Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PAPER
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah semester ganjil
Botani Umum
Disusun oleh :
ANNISA NURAINI SURYONO
NPM 163112620120060
A. Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau
minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari minyak atsiri yang lain
adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga,
rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak arsiri mudah larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan tidak larut dalam air dan
pelarut polar lainnya.
Minyak atsiri dalam keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna, namun
pada penyimpanan yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap karena teroksidasi.
Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna
gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Minyak
atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah sebagaimana minyak lainnya.
2. Pengepresan (pressing)
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup
tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri
akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak
atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini
Volume ekspor minyak kayu manis relatif kecil. Data BPS 2000 2003
menyebutkan volume ekspor minyak ini cukup besar pada tahun 2000 yakni sebesar
14.400 ton, namun menurun drastis pada tahun-tahun berikutnya, hanya sampai 100
ton / tahunnya
Cinnamomum sp. Adalah tanaman rempah dari famili Lauraceae yang terdiri
dari beberapa spesies. Hasil utama dari tanaman ini adalah kulitnya yang digunakan
sebagai rempah. Saat ini terdapat 7 spesies Cinnamomum yang kulitnya dapat
diperdagangkan, yaitu C. zeylanicum, C. cassia, C. tamala Ness& Eberm, C.
burmani Blume, C. sintok Blume, C. javanicum Blume dan C.culilawan Blume.
Sumatera Barat merupakan penghasil utama kulit C. burmani. Istilah sehari-hari
untuk tanaman ini adalah kayu manis. Kulit kering tanaman ini disebut cassiavera.
Tanamn ini juga dibudidayakan di Jawa Barat, Tengah, Tengger (Jawa Timur) dan
Mangarai (Flores). C. burmani dapat ditanam di daratan rendah sampai daratan
tinggi yang kurang dari 1500 m dpl. Walaupun demikian, tanaman ini tidak
dianjurkan ditanam di daratan rendah yang kurang dari 500 m dpl. karena akan
menghasilkan kulit yang buruk mutunya. Untuk pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan udara dengan kelembaban tinggi dan curah hujan tinggi (2000~2500
mm) dan merata sepanjang tahun. Tanah yang cocok untuk pertumbuhannya adalah
tanah berhumus dan dalam serta tekstur remah berpasir. Tanamn ini dapat dipanen
(diambil kulitnya) setelah ditanam selama 2 tahun. Biasanya petani memanennya
setelah berumur 4 tahun.
2. Nilam (patchouli)
Nilam (Pogostemon spp) dikenal dengan berbagai nama di beberapa daerah,
seperti: dilem (Sumatera-Jawa), rei (Sumbar, pisak (Alor), ungapa (Timor). Dalam
perdagangan internasional nilam dkenal sebagai pathcouly. Di kalangan ilmiawan
dikenal beberapa spesies Pogostemon sp, antara lain:
Pogostemon cablin Benth. Populer dengan nama nilam Aceh, ciri utamanya
adalah daunnya membulat seperti jantung dan di permukaan bagian bawahnya
terdapat bulu-bulu rambut. Jenis ini sampai umur 3 (tiga) tahun hampir tidak
berbunga.
Pogostemon hortensis Backer. Dikenal dengan nama nilam sabun. Ciri
utamanya lembaran daun lebih tipis, tidak berbulu, permukaan daun tampak
mengkilat, dan warnanya hijau.
Pogostemon heyneanus Benth. Sering disebut nilam hutan atau nilam Jawa.
Ciri-cirinya yaitu ujung daun agak runting, lembaran daun tipis dengan warna
hijau tua dan berbunga lebih cepat.
Dari ketiga jenis nilam tersebut, yang paling tinggi kandungan minyaknya
adalah nilam Aceh (2,5 5,0%), sedangkan nilam lainnya rata-rata hanya
mengandung 0,5 1,5 %. Saat ini telah dikenal 3 varitas unggul nilam Indonesia
dengan produktivitas > 300 kg minyak / ha yaitu Sidikalang, Tapaktuan dan
Lhokseumawe.
Budidaya nilam tidaklah terlalu sulit, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan
memilih jenis varitas nilam, pengelolaan budidaya secara intensif dan lingkungan
tumbuh yang memenuhi persyaratan, yakni pada suhu 24 28 C, curah hujan 2000
3500 mm / tahun atau kelembaban > 75%, tekstur tanah remah, gembur dan
banyak humus, dan ketinggian tanah mencapai 50 400 m dpl. Tanaman yang
tumbuh di dataran rendah memiliki kadar minyak tinggi, PA (pathchouly alcohol)
rendah, dan sebaliknya di dataran tinggi, kadar minyak rendah tapi PA-nya tinggi.
Sentra produksi minyak nilam banyak tersebar di NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu,
Sumsel, Jabar, Jateng, dan Jatim. beberapa daerah juga mulai mengembangkan nilam
seperti Sulsel, Kaltim, Kalteng. Tabel I memperlihatkan luas areal dan produksi
minyak nilam di beberapa daerah.
Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan uap (kukus)
maupun uap bertekanan tinggi. Komponen utama dalam minyak nilam adalah PA
yng kadarnya berkisr 30%. Komponen inilah yang biasanya dijadikan dasar
penentuan mutu minyak nilam yang diinginkan pembeli selain minyak bebas
cemaran besi (Fe). Oleh karena itu penyulingan sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan ketel berbahan bebas karat (stainless steel) bukan dari besi atau baja
yang bersifat korosif.
Minyak nilam digunakan sebagai fiksasif atau pengikat bahan-bahan pewangi
lain dalam komposisi parfum dan kosmetik. Selain digunakan dalam bentuk minyak,
daun nilam juga berguna untuk bahan pelembab kulit, menghilangkan bau badan,
pengawet mayat dan obat gatal-gatal pada kulit.
Minyak nilam diekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Singapura,
Jepang, Perancis, Switzerland, Inggris, Taiwan, Belanda, Jerman dan Cina dengan
volume ekspor sebanyak 2.074.250 kg minyak, nilai ekspor US$ 27.136.913 pada
ahun 2004 (BPS, 2007). Perkiraaan pemakaian dunia pada tahun 2006 sekitar 1500
ton / tahun dan Indonesia adalah produsen utama. Situasi tahun 2007 2008 yang
tidak kondusif (harga berfluktuatif cukup signifikan) berakibat turunnya produksi
dan pemakaian sampai lebih dari 40% (Mulyadi, 2008). Performa ekspor minyak
nilam Indonesia secara volume (kg) diperkirakan hanya sekitar 50-60% dari ekspor
2006, meskipun secara nilai (USD/Rp) meningkat tajam karena ada lonjakan harga
yang signifikan
5. Cengkeh (clove)
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memliki batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15
20 meter dan dapat bertahan sampai umur ratusan tahun.
Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon
mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan
minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun
kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada bagian bunga (20%) sedangkan
bagian gagang dan daun mengandung sekitar 4 6 %.
Areal produksi tanaman cengkeh hampir tersebar di semua daerah di Indonesia
mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal terluas di Jawa dan Sulawesi. Luas
areal tanaman ini mengalami sedikit peningkatan setiap tahunnya atau lebih
cenderung stabil
Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan minyak cengkeh
adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 8 jam
untuk daun basah dan 6 7 jam untuk penyulingan daun kering.
Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar dapat
mempersingkat lama penyulingan menjadi 4 5 jam.
Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-
kuningan mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya
akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi
atau akibat penyimpanan.
Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, Sumtarea Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Produksi minyak cengkeh
Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2.500 ton dengan perkiraan pemakaian dunia
sekitar 3.500 ton / tahun (Mulyadi, 2008). Walaupun demikian volume ekspor
minyak cengkeh sangat kecil, karena sebagian besar minyak cengkeh sudah diolah
menjadi produk turunannya sehingga yang diekspor lebih banyak pada produk
turunannya, seperti eugenol, eugenol asetat, dll.
6. Pala (nutmeg)
Pala yang mempunyai mutu terbaik dalam dunia perdagangan adalah pala
yang berasal dari Myristica fragrans H. Pala menghendaki iklim laut yang panas (25
30 C), tetapi basah, curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanaman pala dapat tumbuh di
dataran rendah yang kurang dari 700 m dpl pada tanah berpasir bercampur humus.
Tingginya dapat mencapai 12 m. Mulai berbunga dan berbuah setelah berumur 4 6
tahun, dan produktif berbuah sampai 25 tahun. Buah pala berbentuk bulat telur
sampai lonjong, bagian terluar adalah kulit buah. Di bawah daging buah terdapat
tempurung biji yang diselubungi oleh jala berwarna merah api yang disebut dengan
fuli. Di awah tempurung tersebut terdapat biji pala.
Tanaman pala tersebar di wilayah Sumatera, NAD, Jawa, Sulawesi dan
Maluku. Luas arel terbesar berada di NAD dan Maluku. Minyak pala dihasilkan
dengan penyulingan air dan uap dari biji atau fulinya. Biji pala menghasilkan
minyak atsiri sekitar 7-16%, sedangkan bagian fuli menghasilkan minyak sekitar 4
15%. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan
dengan biji pala tua.
