Anda di halaman 1dari 5

Ilustrasi kasus

Seorang wanita berusia 40 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan


benjolan di leher sejak 20 tahun lalu yang makin lama dirasakan makin
membesar. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada benjolan namun pasien merasa
makin lama semakin sulit bernafas. Pasien mengatakan bahwa tidurnya
mengorok dan sering terbangun saat tidur. Hal ini berakibat aktivitas pasien di
siang hari menjadi terganggu dan pasien sering merasa ngantuk. Pasien tidak
mengeluhkan adanya keringat berlebih, kelemahan pada otot ataupun mudah
merasa lelah. Pasien merasakan tidak terpengaruh terhadap suhu
lingkunganbaik dingin maupun hangat. Nafsu makan pasien meningkat. Pasien
tidak mengeluhkan gangguan pada BAK dan BAB. Riwayat darah tinggi, asma,
alergi disangkal oleh pasien. Dari riwayat keluarga didapatkan bahwa ibu pasien
menderita keluhan yang sama dengan pasien.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah,


kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 94 x/menit kuat
angkat, frekuensi napas 14 x/menit, suhu tubuh 36,7 oC, NRS 0. Berat badan
pasien 70 kg dengan tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan regio kepala dalam
batas normal. Didapatkan benjolan pada leher dengan ukuran 10x10x7 cm yang
ikut bergerak saat pasien diminta menelan. Bruit tiroid tidak ada. KGB tidak
teraba membesar. Pemeriksaan jantung didapatkan bunyi jantung I-II reguler,
bunyi jantung tambahan tidak didapatkan. Suara napas vesikuler tanpa suara
napas tambahan. Pemeriksaan abdomen dan regio genital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan ekstermitas teraba hangat dengan
sensoris dan motoris dalam batas normal, refleks fisiologis menurun, dan tidak
didapatkan refleks patologis.

Pemeriksaan laboratorium didapatkan T3 0,64 (nilai normal: 0,58-1,59), T4


7,22 (nilai normal: 5,10-14,10) TSH 1,20 (nilai normal : 0,27-4,20). Pemeriksaan
foto X-Ray cervical AP-Lateral didapatkan massa tiroid ukuran 10x10x7cm
dengan penyempitan airway setinggi C4-C6.

Perubahan fisiologis

Penyebab hipertiroidisme? (Morgan, 2015; stoelting,2013)

Grave disease

Trias klasik: hipertiroidisme, exopthalmus, dermopati

autoimun (tiroid stimulating antibody berikatan dengan reseptor TSH di


tiroid)

Grave opthalmopaty: retraksi palpebra superior, proptosis, peningkatan


TIK, kelemahan otot)

Toxic multinodular goiter


biasanya berasal dari perkembangan giter simple

dapat menyebabkan pembesaran tiroid yang ekstrem dengan tanda


obstruksi airway

hipermetabolisme lebih ringan daripada grave dan tidak berhubungan


dengan opthalmopati maupun dermopati

TSH secreting pituitary tumors

Adenoma tiroid toksik (Nodul soliter toksik)

Overdosis hormon tiroid pengganti

Manifestasi klinis pada hipertiroidsm? (Morgan, 2015; stoelting, 2013)

Hipermetabolisme

Ansietas

hiperkinesis

kulit hangat dan lembab

peningkatan produksi keringat

Penurunan berat badan

Tidak tahan terhadap suhu panas

kelemahan otot

diare

refleks hiperaktif

gugup

tremor

Retraksi palpebra superior

gangguan tidur

exopthalmus

takikardi

aritmia

atrial fibrilasi

Penegakan diagnosis hipertiroidisme? (morgan,2015)


Peningkatan serum T4 dan T3

Penurunan TSH

Penyebab hipotiroidisme? (morgan,2015)

Autoimun (Tiroiditis hashimoto)

tiroidektomi

Iodine radioaktif

medikasi antitiroid

defisiensi iodine

kegagalan aksis hipotalamus-hipofisis

Manifestasi klinis hipotiroidisme? (morgan,2015 ; stoelting,2013)

Hipometabolisme

fatigue, letargi

apatis

kulit dingin dan kering

rambut kering

lidah besar

Infertilitas

peningkatan berat badan

tidak tahan terhadap suhu dingin

letargi

konstipasi

refleks hipoaktif

depresi

Penurunan denyut jantung, kontraktilitas, stroke volume dan cardiac


output

periferal vasokonstriksi (ekstremitas dingin)

edema periorbital

efusi pleura, pericardial


asites

Diagnostik hipotiroidisme? (stoelting,2013)

Hipotiroidisme primer

penurunan kadar T3 dan T4

Peningkatan kadar TSH

Hipotiroidisme sekunder

Kadar free T4, T4, dan T3 abnormal (turun) dengan kadar TSH rendah

Konfirmasi penyebab (abnormalitas hipofisis) dengan tidak adanya


respon terhadap stimulasi TRH

Euthyroid sick syndrome

kadar T3 dan T4 rendah disertai Kadar TSH yang normal

Fungsi tes tiroid abnormal pada pasien dengan sakit kritis.

Persiapan preoperatif

Pemeriksaan airway --> patensi airway, penyempitan airway (konfirmasi


dengan foto x-ray)

Kemungkinan difficult airway harus diantisipasi dengan baik

Skreening fungsi tiroid dengan wayne indeks dipastikan dengan


laboratorium fungsi tiroid

Apabila fungsi tiroid hipertiroidisme:

Tunda semua operasi elektif (termasuk subtotal tiroidektomi) hingga


klinis dan laboratoris eutiroid setelah terapi medis

Pasien harus memiliki kadar serum T3 dan T4 yang normal

pasien harus dipastikan tidak dalam kondisi takikardi saat istirahat

medikasi antitiroid dan beta bloker dilanjutkan hingga pagi menjelang


operasi.

Jika operasi emergensi harus dilaksanakan, sirkulasi hiperdinamik


dapat dikontrol dengan titrasi infus esmolol

Apabila fungsi tiroid hipotiroidisme:


operasi elektif pada pasien dengan hipotiroidisme berat atau koma
miksedema harus ditunda. Apabila operasi emergensi, pasien harus
diterapi dengan T3 intravena terlebih dahulu

Operasi elektif idealnya dilakukan dalam kondisi eutiroid namun kondisi


hipotiroid ringan atau sedang bukan merupakan kontraindikasi absolut.

Anda mungkin juga menyukai