecepatan darcy (q)
III-20
Diketahui: K = 2.27 x 10 cm/det I = 3.5
q=KI
= 7.96 x 10 cm/det
III-21
BAB IV
A. Hasil
sebagai berikut:
1. Kompaksi
Hasil pengujian kompaksi disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari
tabel berat isi basah (wet density), kadar air (water content), dan berat isi kering
2. Debit Tertampung
Pengukuran debit air dilakukan per lima menit dengan menggunakan stop
watch. Air ditampung dalam ember kemudian dimasukkan dalam gelas ukur
tinggi muka air yaitu 15 cm, 20 cm, dan 25 cm. Pencatatan dilakukan dengan
mengukur laju resapan air yang keluar pada model dengan menggunakan
stopwatch untuk pengambilan air per lima menit. Data hasil pengukuran laju
IV-1
4. Kadar Air
soil moisture meter pada tiga titik tanah. Nilai kadar air yang diperoleh ada dua
yaitu kadar air sebelum pengukuran dan sesudah pengukuran. Hasilnya disajikan
5. Koefisien Permeabilitas
debit air tertampung, lamanya waktu air ditampung, luas penampang tanah,
ketebalan tanah, dan tinggi air (head). Perhitungan permeabilitas pada tanah ini
menggunakan formula 3.8. Hasil rekapitulasi data koefisien permeabilitas (K) dan
B. Pembahasan
1. Kompaksi
IV-2
Lanjutan Tabel 4.1 Kompaksi.
Kadar Air (Water Content)
No. Container - 1 2 3 4 5
Berat tanah basah + Container gram 583 599 623.5 611 590
Berat tanah kering + Container gram 511 517 530 510 493
Berat air gram 72 82 93.5 101 97
Berat container gram 87 119 99 99 88
Berat tanah kering gram 424 398 431 431 405
Kadar air % 16.98 20.60 21.69 21.69 23.95
Berat Isi Kering ( Dry Density)
Berat tanah basah, Wwet gram 1486 1802 1681.5 1678 1645
Kadar air % 16.98 20.60 21.69 24.51 23.95
Berat kering gram 1270.29 1494.16 1381.75 1347.63 1327.14
Volume Mould cm3 902.75 902.75 902.75 902.75 902.75
Berat isi kering gr/cm3 1.41 1.66 1.53 1.49 1.47
Sumber: Data Primer Diolah.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat lima sampel tanah memiliki berat masing-
masing 2500 gram dengan penambahan air yang berbeda-beda dengan selisih 20
ml.
Berat mould yang digunakan adalah 1794 gram. Mould yang berisi tanah
yaitu untuk sampel 1 (satu) berat tanah basah dan mould adalah 3280 gram,
sampel 2 (dua) berat tanah basah dan mould adalah 3596 gram, sampel 3 (tiga)
berat tanah basah dan mould adalah 3475.5 gram, sampel 4 (empat) dan mould
adalah 3472 gram, dan sampel 5 (lima) berat tanah basah dan mould adalah 3439
gram. Untuk mengetahui berat tanah basah dilakukan perhitungan yaitu selisih
berat mould dan tanah basah dikurangi berat mould, sedangkan untuk mengetahui
berat volume basah dilakukan perbandingan antara berat tanah basah dan volume
IV-3
Untuk mengukur kadar air, tanah yang berada di dalam mould dikeluarkan
sebagian kemudian ditimbang berat tanah basah dan kontainer. Pada sampel 1
(satu) berat tanah basah dan kontainer 583 gram, sampel 2 (dua) berat tanah basah
dan kontainer 599 gram, sampel 3 (tiga) berat tanah basah dan kontainer 623.5
gram, sampel 4 (empat) berat tanah basah dan kontainer 611 gram, dan pada
sampel 5 (lima) berat tanah basah dan kontainer 590 gram. Setelah ditimbang
kontainernya.
