Anda di halaman 1dari 8

Netralisasi

Netralisasiadalahsuatu proses untukmemisahkanasamlemakbebas (ALB) dariminyakataulemak,


dengancaramereaksikanasamlemakbebasdenganbasaataupereaksilainnyasehingggamembentuksa
bun (soap stock) dengantujuanmemurnikanminyak.
Pemisahanasamlemakbebasjugadapatdilakukandengancarapenyulingan yang
dikenaldenganistilah de-asidifikasi.
Proses netralisasidapatdilakukandengancara :

A. NetralisasidenganNatriumKarbonat (Na2CO3)

Keuntunganmenggunakanpersenyawaankarbonatadalahkarenatrigliseridatidakikuttersabunkan,
sehingganilairefining
factordapatdiperkecil.Suatukelemahandaripemakaiansenyawainiadalahkarenasabun yang
terbentuksukardipisahkan. Hal inidisebabkankarena gas CO2 yang
dibebaskandarikarbonatakanmenimbulkanbusadalamminyak.

Netralisasimenggunakannatriumkarbonatbiasanyadisusuldenganpencucianmenggunakankaustik
soda encer, sehinggamemperbaikimutu, terutamawarnaminyak. Hal
iniakanmengurangijumlahabsorben yang dibutuhkanpada proses pencucian.

Padaumumnyanetralisasiminyakmenggunakannatriumkarbonatdilakukan di bawahsuhu 50oC,


sehinggaseluruhasamlemakbebas yang
bereaksidengannatriumkarbonatakanmembentuksabundanasamkarbonat,
denganreaksisebagaiberikut:

Padapemanasan, asamkarbonat yang terbentukakanteruraimenjadi gas CO 2dan H2O. gas CO2


yang dibebaskanakanmembentukbusadalamsabun yang
terbentukdanmengapungkanpartikelsabun di ataspermukaanminyak. Gas
tersebutdapatdihilangkandengancaramengalirkanuappanasatauataudengancaramenurunkantekana
nudara di ataspermukaanminyakdenganpompavakum.
Cara netralisasiadalahdenganminyakdinetralkan, dipanaskanpadasuhu 35-40oC
dengantekananlebihrendahdari 1 atmosfir.Selanjutnyaditambahkanlarutannatriumkarbonat,
kemudiandiadukselama 10-15 menitdengankecepatanpengadukan 65-75
rpm.Kemudiankecepatanpengadukandikurangi 15-20 rpm dantekananvakumdiperkecilselama
20-30 menit.Dengancaratersebut, gas CO2 yang terbentukakanmenguapdanasamlemakbebas yang
tertinggaldalamminyakkuranglebihsebesar 0,05%. Sabun yang
terbentukdapatdiendapkandenganmenambahkangaram, misalnyanatriumsulfatataunatriumsilikat,
ataumencucinyadengan air panas.Setelahsabundipisahkandariminyakselanjutnyadilakukan proses
pemucatan.

Minyakdalamsabun yang
telahmengendapdapatdipisahkandengancaramenyaringmenggunakanfilter press.
Asamlemakbebas yang telahmembentuksabun (soap stock)
dapatdiperolehkembalijikasabuntersebutdireaksikandenganasam mineral.

Keuntungannetralisasimenggunakannatriumkarbonatadalahsabun yang
terbentukbersifatpekatdanmudahdipisahkan,
sertadapatdipakailangsunguntukpembuatansabunbermutubaik.Minyak yang
dihasilkanmmlebihbaik, terutamasetelahmengalami proses deodorisasi. Di
sampingitutrigliseridatidakikuttersabunkansehinggarendemenminyaknetra yang
dihasilkanlebihbesar.

Kelemahannyaadalahkarenacaratersebutsukardilaksanakandalampraktek, dan di
sampingituuntukminyaksemi drying oil sepertiminyakkedelai, sabun yang
terbentuksukardisaringkarenaadanyabusa yang disebabkanoleh gas CO2.

