Anda di halaman 1dari 23

MINYAK ETERIS

PAPER
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah semester ganjil
Botani Umum

Disusun oleh :
ANNISA NURAINI SURYONO
NPM 163112620120060

FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK


UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2016
Minyak Atsiri (Eteris)
(Oleh : Annisa Nuraini Suryono / 163112620120060 )

A. Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau
minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari minyak atsiri yang lain
adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga,
rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak arsiri mudah larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan tidak larut dalam air dan
pelarut polar lainnya.
Minyak atsiri dalam keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna, namun
pada penyimpanan yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap karena teroksidasi.
Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna
gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Minyak
atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah sebagaimana minyak lainnya.

B. Lokalisasi Minyak Atsiri


Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut kelenjar
(pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam
rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae). Minyak atsiri
dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin
dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu.

C. Komposisi Kimia Minyak Atsiri


Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis
tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi
yang digunakan dan cara penyimpanan minyak. Minyak atsiri biasanya terdiri dari
berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen
(H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua
golongan yaitu: 1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan 2)
Hidrokarbon teroksigenasi.
a. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan
Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C),
Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini
adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol. Ikatan karbon
yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua,
dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan
jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon
teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena
umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan
tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang
bebas terpen.

Seperti yang sudah di jabarkan diatas, minyak atsiri memiliki kandungan


komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan
senyawa ini, maka tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat
inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman,
misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri
makanan dan minuman.
Senyawa terpena yang terkandung di dalam minyak atsiri dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu monoterpen yang mempunya titik didih antara 140-180 oC dan
seskuiterpen yang mempunyai titik didih >200oC. Dilihat dari struktur kimianya,
monoterpen dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan yaitu asiklik (geraniol, linalool,
mirsena), monosiklik (a-terpineol, limonena, terpinolena, mentol, menton, dan karvon),
dan bisiklik (a dan b-pinen, tujon, kamfor, dan fenkon). Dilihat dari gugus fungsi di
dalamnya, monoterpen dapat berbentuk alkohol (mentol dan geraniol), aldehid, keton
(menton dan karvon), dan lakton (nepetalakton).
Kelompok monoterpen sederhana banyak tersebar luas di dalam tanaman minyak
atsiri yang terdapat pada bagian daun, misalnya a dan b-pinen, karen, a-felandren, dan
mirsen. Sementara itu, pada bagian bunga dan biji cenderung mempunyai monoterpen
yang lebih khas. Beberapa zat yang khas seperti geraniol terdapat pada tanaman serai
wangi dan palmarosa, limonen terdapat pada biji pala dan lada, benzil asetat terdapat
pada bunga kenanga dan melati, sedangkan kariofilen terdapat pada bunga cengkih.

D. Cara Isolasi Minyak Atsiri


Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) penyulingan
(distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), 4) ekstraksi dengan lemak.
1. Penyulingan (distillation)
Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau
lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara memdidihkan
terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari
campuran.penyulingan merupakanmetode ekstrasi yang tertua dalam pengolahan
minyak atsiri. Metode ini cocok untuk munyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh
panas, misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi, dan jahe.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Atsiri


a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara
sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas
model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh
karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara
langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak
tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh
b. Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air
penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang
digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1
atmosfer.
c. Penyulingan dengan air dan uap
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air
sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini
yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan
tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air
panas.

2. Pengepresan (pressing)
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup
tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri
akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak
atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini

3. Ekstraksi dengan pelarut menguap (Solvent extraction)


Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka,
melati, mawar, dan kenanga. Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter,
karbon tetra klorida, etanol dan sebagainya

4. Ekstraksi dengan lemak


Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk
mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.

E. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri


1. Kayu Manis (Cinnamon/Cassia)

Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness


disebut minyak Cinnamon, sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia disebut
minyak Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring agent dalam
pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun.

Volume ekspor minyak kayu manis relatif kecil. Data BPS 2000 2003
menyebutkan volume ekspor minyak ini cukup besar pada tahun 2000 yakni sebesar
14.400 ton, namun menurun drastis pada tahun-tahun berikutnya, hanya sampai 100
ton / tahunnya

Cinnamomum sp. Adalah tanaman rempah dari famili Lauraceae yang terdiri
dari beberapa spesies. Hasil utama dari tanaman ini adalah kulitnya yang digunakan
sebagai rempah. Saat ini terdapat 7 spesies Cinnamomum yang kulitnya dapat
diperdagangkan, yaitu C. zeylanicum, C. cassia, C. tamala Ness& Eberm, C.
burmani Blume, C. sintok Blume, C. javanicum Blume dan C.culilawan Blume.
Sumatera Barat merupakan penghasil utama kulit C. burmani. Istilah sehari-hari
untuk tanaman ini adalah kayu manis. Kulit kering tanaman ini disebut cassiavera.
Tanamn ini juga dibudidayakan di Jawa Barat, Tengah, Tengger (Jawa Timur) dan
Mangarai (Flores). C. burmani dapat ditanam di daratan rendah sampai daratan
tinggi yang kurang dari 1500 m dpl. Walaupun demikian, tanaman ini tidak
dianjurkan ditanam di daratan rendah yang kurang dari 500 m dpl. karena akan
menghasilkan kulit yang buruk mutunya. Untuk pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan udara dengan kelembaban tinggi dan curah hujan tinggi (2000~2500
mm) dan merata sepanjang tahun. Tanah yang cocok untuk pertumbuhannya adalah
tanah berhumus dan dalam serta tekstur remah berpasir. Tanamn ini dapat dipanen
(diambil kulitnya) setelah ditanam selama 2 tahun. Biasanya petani memanennya
setelah berumur 4 tahun.

2. Nilam (patchouli)
Nilam (Pogostemon spp) dikenal dengan berbagai nama di beberapa daerah,
seperti: dilem (Sumatera-Jawa), rei (Sumbar, pisak (Alor), ungapa (Timor). Dalam
perdagangan internasional nilam dkenal sebagai pathcouly. Di kalangan ilmiawan
dikenal beberapa spesies Pogostemon sp, antara lain:
Pogostemon cablin Benth. Populer dengan nama nilam Aceh, ciri utamanya
adalah daunnya membulat seperti jantung dan di permukaan bagian bawahnya
terdapat bulu-bulu rambut. Jenis ini sampai umur 3 (tiga) tahun hampir tidak
berbunga.
Pogostemon hortensis Backer. Dikenal dengan nama nilam sabun. Ciri
utamanya lembaran daun lebih tipis, tidak berbulu, permukaan daun tampak
mengkilat, dan warnanya hijau.
Pogostemon heyneanus Benth. Sering disebut nilam hutan atau nilam Jawa.
Ciri-cirinya yaitu ujung daun agak runting, lembaran daun tipis dengan warna
hijau tua dan berbunga lebih cepat.
Dari ketiga jenis nilam tersebut, yang paling tinggi kandungan minyaknya
adalah nilam Aceh (2,5 5,0%), sedangkan nilam lainnya rata-rata hanya
mengandung 0,5 1,5 %. Saat ini telah dikenal 3 varitas unggul nilam Indonesia
dengan produktivitas > 300 kg minyak / ha yaitu Sidikalang, Tapaktuan dan
Lhokseumawe.
Budidaya nilam tidaklah terlalu sulit, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan
memilih jenis varitas nilam, pengelolaan budidaya secara intensif dan lingkungan
tumbuh yang memenuhi persyaratan, yakni pada suhu 24 28 C, curah hujan 2000
3500 mm / tahun atau kelembaban > 75%, tekstur tanah remah, gembur dan
banyak humus, dan ketinggian tanah mencapai 50 400 m dpl. Tanaman yang
tumbuh di dataran rendah memiliki kadar minyak tinggi, PA (pathchouly alcohol)
rendah, dan sebaliknya di dataran tinggi, kadar minyak rendah tapi PA-nya tinggi.
Sentra produksi minyak nilam banyak tersebar di NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu,
Sumsel, Jabar, Jateng, dan Jatim. beberapa daerah juga mulai mengembangkan nilam
seperti Sulsel, Kaltim, Kalteng. Tabel I memperlihatkan luas areal dan produksi
minyak nilam di beberapa daerah.
Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan uap (kukus)
maupun uap bertekanan tinggi. Komponen utama dalam minyak nilam adalah PA
yng kadarnya berkisr 30%. Komponen inilah yang biasanya dijadikan dasar
penentuan mutu minyak nilam yang diinginkan pembeli selain minyak bebas
cemaran besi (Fe). Oleh karena itu penyulingan sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan ketel berbahan bebas karat (stainless steel) bukan dari besi atau baja
yang bersifat korosif.
Minyak nilam digunakan sebagai fiksasif atau pengikat bahan-bahan pewangi
lain dalam komposisi parfum dan kosmetik. Selain digunakan dalam bentuk minyak,
daun nilam juga berguna untuk bahan pelembab kulit, menghilangkan bau badan,
pengawet mayat dan obat gatal-gatal pada kulit.
Minyak nilam diekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Singapura,
Jepang, Perancis, Switzerland, Inggris, Taiwan, Belanda, Jerman dan Cina dengan
volume ekspor sebanyak 2.074.250 kg minyak, nilai ekspor US$ 27.136.913 pada
ahun 2004 (BPS, 2007). Perkiraaan pemakaian dunia pada tahun 2006 sekitar 1500
ton / tahun dan Indonesia adalah produsen utama. Situasi tahun 2007 2008 yang
tidak kondusif (harga berfluktuatif cukup signifikan) berakibat turunnya produksi
dan pemakaian sampai lebih dari 40% (Mulyadi, 2008). Performa ekspor minyak
nilam Indonesia secara volume (kg) diperkirakan hanya sekitar 50-60% dari ekspor
2006, meskipun secara nilai (USD/Rp) meningkat tajam karena ada lonjakan harga
yang signifikan

3. Akar wangi (vetiver)


Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Graminae atau
rumput-rumputan. Memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun lebat, akar
serabut bercabang banyak berwarna merah tua. Waktu penanaman setiap saat
sepanjang tahun, namun yang terbaik adalah di awal musim hujan.
Proses produksi minyak akar wangi dilakukan dengan penyulingan uap pada
tekanan bertingkat I-3 atm selama 8 9 jam dengan laju destilasi 0,7 0,8 liter
destilat/kg akar/jam. Rendemen rata-rata minyak akar wangi 1,5 2%. Mutu minyak
akar wangi tidak hanya tergantung pada umur akar, tetapi juga tergantung dari
lamanya penyulingan. Bau gosong yang ditimbulkan karena penyulingan yang cepat
akan menurunkan mutu dan harga minyak akar wangi yang diinginkan pembeli.
Komponen yang menyusun minyak akar wangi yaitu: vetiveron, vetiverol,
vetivenil, vetivenal, asam palmitat, asam benzoat, dan vetivena. Banyak digunakan
sebagai bahan baku kosmetik, parfum, dan bahan pewangi sabun. Minyak akar
wangi mempunyai bau yang menyenangkan, keras, tahan lama, dan disamping itu
juga berfungsi sebagai pengikat bau (fixative).
Perkiraan permintaan dunia lebih dari 200 ton / tahun. Indonesia merupakan
pemain penting dengan sentra produksi di Garut memiliki luas areal sebesar 2.063
ha dan produksi minyak sebanyak 34,5 ton pada tahun 2007 (Subdit. Tanaman Atsiri
Deptan, 2008). Dewasa ini selain ke Eropa, minyak akar wangi juga diekspor ke
USA, Jepang, dan Singapura.

4. Sereh Wangi (Sitronella)


Sereh wangi diduga berasal dari Srilangka. Nama latinnya adalah
Cymbopogon nardus L., termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan). Varietas
sereh wangi yang paling dikenal adalah varitas Mahapegiri (java citronella oil) dan
varitas Lenabatu (cylon citronella oil). Varitas Mahapegiri mampu memberikan mutu
dan rendemen minyak yang lebih baik dbandingkan varitas Lenabatu.
Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan
luas areal pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha (Tabel 3), terbesar di daerah Jawa,
khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari
total produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan Sumatera Barat. Daerah
sentra produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta, Subang, Pandeglang, Bandung,
Ciamis, Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap,
Purbalingga dan Pemalang (Data Sbdit Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).
Proses pengambilan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan
melalui proses penyulingan selama 3 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh
wangi sekitar 0,6 1,2% tergantng jenis sereh wangi serta penanganan dan
efektifitas penyulingan.
Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal dan
geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai
harga minyak atsiri, sehingga kadarnya harus memenuhi syarat ekspor agar dapat
diterima. Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun,
sprays, desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan
aneka ragam preparasi teknis.
Perkiraan pemakaian dunia pada tahun 2007 lebih dari 2000 ton / tahun.
Indonesia adalah produsen ketiga dunia setelah Cnia dan Vietnam. Beberapa negara
yang selalu aktif membeli sereh wangi Indonesia antara lain adalah Singapura,
Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan.

5. Cengkeh (clove)
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memliki batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15
20 meter dan dapat bertahan sampai umur ratusan tahun.
Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon
mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan
minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun
kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada bagian bunga (20%) sedangkan
bagian gagang dan daun mengandung sekitar 4 6 %.
Areal produksi tanaman cengkeh hampir tersebar di semua daerah di Indonesia
mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal terluas di Jawa dan Sulawesi. Luas
areal tanaman ini mengalami sedikit peningkatan setiap tahunnya atau lebih
cenderung stabil
Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan minyak cengkeh
adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 8 jam
untuk daun basah dan 6 7 jam untuk penyulingan daun kering.
Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar dapat
mempersingkat lama penyulingan menjadi 4 5 jam.
Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-
kuningan mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya
akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi
atau akibat penyimpanan.
Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, Sumtarea Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Produksi minyak cengkeh
Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2.500 ton dengan perkiraan pemakaian dunia
sekitar 3.500 ton / tahun (Mulyadi, 2008). Walaupun demikian volume ekspor
minyak cengkeh sangat kecil, karena sebagian besar minyak cengkeh sudah diolah
menjadi produk turunannya sehingga yang diekspor lebih banyak pada produk
turunannya, seperti eugenol, eugenol asetat, dll.

6. Pala (nutmeg)

Pala yang mempunyai mutu terbaik dalam dunia perdagangan adalah pala
yang berasal dari Myristica fragrans H. Pala menghendaki iklim laut yang panas (25
30 C), tetapi basah, curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanaman pala dapat tumbuh di
dataran rendah yang kurang dari 700 m dpl pada tanah berpasir bercampur humus.
Tingginya dapat mencapai 12 m. Mulai berbunga dan berbuah setelah berumur 4 6
tahun, dan produktif berbuah sampai 25 tahun. Buah pala berbentuk bulat telur
sampai lonjong, bagian terluar adalah kulit buah. Di bawah daging buah terdapat
tempurung biji yang diselubungi oleh jala berwarna merah api yang disebut dengan
fuli. Di awah tempurung tersebut terdapat biji pala.
Tanaman pala tersebar di wilayah Sumatera, NAD, Jawa, Sulawesi dan
Maluku. Luas arel terbesar berada di NAD dan Maluku. Minyak pala dihasilkan
dengan penyulingan air dan uap dari biji atau fulinya. Biji pala menghasilkan
minyak atsiri sekitar 7-16%, sedangkan bagian fuli menghasilkan minyak sekitar 4
15%. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan
dengan biji pala tua.

Komponen utama minyak pala adalah miristisin yang bersifat racun dan
mempunyai efek narkotika, sehingga penggunaan dalam industri pangan dan obat-
obatan sangat sedikit. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dn pasta
gigi.

Indonesia memegang peranan penting dalam pasar dunia karena sebagian


besar kebutuhan pala dunia berasal dari Indonesia. Negara produsen utama lainnya
adalah Granada, India, dan Madagaskar. Lebih dari 60% kebutuhan pala dunia
berasal dari Indonesia dengan volume ekspor lebih dari 200 ton/tahun, cenderung
stabil hingga tahun 2007 (Mulyadi, 2008). Namun pada tahun 2008, output minyak
pala Indonesia menurun drastis karena hama yang menyerang tanaman pala di
Sumatera. Jika ditinjau dari nilainya, perkembangan nilai ekspor minyak pala
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan.

7. Jahe

Kondisi lingkungan dimana tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik adalah
pada curah hujan sekitar 2500-4000 mm per tahun, pada suhu 25-35 oC, dan dengan
kelembaban udara yang sedang dan tinggi. Tanaman jahe menghendaki tanah yang
subur, gembur, kaya akan humus dan berdrainase baik; dapat juga tumbuh di tanah
latosol merah coklat dan tanah andosol.

Proses produksi minyak jahe dilakukan dengan penyulingan (melalui steam


distillation atau water distillation) atau ekstraksi rimpang jahe yang sebelumnya
telah dikeringkan dalam bentuk serpihan atau dibuat serbuk. Rendemen rata-rata
minyak jahe adalah 1-3% (kering) tergantung jenis jahe serta penanganan dan
efektifitas proses penyulingan. Ekstraksi dengan pelarut menghasilkan rendemen
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyulingan, karena selan minyak atsiri, juga
dihasilkan oleoresin. Oleoresin inilah yang membentuk rasa pedas pada jahe.

Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen, dan zingberol yang
menyebabkan bau khas minyak jahe. Minyak jahe digunakan sebagai bahan baku
minuman ringan (ginger ale), dalam industri penyedap, farmasi dan wangi-wangian.

Minyak jahe banyak diekspor ke USA, Singapura, Jerman, India dan Afrika
Selatan, dengan importir terbesar adalah USA. Indonesia masih sebagai produsen
jahe ketiga terbesar setelah China dan India di pasar global, padahal secara iklim dan
kesesuaian lahan Indonesia sangat potensial.

8. Kenanga (Cananaga)

Tanaman kenanga (Cananga odorata) berasal dari Filipina. Di Pulau Jawa


tanaman tersebut tumbuh liar. Tanaman kenanga tumbuh subur di dataran rendah
dengan kelembaban tinggi, beriklim tropis dan dekat dengan pantai. Di Jawa,
kenanga biasanya ditanam di pekarangan rumah, tidak dibudidayakan.

Bunga yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna
kuning. Rendemen dan mutu minyak tertinggi terdapat pada bunga yang telah
matang sempurna (warna kuning tua).

Minyak nenanga diperoleh dengan cara penyulingan bunga kenanga. Di daerah


biasanya dilakukan dengan cara rebus. Hasil sulingan terdiri dari beberapa fraksi
yang mempunyai komposisi dan mutu yang berbeda. Fraksi dengan mutu paling baik
adalah yang mengandung kadar ester dan eter yang tinggi, sesquiterpen yang rendah.
Minyak kenanga diekspor masih dalam keadaan crude. Oleh importir Amerika dan
Eropa, minyak kenanga biasanya direktifikasi untuk menghasilkan minyak yang
lebih jernih dan lebih mudah larut. Minyak yang dihasilkan akan menyusut sebanyak
25%.
Minyak kenanga hanya diproduksi di Indonesia dengan output sebesar 20
ton/tahun. Khusus di Pulau Jawa daerah penghasil minyak kenanga adalah Boyolali
dan Blitar. Di dunia pemakaian minyak kenanga masih terbatas dibandingkan
minyak ylang-ylang, namun masih tetap penting karena bau minyak kenanga lebih
tahan lama dan lebih murah dibandingkan minyak ylang-ylang. Dalam industri,
minyak kenanga biasa digunakan sebagai bahan pewangi sabun.

9. Cendana (sandalwood)

Minyak cendana (Santanum album L) di Indonesia banyak terdapat di Pulau


Timor. Tanaman cendana berupa pohon kecil yang selalu hijau dengan batang lurus
dan bulat tanpa alur. Tanaman ini sangat cocok pada daerah yang berudara dingin
dan kering serta intensitas cahaya matahari yang cukup. Bulan kering yang panjang
sangat baik pengaruhnya terhadap pembentukan minyak dan aroma. Varietas
tanaman cendana yang berdaun kecil, mempunyai kadar minyak yang lebih tinggi
pada bagian kayu teras, namun kadar santanolnya lebih rendah.

Minyak cendana diperoleh dari hasil pengulingan jantung kayu cendana


dengan waktu penyulingan cukup lama karena titik didih minyak ini cukup tinggi.
Rendemennya sekitar 3-5%.

Komponen utama dalam minyak cendana adalah santanol. Dalam perdagangan


internasional, kadar santanol tersebut harus lebih dari 90%, jika tidak maka pasar
tidak akan menerimanya.

Perkiraan permintaan dunia lebih dari 50 ton/tahun. Indonesia pernah


menduduki peringkat ke-2 setelah India (Myrose). Sandalwood oil memegang
peranan penting dalam industri wewangian. Selain dapat digunakan untuk minyak
wangi sendiri, dapat pula untuk pengikat minyak wangi mahal (Violet, Cassie, Rose,
Reseda, dan Ambete)

10. Masoi
Masoi (Cryptocarya spp) tumbuh liar di hutan Indonesia bagian Timur,
tingginya sekitar 40 m. Berbatang tegak, bagian dalam berwarna merah, sedangkan
kulit berwarna kelabu muda.

Minyak masoi dihasilkan dari proses penyulingan kulit kayu masoi,


mempunyai bau wangi (sweetish oil) dan terasa pedas jika terkena kulit. Minyak ini
mengandung sekitar 80% eugenol, dan 6% terpene dan safrole. Minyak ini
merupakan sumber natural laktone. Kandungan safrole dalam minyak masoi
dibutuhkan dalam industri kimia, untuk pembuat heliotropin, bahan baku celluloide
(film), kosmetik dan wewangian.

Minyak masoi diproduksi di Indonesia dengan output lebih dari 5 ton per
tahun dengan negara tujuan ekspor yakni USA, Eropa, Australia dan Jepang.

11. Kayu Putih

Kayu putih (Melaleuca spp) termasuk ke dalam famili Myrtaceace dan ordo
Myrtalae. Beberapa spesies yang sudah diketahui dapat menghasilkan minyak kayu
putih dan sudah diusahakan secara komersil adalah M. leucodendrom, M. cajuputih
Roxb dan M. viridiflora Corn.

Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh
di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemukan di daerah pegunungan. Tanaman
kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang berbeda
dengan yang terdapat pada dataran rendah. Tanaman yang tumbuh di rawa-rawa
mempunyai kadar sineol yang rendah, bahkan ada yang tidak mengandung sineol,
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomi.

Di Indonesia tanaman kayu putih tumbuh di Maluku (Pulau Buru, Seram,


Nusalaut, Ambon) dan Sumatera Selatan (sepanjang Sungai Musi, Palembang),
Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Di daerah tersebut
tanaman kayu putih tumbuh secara alami, sedangkan tanaman yang diusahakan
terdapat di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Minyak kayu putih yang diperoleh dengan cara menyuling daun tanaman kayu
putih berwarna biru sampai hijau, sementara minyak kayu putih yang telah
dimurnikan berwarna kuning sampai tidak berwarna dan berbau seperti kamfer.

Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai 65%.
Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan
sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih
juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum. Tanaman lain
yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih besar
yakni sekitar 85%.

Permintaan dunia untuk minyak kayu putih ini diperkirakan lebih dari 100 ton
per tahun dengan pemakaian terbesar di Asia tengara, sedangkan di dunia, yang lebih
banyak diguakan adalah minyak eucalyptus.

12. Jeruk Purut (Kaffir Lime)

Tinggi pohonnya antara 2 dan 12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau
bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna
hijau tua, dapat polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau
kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan
bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun.

Untuk mendapatkan minyak jeruk purut pada umumnya dilakukan


penyulingan dengan metode kukus ataupun uap. Bahan yang digunakan adalah daun
atau kulit buah jeruk purut tersebut.

Karakteristik minyak daunya terutama didominasi oleh minyak atsiri citronelal


(80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol, dan limonena.

Minyak atsiri yang berasal dari kulit jeruk purut pada indutri banyak
digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik, dan lain-lain,
Minyak daun jeruk purut dalam perdagangan internasional disebut kaffir lime
oil. Minyak atisiri ini banyak diproduksi di Indonesia dengan output beberapa ton
per tahun. Pemakaian minyak jeruk purut sementara ini hanya untuk fragran,
padahal potensi di flavor cukup besar.

13. Adas (Fennel)

Minyak adas, disebut juga fennel oil, dihasilkan dari tanaman adas. Varietas
yang menghasilkan minyak adas terdiri dari 2 sub spesies, yaitu Var. Vulgare
(Miller) Thelling (liar dan pahit) dan Var. Dulce (Miller) Thelling (budidaya secara
intensif dan manis).

Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji)
adas menggunakan sistem penyulingan uap. Rendemennya sekitar 1-6%.
Penyulingan sebaiknya langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses
penyulingan, harus dijaga agar suhu kondensor agak tinggi, untuk mencegah
pembekuan minyak dalam tabung kondensor.

Komponen utama yang terdapat pada minyak adas seperti anthole, fenchone,
dan estragole. Keberadaan komponen tersebut tergantung pada jenis varietas adas
yang digunakan.
14. Melati (Jasmine)

Ada dua macam varietas melati yang diusahakan yaitu tanaman J. officinale L;
dan J. officinale var grandiflorum L. Perancis merupakan negara yang paling banyak
memproduksi bunga melati dan terutama diproduksi untuk parfum.

Bunga setelah dipetik tetap hidup secara fisiologis dan memproduksi minyak
atsiri. Produksi minyak atsiri oleh bunga tersebut akan terhenti apabila bunga telah
mati dan membusuk. Untuk mendapatkan minyak bunga melati, dilakukan dengan
cara ekstraksi menggunakan sistem enfleurasi (lemak dingin). Dengan cara ini,
rendemen yang dihasilkan cukup tinggi dan tingkat kewangian yang tinggi, namun
biaya produksinya cukup mahal, sehingga jarang dipergunakan. Cara ekstraksi
lainnya adalah dengan mempergunakan pelarut menguap (solvent extraction).
Minyak melati yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai bau
khas minyak melati. Absolute melati bersifat lengket, jernih, berwarna kuning coklat
dan mempunyai bau harum. Apabila mengadsorbsi udara, minyak berubah baunya,
lebih kental, dan akhirnya membentuk resin.

Minyak bunga melati umumnya dipergunakan sebaga zat pewangi parfum


kelas tinggi. Minyak ini biasanya diekspor ke Singapura, Australia, Eropa, Timur
Tengah, India, China, dan Thailand. Volume ekspor minyak melati mengalami
penurunan drastis pada tahun 2005 dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 1. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri di Indonesia


No
Tanaman Nama Latin Sumber Minyak
.
1. Adas Foenicullum vulgare Buah dan Biji
2. Akar wangi Vetiveria zizanoides Akar
3. Anis Clausena anisata Buah dan Biji
4. Bangle Zingiber purpureum Roxb. Akar
5. Cempaka Michelia champaca Cempaka
6. Cendana Santalum album Kayu Teras
7. Cengkeh Syzygium aromaticum Bunga
8. Eucalyptus Eucalyptus sp. Daun
9. Gaharu Aquilaria sp kayu
10. Gandapura Gaultheria sp. Daun & Gagang
11. Jahe Zingiber officinale Akar
12. Jeringau Acarus calamus -
13. Jeruk Purut Citrus hystrix buah
14. Kapulaga Amomum Cardamomum Buah dan Biji
15. Kayu Manis Cinnamomum cassia Batang
16. Kayu Putih Melaleuca leucadendron LI Daun
17. Kemangi Basil Oil Daun
18. Kemukus Piper cubeba L. Buah
19. Kenanga Canangium odoratum Bunga
20. Kencur Caempreria galanga akar
21. Ketumbar Coriandrum sativum Buah dan Biji
22. Klausena Clausena anisata biji
23. Kunyit Curcuma domestica Akar
24. Lada Piper nigrum L. Buah dan Biji
25. Lengkuas Hutan Alpinia Malacensis Akar
26. Lengkuas Hutan Alpinia Malacensis Oil akar
27. Manis Cinnamomum casea daun
28. Massoi Criptocaria massoia Batang
29. Mawar Rosa sp. Bunga
30. Melati Jasminum sambac Bunga
31. Mentha Mentha arvensis Daun
32. Nilam Pogostemon cablin Daun
33. Pala Myristica fragrans Houtt Biji dan Fuli
34. Palmarosa Cymbopogon martini Daun
35. Pinus Pinus merkusii Getah
36. Rosemari Rosmarinus officinale bunga
37. Sedap Malam Polianthes tuberose Bunga
38. Selasih Mekah Ocimum gratissimum Bunga
39. Seledri Avium graveolens L. Daun, Batang
40. Sereh Dapur Andropogon citratus Daun
41. Sereh Wangi Cymbopogon citrates Daun
42. Surawung Pohon Backhousia citriodora daun
43. Temulawak Curcuma xanthorizza Akar
44. Ylang-ylang Canangium odoratum Bunga

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri


Mutu minyak atsiri dipengaruhi oleh beberapa factor, mulai dari pemilihan
varietas, kondisi bahan baku, peralatan, metode penyulingan, serta cara penyimpanan
produk. Jika semua persyaratan tersebut tidak terpenuhi, hasil dari produk minyak atsiri
yang didapat tidak akan sesuai. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi mutu
minyak atsiri :

1. Bahan baku
Bahan baku akan menentukan kualitas minyak atsiri. Kondisi bahan yang optimal
mempengaruhi mutu minyak atsiri, misalnya cara pemetikan yang sesuai dan
penetuan tingkat ketuaan bahan.
2. Penanganan pasca panen
Penanganan pascapanen minyak atsiri tidak sama untuk setiap bagiannya, baik daun,
bunga, batang, kulit, rimpang, atau bijinya. Ketidakseragaman penanganan
pascapanen akan mengurangi mutu minyak atsiri.
3. Proses produksi
Seperti halnya pada penyediaan bahan baku dan penanganan pascapanen, kesalahan
dalam proses produksi atau pengolahan akan menimbulkan efek negatif. Kesalahan
produksi dapat menurunkan rendeman dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan.
4. Penyimpanan
Minyak atsiri sebaiknya disimpan dalam kemasan botol kaca berwarna gelap dan
tertutup rapat. Minyak atsiri yang disimpan dalam wadah logam dapat
mengakibatkan perubahan warna minyak dari jernih hingga kecoklatan karena
adanya reaksi karat dari logam.
Berikut standar mutu dari beberapa jenis minyak atsiri ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2. Standar Mutu Beberapa Jenis Minyak Atsiri
Parameter
No Jenis Minyak
Berat Jenis Indeks Bias Komponen
. Atsiri Kelarutan
25 C/ 25 C 25 C Utama
0,963-0,976 1,480-1,508 Dalam etanol Benzil Asetat
Minyak Cendana
1. 70%
(Sandalwood oil)
1:5 jernih
Minyak Akar 0,980-1,003 1,520-1,530 Dalam etanol Santanol
2. Wangi (vertiver 95%
oil) 1:1 jernih
0,959-0,975 2,507-1,515 Dalam etanol Vetivarol,
3. Minyak nilam 90% vetivarol asetat
1:10 jernih
1,065-1,088 1,541-1,576 Dalam etanol Euganol 82-90%
4. Minyak cengkeh 70% -kariofilen
1:2 jernih Euganol Asetat
0,904-0,920 1,493-1,503 Dalam etanol
5. Minyak kenanga 95% 1:0,5
jernih
1,03-1,05 1,526-1,534 Dalam etanol Euganol 70-80%
Minyak daun
6. 70% Sinnamaldehida
kayu manis Sineol
1:2 jernih
0,876-0,919 1,488-1,495 Dalam etanol Sitronellal,
Minyak serai
7. 80% Geraniol
wangi
1:2 jernih
0,880-0,930 1,470-1,497 Dalam etanol --pinena,
8. Minyak Pala 90% Limonen
1:3 jernih
1,008-1,030 1,559-1,595 Dalam etanol Sinnamaldehide
Minyak kayu
9. 70%
manis
1:3 jernih
0,866-0,884 1,479-1,488 Dalam etanol -- pinena,
10. Minyak lada 95% 1:3 Limone
jernih

G. Penggunaan dan Aktivitas Biologi Minyak Atsiri


Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan
tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman.
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri
makanan dan minuman.
Pemanfaatan minyak atsiri untuk berbagai penyakit telah terbukti secara empiris
maupun ilmiah. Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai
kemampuan seperti anti inflamasi, antiseptik/antibakteri, perangsang selera makan,
karminatif, deodoran, ekspektoran, insektisida, dan sedatif.
Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap
bakteri, virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti. Dari
hasil penelitian, sekitar 35 jenis minyak atsiri telah diketahui memiliki kemampuan
sebagai antimikroba dengan kekuatan yang berbeda. Ada sembilan jenis minyak atsiri
yang memiliki efektivitas paling tinggi diantaranya minyak kayu manis (terhadap
Candida albicans, Diplococcus penumonia, Enterococcus, E. Coli, dan klebsiella), tea
tree (terhadap Candida albicans, dan E. Coli), minyak kayu putih (Diplococcus
pheumonia, E. Coli, Klebsiella, dan Candida albicans), minyak cengkeh (Candida
albicans, Diplococcus pneumonia, Enterokokus, E. Coli, dan Klebsiella), serta minyak
Red Thyme terhadap Enterobacter aerogenes, Candida albicans, Diplococcus pneumonia,
Enterococcus, E. Coli, dan Klebsiella).
Minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antiinflamasi (menghilangkan peradangan)
adalah minyak lavender. Minyak ini biasanya hanya digunakan untuk mngetasi inflamasi
ringan, seperti luka bakar karena sinar matahari. Senyawa lain dalam minyak tersebut
yang direkomendasikan efektif untuk menghilangkan bau badan/deodoran adalah
geraniol, patchoulol, dan linalool. Senyawa-senyawa tersebut terdapat pada minyak
nilam, jahe, pala, dan serai wangi.
Minyak ketumbar, adas, kemangi, dan thymi diketahui memiliki efek yang kuat
pada sistem pencernaan sebagai perangsang selera makan. Selain itu, kelimanya mampu
meningkatkan sekresi lambung, kandungan empedu, dan memiliki efek karminatif.
Minyak citrus dan rosmarinum juga memiliki efek pada sistem pencernaan dan
memperbaiki fungsi hati.
Beberapa minyak atsiri seperti minyak klausena mempunyai khasiat ekspektoran
yang bersifat mukolitik (menghilangkan selaput lendir) karena mengandung senyawa
keton yang kuat (carvon, menthon, thujon, dan pinocamphon). Di samping itu, minyak
eucalyptus, anis, adas, dan thymi diketahui mengandung 1,8 sineol yang juga berkhasiat
sebagai ekspektoran. Minyak atsiri yang berkhasiat sedatif atau penenang yaitu minyak
valerian karena mengandung valepotriat 1,5%, minyak lavander mengandung senyawa
coumarin (0,25%), dan senyawa miristisin yang terdapat pada minyak pala.
Minyak ganda pura, chamomil, cengkih, dan lavender termasuk jenis-jenis
minyak atsiri yang empunyai efek sebagai analgesik sehingga minyak tersebut sering
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena pegal-pegal atau sakit gigi. Sementara
itu, minyak yang mengandung senyawa cironella seperti minyak serai wangi, Ocimum
basillicum, Cinnamomun camphora, dan eucalyptus memiliki aktivitas sebagai
insektisida. Hal itu juga terdapat pada senyawa thymol dalam Thymus vulgaris dan
Meulaleuca alternifolia.
DAFTAR PUSTAKA

Satuhu, Suryanti; Sri Yulianti. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta. Penebar
Swadaya Group
Kardian, Agus. 2012. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta. AgroMedia
Ketaren, S.,. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta. Balai Pustaka
Arniputri, Retna Bandriarti; Amalia Tetrani Sakya; Muji Rahayu. 2007. Identifikasi
Komponen Utama Minyak Atsiri Temu Kunci (Kamferia pandurata
ROXB.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda). Biodiversitas. Volume
no. 2 halaman 135-137.
Diakses pada 20 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16902/4/Chapter
%20II.pdf
Diakses pada 20 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://digilib.unila.ac.id/7354/15/15.%20BAB%202.pdf
Diakses pada 20 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://www.mynorival.com/2012/02/eteris-oil.html
Diakses pada 21 Desember 2016. Dapat dilihat pada :
http://www.tanamanberkhasiat.com/2016/11/tanaman-penghasil-minyak-
atsiri.html
Diakses pada 21 Desember 201. Dapat dilihat pada :
https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/
Diakses pada 21 Desember 2016. Dapat dilihat pada : http://www.atsiri-
indonesia.com/tanaman-atsiri.php

Anda mungkin juga menyukai