Pada sampel 1 (satu) berat tanah kering dan kontainer 511 gram, sampel 2
(dua) berat tanah kering dan kontainer 517 gram, sampel 3 (tiga) berat tanah
kering dan kontainer 530 gram, sampel 4 (empat) berat tanah kering dan kontainer
510 gram, dan sampel 5 (lima) berat tanah kering dan kontainer 493 gram. Untuk
mengetahui berat air maka dilakukan perhitungan selisih antara berat tanah basah
dan kontainer dengan berat tanah kering dan kontainer. Setelah berat tanah kering
(satu) berat kontainernya 87 gram, sampel 2 (dua) berat kontainernya 119 gram,
berat tanah kering dilakukan perhitungan yaitu selisih antara berat tanah kering
dan container dengan berat kontainer. Kadar air diperoleh dari hasil perhitungan
dengan membandingkan berat air dengan berat tanah kering kemudian dikalikan
100%.
IV-4
Berat kering diperoleh melalui perhitungan menggunakan formula 3.3
sehingga diperoleh berat kering sampel tanah 1 (satu) 1270.29 gram, berat kering
sampel tanah 2 (dua) 1494.16 gram, berat kering sampel tanah 3 (tiga) 1381.75
gram, berat kering sampel tanah 4 (empat) 1347.63 gram, dan berat kering sampel
tanah 5 (lima) 1327.14 gram. Berat isi kering merupakan perbandingan antara
berat kering dengan volume mould. Perhitungan yang digunakan dapat dilihat
pada formula 3.4. Hasil dari perhitungan tersebut yaitu sampel 1 (satu) 1,41 gr/cm3,
sampel 2 (dua) 1,66 gr/cm3, sampel 3 (tiga) 1,53 gr/cm3, sampel 4 (empat) 1,49
gr/cm3, dan sampel 5 (lima) 1,47 gr/cm3.Grafik kompaksi dibuat untuk mendapatkan
kadar air optimum dengan menghubungkan berat tanah kering dengan kadar air
2.20
2.10
2.00
Berat Isi Kering (gr/cm3)
1.90
1.80
1.70 dry= 1,84 y = -0.0110x2 + 0.4612x - 3.2509
1.60
dry= 1,60 gr/cm3
1.50
1.40
1.30
1.20
opt= 19 % opt= 21 %
1.10
1.00
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kadar Air (%)
Pada Gambar 4.1 menunjukkan kadar air optimum yang diperoleh dari
hasil kompaksi adalah 21% yang merupakan puncak garis lengkung pada grafik
dan berat isinya 1,60 gr/cm3. Kadar air optimum diketahui dari penarikan garis
IV-5
vertikal pada puncak garis lengkung dan berat isi kering diketahui dari penarikan
jumlah tanah basah yang dimasukkan ke dalam model adalah sebesar 145,139 kg.
2. Debit Tertampung
25 1530
20 1390
15 1074
Sumber: Data Primer Diolah.
Pada Tabel 4.2 debit air dihitung berdasarkan lamanya waktu lima menit
air tertampung dalam ember hingga debit air konstan dengan tiga ketinggian muka
air yang berbeda. Pada ketinggian muka air 15 cm, total debit air yang dihasilkan
yaitu 1084 ml/jam. Pada ketinggian muka air 20 cm total debit air yang dihasilkan
yaitu 1390 ml/jam dan pada ketinggian muka air 25 cm total debit air yang
dihasilkan yaitu 1530 ml/jam.Pada model dihitung debit air yang tertampung per
debit air yang keluar sudah konstan. Berikut hasilnya digambarkan dalam bentuk
IV-6
155
Debit Tertampung (ml/5 menit)
135
115
95
75
55
35
15
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu (menit)
Ha = 25 cm Ha = 20 cm Ha = 15 cm
Pada Gambar 4.2 ditunjukkan bahwa debit air yang tertampung pada
lain dan dari waktu ke waktu nilai debit yang diperoleh semakin tinggi hingga
Pada ketinggian muka air 25 cm diperoleh nilai debit air tertampung yang
paling tinggi dibandingkan dengan tinggi muka air 15 cm dan 20 cm. Nilai debit
air akan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya waktu dan akan berhenti
IV-7
Pada Tabel 4.3 nilai total laju resapan air yang dihasilkan pada ketinggian
muka air 15 cm adalah 35.9 cm3/menit. Pada ketinggian muka air 20 cm, total laju
resapan air adalah 46.3 cm3/menit dan pada ketinggian 25 cm total laju resapan air
5
Laju Resapan Air (cm3/det)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu
Ha = 25 cm Ha = 20 cm Ha = 15 cm
Gambar 4.3 Grafik laju resapan air dengan tinggi muka air berbeda.
