Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Intramuskular (IM), rute IM memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat
daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak
berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi
di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam 10-30 menit, guna memperlambat
adsorbsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau
suspensi dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan hormone kelamin.

1.2. Ruang Lingkup Penulisan


1.Pengertian pemberian obat secara IM
2. Tujuan pemberian secara IM
3. Indikasi pembrian obat secara IM
4. Kontra indikasi pemberian obat secara IM
5. Daerah penyuntikan IM
6. Persiapan alat dn bahan dalam pemberian obat secara IM
7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam IM
8. Prosedur pelaksanaan dan penyuluhan pasien
9. Contoh kasus

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran tentang bagaimana proses
pemberian obat secara intramuskular secara benar dan tpat sehingga tidak beresiko
bagi pasien dan petugas kesehatan.

1.4. Metode Penulisan


Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode
studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca pustaka tentang sistem
pemberian obat secara intramuskular. Selain itu, tim penulis juga memperoleh data
dari CI Ruang Rawat Bedah (RRB) serta dari interne yang merupakan metode yang
dapat mempermudah memperoleh informasi yang dibutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular


Pengertian pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan
dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan
cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan
untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan
bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara
berkala dalam bentuk depot obat.
Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai
banyak vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan.

2.2. Tujuan pemberian obat secara intramuskular


Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu, a. Agar obat diabsrorbsi
tubuh dengan cepat dibanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih
banyaknya suplai darah di otot tubuh. b. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih
besar disbanding obat yang diberikan melalui subcutan. c. Pemberian dengan cara ini
dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat. Namun perawat harus nerhati-hati
dalam melakukan injeksi secara intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan
luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut pad pasien.

2.3. Indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular


Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang
tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika
obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau
saraf besar dibawahnya. Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas
perintah dokter.

2.4. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular


Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi
kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

2.5. Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intramuskular


a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area
ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar.
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut
diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.
e. Rectus femoris Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga tengah
paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu
ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml). Lokasi ini jarang
digunakan, namun biasanya sangat penting untuk melakukan auto-injection, misalnya
pasien dengan riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk
menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana

2.6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat


Secara Intramuskular
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Kondisi atau penyakit klien
4. Obat yang tepat dan benar
5. Dosis yang diberikan harus tepat
6. Pasien yang tepat
7. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

2.7. Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular


1. Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat
2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya)
3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa panjangnnya 2,5-3
cm dan untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
4. Kapas alkohol
5. Cairan pelarut/aquabidest steril
6. Bak instrument/ bak injeksi
7. Gergaji ampul (bila diperlukan)
8. Nierbekken
9. Handscoon 1 pasang

2.8. Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular

1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan
dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)
5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus
lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa dan anak-
anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena
pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi
disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi
area antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian,
lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian
dapat diatur miring atau duduk.
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi.
Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak
terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini juga disebut area von
hoehstetter. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan
lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi
dan diletakkan di depan tungkai bawah. Dorsogluteal Dalam melakukan injeksi
dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai
saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa
dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak
dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang.
Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael
menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja
tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar
atas
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang
digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap
bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara
sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adlah meletakkan dua jari secara
vertical dib awah akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi injekssi
adalah 3 jari dibawah akromion.
e. Rectus femoris Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga
tengah paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang
tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml). Lokasi ini
jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk melakukan auto-injection,
misalnya pasien dengan riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini
untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana

7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.


8. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam
spuit maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis.
9. Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas
alcohol,kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
10. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
11. Cuci tangan

2.9. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) dan


Penyuluhan Pasien
Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan
efektif.
a. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan obat dengan benar
4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja
d. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan alat-alat
4. Berpamitan engan klien
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas,
Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori dan
praktek dilapangan ada kesenjangan, keefisiensi waktu dan banyaknya pasien yang
menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan.
2. Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak
memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu dan banyaknya pasien
yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan tersebut.
3. Pada saat melakukan tindakan
a. Setiap melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci tangan, tetapi
hanya di awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan sudah ada pasien lain yang
menunggu dan untuk keefisienan waktu. Selain itu handuk yang digunakan untuk
mengeringkan tangan bukan handuk sekali pakai, melainkan handuk yang setiap kali
digunakan untuk mengeringkan tangan sesudah selesai melakukan tindakan, untuk
setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu memperkenalkan diri pada
setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan dengan tujuan efisiensi waktu.
b. Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin
sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung
dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
3.1 Peralatan Sarung tangan 1 pasang Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan Jarum
steril 1 (21-23G dan panjang 1 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci
untuk anak-anak) Bak spuit 1 Kapas alkohol dalam kom (secukupnya) Perlak dan
pengalas Obat sesuai program terapi Bengkok 1 Buku injeksi/daftar obat 3.2 Prosedur
Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) Tahap PraInteraksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada Mencuci tangan Menyiapkan obat
dengan benar Menempatkan alat di dekat klien dengan benar Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga/klien Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja No. Intervensi Rasional 1. Memastikan program dokter dan bila lembar
persetujuan diperlukan. Perkenalkan diri pada klien, termasuk nama dan jabatan atau
peran.Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan yang akan dilakukan
dengan istilah yang dapat dipahami klien. meminimalkan ketidaknyamanan selama
injeksi. Penjelasan prosedur merupakan tekhnik distraksi yang dapat membantu
mengurangi ansietas. 2. Pastikan identitas klien. Kaji ulang untuk menetapkan apakah
intervensi masih tepat untuk klien. Siapkan peralatan Cuci tangan Sesuaikan tempat
tidur atau kursi pada tinggi yang tepat. Yakinkan bahwa klien nyaman dan perawat
memiliki ruangan yang cukup untuk melakukan tugas/ tindakan. Yakinkan bahwa
cahaya ruangan cukup untuk menjalankan tindakan. Bila klien ada di tempat tidur,
turunkan pagar tempat tidur pada sisi paling dekat perawat. Berikan privasi untuk
klien. Tutup pintu, gunakan tirai privasi. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit
sesuai dengan dosis, kemudian letakkan dalam bak injeksi. menjamin kesterilan obat.
3. Pertahankan duk atau pakaian untuk menutupi bagian tubuh yang tidak
memerlukan pemajanan mempertahankan prifasi klien. 4. Pilih tempat injeksi yang
tepat. area ventrogluteal lebih dipilih untuk klien lebih dari 7 bulan. Bila bayi kurang
dari 7 bulan, area lateralis harus digunakan. 5. Periksa tempat yang akan dilakukan
penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan). Palpasi tempat untuk adanya edema, massa,
atau adanya nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi, atau infeksi.
Palpasi otot untuk menetapkan kekerasan dan ukurannya. tempat injeksi harus bebas
luka yang dapat mempengaruhi absorbsi obat. Massa otot yang tepat diperlukan untuk
menjamin injeksi intra muskuler akurat ke dalam jaringan yang tepat. 6. Bantu klien
untuk mengambil posisi nyaman sesuai pada tempat yang dipilih untuk dilakukan
injeksi. a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk
berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi. b. Pada ventrogluteal dengan cara
meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lutut dan panggul pada
posisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi. c. Pada dorsogluteal dengan meminta
pasien untuk telungkup dengan lutut diputar ke arah dalam atau miring dengan lutut
bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah. d. Pada deltoid
(lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan
lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilang abdomen atau pangkuan. dengan
membantu klien mengambil posisi yang mengurangi ketegangan pada otot akan
meminimalkan ketidaknyamanan injeksi. 7. Relokasi tempat dengan menggunakan
garis anatomic. injeksi akurat memerlukan insersi pada tempat anatomic yang tepat
untuk menghindari cedera saraf di bawahnya, tulang, atau pembuluh darah. 8.
Gunakan sarung tangan. Desinfeksi dengan kapas alcohol. Bersihkan pada bagian
tengah tempat injeksi dan rotasikan keluar dalam arah sirkulasi seluas kira-kira 5 cm.
kerja mekanis desinfeksi untuk menghilangkan sekresi yang mengandung
microorganisme. 9. Tempatkan penutup jarum dari jarum diantara ibu jari dan jari
telunjuk pada tangan nondominan. Lepaskan penutup jarum dari spuit dengan menarik
penutup tegak lurus. mencegah jarum menyentuh sisi penutup dan menjadi
terkontaminasi. 10. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari tengah tangan dominant
seolah seperti mengarahkan anak panah pada papan tembok. Kebanyakan perawat
memegang spuit dalam telapak ke bawah untuk injeksi intramuskuler. injeksi halus,
terarah dan cepat memerlukan manipulasi bagian spuit dengan tepat sehingga rasa
dapat mengurangi nyeri. 11. Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus
(sudut 90 derajat) terhadap tempat injeksi. sudut menjamin bahwa obat mencapai
massa otot. 12. Tepat di bawah tempat injeksi, tarik kulit di bawahnya dan jaringan
subcutan 2,5-3,5 cm ke bawah atau lateral terhadap tempat injeksi dengan tangan
nondominan. : hal ini mengurangi kebocoran obat ke dalam jaringan subcutan dan
sehingga mengurangi nyeri. 13. Pegang taut kulit dan dengan cepat injeksikan jarum
kedalam otot pada sudut 90 derajat dengan menggunakan metode Z-track. : jarum
tetap diinsersikan selama 10 detik untuk memungkinkan obat menyebar dengan rata.
Metode Z-track menciptakan jalur zig-zag pada jaringan yang mengunci jalur jarum
untuk menghindari keluarnya obat melalui jaringan subcutan. 14. Setelah jarum
memasuki area, pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan nondominan.
Terus pegang kulit dengan kencang. Lepaskan tangan dominant pada ujung plunger.
Hindari menggerakkan spuit. melakukan injeksi dengan tepat memerlukan manipulasi
halus bagian spuit. Gerakan spuit dapat mengubah posisi jarum dan menyebabkan
ketidaknyamanan. Ketika menggunakan metode Z-track, pertahankan pegangan kuat
pada kulit dengan tangan nondominan. 15. Setelah jarum masuk, tarik plunger untuk
mengaspirasi spuit secara perlahan. Bila tidak ada darah, injeksikan obat secara
perlahan dengan kecepatan 10 dtk/ml hingga habis Jangan memberikan obat secara
IM pada dosis lebih dari 5 ml pada 1 tempat injeksi aspirasi darah ke dalam spuit
menunjukkan jarum berada pada intravena (IV). Obat intramuskuler tidak diberikan
secara IV. Injeksi perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan serta berpengaruh
pada absorbsi obat. 17. Setelah selesai tunggu 10 detik kemudian secara halus dan
mantap tarik jarum dengan cepat sambil menempatkan kapas alcohol pada daerah
penyuntikan. Letakkan jarum langsung pada bengkok. sokongan jaringan sekitar
tempat injeksi meminimalkan ketidaknyamanan selama jarum ditarik. 18. Berikan
tekanan perlahan. Jangan memasase kulit. masase dapat merusak jaringan di
bawahnya. 19. Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus lateralis, dorong latihan
kaki. meningkatkan absorbsi obat. 20. Bantu klien untuk mengambil posisi yang
nyaman setelah injeksi. memberi klien posisi nyaman. 21. Bantu klien merapikan diri
Ucapkan terimakasih atas kerjasama klien. Kembalikan tempat tidur pada posisi
semula. Buang jarum dalam posisi tertutup dan spuitnya kedalam wadah berlabel
secara tepat. mencegah cedera pada klien dan personel rumah sakit. Tidak menutup
kembali ujung jarum dapat menyebabkan tusukan jarum dan tidak lagi dianggap
praktek aman. 22. Lepaskan sarung tangan. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Catat prosedur dan reaksi pemberian. Evaluasi kembali respon klien terhadap obat
dalam 15-30 menit. obat parenteral diabsorbsi dan bekerja lebih cepat dibandingkan
obat oral. Observasi perawatan menetapkan kemajuan kerja obat. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Berpamitan dengan klien Membereskan alat-alat Mencuci tangan Mencatat kegiatan
dalam lembar catatan keperawatan.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
a. Pasien yang di periksa adalah Tn. M usia 55 tahun.
b. Diagnosa medis Tn. M usia 55 tahun dengan Injeksi Intra muscular Xylomidon
2cc dan Duradryl 2cc setiap 8 jam sekali.
c. Dalam melakukan tindakan injeksi IM tersebut ada beberapa kesenjangan antara
teori yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d. Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien
merasa lega dan puas
Kesimpulan Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan
pencegahan dan pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam
pemberian obat baik melalui oral, topikal,intravena,dan laila-lain, seorang perawat
perlu memperhatikan aturan pemakaiannya. Karena jika tidak, maka akan terjadi
masalah yang baru bagi pasien. Yang terpenting adalah perawat mengerti dan paham
dengan lima prinsip benar dalam pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis,
benar pasien, benar rute, dan benar waktu.

5.2. Saran
a. Lahan Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan pada
masyarakat/pasiensekitar guna meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien.
b. Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih
banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan menerapkan
tindakan sesuai dengan teori.
c. Institusi
Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat
menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang sering dijumpai
dalam lahan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

Ceklist Akbid Brawijaya Husada (2011). Injeksi intramuscular

Potter, Perry. Ganiswara (2005). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Famakologi, FKUI

Ratna Ambarwati, Eni (2009). KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Kawan
Pustaka

Saifudin, Abdul Bani (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tjay, T.H (2009). Faktor Patofisiologi Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara


pemberian terhadap absorbs obat/ diakses tanggal 26 Agustus 2011

Uliyah, Musrifatul dkk (2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai