Anda di halaman 1dari 23

MESIN SEREMPAK

( MESIN SINKRON)

BAB I
GENERATOR SINKRON
(ALTERNATOR)

Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron.


Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk
mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa generator
sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasatergantung dari kebutuhan.

1.1 Konstruksi Generator Sinkron


Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk
mengahasilkan mdan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover
menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini
menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada
generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub
medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor
silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron


Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor
sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan
rotor.
Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub,
sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub.
Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi
dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada
frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder.
Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor
kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.

(a) (b)
Gambar 1.2 Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b)
penampang rotor pada generator sinkron

Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:


1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana
slip ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung
pada batang rotor generator sinkron.

1.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron


Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan
magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut.
Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet
tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator (disebut generator
kutub eksternal / external pole generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada
kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon
sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk
mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub internal
(internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor
dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan
akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan
rotor diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin
sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa
sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120. Bentuk gambaran sederhana
hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan diperlilhatkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang


dibangkitkan

. Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan


mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor
disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal.
Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), suplai DC yang
dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan
medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet
permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.

1.3 Kecepatan Putar Generator Sinkron


Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan
kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian
elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah
putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan
frekuensi elektrik pada stator adalah:

nr .p
fe
120
(1.1)

yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet

Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan
magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor
dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada
frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan
tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk
membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan
3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus
berputar pada 1500 rpm.

1.4 Alternator tanpa beban


Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus
medan (IF), maka tegangan (Ea ) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator.
Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut.
Ea = c.n. (1.2)
yang mana:
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
= fluks yang dihasilkan oleh IF

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus
medan (IF). Apabila arus medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea
seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut.

gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban generator sinkron

1.5 Alternator Berbeban


Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan
sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet (Xm
) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa ) dikenal sebagai reaktansi
sinkron (Xs) . Persamaan tegangan pada generator adalah:

Ea= V + I.Ra + j I.Xs (1.3)


Xs= Xm + Xa (1.4)

yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar
V = tegangan terminal output
Ra = resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron

Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban


induktif (faktor kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.5 Karakteristik alternator berbeban induktif


1.6 Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron
Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan ini
biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.
Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus
jangkar yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan
antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator,
disebut reaksi jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.
Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di bawah
ini.

Gambar 1.6 Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa


1.7 Menentukan Parameter Generator Sinkron
Harga s X diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan tanpa beban
dan percobaan hubungan singkat. Pada pengujian tanpa beban, generator diputar
pada kecepatan ratingnya dan terminal generator tidak dihubungkan ke beban. Arus
eksitasi medan mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi medan dinaikan bertahap
dan tegangan terminal generator diukur pada tiap tahapan. Dari percobaan tanpa
beban arus jangkar adalah nol (Ia = 0) sehingga V sama dengan Ea. Sehingga dari
pengujian ini diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus medan (If). Dari kurva ini harga
yang akan dipakai adalah harga liniernya (unsaturated). Pemakaian harga linier yang
merupakan garis lurus cukup beralasan mengingat kelebihan arus medan pada
keadaan jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi jangkar.

Gambar 1.7 Karakteristik tanpa beban


Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini
mula-mula arus eksitasi medan dibuat nol, dan terminal generator dihubung singkat
melalui ampere meter. Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan
mengubah arus eksitasi medan. Dari pengujian hubung singkat akan menghasilkan
hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi arus medan (IF), dan ini
merupakan garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat alternator diberikan
di bawah ini.
Gambar 1.8 Karakteristik hubung singkat alternator
Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan terminal adalah
nol. Impedansi internal mesin adalah:

Ea
Zs Ra 2 Xs 2
Ia
(1.5)

Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:

Ea VOC
Xs
Ia Iahs
(1.6)

Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron
dapat diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC
pada kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y),
kemudian arus yang mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada
kumparan dapat diperoleh dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
V DC
Ra
2.I DC
(1.7)
Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama
dengan nol pada saat pengukuran.
1.8 Diagram Fasor

Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor
daya mendahului
Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara tegangan
teminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan induksi (Ea ) atau tegangan
pada saat tidak berbeban. Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh
besarnya arus jangkar (Ia ) yang mengalir. Dengan memperhatikan perubahan
tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda, karakteristik tegangan teminal V
terhadap arus jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 1.9.

1.9 Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan)


Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara
keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL). Keadaan ini memberikan
gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada generator, yang dinyatakan
sebagai berikut.

V NL V FL
VR x100%
VFL
(1.8)
1.10 Kerja Paralel Alternator
Untuk melayani beban yang berkembang, maka diperlukan tambahan
sumber daya listrik. Agar sumber daya listrik yang yang baru (alternator baru) bisa
digunakan bersama, maka dilakukan penggabungan alternator dengan cara
mempararelkan dua atau lebih alternator pada sistem tenaga dengan maksud
memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan pada sistem. Selain untuk tujuan di
atas, kerja pararel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan
apabila ada mesin (alternator) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau
reparasi, maka alternator lain masih bisa bekerja untuk mensuplai beban yang lain.
Untuk maksud mempararelkan ini, ada beberapa pesyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama dalam kebesarannya, dan
bertentangan dalam arah, atau harga sesaat ggl alternator harus sama dalam
kebesarannya dan bertentangan dalam arah dengan harga efektif tegangan
jalajala.
2. Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala harus sama
3. Fasa kedua alternator harus sama
4. Urutan fasa kedua alternator harus sama
Bila sebuah generator G akan diparaelkan dengan jala-jala, maka mula-
mula G diputar oleh penggerak mula mendekati putaran sinkronnya, lalu penguatan
IF diatur hingga tegangan terminal generator tersebut sama denga jala-jala. Untuk
mendekati frekuensi dan urutan fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala)
digunakan alat pendeteksi yang dapat berupa lampu sinkronoskop hubungan terang.
Benar tidaknya hubungan pararel tadi, dapat dilihat dari lampu tersebut. Bentuk
hubungan operasi paralel generator sinkron dengan lampu sinkronoskop
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.10 Operasi paralel generator sinkron
Jika rangakaian untuk pararel itu benar (urutan fasa sama) maka lampu L1,
L2 dan L3 akan hidup-mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ke tiga
lampu sedang tidak bekedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan
jala-jala sudah sama. Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan
jala-jala) sama dapat dilihat dari lampu L1, L2, dan L3. Frekuensi tegangan
generator diatur oleh penggerak mula, sedang besar tegangan diatur oleh penguatan
medan. Jika rangkaian untuk mempararelkan itu salah (urutan fasa tidak sama) maka
lampu L1, L2 dan L3 akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi (fL + fG ) cycle.
Dalam hal ini dua buah fasa (sebarang) pada terminal generator harus kita
pertukarkan.
Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu L1, L2, dan L3
akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi fL - fG cycle. Saat mempararelkan
adalah pada keadaan L1 mati sedangkan L2 dan L3 menyala sama terang, dan
keadaan ini berlangsung agak lama (yang berarti fL dan fG sudah sangat dekat atau
benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua fasa sistem tegangan jala-jala
berimpit dengan semua fasa sistem tegangan generator.
BAB II
MOTOR SINKRON

Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator
dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin
induksi, sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu
(salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder). Arus searah (DC) untuk
menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke rotor melalui cincin dan sikat.

2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

Gambar 2.1 Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b)
kondisi berbeban (c) kurva karakteristik torsi

Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron.


Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada stator)
dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa
pada kumparan. Arus tiga fasa pada kumparan jangkar ini menghasilkan medan putar
homogen (BS). Berbeda dengan motor induksi, motor sinkron mendapat eksitasi dari
sumber DC eksternal yang dihubungkan ke rangkaian rotor melalui slip ring dan
sikat. Arus DC pada rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang tetap.
Kutub medan rotor mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut
berputar dengan kecepatan yang sama (sinkron). Torsi yang dihasilkan motor sinkron
merupakan fungsi sudut torsi (). Semakin besar sudut antara kedua medan magnet,
maka torsi yang dihasilkan akan semakin besar seperti persamaan di bawah
ini.
T = k .BR .Bnet sin (2.1)
Pada beban nol, sumbu kutub medan putar berimpit dengan sumbu
kumparan medan ( = 0). Setiap penambahan beban membuat medan motor
tertinggal dari medan stator, berbentuk sudut kopel (); untuk kemudian
berputar dengan kecepatan yang sama lagi. Beban maksimum tercapai ketika
= 90o. Penambahan beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan
torsi dan motor disebut kehilangan sinkronisasi. Oleh karena pada motor
sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks yaitu arus bolak-balik (AC)
pada stator dan arus searah (DC) pada rotor, maka ketika arus medan pada
rotor cukup untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan motor, maka
stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan motor
bekerja pada faktor daya = 1,0. Ketika arus medan pada rotor kurang (penguat
bekurang), stator akan menarik arus magnetisasi dari jala-jala, sehingga motor
bekerja pada faktor daya terbelakang (lagging). Sebaliknya bila arus pada
medan rotor belebih (penguat berlebih), kelebihan fluks (ggm) ini harus
diimbangi, dan stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala,
dan karenanya motor bekerja pada faktor daya mendahului (leading). Dengan
demikian, faktor daya motor sinkron dapat diatur dengan mengubah-ubah
harga arus medan (IF)

2.2 Rangkaian Ekuivalen Motor Sinkron


Motor sinkron pada dasarnya adalah sama dengan generator sinkron,
kecuali arah aliran daya pada motor sinkron merupakan kebalikan dari
generator sinkron. Oleh karena arah aliran daya pada motor sinkron dibalik,
maka arah aliran arus pada stator motor sinkron juga dapat dianggap dibalik.
Maka rangkaianekuivalen motor sinkron adalah sama dengan rangkaian
ekuivalen generator sinkron, kecuali arah arus Ia dibalik. Bentuk rangkaian
ekuivalen motor sinkron diperlihatkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rangkaian ekuivalen motor sinkron

Dari gambar 2.2 dapat dibuatkan persamaan tegangan rangkaian ekuivalen


motor sinkron sebagai berikut.
V = Ea + Ia.Ra + jIa.XS (2.2)
atau :
Ea = V - Ia.Ra jIa.XS (2.3)

2.3 Kurva Karakteristik Torsi-Kecepatan Motor Sinkron


Motor sinkron pada dasarnya merupakan alat yang menyuplai tenaga
ke beban pada kecepatan konstan. Kecepatan putaran motor adalah terkunci
pada frekuensi listrik yang diterapkan, oleh karena itu kecepatan motor adalah
konstan pada beban bagaimanapun. Kecepatan motor yang tetap ini dari
kondisi tanpa beban sampai torsi maksimum yang bisa disuplai motor disebut
torsi pullout. Bentuk karakteristik torsi terhadap kecepatan ini diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Karakteristik torsi - kecepatan
Dengan mengacu kebali ke persamaan (2.3) dapat dibuatkan kembali
persamaan torsi motor sinkron sebagai berikut.

3.V .Ea. sin


Tind
m . Xs
(2.4)

Torsi maksimum motor terjadi ketika = 90. Umumnya torsi


maksimum motor sinkron adalah tiga kali torsi beban penuhnya. Ketika torsi
pada motor sinkron melebihi torsi maksimum maka motor akan kehilangan
sinkronisasi. Dengan mengacu kembali ke persamaan (2.1) dan (2.4), maka
persamaan Torsi maksimum (pullout) motor sinkron dapat dibuatkan sebagai
berikut.

Tind k .BR .Bnet


(2.5)
atau
3.V .Ea.
Tind
m . Xs
(2.6)
Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa semakin besar arus medan, maka
torsi maksimum motor akan semakin besar.
2.4 Pengaruh Perubahan Beban Pada Motor Sinkron

Gambar 2.4 Pengaruh perubahan beban pada motor sinkron


Gambar 2.4 memberikan gambaran bentuk pengaruh perubahan beban
pada motor sinkron. Jika beban dihubungkan pada motor sinkron, maka
motor akan membangkitkan torsi yang cukup untuk menjaga motor dan
bebannya berputar pada kecepatan sinkron. Misal mula-mula motor sinkron
beroperasi pada faktor daya mendahului (leading). Jika beban pada motor
dinaikkan, putaran rotor pada asalnya akan melambat. Ketika hal ini terjadi,
maka sudut torsi menjadi lebih besar dan torsi induksi akan naik. Kenaikan
torsi induksi akan menambah kecepatan rotor, dan motor akan kembali
berputar pada kecepatan sinkron tapi dengan sudut torsi yang lebih besar.

2.5 Pengaruh Pengubahan Arus Medan pada Motor Sinkron


Kenaikan arus medan IF menyebabkan kenaikan besar Ea tetapi tidak
mempengaruhi daya real yang disuplai motor. Daya yang disuplai motor
berubah hanya ketika torsi beban berubah. Oleh karena perubahan arus medan
tidak mempengaruhi kecepatan dan beban yang dipasang pada motor tidak
berubah sehingga daya real yang disuplai motor tidak berubah, dan tegangan
fasa sumber juga konstan, maka jarak daya pada diagram fasor (Ea.sin dan
Ia.cos ) juga harus konstan. Ketika arus medan dinaikan, maka Ea naik,
tetapi ia hanya bergeser di sepanjang garis dengan daya konstan. Gambaran
hubungan pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron

Ketika nilai Ea naik, besar arus Ia mula-mula turun dan kemudian


naik lagi. Pada nila Ea rendah, arus jangkar Ia adalah lagging dan motor
bersifat induktif. Ia bertindak seperti kombinasi resitor-induktor dan
menyerap daya reaktif Q. Ketika arus medan dinaikkan, arus jangkar menjadi
kecil dan pada akhirnya menjadi segaris (sefasa) dengan tegangan. Pada
kondisi ini motor bersifat resistif murni. Ketika arus medan dinaikkan lebih
jauh, maka arus jangkar akan menjadi mendahului (leading) dan motor
menjadi beban kapasitif. Ia bertindak seperti kombinasi resistor-kapasitor
menyerap daya reaktif negatif Q (menyuplai daya reaktif Q ke sistem).
Hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk satu beban (P)
yang tetap akan merupakan kurva yang berbentuk V seperti yang
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Kurva V hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF
untuk satu beban (P) yang tetap pada motor sinkron

Beberapa kurva V digambarkan untuk level daya yang berbeda.


Arus jangkar minimum terjadi pada faktor daya satu dimana hanya daya real
yang disuplai ke motor. Pada titik lain, daya reaktif disuplai ke atau dari
motor. Untuk arus medan lebih rendah dari nilai yang menyebabkan Ia
minimum, maka arus jangkar akan tertinggal (lagging) dan menyerap Q. Oleh
karena arus medan pada kondisi ini adalah kecil, maka motor dikatakan under
excitation. Untuk arus medan lebih besar dari nilai yang menyebabkan Ia
minimum, maka arus jangkar akan mendahului (leading) dan menyuplai Q.
Kondisi ini disebut over excitation.

2.6 Kondensor Sinkron


Telah diterangkan sebelumnya bahwa apabila motor sinkron diberi
penguatan berlebih, maka untuk mengkompensasi kelebihan fluks, dari jala-
jala akan ditarik arus kapasitif. Karena itu motor sinkron (tanpa beban) yang
diberi penguat berlebih akan berfungsi sebagai kapasitor dan mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki faktor daya. Motor sinkron demikian disebut
kondensor sinkron.

2.7 Daya Reaktif


Motor sinkron tanpa beban dalam keadaan penguatan tertentu dapat
menimbulkan daya reaktif. Perhatikan diagram vektor motor sinkron tanpa
beban pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Diagram vektor daya reaktif motor sinkron tanpa beban
Pada gambar (a), penguatan normal, sehingga V = E. Motor dalam
keadaan mengambang karena tidak memberikan ataupun menarik arus. V
berimpit dengan E karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya = 0. Pada
gambar (b), penguatan berlebih, sehingga E >V. Arus kapasitif (leading
current) ditarik dari jala-jala. Daya aktif P = VI cos = 0. Jadi, motor
berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat kapasitif (kapasitor).
Pada gambar (c), penguatan berkurang, sehingga E < V. Arus magnetisasi
(lagging current) ditarik dari jala-jala. Jadi, motor berfungsi sebagai
pembangkit daya reaktif yang bersifat induktif (induktor).

2.8 Starting Motor Sinkron


Pada saat start ( tegangan dihubungkan ke kumparan stator) kondisi
motor adalah diam dan medan rotor BR juga stasioner, medan magnet stator
mulai berputar pada kecepatan sinkron. Saat t = 0, BR dan BS adalah segaris,
maka torsi induksi pada rotor adalah nol. Kemudian saat t = siklus rotor
belum bergerak dan medan magnet stator ke arah kiri menghasilkan torsi
induksi pada rotor berlawanan arah jarum jam. Selanjutnya pada t = siklus
BR dan BS berlawanan arah dan torsi induksi pada kondisi ini adalah nol.
Pada t = siklus medan magnet stator ke arah kanan menghasilkan torsi
searah jarum jam. Demikian seterusnya pada t = 1 siklus medan magnet stator
kembali segaris dengan medan magnet rotor. Bentuk hubungan Torsi motor
sinkron pada kondisi start ini diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.8 Torsi motor sinkron pada kondisi start


Selama satu siklus elektrik dihasilkan torsi pertama berlawanan
jarum jam kemudian searah jarum jam, sehingga torsi rata-rata pada satu
siklus adalah nol. Ini menyebabkan motor bergetar pada setiap siklus dan
mengalami pemanasan lebih. Tiga pendekatan dasar yang dapat digunakan
untuk menstart motor sinkron dengan aman adalah.
1. Mengurangi kecepatan medan magnet stator pada nilai yang rendah
sehingga rotor dapat mengikuti dan menguncinya pada setengah siklus
putaran medan magnet. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi
frekuensi tegangan yang diterapkan.
2. Menggunakan penggerak mula eksternal untuk mengakselarasikan
motor sinkron hingga mencapai kecepatan sinkron, kemudian
penggerak mula dimatikan (dilepaskan).
3. Menggunakan kumparan peredam (damper winding) atau dengan
membuat kumparan rotor motor sinkron seperti kumparan rotor
belitan pada motor induksi (hanya saat start).
Kesimpulan

Mesin sinkron bisa dioperasikan baik sebagai generator maupun motor.

Generator sinkron tiga phasa memiliki dua jenis eksitasi

Dengan penguatan generator DC pilot exciter.

Penguatan brushless.

Bentuk rotor mesin sinkron berkecepatan tinggi seperti turbo generator


mempunyai bentuk silinder, sedangkan mesin dengan kecepatan rendah
seperti hydroelectric mempunyai rotor kutub menonjol.

Stator dari mesin sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik, belitan stator
berupa belitan satu lapis atau belitan lapis anda.

Belitan stator satu lapis karena hanya ada satu sisi lilitan di dalam masing-
masing alur.

Pada masing-masing alur ada dua sisi lilitan dan masing-masing lilitan
memiliki lebih dari satu putaran.

Pada belitan stator mengandung faktor ditribusi dan faktor kisar belitan yang
besarnya lebih kecil dari satu.

Tegangan efektif per phasa bila faktor distribusi dan faktor kisar dimasukkan,
berlaku rumus. E = 4,44 Kd Kp f T Volt

Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari kecepatan rotor,
Mesin sinkron difungsikan sebagai generator, rotor diputar pada kecepatan
sinkron dan belitan medan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan
stator akan diinduksikan tegangan.

Ada perbedaan karakteristik saat generator tanpa beban dan generator


berbeban.

Saat generator berbeban mengalir arus pada jangkar, maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan
pada: resistansi jangkar Ra; reaktansi bocor jangkar; reaksi jangkar.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W dan Tsuda, Koichi. (1983). Motor Diesel Putaran Tinggi.


Pradnya Paramitha. Jakarta

Karyanto, E (2000). Panduan Reparasi Mesin Diesel. Penerbit Pedoman Ilmu


Jaya. Jakarta.

Motoren-Werke Mannhem AG. (1999). Diesel Generator Sets with Four-Stroke


Diesel Engines. Lieferwerk munchen suddeutsche bremsen-AG. Germany

PT PLN JASDIKLAT. (1997). Generator. PT PLN Persero. Jakarta

PT PLN JASDIKLAT. (1997). Pengoperasian Mesin Diesel. PT PLN Persero.


Jakarta.

Sumanto. (1996). Mesin Sinkron. Andi Yogyakarta. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai