Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN


4.1 Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian dilakukan secara bertahap, dimulai dengan analisis
deskriptif dengan menghitung besarnya persentase setiap variabel bebas dilanjutkan
dengan analisis bivariat untuk mengetahui besarnya rasio prevalensi serta melihat
besarnya proporsi variabel bebas yang diduga menjadi faktor yang berhubungan
dengan kejadian karies pada subjek penelitian dan dilanjutkan analisis multivariat
dengan uji regresi logistik pada variabel yang memiliki hasil signifikan pada analisis
bivariat.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2016. Jumlah sampel
penelitian yang didapat dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 27 sampel.
Data primer didapatkan dari hasil jawaban kuesioner responden siswa kelas IV-VI SD
Negeri Bawang, Dusun Bulusari, Desa Bawang, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.

4.1.1 Karakteristik Responden


Responden pada penelitian ini adalah siswa kelas IV VI SD Negeri Bawang,
Dusun Bulusari, Desa Bawang, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah pada tanggal 30 Agustus 2016 dengan karakteristik sebagai berikut:
A. Jenis Kelamin
Tabel . Distribusi frekuensi jenis kelamin responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 16 59,3
Perempuan 11 40,7
Total 27 100
Berdasarkan tabel di atas, responden terdiri dari 59,3% berjenis
kelamin laki-laki dan 40,7% perempuan.

B. Umur
Tabel . Distribusi frekuensi umur responden

23
24

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)


9 6 22,2
10 14 51,9
11 6 22,2
13 1 3,7
Total 27 100
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa responden berusia antara
9 13 tahun, dan terbanyak (51,9%) berusia 10 tahun.

C. Kelas
Tabel . Distribusi frekuensi kelas responden
Kelas Frekuensi Persentase (%)
IV 9 33,3
V 11 40,7
VI 7 25,9
Total 27 100
Berdasarkan tabel di atas, responden terdiri dari siswa kelas IV- VI,
dengan terbanyak adalah siswa kelas V (40,7%).

4.1.2 Analisis Univariat


Analisis deskriptif/ univariat dilakukan untuk melihat besarnya proporsi
masing masing variabel bebas yang diduga memiliki hubungan dengan
kejadian karies pada subjek penelitian.

A. Pengetahuan tentang perawatan kesehatan gigi


Tabel .... Distribusi pengetahuan tentang perawatan kesehatan gigi
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 96,2
Kurang 1 3,8
Total 27 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa 1 responden (3,8%)
memiliki pengetahuan yang kurang tentang perawatan kesehatan gigi.

B. Kepatuhan menggosok gigi


Tabel . Distribusi kepatuhan menggosok gigi
25

Kepatuhan Frekuensi Persentase (%)


Patuh 7 25,9
Tidak Patuh 20 74,1
Total 27 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 20 responden (74,1%)
tidak patuh dalam menggosok gigi.

C. Perilaku konsumsi makanan kariogenik


Tabel . Distribusi perilaku konsumsi makanan kariogenik
Konsumsi kariogenik Frekuensi Persentase (%)
Ya 22 81,5
Tidak 5 18,5
Total 27 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 22 responden (81,5%)
mengkonsumsi makanan kariogenik.

4.1.3 Analisis Bivariat


A. Pengetahuan tentang perawatan kesehatan gigi
Proporsi variabel bebas yaitu pengetahuan tentang perawatan
kesehatan gigi terhadap kejadian karies. Pengetahuan responden dinilai
dari jawaban kuesioner dan dikelompokkan menjadi pengetahuan baik dan
kurang.

Tabel . Distribusi dan hubungan tingkat pengetahuan tentang perawatan


kesehatan gigi terhadap kejadian karies
Kejadian karies Prevalence
p
Ya Tidak Risk
Tingkat Baik 20 6 1,000 1,51
pengetahuan Kurang 1 0
Total 21 6
26

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang


perawatan kesehatan gigi tidak berhubungan dengan kejadian karies
karena p>0,05 (p=1,000).

B. Kepatuhan menggosok gigi


Proporsi variabel bebas yaitu kepatuhan menggosok gigi dengan
kejadian karies. Variabel bebas dikategorikan menjadi patuh dan tidak
patuh.
Tabel .... Distribusi dan hubungan kepatuhan menggosok gigi terhadap
kejadian karies
Kejadian karies Prevalence
P
Ya Tidak Risk
Kepatuhan Patuh 1 6 0,000
menggosok gigi Tidak 20 0 1,622
patuh
Total 40 27
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa kepatuhan menggosok gigi
berhubungan dengan kejadian karies karena p<0,05 (p=0,000).

C. Kebiasaan Merokok
Proporsi variabel bebas yaitu kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi. Variabel bebas dikategorikan menjadi ya dan tidak.
Tabel 11. Distribusi dan hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi
Kejadian hipertensi Prevalence
p
Ya Tidak Risk
Kebiasaan Ya 26 21 0,262 0,79
Merokok Tidak 14 6
Total 40 27
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa kebiasaan merokok tidak
berhubungan dengan kejadian hipertensi karena p>0,05 (p=0,262).
D. Tingkat Pengetahuan
Proporsi variabel bebas yaitu hubungan tingkat pengetahuan dengan
kejadian hipertensi. Variabel bebas dikategorikan menjadi baik dan buruk.
27

Tabel 12. Distribusi dan hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian


hipertensi
Kejadian hipertensi Prevalence
p
Ya Tidak Risk
Tingkat Baik 25 18 0,727 0,93
pengetahuan Buruk 15 9
Total 40 27
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak
berhubungan dengan kejadian hipertensi karena p>0,05 (p=0,727).
E. Konsumsi Kopi Setiap Hari
Proporsi variabel bebas yaitu hubungan konsumsi kopi satu sampai
tiga cangkir per hari dengan kejadian hipertensi. Variabel bebas
dikategorikan menjadi ya dan tidak.

Tabel 13. Distribusi dan hubungan konsumsi kopi dengan kejadian


hipertensi
Kejadian hipertensi Prevalence
p
Ya Tidak Risk
Konsumsi Ya 17 11 0,886 1,09
Kopi Tidak 23 16

Total 40 27
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa konsumsi kopi setiap hari tidak
berhubungan dengan kejadian hipertensi karena p>0,05 (p=0,886).

4.1.4 Analisis Multivariat


Setelah melakukan analisis bivariat, didapatkan dua variabel yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi, yaitu riwayat keluarga dengan hipertensi
dan konsumsi garam.
Tabel 14. Hubungan usia dan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi
No. Variabel Terpilih P RP CI 95% Lower CI 95% Upper
1. Riwayat Keluarga 0,077
28

Konsumsi garam
2. berlebih (>2-3 sdt/ 0,039 0,187 0,038 0,916
hari)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian


4.2.1 Riwayat keluarga dengan hipertensi
Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,043, dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat keluarga yang
menderita hipertensi dengan angka kejadian hipertensi. Individu yang memiliki
keluarga dengan riwayat hipertensi memiliki kemungkinan risiko hipertensi 1,51 kali
lebih besar dibanding individu yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori dimana individu yang memiliki riwayat
keluarga dengan hipertensi akan memiliki kemungkinan terkena hipertensi lebih
besar.13 Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi akan memiliki
gen yang membawa gangguan hipertensi. Riwayat keluarga yang menderita
hipertensi memegang peranan penting dalam angka kejadian hipertensi.
4.2.2 Konsumsi garam berlebih
Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,026, dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara konsumsi garam
berlebih dengan angka kejadian hipertensi. Individu yang memiliki kebiasaan
konsumsi garam berlebih secara bermakna (p=0,026) memiliki kemungkinan
terjadinya hipertensi 1,622 kali lebih besar dibandingkan individu yang tidak
mengonsumsi garam berlebih. Hal ini sesuai dengan teori dimana individu yang
mengonsumsi garam lebih dari 2-3 sendok teh sehari akan memiliki kemungkinan
terkena hipertensi lebih besar. Mengonsumsi garam berlebih menyebabkan adanya
pengikatan cairan yang lebih besar pada darah yang menyebabkan tingginya kadar air
dalam darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah.16 Individu dengan
konsumsi garam berlebih memegang peranan penting dalam angka kejadian
hipertensi.
29

4.2.3 Kebiasaan Merokok


Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,262, dapat
diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok
dengan angka kejadian hipertensi. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana individu
yang memiliki kebiasaan merokok akan memiliki kemungkinan terkena hipertensi
lebih besar. Rokok memiliki kandungan nikotin dimana nikotin tersebut diserap oleh
pembuluh darah kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Ketika nikotin mencapai otak,
otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin. Epinefrin akan menyempitkan pembuluh darah yang secara
langsung meningkatkan tekanan darah. Selain itu zat-zat yang terkandung di dalam
rokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah akan berkurang .14
4.2.4 Kebiasaan Minum Kopi
Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,886, dapat
diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat kebiasaan
minum kopi dengan angka kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
kopi dapat menurunkan tekanan darah karena kopi meningkatkan elastisitas
pembuluh darah.18
4.2.5 Tingkat Pengetahuan
Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,727, dapat
diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan
dengan angka kejadian hipertensi. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka kesadaran untuk hidup sehat seperti
mengurangi konsumsi garam dan tidak memiliki kebiasaan merokok semakin baik.
4.2.6 Analisis Multivariat
Hasil multivariat menunjukkan bahwa konsumsi garam berlebih memiliki
nilai RP = 0,187 ; IK 95% 0,038 0,916 ; p = 0,039 sehingga dikatakan bahwa
konsumsi garam berlebih memiliki pengaruh bermakna terhadap hipertensi (p<0,05).
Individu yang mengonsumsi garam berlebih tetapi tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi memiliki kemungkinan untuk terproteksi dari hipertensi begitu juga
30

sebaliknya, individu yang tidak mengonsumsi garam berlebih tetapi memiliki riwayat
keluarga hipertensi juga memiliki kemungkinan untuk terproteksi dari hipertensi.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini
adalah:
1) Keterbatasan waktu dalam melaksanakan penelitian, sehingga hanya 67
responden yang dijadikan sampel dari keseluruhan dari seluruh warga
2) Keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan. Peneliti menggunakan
tensimeter aneroid untuk mengukur tekanan darah responden, padahal secara
teori sebaiknya pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa.

Anda mungkin juga menyukai