Komponen utama minyak pala adalah miristisin yang bersifat racun dan
mempunyai efek narkotika, sehingga penggunaan dalam industri pangan dan obat-
obatan sangat sedikit. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dn pasta
gigi.
7. Jahe
Kondisi lingkungan dimana tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik adalah
pada curah hujan sekitar 2500-4000 mm per tahun, pada suhu 25-35 oC, dan dengan
kelembaban udara yang sedang dan tinggi. Tanaman jahe menghendaki tanah yang
subur, gembur, kaya akan humus dan berdrainase baik; dapat juga tumbuh di tanah
latosol merah coklat dan tanah andosol.
Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen, dan zingberol yang
menyebabkan bau khas minyak jahe. Minyak jahe digunakan sebagai bahan baku
minuman ringan (ginger ale), dalam industri penyedap, farmasi dan wangi-wangian.
Minyak jahe banyak diekspor ke USA, Singapura, Jerman, India dan Afrika
Selatan, dengan importir terbesar adalah USA. Indonesia masih sebagai produsen
jahe ketiga terbesar setelah China dan India di pasar global, padahal secara iklim dan
kesesuaian lahan Indonesia sangat potensial.
8. Kenanga (Cananaga)
Bunga yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna
kuning. Rendemen dan mutu minyak tertinggi terdapat pada bunga yang telah
matang sempurna (warna kuning tua).
9. Cendana (sandalwood)
10. Masoi
Masoi (Cryptocarya spp) tumbuh liar di hutan Indonesia bagian Timur,
tingginya sekitar 40 m. Berbatang tegak, bagian dalam berwarna merah, sedangkan
kulit berwarna kelabu muda.
Minyak masoi diproduksi di Indonesia dengan output lebih dari 5 ton per
tahun dengan negara tujuan ekspor yakni USA, Eropa, Australia dan Jepang.
Kayu putih (Melaleuca spp) termasuk ke dalam famili Myrtaceace dan ordo
Myrtalae. Beberapa spesies yang sudah diketahui dapat menghasilkan minyak kayu
putih dan sudah diusahakan secara komersil adalah M. leucodendrom, M. cajuputih
Roxb dan M. viridiflora Corn.
Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh
di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemukan di daerah pegunungan. Tanaman
kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang berbeda
dengan yang terdapat pada dataran rendah. Tanaman yang tumbuh di rawa-rawa
mempunyai kadar sineol yang rendah, bahkan ada yang tidak mengandung sineol,
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomi.
Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai 65%.
Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan
sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih
juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum. Tanaman lain
yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih besar
yakni sekitar 85%.
Permintaan dunia untuk minyak kayu putih ini diperkirakan lebih dari 100 ton
per tahun dengan pemakaian terbesar di Asia tengara, sedangkan di dunia, yang lebih
banyak diguakan adalah minyak eucalyptus.
Tinggi pohonnya antara 2 dan 12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau
bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna
hijau tua, dapat polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau
kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan
bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun.
Minyak atsiri yang berasal dari kulit jeruk purut pada indutri banyak
digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik, dan lain-lain,
Minyak daun jeruk purut dalam perdagangan internasional disebut kaffir lime
oil. Minyak atisiri ini banyak diproduksi di Indonesia dengan output beberapa ton
per tahun. Pemakaian minyak jeruk purut sementara ini hanya untuk fragran,
padahal potensi di flavor cukup besar.
Minyak adas, disebut juga fennel oil, dihasilkan dari tanaman adas. Varietas
yang menghasilkan minyak adas terdiri dari 2 sub spesies, yaitu Var. Vulgare
(Miller) Thelling (liar dan pahit) dan Var. Dulce (Miller) Thelling (budidaya secara
intensif dan manis).
Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji)
adas menggunakan sistem penyulingan uap. Rendemennya sekitar 1-6%.
Penyulingan sebaiknya langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses
penyulingan, harus dijaga agar suhu kondensor agak tinggi, untuk mencegah
pembekuan minyak dalam tabung kondensor.
Komponen utama yang terdapat pada minyak adas seperti anthole, fenchone,
dan estragole. Keberadaan komponen tersebut tergantung pada jenis varietas adas
yang digunakan.
14. Melati (Jasmine)
Ada dua macam varietas melati yang diusahakan yaitu tanaman J. officinale L;
dan J. officinale var grandiflorum L. Perancis merupakan negara yang paling banyak
memproduksi bunga melati dan terutama diproduksi untuk parfum.
Bunga setelah dipetik tetap hidup secara fisiologis dan memproduksi minyak
atsiri. Produksi minyak atsiri oleh bunga tersebut akan terhenti apabila bunga telah
mati dan membusuk. Untuk mendapatkan minyak bunga melati, dilakukan dengan
cara ekstraksi menggunakan sistem enfleurasi (lemak dingin). Dengan cara ini,
rendemen yang dihasilkan cukup tinggi dan tingkat kewangian yang tinggi, namun
biaya produksinya cukup mahal, sehingga jarang dipergunakan. Cara ekstraksi
lainnya adalah dengan mempergunakan pelarut menguap (solvent extraction).
Minyak melati yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai bau
khas minyak melati. Absolute melati bersifat lengket, jernih, berwarna kuning coklat
dan mempunyai bau harum. Apabila mengadsorbsi udara, minyak berubah baunya,
lebih kental, dan akhirnya membentuk resin.
1. Bahan baku
Bahan baku akan menentukan kualitas minyak atsiri. Kondisi bahan yang optimal
mempengaruhi mutu minyak atsiri, misalnya cara pemetikan yang sesuai dan
penetuan tingkat ketuaan bahan.
2. Penanganan pasca panen
Penanganan pascapanen minyak atsiri tidak sama untuk setiap bagiannya, baik daun,
bunga, batang, kulit, rimpang, atau bijinya. Ketidakseragaman penanganan
pascapanen akan mengurangi mutu minyak atsiri.
3. Proses produksi
Seperti halnya pada penyediaan bahan baku dan penanganan pascapanen, kesalahan
dalam proses produksi atau pengolahan akan menimbulkan efek negatif. Kesalahan
produksi dapat menurunkan rendeman dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan.
4. Penyimpanan
Minyak atsiri sebaiknya disimpan dalam kemasan botol kaca berwarna gelap dan
tertutup rapat. Minyak atsiri yang disimpan dalam wadah logam dapat
mengakibatkan perubahan warna minyak dari jernih hingga kecoklatan karena
adanya reaksi karat dari logam.
Berikut standar mutu dari beberapa jenis minyak atsiri ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2. Standar Mutu Beberapa Jenis Minyak Atsiri
Parameter
No Jenis Minyak
Berat Jenis Indeks Bias Komponen
. Atsiri Kelarutan
25 C/ 25 C 25 C Utama
0,963-0,976 1,480-1,508 Dalam etanol Benzil Asetat
Minyak Cendana
1. 70%
(Sandalwood oil)
1:5 jernih
Minyak Akar 0,980-1,003 1,520-1,530 Dalam etanol Santanol
2. Wangi (vertiver 95%
oil) 1:1 jernih
0,959-0,975 2,507-1,515 Dalam etanol Vetivarol,
3. Minyak nilam 90% vetivarol asetat
1:10 jernih
1,065-1,088 1,541-1,576 Dalam etanol Euganol 82-90%
4. Minyak cengkeh 70% -kariofilen
1:2 jernih Euganol Asetat
0,904-0,920 1,493-1,503 Dalam etanol
5. Minyak kenanga 95% 1:0,5
jernih
1,03-1,05 1,526-1,534 Dalam etanol Euganol 70-80%
Minyak daun
6. 70% Sinnamaldehida
kayu manis Sineol
1:2 jernih
0,876-0,919 1,488-1,495 Dalam etanol Sitronellal,
Minyak serai
7. 80% Geraniol
wangi
1:2 jernih
0,880-0,930 1,470-1,497 Dalam etanol --pinena,
8. Minyak Pala 90% Limonen
1:3 jernih
1,008-1,030 1,559-1,595 Dalam etanol Sinnamaldehide
Minyak kayu
9. 70%
manis
1:3 jernih
0,866-0,884 1,479-1,488 Dalam etanol -- pinena,
10. Minyak lada 95% 1:3 Limone
jernih
Satuhu, Suryanti; Sri Yulianti. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta. Penebar
Swadaya Group
Kardian, Agus. 2012. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta. AgroMedia
Ketaren, S.,. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta. Balai Pustaka
Arniputri, Retna Bandriarti; Amalia Tetrani Sakya; Muji Rahayu. 2007. Identifikasi
Komponen Utama Minyak Atsiri Temu Kunci (Kamferia pandurata
ROXB.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda). Biodiversitas. Volume
no. 2 halaman 135-137.
Diakses pada 20 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16902/4/Chapter
%20II.pdf
Diakses pada 20 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://digilib.unila.ac.id/7354/15/15.%20BAB%202.pdf
Diakses pada 20 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://www.mynorival.com/2012/02/eteris-oil.html
Diakses pada 21 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://www.tanamanberkhasiat.com/2016/11/tanaman-penghasil-minyak-
atsiri.html
Diakses pada 21 Desember 201. Dapat dilihat pada :
https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/
Diakses pada 21 Desember 2016. Dapat dilihat pada : http://www.atsiri-
indonesia.com/tanaman-atsiri.php