BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Bab III : Membahaas Nama alat-alat serta dimensi alat pada PG Kebon
agung.
BAB II
TINJAUAN UMUM PABRIK
2.13.2 Misi
Mengembangkan bisnis industri gula dari yang sekarang ada melalui
peningkatan skala usaha, efisiensi, dan daya saing dan memanfaatkan
peluang bisnis argo industri non gula berdasarkan prinsip prinsip
perolehan keuntungan dengan memanfaatkan secara optimal kemampuan
manajemen dan finansial.
BAB III
NAMA ALAT ALAT SERTA DIMENSI ALAT PADA PG.KEBON
AGUNG
Setelah melihat hasil rendemen yang baik maka selanjutnya truk tebu
menuju ke stasiun timbangan. Stasiun timbangan berfungsi untuk mengukur berat
tebu yang akan digiling dan juga bahan-bahan lain yang keluar masuk PG Kebon
Agung kecuali blotong. Jenis timbangan yang dipakai berupa jembatan timbang
dilengkapi dengan load cell sebagai sensor berat, selanjutnya data darir load cell
diproses dan ditampilkan secara digital menggunakan seven segmen. Terdapat tiga
jenis timbangan yang digunakan di PG Kebon Agung yaitu:
Tipe : PR 5140/00
Kapasitas : 80 ton
S/N : 3027503713
Produksi : Jerman
Fungsi : tempat menampung truk atau lori tebu yang siap menerima
giliran menuju truk dumper, tetapi sebelum itu truk itu atau lori
tersebut harus menuju ke timbangan tebu untuk ditimbang.
3. Emplacement dalam II
Fungsi : tempat penampungan truk atau lori tebu yang siap
menerima giliran menuju truk dumper, tetapi sebelum truk itu atau
lori tersebut harus menuju ke timbangan tebu untuk ditimbang.
4) MRC 4
Posisi : timur selatan
Kapasitas MRC : 12.500 Kg
3. Cane Table
5. Cane Leveller
Fungsi : meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu
tebal dan rata sehingga kerja cane carrier tidak terlalu berat. Leveller
dipasang sebelum cane cutter.
8. Unigrator
Fungsi : memperhalus potongan-potongan tebu menjadi serpihan-
serpihan.
Spesifikasi teknik :
- Diameter : 78 inchi
- Jumlah mata unigrator : 8 buah
- Panjang : 138 inchi
- Turbin : 2000 HP
Main Carrier
Keterangan
G1 : Unit Gilingan ke-1 N1 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-1
G2 : Unit Gilingan ke-2 N2 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-2
G3 : Unit Gilingan ke-3 N3 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-3
G4 : Unit Gilingan ke-4 N4 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-4
G5 : Unit Gilingan ke-5 N5 : Nira Perahan Dari Gilingan ke-5
Tabel 3.1 Flow Sheet Stasiun Gilingan
1. Hidraulic Pressure
2. Ampas Plate
Fungsi : penahan ampas yang keluar dari roll atas dan roll depan
sehingga ampas dengan mudah ke tekanan kerja yang di belakangnya.
3. Ampas Balk
Fungsi : menahan ampas plate supaya kedudukan ampas plate mampu
menahan tekanan ampas.
4. Scrapper Plate
Fungsi : alat pembersih ampas yang masuk melekat dalam alur-alur pada
roll gilingan.
5. Intermediate Carrier
Fungsi : mengangkut dan memberikan umpan ampas dari gilingan satu
ke gilingan berikutnya. Intermediate carrier terbuat dari bahan stainles
steel guna mencegah timbulnya jamur yang akan merusak kadar gula
pada nira karena jamur tersebut memakan zat gula pada nira.
6. Talang Nira
Fungsi : mengalirkan hasil perahan gilingan (nira) menuju bak
penampung. Talang nira terbuat dari bahan stainles steel guna mencegah
timbulnya jamur yang akan merusak kadar gula pada nira karena jamur
tersebut memakan zat gula pada nira.
7. Bak Penampung Nira
Fungsi : menampung hasil perahan (nira) hasil dari gilingan. Pada bak ini
diberikan hembusan uap pada nira supaya dapat mengurangi buih. Bak
penampung nira terbuat dari bahan stainles steel guna mencegah
timbulnya jamur yang akan merusak kadar gula pada nira karena jamur
tersebut memakan zat gula pada nira.
8. DSM (Dutch State Mines) Screen
Fungsi : menyaring nira mentah / nira kotor yang dihasilkan oleh unit
gilingan yang masih bercampur dengan kotoran seperti tanah dan ampas
halus. Nira hasil saringan ditampung sedangkan ampas yang ikut terbawa
nira jatuh ke saringan dan terbawa kembali ke ampas yang masuk.
9. Aux Carrier berjumlah 1 buah yang berfungsi membawa tebu dari meja
tebu ke pencacah tebu (cane cutter).
a) Proses kimia
Dengan cara memberikan zat kimia pada nira (asam fosfat dan susu
kapur) yang dapat mengikat komponen-komponen menjadi endapan
garam halus.
b) Proses fisika
Dengan cara pengendapan dan penyaringan kotoran-kotoran yang
kasar.
c) Proses kimia fisika
Perpaduan antara proses kimia dan fisika untuk mempercepat
terjadinya pengumpulan endapan kotoran.
Stasiun Pemurnian
- Sistem : kontinyu
- Jumlah : 1 buah
- Diameter : 20 ft
6. Saringan Nira Jernih
Fungsi : nira encer dan clarifier di saring dalam saringan nira jernih
kemudian di tampung dalam peti nira jernih.
7. Mud Feed Mixer
Fungsi : mencampr nira kotor dengan bagasilo (ampas halus).
8. Vakum Filter
Fungsi : memisahkan kotoran nira yang berasal dari rapidoor clarifier
sehingga diperoleh nira tapis dan blotong.
9. Tato Filtrate
Fungsi : mendapatkan nira jernih yang berasal dari vakum filter yang
berubah nira tapis dengan penambahan floculant untuk memisahkan
kotoran yang ada. Pada sistem pemurnian ini juga terdapat stasiun
pembantu pemurnian yang berfungsi untuk menyediakan bahan-bahan
pembantu pada stasiun pemurnian yang terdiri atas :
a. Tangki pembuatan susu kapur
Fungsi : mendapatkan susu kapur dengan jalan melarutkan kapur
dengan air. Peralatan yang digunakan :
1. Saringan
2. Tangki pengendap
3. Tangki pengaduk
b. Tungku pembuatan gas belerang
Fungsi : membuat gas SO2 dengan jalan membakar belerang
dengan udara kering pada dapur belerang.
rusak. Nira yang keluar dan PP I menuju ke spliter box. Spliter Box
merupakan tempat penambahan susu kapur. Dari spliter box, nira turun ke
limink tank I (Defekator I) dan mengalami penambahan susu kapur
sehingga pH menjadi 7,0.
Dari defekator I, nira mengalir ke defekator II dan dilengkapi dengan
sekat parabolik yang berfungsi sebagai pengaduk hingga pH menjadi 8,0-
9,0. Nira yang telah bercampur dengan susu kapur pada defekator I dan II
kemudian menuju ke bejana sulfitasi sehingga pH menjadi 5,5. Di dalam
ini terjadi proses sulfitasi yaitu penambahan SO 2 yang berasal dari
pembakaran belerang.
Selanjutnya nira mentah tersebut turun ke peti netralisir, disini
ditambahkan lagi susukapur agar pH menjadi netral yaitu 7,2. Kemudian
nira sulfitasi turun ke peti nira mentah sulfitasi.
Nira yang berasal dari peti nira mentah sulfitasi dipompa menuju ke
door clarifier yang sebelumnya dipanaskan pada PP II. Tujuan dari
pemanasan ini adalah untuk membunuh bakteri yang terbawa oleh nira.
Kemudian nira menuju ke frefloc tower, disini ditambahkan floculant
dengan dosis tertentu. Fungsi penambahan floculant adalah untuk
mengumpulkan partikel-partikel yang mengapung agar lebih cepat
mengendap. Sebelum memasuki door clarifier, nira diperiksa pHnya
dengan ketentuan pH = 7,2 V.
Dalam door clarifier terjadi proses pengendapan, hasil dari proses ini
adalah nira bersih dan nira kotor. Nira bersih dan door clarifier kemudian
disaring dalam saringan nira encer, setelah itu di pompa menuju ke pre
evaporator pada stasiun penguapan. Nira kotor turun dan dipompa menuju
ke mixer nira kotor, dalam mixer tersebut ditambahkan ampas halus dari
gilingan V, selanjutnya nira kotor menuju ke vakum filter. Dalam vakum
filter terjadi penyerapan untuk menyerap kadar gula yang masih
terkandung pada nira kotor. Hasil dari vakum filter adalah nira tapis dan
blotong. Blotong diangkut truk dan dikirim ke petani untuk dijadikan
pupuk. Nira tapis menuju buffer tank, selanjutnya dipompa menuju tato
filtrate.
Dalam tato filtrate terjadi pemisahan antara nira jernih dengan nira
kotor. Nira kotor diproses lagi pada vakum filter, sedangkan nira jernih
disaring dengan saringan tab filter dan dipompa ke pre evaporator melalui
PP.111 dengan temperatur 110C.
1. Heater III
Fungsi : untuk menaikkan temperatur nira mencapai 105C agar nira
encer mencapai titik didih, sehingga dalam proses penguapan air
berlangsung maksimal.
2. Pre Evaporator
Fungsi : menguapkan air yang terkandung dalam nira encer.
3. Thermokompresor
Fungsi : sebagai alat bantu pada evaporator (steam jet injector).
4. Pompa Vakum
Fungsi : sebagai penekan uap sehingga tekanan tiap-tiap badan
penguapan berbeda.
5. Kondensor
Fungsi : mengembunkan air yang diuapkan di evaporator IV.
6. Bejana Sulfitasi Nira Kental
Fungsi : menurunkan pH nira kental sampai 5,6.
7. Talodura
Fungsi : mengurangi kandungan padatan yang larut dalam nira kental
dan memisahkan kotoran yang terdapat dalam nira kotor baik yang
larut maupun yang tidak larut dengan jalan penguapan.
8. Bejana Penguapan
Fungsi : menguapkan air yang banyak terkandung dalam nira encer
jadi nira kental.
Spesifikasi teknik :
- Merk : Stork
- Jenis : Calandia
- Jumlah : 6 buah
9. Pan Penguapan
Berjumlah 6 buah berfungsi untuk menguapkan air yang banyak
terkandung dalam nira encer menjadi nira kental tertentu. Pan yang
aktif ada 5 buah sedangkan yang 1 berfungsi sebagai cadangan.
Pre Pre
Evap Evap Evap Evap Evap Evap Evap
Dimensi Evap Evap
III IV V VI VII VIII XI
I II
Luas
pemanasa 4000 4000 3000 2200 2200 1700 1100 1100 1100
n (m2)
Panjang 2383 2383 2375 2375 2375 2375 2375 2375 2375
pipa (mm)
Diameter 38/3 38/3 38/3
38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35
pipa (mm) 5 5 5
Jumlah 1601 1601
8550 7800 7800 6500 4320 4320 4320
pipa (mm) 6 6
Dela Dela
Suhu (C) 118 118 118 118 108 95 85
y y
8 30
0,8 0,8 0,8 0,8 0,6 Dela Dela
Tekanan cmH cmH
ato ato ato ato ato y y
g g
Tabel 3.2 Spesifikasi Evaporator
a) Pipa pemanas
Fungsi : tempat pertukaran panas antara uap dengan nira.
b) Pipa jiwa
Fungsi : tempat sirkulasi nira dan keluarnya nira ke bejana penguapan
berikutnya.
c) Outlet kondensat
Fungsi : tempat keluarnya air kondensat.
d) Sapvanger
Fungsi : untuk menahan pereikan nira agar uap air yang dipakai sebagai
bahan pemanas evaporator tidak tercampur dengan nira.
e) Sight glass
Fungsi : kaca pengontrol nira.
f) Termometer an manometer vakum
Fungsi : pengontrol kondisi badan evaporator.
3.5.1 Proses Pada Stasiun Penguapan
1. Tahap I
Nira encer dari per evaporator dialirkan ke eavaporator I untuk
dipanaskan oleh uap bekas dengan temperatur 108C dan tekanan 0,6
Kg/cm2.
2. Tahap II
2. Evaporator I
Dimanfaatkan untuk menguapkan nira encer dengan menggunakan
uap bekas dari pre evaporator. Hasil penguapan ini adalah uap nira I
yang digunakan sebagai pemanas pada evaporator II, kemudian
dialirkan ke evaporator II.
3. Evaporator II
Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan menggunakan
uap nira I dengan temperatur 90C s/d 95C dan tekanan 19 cmHg.
4. Evaporator III
Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan memakai uap
nira dari hasil penguapan pada evaporator II dengan temperatur 80C
s/d 85C dan tekanan 30 s/d 35 cmHg vakum. Uap nira hasil dari
penguapan ini digunakan untuk pemanasan pada evaporator IV.
5. Evaporator IV
Evaporator ini menggunakan uap nira hasil dari penguapan pada
evaporator III dengan temperatur 60C s/d 62C dan tekanan 60 cmHg
vakum. Uap bebas dari evaporator IV ini dialirkan ke kondensor dan
dinginkan pada cooling pond (kolam pendingin), seterusnya
digunakan sebagai air kondensat pengisi ketel
6. Evaporator V
Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai
kekentalan tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti
masakan.
Stasiun Masakan
sebesar 0,3 mm. Dari hasil pembagian pada pan masakan AI gula
tersebut masuk ke palung, kemudian gula bibitan tersebut dipompa
menuju putaran gula C. Pada putaran C terjadi pemisahan antara
plokulan gula C dan tetes C. Tetes C masuk ke peti C untuk proses
pada pan masakan D sedangkan plokulan gula C masuk ke peti nira
kental yang digunakan sebagai proses pembibitan kembali.
3. Pembuatan bibit
- Pembibitan dengan cara spontan
Larutan gula dipekatkan sampai mencapai daerah stabil, sehingga
terbentuklah inti-inti kristal.
- Pembibitan dengan kejutan
Larutan dibawa ke daerah pertengahan kemudian inti kristal
dimasukkan ke dalam larutan
- Pembibitan dengan inti penuh
Larutan gula dipekatkan sampai daerah meta mantap kemudian
dibersihkan dan selanjutnya diuapkan pada daerah mantap.
5. Menurunkan masakan
Setelah masak cukup tua maka diturunkan ke palung pendingin.
Penurunan masakan dengan menghilangkan hampa dengan cara
Jumlah : 1 unit
Max. Speed : 1000 rpm
menjadi kering dan siap untuk dikemas. Peralatan yang digunakan stasiun
penyelesaian adalah sebagai berikut :
1. Grasshoper konveyor (talang goyang)
Fungsi : sebagai pengering pendahuluan dan pengangkut gula ke sugar
driyer untuk memisahkan gumpalan gula. Alat ini bergerak secara
eksentrik sehingga menimbulkan getaran (vibrating).
2. Pengeringan
Fungsi : mengeringkan gula SHS
Alat ini bekerja otomatis, gula yang diproses melalui proses
pengeringan bertujuan agar gula yang masih basah dapat menjadi
kering dan membentuk kristal putih dan dapat memisahkan antara
kotoran dan gula.
3. Elevator
Fungsi : mengangkut gula kering menuju saringan atau ayakan getar
(vibrating screen).
4. Dust collector
Fungsi : mengangkut debu-debu gula dan pengeringan gula.
Alat dilengkapi dengan blower yang menghisap udara dan gula debu
dan sugar driyer yang kemudian dihembuskan ke atas. Pada bagian
atas dilakukan penyemprotan dengan air untuk mengikat gula debu.
Selanjutnya cairan yang masih mengandung gula debu tersebut dilebur
kembali. Kapasitas rotoclone sekitar 14000 lt/jam.
5. Vibrating screen
Fungsi : memisahkan gula normal, kasar, dan halus.
Vibrating screen di PG Kebon Agung ini dibagi menjadi dua tingkatan
yaitu dengan memisahkan gula kerikil, gula standar dan gula halus.
6. Silo (sugar storage)
Fungsi : sebagai penampung gula produksi SHS sebelum dibungkus
dalam karung.
Di bagian bawah alat ini berupa corong yang digunakan sebagai
discharge gula dan dari corong ini gula dimasukkan dalam karung.
7. Pembungkusan
Fungsi : membungkus gula yang sudah di standarisasi.
Pada proses pembungkusan ini gula yang dihasilkan adalah gula
standar dan dikemas dalam karung dan selanjutnya ditimbang.
8. Timbangan
Fungsi : menimbang gula yang sudah dikemas atau dibungkus.
Pada proses timbangan ini gula ditimbang dalam karung kurang lebih
50,2 kg dan seterusnya di jahit.
9. Belt conveyor
Fungsi : sebagai alat transportasi gula menuju gudang.
BAB IV
UNIT INSTALASI PADA PG KEBON AGUNG
dapat menghasilkan uap yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ketel
uap pipa api.
3. Jian XI
Jian liang : 24 Kg/cm2
Heating surface :-
Actual evaporation : 150.000 Kg/h
Serial number :-
Year built : 2012
g. Baggase Feeder
Elemen ini digunakan untuk memberi pasokan ampas tebu (bagasse)
yang cukup ke dalam boiler sehingga ruang bakar (furnace) tetap bisa
memanaskan boiler secara optimal.
k. Desuperheater
Berfungsi untuk mengontrol banyaknya air dingin yang spraikan
untuk menjaga temperatur uap. Steam (uap) yang lewat pada pipa
mempunyai suhu yang tinggi sekitar 350C. Temperatur uap akan
dideteksi dengan Thermocouple sebagai sensor suhu. Banyaknya air
dingin yang dispraikan tergantung besarnya temperatur uap, semakin
roda turbin. Roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda memutar
poros daya yang menggerakkan atau memutar bebannya, yakni generator.
Siklus ideal suatu turbin uap yang sederhana siklus rankine.
Turbin uap menghasilkan putaran karena aliran uap yang tetap
masuk ke nozzle dan ditekankan dengan putaran rendah. Uap tersebut
masuk ke steam jet, disini kecepatan uap dinaikkan, sebagaian dari energi
kinetik dari uap tersebut dikirim ke sudu-sudu turbin yang mengakibatkan
terdorongnya sudu-sudu turbin yang berputar. Besar dan kecilnya beban
sangat berpengaruh sekali terhadap uap yang dihasilkan, bila beban cukup
tinggi maka jumlah uap yang dibutuhkan juga sebaliknya. Pengaturan
jumlah uap yang masuk ke dalam turbin ini dilakukan oleh control valve
yang bekerja 2 tingkatan.
Turbin uap pada PLTU dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1. Turbin tekanan tinggi (high pressure turbine).
2. Turbin tekanan menengah (intermediate pressure turbine).
3. Turbin tekanan rendah (low pressure turbine).
- Cos : 0.75
- Rpm : 1500
- Weight : 7500 kg
BAB V
PERHITUNGAN KEPERLUAN UAP PADA SETIAP TURBIN UAP
427 . G . H
N= [ KW ]
102
Atau :
860 . H
g= [kg / jam]
H
Dimana :
G : Keperluan uap baru melalui turbin [kg/jam]
N : Daya turbin [KW]
H : Penurunan enthalphy pada turbin
H : hi - ho [kkal/kg]
hi : Enthalphy masuk turbin [kkal/kg]
ho : Enthalphy keluar turbin [kkal/kg]
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2883,81 kj/kg
= 183,97 kj/kg
860 .1103,25
G=
183,37
= 5174,21 kg/jam
= 5,174 ton/jam
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2883,81 kj/kg
= 183,97 kj/kg
860 .1470,99
G=
183,37
= 6898,9 kg/jam
= 6,898 ton/jam
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2883,81 kj/kg
= 183,97 kj/kg
860 .1029,7
G=
183,37
= 4829,26 kg/jam
= 4,829 ton/jam
Pi = 18 kg/cm2
Ti = 325C
Po = 0,8 kg/cm2
To = 195C
hi = 3067,78 kj/kg
ho = 2883,81 kj/kg
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2883,81 kj/kg
= 183,97 kj/kg
860 .551,62
G=
183,37
= 2587,1 kg/jam
= 2,587 ton/jam
N = 360 KW
Pi = 18 kg/cm2
Ti = 325C
Po = 1,2 kg/cm2
To = 240C
hi = 3067,78 kj/kg
ho = 2993,58 kj/kg
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2993,58 kj/kg
= 74,2 kj/kg
860 .360
G=
74,2
= 4172,5 kg/jam
= 4,173 ton/jam
N = 160 KW
Pi = 18 kg/cm2
Ti = 325C
Po = 1,2 kg/cm2
To = 240C
hi = 3067,78 kj/kg
ho = 2993,58 kj/kg
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2993,58 kj/kg
= 74,2 kj/kg
860 .160
G=
74,2
= 1854,4 kg/jam
= 1,854 ton/jam
N = 62 KW
Pi = 18 kg/cm2
Ti = 325C
Po = 1,2 kg/cm2
To = 241C
hi = 3067,78 kj/kg
ho = 2993,58 kj/kg
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2993,58 kj/kg
= 74,2 kj/kg
860 . 62
G=
74,2
= 718,60 kg/jam
= 0,719 ton/jam
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2773,56 kj/kg
= 294,69 kj/kg
860 .1600
G=
294,69
= 4669,31 kg/jam
= 4,669 ton/jam
N = 2400 KW
Pi = 15 kg/cm2
Ti = 325C
Po = 1 kg/cm2
To = 110C
hi = 3067,78 kj/kg
ho = 2773,56 kj/kg
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2773,56 kj/kg
= 294,69 kj/kg
860 .2400
G=
294,69
= 7003,97 kg/jam
= 7,004 ton/jam
N = 4500 KW
Pi = 15 kg/cm2
Ti = 325C
Po = 1 kg/cm2
To = 110C
hi = 3067,78 kj/kg
ho = 2773,56 kj/kg
860 . N
G=
H
H = hi - ho
= 3067,78 kj/kg - 2773,56 kj/kg
= 294,69 kj/kg
860 . 4500
G=
294,69
= 13132,44 kg/jam
= 13,132 ton/jam
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan alat di lapangan dan analisa dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Perawatan berkala sangat penting pada suatu mesin karena
berpengaruh besar terhadap kinerja mesin tersebut, khususnya pada
stasiun gilingan yang sering kali terjadi kerusakan atau error agar
proses pengolahan tebu menjadi gula tidak terhambat.
2. Pemilihan lokasi PG. Kebon Agung di Malang merupakan suatu
langkah yang sangat tepat karena lokasi tersebut dekat dengan bahan
baku utama (Raw Material Oriented) yaitu tebu, tenaga kerja yang
mudah didapatkan.
3. Bidang proses produksi
Proses produksi pada PG Kebon Agung Malang terdiri dari
beberapa stasiun yaitu : stasiun giling, stasiun pemurnian gula, stasiun
penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, stasiun penyelesaian dan
akhirnya gula hasil siap dipasarkan.
1. Blotong : biasa digunakan untuk membantu dalam bidang
pertanian misalnya, pupuk.
2. Ampas : digunakan untuk bahan bakar ketel dan juga bisa untuk
bahan campuran pembuat kertas.
3. Tetes : digunakan untuk bahan pembuatan spirtus dan bisa di
pakai dalam bidang kesehatan.
6.2 Saran
1. Setelah melakukan studi di dalam pabrik kami menyarankan agar
dilakukan maintenance secara berkala pada sistem otomatisasi
instrumentasi ketel uap guna menghindari dan meminimalisir tingkat
error yang terjadi karena "faktor usia sistem". Sehingga akan
diperoleh tingkat yang maksimal baik dari segi produksi maupun
kinerja dalam pabrik.
2. Dalam melaksanakan Praktek Kerja Nyata (PKN) setidaknya peserta
mentaati peraturan-peraturan pada PG Kebon Agung Malang.
3. Selama melaksanakan PKN peserta harus sungguh-sungguh dalam
mengamati obyek yang akan diambil sebagai bahan laporan.
4. Para karyawan PG Kebon Agung diharapkan menggunakan alat
pengaman (safety tools), terutama untuk karyawan bagian produksi
guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Penggantian dan pemeliharaan mesin-mesin produksi ada baiknya
diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi kerja.
6. Dalam mengadakan pengawasan langsung oleh pimpinan ke bagian
yang ada pada bawahannya, hendaknya lebih sering diperhatikan dan
dipantau sehingga mereka benar-benar bertanggung jawab pada
tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS
Dari data yang diketahui tekanan masuk turbin diambil nilai rata-rata adalah
sebesar
(Pin) = 18 kg/ cm G ( tekanan dibaca lewat alat ukur ), ditambah dengan 1 atm.
Jadi nilai tekanan masuk turbin yang diperoleh adalah sebesar 1.866,59 kPa.
Sedangkan untuk tekanan keluar turbin nilai rata-rata adalah sebesar (P out) = 2,8
kg/ cm G
Jadi nilai tekanan keluar turbin yang diperoleh adalah sebesar 375,92 kPa.
Dari tekanan masuk boiler yaitu penjumlahan antara tekanan ruangan 1 atm
dengan tekanan dearator 0,7 kg/cm2G maka dapat dicari entalpi fluida masuk
Selanjutnya dari entalpi fluida masuk boiler maka dapat dicari eltalpi fluida keluar
S2 = S1
= 1,7916265 kj/ kg
= 484,8046 kj/ kg
Selanjutnya pada tahap tiga dari tekanan dan temperature dapat dicari (h 3) dan (s3)
sebagai berikut:
T3= 208 C
Selanjutnya pada tahap empat nilai temperatur 141,3C diasumsikan sama dengan
142C sehingga dapat menggunakan tabel A-5 untuk mencari nilai entalpi dan
T4= 141,3 C
h4 = 2.735,20 kj/ kg
hf = 602,88 kj/ kg
= 602,88+0,89x2136,7
A. Efisiensi Termal
WTi = ms x h3
WTo = ms x h4
Jadi, efisiensi termal yang dihasilkan turbin uap adalah sebesar 2,21 %.
B. Efisiensi Isentropik
0,2141 = 21,41%
WT = ms x (h3-h4)
Cos rata-rata = 0,84 (nilai rata- rata Cos dari hasil pengamatan pada panel
turbin).
= 406,80 kVA