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan hubungan antara dari laju resapan air
dengan tinggi muka air berbeda (15 cm, 20 cm dan 25 cm) dan waktu dimana dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa hubungan tersebut saling berbanding lurus
dimana semakin tinggi muka air yang digunakan (15 cm, 20 cm, dan 25 cm) dan
semakin lama waktu penelitian maka akan semakin tinggi juga laju resapan air
IV-8
4. Kadar Air
drainase dengan ketinggian muka air 15 cm, 20 cm dan 25 cm diperoleh kadar air
sebelum dan setelah pengujian dengan menggunakan soil moisture meter dapat
15
14
Kadar Air (%)
13
12
11
10
9
0 1 2 3
Wsebelum dan Wsesudah (%)
Ha1 = 25 cm Ha2 = 15 cm Ha3 = 15 cm
Ha1 = 20 cm Ha2 = 20 cm Ha3 = 20 cm
Ha1 = 25 cm Ha2 = 25 cm Ha3 = 25 cm
IV-9
Pada Gambar 4.4 ditunjukkan bahwa selisih kenaikan kadar air yang
diperoleh setelah pengujian pada ketinggian muka air 15 cm adalah 1.6%, 1.4% ,
dan 1.5% dimana kadar air yang diperoleh sebelum pengujian adalah 9.5%,
10.4%, dan 10.7% dan sesudah pengujian adalah 11.1%, 11.8%, dan 12.2%.
Pada ketinggian muka air 20 cm diperoleh kadar air sebelum dan setelah
sebelum pengujian adalah 11.5%, 11.8%, dan 12.2% dan sesudah pengujian
adalah 12.8%, 12.9%, dan 13.3%. Selisih kenaikan kadar air yang diperoleh
setelah pengujian pada ketinggian muka air 20 cm adalah 1.3%, 1.1%, 1.1%
dimana hasil kadar air yang diperoleh pada ketinggian muka air ini lebih rendah
dibandingkan selisih kenaikan yang diperoleh pada ketinggian muka air 15 cm.
Data hasil kadar air sebelum dan sesudah pengujian yang diperoleh pada
model drainase dengan ketinggian muka air 25 cm diperoleh kadar air sebelum
pengujian adalah 12.8%, 12.9%, dan 13.3% dan sesudah pengujian adalah 13.8%,
13.9%, dan 14.1%. Selisih kenaikan kadar air yang diperoleh setelah pengujian
pada ketinggian muka air 20 cm adalah 1.0%, 1.0% dan 0.8% dimana hasil kadar
air yang diperoleh pada ketinggian muka air ini paling rendah jika dibandingkan
dengan selisih kenaikan yang diperoleh pada ketinggian muka air 15 cm dan 20
cm.
IV-10
5. Koefisien Permeabilitas
Tabel 4.5 Rekapitulasi koefisien permeabilitas dan kecepatan darcy.
d h L A Q K QDarcy = K x h/L x A q
h/L 2 3 3
(cm) (cm) (cm) (cm ) (cm /det) (cm/det) (cm /det) (cm/det)
-2
15 35 10 3.5 50.24 0.6 2.27 x 10 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 1.7 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 2.2 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 2.6 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
-2
15 35 10 3.5 50.24 2.9 2.27 x 10 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.2 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.3 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.7 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 4 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.7 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 4 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 4 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
-2
20 40 10 4 50.24 3 1.99 x 10 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 3.3 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 3.7 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
Sumber: Data Primer Diolah.
IV-11
Pada Tabel 4.5 nilai koefisien permeabilitas (K) dan kecepatan Darcy (q)
tanah dengan masing-masing ketinggian muka air (15 cm, 20 cm, dan 25 cm)
diperoleh dengan menggunakan data debit air yang tertampung selama lima menit
dan ketinggian air dari permukaan hingga dasar lubang pori (35 cm, 40 cm dan 45
formula 3.8.
0.0235
Koef. Permeabilitas (cm/det)
0.0225
0.0215
0.0205
0.0195
0.0185
3 3.5 4 4.5 5
Gradien Hidraulik (I)
Pada Gambar 4.5 dibandingkan ketinggian muka air yang digunakan pada
penelitian ini dengan jenis tanah yang sama yaitu tanah pasir bertanah lempung
diperoleh hubungan kedalaman lubang dan tinggi muka air dan koefisien
permeabilitas yaitu semakin besar jumlah tinggi muka air yang diberikan maka
koefisien permeabilitas yang diperoleh dari waktu ke waktu akan semakin kecil
IV-12
ini sesuai dengan hukum Darcy yaitu nilai koefisien permeabilitas berbanding
perbedaan elevasi tinggi muka air yang digunakan akan memperkecil nilai
nilai perbandingan debit aliran (QDarcy) dan gradien hidrolik (I) pada Gambar
0.023
0.0225
Koef. Permeabilitas (K)
0.022
0.0215
0.021
0.0205
0.02
0.0195
0.019
0.0185
0.95 1 1.05 1.1 1.15 1.2
Q/I
Gambar 4.6 Grafik hubungan perbandingan debit aliran darcy dengan gradien
hidraulik ( ) dan koefisien permeabilitas (K).
koefisien permeabilitas (K) dan perbandingan antara debit aliran Darcy (QDarcy)
terhadap gradient hidraulik (I) adalah berbanding lurus dimana semakin besar
nilai koefisien permeabilitas (K), maka akan semakin besar pula nilai
IV-13
Berikut ditunjukkan grafik perbandingan antara nilai debit percobaan
(Qpercobaan) dan nilai debit aliran (QDarcy) terhadap gradien hidrolik (I) pada
5
4.5
4
3.5
3
Q
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3 3.5 4 4.5 5
h/L
Qpercobaan dan QDarcy terhadap nilai gradient hidraulik (I = ) berbanding
lurus dimana semakin besar jumlah pengaruh tinggi muka air yang diberikan
maka akan semakin besar pula nilai debit yang dihasilkan hingga mencapai titik
konstan. Adapun nilai rata-rata Qpercobaan adalah 3.7 cm3/s sedangkan nilai rata-
dan gradien hidraulik (I = ) pada Gambar 4.8.
IV-14
0.087
Kecepatan Darcy (q)
0.085
0.083
0.081
0.079
3 3.5 4 4.5 5
Gradien Hidraulik (I)
Pada Gambar 4.8 ditunjukkan hubungan antara gradien hidraulik (I = )
dan kecepatan Darcy (q) dimana dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada
saat nilai I = 3.5 dan I = 4, nilai kecepatan Darcy yang diperoleh adalah sama
yaitu 7.96 10 cm, hal ini disebabkan oleh pengaruh nilai QDarcy pada saat
IV-15
BAB V
A. Kesimpulan
1. Laju resapan air pada tinggi muka air 15 cm paling kecil 0,6 cm3/s hingga
mencapai nilai konstan yaitu 4 cm3/s dan nilai totalnya yaitu 35.9 cm3/s, pada
tinggi 20 cm paling kecil 3 cm3/s hingga mencapai nilai konstan yaitu 4 cm3/s
dan nilai totalnya yaitu 46.3 cm3/s, dan pada tinggi 25 cm paling kecil 3.7
cm3/s hingga mencapai nilai konstan yaitu 4.3 cm3/s dan nilai totalnya yaitu
50.7 cm3/s.
2. Selisih nilai kadar air sebelum dan setelah pengujian di tiga titik pengukuran
pada tinggi muka air 15 cm diperoleh sebesar 1.6%, 1.4%, dan 1.5%, pada
tinggi muka air 20 cm diperoleh sebesar 1.3%, 1.1%, dan 1.1%, pada tinggi
3. Nilai koefisien permeabilitas pada saat I ( ) = 3.5 diperoleh sebesar 2.27 x
10-2 cm/det, pada saat I ( ) = 4 diperoleh sebesar 1.99 x 10-2 cm/det, dan
pada saat I ( ) = 4.5 diperoleh sebesar 1.92 x 10-2 cm/det. Hal ini sebanding
permeabilitas (K) berbanding terbalik dengan nilai gradient hidrolik (I) dalam
rumus =
.
V-1
B. Saran
penerapan model drainase ini diharapkan drainase ini hanya khusus untuk
menampung air hujan tidak dicampur dengan limbah cair sehingga tidak
variabel penelitian seperti variasi ketinggian muka air dan jumlah waktu
penelitian.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air, Penerbit Institut Pertanian Bogor
Press, Bogor.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.
Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi,
Bumi Aksara, Jakarta.
Kodoatie, Robert. 2012. Tata Ruang Air Tanah, Penerbit Andi, Yogyakarta.
A. Data Awal
Diameter Lubang = 8 cm
Kadar Air Tinggi Air 25 cm Tinggi Air 20 cm Tinggi Air 15 cm Kadar Air
Waktu
No. w1 w2 w3 Volume Air Volume Air Volume Air w0
(menit)
% (mL) (mL) (mL) (%)
1 5 11.5 12.8 13.8 110 90 18 9.5
2 10 11.8 12.9 13.9 120 100 51 10.4
3 15 12.2 13.3 14.1 130 120 66 10.7
4 20 130 120 78
5 25 130 120 86
6 30 130 120 95
7 35 130 120 100
8 40 130 120 110
9 45 130 120 120
10 50 130 120 110
11 55 130 120 120
12 60 130 120 120
B. Data Debit Air
155
Debit Tertampung (ml/5 menit)
135
115
95
75
55
35
15
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu (menit)
Ha = 25 cm Ha = 20 cm Ha = 15 cm
2. Laju Resapan Air (cm3/s)
5
Laju Resapan Air (cm3/det) 4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu
Ha = 25 cm Ha = 20 cm Ha = 15 cm
C. Data Kadar Air
15
14
Kadar Air (%)
13
12
11
10
9
0 1 2 3
Wsebelum dan Wsesudah (%)
Ha1 = 25 cm Ha2 = 15 cm Ha3 = 15 cm
Ha1 = 20 cm Ha2 = 20 cm Ha3 = 20 cm
Ha1 = 25 cm Ha2 = 25 cm Ha3 = 25 cm
Ha = 15 cm
12
Ha = 20 cm
11.8 13.4
11.6 13.1
11.4 12.8
11.2 titik 2 12.5 titik 2
11 titik 1 12.2 titik 1
10.8 11.9
titik 3 titik 3
10.6 11.6
10.4
11.3
10.2
11
10
0 1 2 3
0 1 2 3
Wsebelum dan Wsesudah Wsebelum dan Wsesudah
Ha = 25 cm
14.2
14
13.8
Kadar Air (%)
13.6 titik 2
13.4
titik 1
13.2
titik 3
13
12.8
12.6
0 1 2 3
Wsebelum dan Wsesudah
D. Data Koef. Permeabilitas & QDarcy
d h L A Q K QDarcy = K x h/L x A q
h/L
(cm) (cm) (cm) (cm2) (cm3/det) (cm/det) (cm3/det) (cm/det)
15 35 10 3.5 50.24 0.6 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 1.7 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 2.2 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 2.6 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 2.9 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.2 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.3 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
-2
15 35 10 3.5 50.24 3.7 2.27 x 10 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 4 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 3.7 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 4 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
15 35 10 3.5 50.24 4 2.27 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 3 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 3.3 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
LANJUTAN
d h L A Q K QDarcy = K x h/L x A q
h/L 2 3 3
(cm) (cm) (cm) (cm ) (cm /det) (cm/det) (cm /det) (cm/det)
-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
20 40 10 4 50.24 4 1.99 x 10-2 4 7.96 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 3.7 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10-2 4.3 8.62 x 10-2
-2
25 45 10 4.5 50.24 4.3 1.92 x 10 4.3 8.62 x 10-2
Perbandingan Nilai K dan I Perbandingan Nilai K dan Q/I
0.0235 0.023
Koef Permeabilitas Linear (Koef Permeabilitas) Koef Permeabilitas Linear (Koef Permeabilitas)
2.5
0.083
2
1.5
1 0.081
0.5
0
0.079
3 3.5 4 4.5 5
3 3.5 4 4.5 5
h/L
Gradien Hidraulik (I)
Qpercobaan Qdarcy
Linear (Qpercobaan) Linear (Qdarcy) Kec. Darcy (q) Linear (Kec. Darcy (q))
GAMBAR MODEL ALIRAN AIR DALAM TANAH