Anda di halaman 1dari 9

HUKUM MEDIA MASSA DAN KONVERGENSI MEDIA DI INDONESIA

Pendahuluan
Peningkatan tenologi nformasi dan komunikasi, khususnya
melalui kegiatan telekomunikasi secara terus menerus mengubah
perekonomian local, nasional, regional, dan internasional menjadi jaringan
ekonomi berjaringan yang merupakan dasar bagi terbentuknya
masyarakat informasi (Information society). Peningkatan aktivitas social
dan ekonomi masyarakat dunia telah memasuki suatu masyarakat yang
berorientasi pada informasi. Setiap perkembangan dan peningkatan suatu
teknologi tentunya mengakibatkan banyaknya penyalah gunaan yang
dilakukan oleh pengguna teknologi tersebut maka hal itu memerlukan
instrument hukum, baik kaidah, asas-asas termasuk kelembagaan dan
prosesnya. Peran teknologi informasi daan komunikasi dalam
perkembangan kebudayaan (civilization) menjadi factor yang tidak dapat
diiabaikan dalam pembentukan hukum yang memadai.
Media massa adalah salah satu hal yang saat ini memilki
pengaruh yang besar dan sangat penting di era informasi ini. Media
massa memiliki kemappuan yang maha dahsyat untuk mempengaruhi
khalayak. Banyak hal bisa terjadi karena media massa. Media massa
dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat cepat, dibuktikan
dengan munculnya new media yang merupakan hasil dari perkembangan
teknologi dan komunikasi. Bila tidak ada hukum yang mengatur media
massa maka kebebasan berpendapat dan berekspresi akan menjadi
kebebasan yang tidak bertanggung jjawab. Sesuai dengan fungsi hukum,
yaitu (a) menyelesaikan masalah (b) mengendalikan masyarakat (c)
menggerakan perubahan masyarakat.[1] Semua kegiatan yang kita
lakukan ada hukum yang jelas yang mengaturnya. Dan hukum yang
mengatur media massa memberikan jaminan dan perlindungan
kehormatan atas pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda,
serta memberikan rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Norma, Etika, dan Hukum


Manusia dilahirkan bebas dan merdeka terpisah dari individu
lainnya. Meskipun demikian, kenyataannya manusia selalu hidup bersama
dengan manusia lainnya menurut filsuf Yunani yang bernama Aristoteles,
manusia adalah zoon politikon, artinya manusia mempunyai sifat untuk
mencari sesamanya atau manusia selalu hidup dalam suatu pergaulan
hidup. [2]
Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu
sam lainnya. Hubungan itu dapat berupa antar individu, individu dengan
kelompok atau sebaliknya. Dalam hubungan tersebut biasanya akan
terjadi benturan antar individu , atau individu dengan masyarakat. Oleh
karena itu, maka diperlukan suatu ukuran-ukuran atau pedoman-pedoman
tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku, apa yang boleh dan tidak
boleh kita lakukan. [3] Inilah yang disebut norma atau kaidah. Ada
bermacam-macam norma, yaitu (1) norma agama (2)norma kesopanan,
(3) norma kesusilaan, (4) norma hukum.
Norma agama berasal dari Tuhan. Dalam arti sempit norma
agama mengatur hubungan antari individu dengan Tuhan. Dalam arti luas
juga mengatur individu dengan sesamanya. Dalam hal ini manusia
menganggap dirinya terikat untuk menjalankan perintah-perintah
(kewajiban-kewajiban) Tuhan, tidak semata-mata terhadap Tuhan
melainkan juga terhadap diri sendiri dan sesamanya. Contoh norma
agama yakni , jangan berdusta, jangan makan daging babi, jangan
mencuri, kerjakan shalat, dan sebagainya. [4]
Norma kesusilaan dianggap suara sanubari manusia (insane
kamil). [5] Norma kesusilaan ini merupakan bisikan kalbu atau suara hati
yang paling dalam yang diakui dan diinsyafi oleh orang sebagai pedoman
dan perbuatannya. Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia
sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Norma
kesusilaan ditunjukkan kepada umatt manusia supaya terbentuk kebaikan
akhlak pribadi untuk penyempurnaan manusia dan melarang manusia
berbuat jahat. [6] contoh norma kesusilaan adalah, jangan membunuuh,
janggan mencuri, jangan berzina, dan sebagainya.
Norma kesopanan atau norma fatsoen (fatsoennorm) didasrkan
pada kebiasaan, kepatutan atau kepantasan yang berlaku dalam
masyarakat. [7] Norma ini timbul dari pergaulan segolongan atau
sekelompok manusia pada tempat-tempat tertentu. Jadi, norma
kesopanan hanya berlaku pada daerah tertentu, setiap daerah norma
kesopanannya berbeda-beda. Contoh norma kesopanan, jangan berkata
keras kepada orang tua, janggan memakai sandal saat kuliah, dan
sebaginya.
Sanksi yang dii dapatkan bila melanggar norma-norma diatas
berbeda-beda, diantaranya:
Bila melanggar norma agama maka sanksinya berbagai macam sikksaan
neraka yang telah ditentukan oleh Tuhan. Sanksi bila melanggar norm
kesusiilaan berupa penyesalan, malu, rasa bersalah, yang kesemuanya
timbul dari hati pelaku. Sanksi terrhadap pelanggaran norma kesopanan
dapat berupa celaan, caci maki, pengucilan, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya sanksi bertujuan untuk mengembalikan
keseimbangan tatanan masyarakat yang telah terganggu oleh
pelanggaran-pelanggaran norma. Ternyata banyak kepentingan yang
terabaikan (tidak terlindungi) hanya oleh keberadaan tiga norma tadi.
Artinya keberadaan norma-norma tersebut belum menjamin ketertiban
dalam masyarakat. Karena hal-hal tersebut maka diperlukan perlindungan
lebih lanjut yang lebih menjamin keentingan-kepentingan manusia dalam
pergaulan hidup bermasyarakat, yang belum dapat dilindungi oleh tiga
norma tersebut. Norma inilah yang disebut norma hukum.
Isi norma hukum ditunjukkan kepada sikap lahir manusia. Norma
hukum mengutamakan perbuatan lahir. Pada dasarnya segala sesuatu
yang ada dibatin atau segala sesuatu yang dipikirkan oleh manusia tidak
menjadi persoalan, asalkan yang tampak (perbuatan lahirnya ) tidak
melanggar hukum.
Etika adalah aturan tentang tata cara kita berperilaku. Etika,
hukum, dan norma memiliki hubungan yang sangat erat, Norma
digunakan untuk mengatur dan menjadi pedoman dalam perbuatan
namun tidak memiliki sanksi yang jelas dan tegas, hukum melengkapi
dengan sanksi. Dengan hukum maka segala perbuatan akan dapat
dipertanggungjawabkan segera. Kaitannya adalah bahwa hukum dan etika
merupakan suatu aturan tindakan yang berlaku dalam segala situasi yang
diatur dalam norma hidup sehari-hari adapun arti etika dalam norma
adalah aturan tindakan untuk sopan santun dan arti hukum dalam norma
adlah aturan tindakan untuk ketertiban. Jadi hubungan antara
norma,hukum dan etika adalah bahwa norma itu sebiuah alat ukur untuk
menilai orang dalam segala tindakan dan ketertiban umum dalam sehari-
hari dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Perkembangan Hukum dan Regulasi telekomunikasi dalam


pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Peningkatan aktivitas social dan ekonomi dengan konstelasi
masyarakat dunia telah memasuki suatu masyarakat yang berorientasi
pada informasi. System informasi dan teknologi telah digunakan pada
banyak sector kehidupan, mulai dari perdagangan/bisnis (electronic
commerce atau e-commerce), pendidikan (Electronic education),
kesehatan (tele-medicine), telekarya, transportasi, industry, pariwisata,
lingkungan sampai sector hiburan.[8] Penggunaan teknologi internet
merupakan fenomena yang luar biasa. Mengapa hal itu terjadi? Pertama,
internet memiliki karakter global dan tidak mengenal batas
Negara; Kedua, setiap pengguna internet dapat melakukan komunikasi
secara interaktif, non interaktif bahkan dapat melakukan kegiatan
penyiaran dengan biaya yang relative rendah; Ketiga, tidak ada satupun
yang dapat mengklaim dirinya pemilik internet yang merupakan
gabungan berates-ratus ribu jaringan; Keempat, pertumbuhan luar biasa
dari pengguna internet dan perkembangan yang cepat pada teknologi
internet itu sendiri; Kelima, internet tidak berada dalam lingkup
pengaturan pemerintahan Negara atau organisasi tertentu sehingga
dibutuhkan kerjasama internasional dalam upaya mengatasi permaslahan-
permasalahan hukum yang muncul. Hal-hal tersebut menjadikan teknologi
internet sebagai suatu yang unik, sehingga perlu dicarikan pengaturan
atau hukum yang dapat diterapkan secara optimal dalam kegiatan
teknologi informasi. [9]
Masyarakat Indonesia saat ini merupakan komunitas yang
sangat haus akan informasi. Bergulirnya reformasi semenjak tahun 1998
mendorong bergeraknya bandul informasi kea rah kebebasan yang hampir
tanpa terkendali, dimana sebelumnya informasi menjadi barang yang
mahal bahkan terkadang menjadi sesuatu yang tidak halal.
Dilakukannya beberapa kali perubahan UUD 1945 dan disahkan nya UU
no RI 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan konstribusi
bagi perlindungan hak-hak mendasar bagi warga Indonesia. Pasal 28F dari
amandemen kedua UUD 1945 memuat bahwa;
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala saluran yang
tersedia
Kebebasan memperoleh informasi memiliki keterkaitan yang
sangat erat dari pemahaman hak-hak pribadi atau hak-hak privat atau
hak-hak privasi (Privasi Right). Kebebasan memperoleh informasi adalah
hak asasi yang harus berakhir apabila muncul garis embarkasi
perlindungan terhadap hak-hak pribadi.
Privasi berkaitan dengan beragam bentuk dari bagaimana
seorang manusia memberikan akses kepada orang lain untuk
mendapatkan informasi pribadinya, mengambil bagian dari kepemilikan
pribadi dan keputusan pribadi. Dalam perkembangannya, privasi tidak
saja dilindungi oleh hukum tapi juga termasuk oleh norma-norma budaya,
etika dan praktek-praktek bisnis/professional.
Dalam pemahaman teknologi, kegiatan konvergensi adalah
teknologi-tenologi utama yang saling berkonvergensi dikualifikasikan
secara umum sebagai teknologi komunikasi atau komunikasi ,
komputerisasi atau komputasi, isi atau muatan. Konvergensi TIK
memunculkan masalah-masalah baru yang perlu mendapat pengaturan
hukumnya, termasuk keamanan (security), privasi (privacy), perlindungan
terhadap hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights
protections), perizinan (licensing) dan perlindungan konsumen. [10]
Konvergensi TIK meliputi upaya untuk mengintergrasikan pengaturan
telekomunikasi dengan media penyiaran (broadcasting). Sebagaimana
jaringan telah terdigitalisasi dan kapasitas pita lebar (broadband) juga
telah dibangun, jasa telekomunikasi dapat disediakan melalui peningkatan
infrastruktur informasi melalui internet.
Contoh upaya dalam mengintergrasikan regulasi telekomunikasi
generasi masa depan dengan isi penyiaran adalah sangat lemah.
Mengingat resiko campur tangan politis dalam proses regulasi dimaksud
yang muncul ketika berkaitan dengan pengaturan isi media penyiaran,
independensi, dan akuntabilitas.[11]

Perkembangan Hukum dan Regulasi Penyiaran dalam


Pemanfaatan Teknologi Informasi danKomunikasi di Indonesia
Salah satu upaya untuk membentuk masyarakat demokratis,
secara lebih efektif adalah dibentuknya undang-undang yang bekaitan
dengan media massa dan lembaga media /lembaga penyiaran. Seringkali
ditemui bahwa suatu pemerintahan berusaha membangun system media
yang efektif untuk mendorong demokrasi tanpa memahami berbagai
aspek hukum yang mempengaruhi proses dimaksud. Untuk
mengidentifikasi variable-variabel p[roses hukum yang memberikan
kontribusi terhadap lingkungan yang memungkinkan media mendorong
tercapainya tujuan demokrasi. Ditemui beberapa factor yang
mengidentifikasi simungkinkan atau tidaknya media yang bebas dan
independen dapat berkembang. Unsur penting lainnya adalah system
hukum. Sistem hukum yang yang terdiri dari instrument peraturan
perundang-undangan, lembaga hukum, dan budaya hukum. Dalam
struktur hukum akan terlihat lembaga pembentuk hukum seperti
pengadilan, dewan perwakilan rakyat, dan badan-badan administrasi;
substansi adalah aturan, nama dan pola perilaku nyata manusia yang
berada dalam sistem tersebut; budaya hukum adalah sikap manusia
terhadap hukum, kepercayaan, niali pemikiran, serat harapan.[12]
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah
melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan hak
untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah
menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas
yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tersebut
telah membawa implikas terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran
di Indonesia. Penyiaran sebagai sebagai penyalur informasi dan
pembentuk opini public , perannya sangat strategis, terutama dalam
mengembangkan alam demokrasi di Negara kita. Penyiaran telah salah
satu sarana berkomunikasi bagi masyarakat, lembaga penyiaran , dunia
bisnis, dan pemerintahan. Perkembangan tersebut telah menyebabkan
landasan hukum pengaturan penyiaran yang ada selama ini menjadi tidak
memadai. Peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan sebagian
tugas-tugas umum pemerintahan khususnya di bidang penyelenggaraan
penyiaran, tidaklah terlepas dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan
telekomunikasi yang berlaku universal.
Komisi penyiaran di Indonesia
UU penyiaran memuat ketentuan tentang komisi penyiaran yaitu
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).[13] KPI adalah lembaga Negara yang
bersifat independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran. [14] KPI terdiri
atas KPI pusat dan KPI daerah dibentuk di tingkat propinsi.[15] KPI dalam
menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya diawasi oleh
DPR, yaitu KPI pusat diawasi oleh DPR RI, dan KPI daerah diawasi oleh KPI
pusat dan DPRD provinsi. [16] Pendanaan KPI Pusat berasal dari APBN
dan pendanaan KPI Daerah berasal dari APBD.[17]
KPI sebagai wujd peran serta masyarakat berfungsi mewadahi
aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. [18]KPI
mempunyai kewenangan dalam menjalankan fungsinya sebagaimana
yang dimaksudkan sebagai berikut, yaitu:[19]
a. Menetapkan standar program siaran
b. Menyusun peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
c. Mengawasi pelakasanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program siaran
e. Melakukan koordinasi dan atau kerjasama dengan Pemerintahan,
lembaga penyiaran dan masyarakat.
KPI mempunyai tugas dan kewajiban berdasarkan UU Penyiaran sebagai
berikut:[20]
a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan
benar sesuai dengan hak asasi manusia.
b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran.
c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran
dan industry terkait.
d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan
seimbang.
e. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta
kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran.
f. Menyusun perencnaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Cyberlaw di Indonesia
Cyberlaw adalah hukum yang mengatur segala kegiatan
teknologi dan informasi. Cyberlaw mengatur kegiatan-kegiatan
dalam cyberspace, antara lain:
1. Hak cipta (copyright)
2. Merek (trademark)
3. Fitnah atau pencemaran nama baik (defamation)
4. Privacy
5. Duty of Care
6. Criminal Liability
7. Procedural Issues
8. Elektronic Contract &Digital Signatures
9. Electronic Commerce
10. Electronic Government
11. Pornography
12. Pencurian (theft)
Sehubungan dengan semakin banyak kegiatan-kegiatan di
cyberspace ,maka disusunlah regulasi yang mengatur tentang tentang
kegiatan di cyberspace. UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) . UU
ITE terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal yang merupakan rezim hukum baru
untuk mengatur kegiatan cyberspace di Indonesia. Beberapa aspek-aspek
penting yang diatur didalam UU ITE adalah sebagi berikut:
1. Aspek yuridiksi, digunakan pendekatan prinsip perluasan yuridiksi
(Extra Territorial Yurisdiction) dikarenakan transaksi elektronik memiliki
kharakteristik lintas territorial dan tidak dapat menggunakan pendekatan
hukum konvensional.
2. Aspek pe buktian elektronik (e-evidence), alat bukti elektronik
merupakan alat bukti yang memiliki akibat hukum yang sah di muka
pengadilan.
3. Aspek informasi dan perlindungan konsumen, pelaku usaha yang
menawarkan produk melalui media elektronik wajib menyediakan
informasi yang lengkap dan benar, berkaitan dengan syarat-syarat
kontrak, produsen dan produk yang ditawarkan.
4. Aspek transaksi elektronik , kegiatan transaksi elektronik dapat
dilakukan baik dalam lingkup public maupun privat dan transaksi
elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak
serta para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku
bagi transaksi elektronik internasional yang dibuatnya.
5. Aspek perlindungan privasi, penggunaan setiap informasi melalui
media elektronik yang emnyangkut data tentang pribadi seseorang harus
dilakukan atas persetujuan dari orang yang bersangkutan kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
6. Dan lain-lain
Secara teori, peraturan hukum itu akan selalu terlambat mengikuti
perkembangan zaman karena sifatnya yang kaku (Rigid). Namun, pada
dasarnya semua peraturan itu akan menjadi efektif jika masyarakat mau
menerapkannya , termasuk media pers. kekuatan politik di Indonesia
sudah tidak membuat media berpihak pada media independen. Tidak bisa
dipungkiri kekuatan partai politik mempengarugi berita yang ditampilkan
media. Contoh nya, metro TV yang dimiliki Surya Paloh dari Nasional
Demokrat. Meskipun tidak melanggar hukum, tapi sesungguhnya norma
etika dalam masyarakat sudah dicederai, karena sekecil apapun,
keberpihakan itu pasti terlihat.
Untuk kondisi Indonesia saat ini, Hukum Media apakah mungkin
bersifat Lex Specialis? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut kita perlu
mengetahui lex specialis itu apa. Asas Lex Specialis Derogat Lex
Generalis. Asas ini bermakna bahwa ketentuan yang bersifat khusus
mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum. Asas ini hanya dapat
dijadikan acuan apabila derajat perundang-undangan tersebut sama.
[21] Atau bisa diartikan hukum yang bersifat khusus mengesampingkan
hukum yang bersifat umum. Jadi, menurut saya jawaban atas pertanyaan
tadi mungkin saja, karena ada UU pers, contohnya, dalam KUHP diatur
mengenai pelecehan nama baik. Seandainya media melakukan pelecehan
nama baik, yang dipakai kan UU Pers bukan KUHP.

Konvergensi Teknologi dan Komunikasi di Indonesia


Istilah konvergensi dipahami sebagai proses dari suatu
kondisi yang menghubungkan dengan erat factor perubahan teknologi
dan factor peningkatan ekonomi secara kangsung, di mana dua atau lebih
produk atau layanan sebelumnya diselenggarakan oleh beberapa entitas
perusahaan yang terpisah kemudian diselenggarakan oleh satu entitas
perusahaan yang sama. Yang menyebabkan terkonvergensinya beberapa
industry adalah beberapa factor-faktor sebagai berikut:
a. Teknologi digitalisasi (digitalization)
b. Turunnya harga perangkat komputasi
c. Terkuranginya biaya yang muncul dari penggunaan frekuensi
atau bandwidth
d. Kompetisi industry telekomunikasi.
Factor perubahan teknologi yang dikenal dengan teknologi yang
dikenal dengan teknologi digitalisasi adalah suatu proses transisi dari
teknologi analog menjadi teknologi digital dan penyampaian informasi
dalam format analog menjadi format biner, ternyata telah memungkinkan
semua bentuk-bentuk informasi (suara, data, dan video) untuk
disampaikan melintasi jaringan yang berbeda.
Digitalisasi telah dengan cepat mengubah kondisi jaringan dimaksud
diatas. Jaringan telekomunikasi dan penyiaran menjadi menyatu dalam
layanannya. Jaringan telekomunikasi dan jaringan siaran saat ini
mempunyai kemampuan untuk membawa transmisi dua arah sekaligus
untuk suara, video, dan data. Teknologi kompresi digital telah juga
meningkatkan kapasitas untuk membawa informasi di dalam jaringan dan
memungkinkan lebih banyak informasi untuk dikirimkan
melalui bandwidth atau spectrum yang sama. Perubahan tenologi
dimaksud telah mendorong penciptaan baru, layanan interaktif, layanan
multimedia seperti video on demands, teleshopping, telebanking, dan
lain-lain.
Interaktivitas adalah karakteristik pembeda dari konvergensi teknologi
dalam suatu layanan jaringan baik telekomunikasu maupunpenyiaran.
Istilah konvergensi untuk sektor-sektor telekomunikasi, media dan
teknologi informasi tidak mudah di definisikan nemun pemahaman yang
umum tentang konvergensi dimaksud adalah:
a. Kemampuan dari beberapa jaringan yang berbeda untuk
menyampaikan berbagai jenis layanan yang memiliki kesamaan secara
esensial.
b. Menyatukan perangkat dari pengguna/konsumen secara bersamaan
seperti telepon, televise dan computer pribadi.
Ekspresi pada media massa popular menjadikan pemahaman yang
lebih mudah tentang konvergensi bagi konsumen pada umumnya tidak
hanya kepada kegiatan industry komputasi, telekomunikasi dan penyiaran
untuk memasuki pasar masadepan.
Konvergensi ada dua yaitu:[22]
a. Konvergensi Teknologi
b. Konvergensi media

Globalisasi dan Konvergensi


Konvergensi menjadi perhatian yang luar biasa dalam industri
media dan regulator terutama dampak yang dimunculkan oleh
konvergensi. Era konvergensi coomunicatin, computer, contents,
community (4C) mendorong proses globalisasi layanan telekomunikasi
dan informasi. Ini akan mempercepat bordelerss world (dunia tanpa
batas).[23]
Era konvergensi akan mendorong ketanpabatasan dalam informasi,
industry, investasi danindividual customers. Akan terjadi tarik menarik
dalam hal ini antara kepentingan nasional dan kepentingan pihak-pihak
lain dalam dunia global. Kepentingan nasional meliputi hal-hal yang
diamatkan oleh konstitusi (UUD 1945) seperti kesejahteraan dan keadilan,
kecerdasan masyarakat, pertahanan, keamanan, dan lain-lain serta juga
harus melihat kondisi Indonesia, seperti pelanggan-pelanggan layanan 4C
di Indonesia, kepentingan politik pemerintahan Negara asing.[24]
Dalam bidang informasi misalnya, kepemilikan asing dalam industry
telekomunikasi nasional memungkinkan pihak-pihak asing mengetahui
aliran informasi, aliran uang (dalam transaksi perbankan dan finansial),
aliran barang (yang terdata dalam system informasi pelabuhan, system
informasi pelabuhan udara), perpindahan orang-orang dari kota satu ke
kota yang lainnya. Kepemilikan asing dalam industry 4C juga
memungkinkan mereka mengetahui hal-hal rahasia Negara. Pemerintah
seharusnya memiliki klasifikasi informasi yang jelas berlaku secara
nasional. Harus jelas informasi mana yang diproteksi, dan apa yang tidak
perlu diproteksi, dan bagaimana tingkatan proteksinya. UU seharusnya
melindungi ketahanan Negara dan bangsa serta privasi para penduduknya
agar tidak diketahui dengan mudah oleh pihak asing.
Dalam bidang industry misalnya, industry global akan berhadapan
langsung dengan industry nasional, baik skala korporasi besar maupun
perusahaan-perusahaan kecil. Bila diregulasi diarahkan ke persaingan
bebas global, maka Indonesia sebagai slah satu marketplace akan
dikuasai oleh kekuatan korporasi global. UU semestinya menjaga
kaidah fair-trade, sehingga industry nasional dalm 4C juga maju,
juga small medium and micro enterprise (SMME) dalam 4C. Perlunya
dicarikan upaya untuk mengatur suasana persaingan yang kondusif, win-
win dan tidak saling mematikan antara industry nasional dan para pemain
asing yang masuk menjadi suatu pertimbangan utama.
Perlu diupayakan perlindungan pelanggan individual dalam negeri
yang akan menjadi pelanggan operator asing dalam berbagai layanan 4C
dan sebaliknya juga dalam perlindungan pelanggan luar negeri yang akan
menjadi pelanggan operator nasional menjadi pelanggan operator
nasional menjadi substansi yang perlu juga diperhatikan dan di atur dalam
UU.
Cara menyikapi berkembangnya konvergensi media . Dimana
seharusnya pemerintah Indonesia membuat regulasi terhadap
kepemilikan media oleh orang asing. Dan mempersulit pembelian saham
oleh orang asing. Regulasi terhadap media sendiri harus dirombak dan
diperbaharui mengikuti jaman sekarang yang memang merupakan jaman
dimana konvergensi media semakin berkembang. UU khusus tentang
Konvergensi Media seharusnya mulai dibuat untuk mengatur masalah
konvergensi media.

Anda mungkin juga menyukai