PROSES NETRALISASI

Keadaanproses :

Feed (CPO) : 1000 kg/h

Reangen1 :NatriumKarbonat ( Na2CO3)


Reagen2 :NaOH

Suhu : 35 oC 40 oC

Kecepatan : 65 75 rpmm

Tekanan :< 1 atm

Pada setiap pengendalian/kontrol terhadap suatu proses, hal yang penting


untuk diperhatikan adalah mengenai variabel proses. Variabel proses adalah semua
kondisi operasi proses yang dapat mengalami perubahan. Diantara variabel proses
tersebut, ada yang memberikan informasi tentang proses yang berlangsung, dan
ada juga variabel proses yang dapat mempengaruhi jalannya proses. Variabel
proses dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok :

1. Variabel Input
Variabel input adalah variabel yang menunjukkan efek lingkungan pada proses yang
dituju. atau dapat diartikan sebagai semua veriabel yang terdapat pada bagian
input dari suatu proses. Variabel input ini diklasifikasikan dalam 2 bagian yaitu :

Manipulated Variable, jika harga variabel ini dapat diatur atau dikendalikan
dengan bebas oleh operator atau sistem pengendali. Variable ini merupakan
variabel yang dapat diukur atau disebut juga measured variable pada suatu
sistem pengendali.
Disturbance Variable, jika harga variabel tidak dapat diatur/dikendalikan oleh
operator atau sistem pengendali. Variabel ini dapat berupa variabel terukur dan
tidak terukur (measured and unmeasured variable).
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menunjukkan gambaran kondisi di dalam
proses/unit proses, yang diketahui melalui mekanisme pengukuran. Variable ini
diklasifikasikan menjadi 2 bagian :

Controlled Variable (Variabel yang dikontrol), variabel ini terbagi 2 yaitu


measured output variable (jika variabel dapat diketahui/diukur secara langsung
menggunakan elemen pengukur) dan unmeasured output variable (jika variabel
tidak dapat diketahui dengan pengukuran secara langsung.
Uncontrolled Variable (Varibel yang tidak dikontrol)

Variabel
No Variabel Final
Signal Manipula Controller
. Kontrol Controll
si

Computer
Electrical Tekanan
1 pressure based control Valve
signall vessel
mode PID

Laju alir Computer


Electrical CPO
2 Level based control Display
signall
keluaran mode PID
Computer
Electrical Laju Alir
3 Flow based control Valve
signall CPO
mode PID

URAIAN

Sebelum umpan masuk ke dalam static mixer, maka proses dilengkapi dengan valve,
dimana valve ini bertujuan untuk mengontrol aliran atau umpan yang akan masuk kedalam static
mixer, dimana agar valve dapat terbuka, tertutup, mengecil, atau membesar, maka valve
dilengkapi dengan suatu system kontrol yaitu FT 101 (flow transmitter), FC 101(flow controller)
dan FV 101(flow valve). dimana, dimulai dari FT 101(flow transmitter) yang memberikan sinyal
ke kontroler (FC atau flow controller) secara elektrik kemudian dari flow controller akan
mengarahkan FV (Flow valve) untuk membuka atau menutup, mengecil, atau membesar sesuai
dengan kondisi proses yang diinginkan.

Setelah itu, umpan akan masuk kedalam static mixer. Didalam static mixer, umpan akan
dicampur dengan reagen 1. Dimana, jumlah dari reagen yang dicampur dengan umpan harus
diatur sedemikian rupa. Karena dalam proses netralisasi minyak, maka penggunaan reagen 1
berlebihan, atau basa berlebihan akan mengurangi rendemen minyak (kaena semakin banyak
trigliserida yang tersabunkan), sedangkan jika prnggunaan reagen1 terlalu sedikit kemungkinan
penyabunan trigliserida diperkecil tetapi kehilangan minyak bertambah besar karena sabun
dalam minyak akan membentuk emulsi. Jadi, perlu adanya control pada saat akan
mencampurkan reagen, oleh karena itu, sebelum pemasukkan reagen ke static mixer, maka
dilengkapi dengan valve, dimana untuk mengontrol valve dapat terbuka, tertutup, mengecil, atau
membesar, maka valve dilengkapi dengan suatu system kontrol yaitu FT 102 (flow transmitter),
FC(flow controller), AV 103 (analysis valve). Dimulai dari dimulai dari FT 101(flow transmitter)
yang memberikan sinyal ke kontroler (FC atau flow controller) dan AV (analysis valve ) secara
elektrik sehingga dapat memberikan perintah untuk valve agar membuka, menutup, membesar,
atau mengecil sesuai dengan kondisi proses yang diinginkan.
Setelah dari static mixer maka umpan akan dimasukkan ke dalam neutralizer untuk
dilakukan proses netralisasi, namun sebelum masuk kedalam neutralizer maka harus dilakukan
pengontrolan kualitas umpan terlebih dahulu, oleh sebab itu dilengkapi dengan AT 103, AY 103,
dan AC 103, dimana ketiga system ini berfungsi untuk memberikan sinyal kepada AV 103 untuk
mengatur bukaan valve agar kualitas umpan sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian umpan
akan dimasukkan kedalam neutralizer, didalam neutralizer ini akan dilakukan reaksi netralisasi.
Dimana dibutuhkan kondisi proses, seperti pengadukan. Oleh sebab itu, vessel dilengkapi dengan
impeller dan motor impeller pada bagian atas vessel, kemudian kondisi reaksi dilakukan dalam
keadaan vakum (<1 atm) dan pada suhu 40-50oC oleh sebab itu perlu dialirkan steam atau
pemanas pada vessel. Karena semua kondisi proses ii, maka vessel dilengkapi dengan PSV
(pressure safety valve) yang tujuan nya adalah untuk mengontrol pressure yang ada pada vessel,
dimana dengan menggunakan elektrical signal. Setelah proses netralisai selesai. Maka produk
akan dipompa kan keluar dengan menggunakan pompa. Pada pompa akan dilengkapi dengan LC
(level control) untuk mengontrol agar tidak teradi kekosongan pada pompa. Pada bagian
discharge akan dilengkapi dengan system kontrol, yaitu AT 104 dan AC 104, dimana, pada saat
produk keluar makan AT 104 akan mengirim sinyal berupa electrical signal menuju AC 104
(analysis controller) untuk mengetahui apakah produk yang keluar sudah memenuhi kualitas
yang diharapkan atau tidak. Apabila produk yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan
maka produk akan dipompakan menuju valve yang telah dilengkapi system kontrol yaitu FC
(flow control) dan FV 106 (flow valve) untuk mengatur bukaan valve. dan dikirim ke unit
selanjutnya yaitu unit refinering dan washing, sedangkan jika produk tidak memenuhi kualitas
yang diharapkan makan dia akan dipompakan dan dimasukkan kembali kedalam neutralizer
untuk memperbaiki kualitas produk. Dimana sebelum masuk kedalam unit neutralizer aliran
harus dipanaskan dengan menggunakan heat exchanger, kemudian kedalam neutralizer
ditambahkan reagen 2 tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas produk, jumlah reagen 2
yang ditambah harus diatur sedemikian rupa. Oleh sebab itu, pada pemasukkan reagen 2
dilengkapi denga FT 105, FC 105, dan FV 105 tujuannya adalah untuk mengontrol bukaan valve
agar reagen 2 yang masuk sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

SEVEN CONTROL OBJECTIVES


1. Safety => pada neutralizer dilengkapi dengan PSV (pressue safety valve), tujuannya
adalah untuk menjaga dan mengontrol agar tekanan dalam neutralizer tetap sesuai dengan
kondisi proses.
2. Environmental protection => pada vessel dilengkapi dengan PSV (pressue safety valve),
tujuannya agar tidak terjadi peningkatan atau penurunan tekanan yang berlebihan pada
vessel. Karena pada proses netralisasi dengan menggunakan natrium karbonan akan
dihasilkan gas CO2, sehingga dengan adanya PSV ini akan mecegah terjadinya
kebocoran, atau kerusakan pada vessel. Karena jika terjadi kebocoran akan membahakan
lingkungan karena, pada proses ini digunakan senyawa yang berbahaya, yaitu basa kuat.
3. Equipment protection => pada pompa dilengkap dengan liquid control, agar tidak terjadi
kekosongan aliran pada pompa, yang dapat merusak pompa
4. Smooth operation production rate => pada bagian masikan, dilengkapi dengan feed
control. Tujuannya agar tetap menjaga dan mengontrol umpan yang dimasukkan kedalam
proses, sehingga proses dapat berjalan lancer.
5. Product quality => pada bagian output dan sebelum memasuki neutralizer dilengkapi
dengan analisa control sehingga memastikan produk atau umpan yang dimasukkan sesuai
dengan yang diharapkan. Jika seandainya produk tidak sesuai dengan kualitas yang
diharapkan (seperti Ph dan kadar alb), maka akan dikembalikan lagi kedalam neutralizer
untuk dilakukan proses netralisasi kembali.
6. High profit => pada PFD dilengkapi dengan dilenkapi dengan AT 104 dan AC 104
tujuannya adalah unutk menganalisa kualitas produk, danaliran yang akan dimasukkan
kembali kedalam neutralizer sebelummnya akan dipananskan dengam menggunakan
heat exchanger. Steam yang digunakan untuk memanaskan reactor dapat juga digunakan
untuk memanaskan liquid senggi lebih memperkecil kebutuhan biaya steam.
7. Monitoring & diagnosis

Anda mungkin juga menyukai