Ekologi Alhamdulillah Kelar Fix Bangettt
Ekologi Alhamdulillah Kelar Fix Bangettt
NASICH
NRP : 1516100019
TUGAS MANDIRI
EKOLOGI UMUM
Perubahan iklim (climate change) di dunia ini tidak dapat dihindari akibat pemanasan
global (global warming), baik langsung maupun tidak langsung dan akan berakibat pada
berbagai aspek kehidupan, termasuk salah satunya adalah bidang pertanian. Mengingat iklim
adalah unsur utama sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global
akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian (Las, 2007). Bidang
pertanian merupakan salah satu sektor yang menrima dampak dari perubahan iklim yang
salahsatunya dikarenakan oleh pemanasan global. Dampak dari pemansan global (Global
warming ) akan mempengaruhi pola presipitasi, evaporasi, water run-off , kelembaban tanah
dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara keseluruhan mengancam keberhasilan
produksi pangan (Ariyanto, 2010). Menurut Salinger, (2005) terdapat tiga faktor utama yang
terkait dengan perubahan iklim global yang berdampak pada bidang pertanian adalah:
(1) perubahan pola hujan,
Menurut Runtunuwu (2007) penurunan curah hujan telah menurunkan potensi satu
periode masa tanam padi. Dampak perubahan pola hujan diantaranya mempengaruhi waktu
dan musim tanam, pola tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas
areal tanam dan areal panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati.
Perubahan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan transpirasi yang pada akhirnya
menurunkan produktivitas tanaman pangan, meningkatkan konsumsi air, mempercepat
pematangan buah/biji, menurunkan mutu hasil, dan mendorong berkembangnya hama
penyakit tanaman (Las, 2007). Menurut Las, (2007) dampak yang paling nyata adalah
penciutan lahan pertanian di pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatra Utara, Lampung, Nusa
Tenggara Barat, dan Kalimantan), kerusakan infrastruktur pertanian, dan peningkatan
salinitas yang dapat merusak tanaman. Pengaruh iklim pada sektor pertanian antara lain
terjadi melalui dampak kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau
frost, angin kencang dan kelembaban tinggi. Risiko pertanian akibat iklim tersebut selain
menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga berakibat
ketidakstabilan pertanian secara nasional. Faktor penyebab risiko pertanian antara lain
fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim dan perencanaan usaha
tani serta pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim.
Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak stabil
dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung
lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan
terjadinya perubahan iklim. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut
diantaranya adalah :
Bidang pertanian khususnya tanaman pangan merupakan yang paling terkena dampak
dengan adanya perubahan iklim. Tanaman pangan khususnya padi memperoleh dampak yang
paling serius akibat perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut dapat berupa perubahan pola
hujan, peningkatan kejadian iklim ekstrem (banjir/kekeringan), peningkatan suhu udara, dan
peningkatan permukaan air laut, yang akhirnya berdampak pada periode waktu curah hujan
yang pendek, waktu kemarau yang panjang, bergesernya musim tanam, berubahnya pola
tanam, kekurangan air/kekeringan, adanya banjir, timbulnya hama dan penyakit tanaman,
akhirnya akan menurunkan produktivitas dan mutu produksi yang dihasilkan petani, serta
dapat mengakibatkan gagal panen. Dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim,
maka diperlukan adanya strategi antisipasi yaitu mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi
untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian antara lain adalah penggunaan varitas
rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan tanah. Sedangkan teknologi adaptasi
bertujuan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim untuk mengurangi resiko
kegagalan produksi pertanian. Teknologi adaptasi meliputi penyesuaian waktu tanam,
penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman, dan salinitas serta pengembangan
teknologi pengelolaan air. Salah satu teknologi mitigasi dan adaptasi yang dilakukan sektor
pertanian dalam menghadapi perubahan iklim adalah penerapan pertanian organik. Pertanian
organik memancarkan tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) yang jauh lebih rendah dan cepat,
terjangkau dan efektif mengaramkan karbon ke dalam tanah. Pertanian Organik mengurangi
gas rumah kaca terutama nitro oksida, karena tidak menggunakan pupuk nitrogen kimia dan
kehilangan nutrisi dapat diminimalkan. Selain itu, pertanian organik membuat lahan dan
manusia lebih tahan terhadap perubahan iklim, terutama karena airnya efisien, tahan terhadap
cuaca ekstrim dan resiko kegagalan panen yang lebih rendah. Di Indonesia munculnya
pertanian organik didorong oleh kesadaran manusia untuk mengkonsumsi produk pertanian
bebas residu pestisida dan untuk menjaga kelestarian lingkungan (Murniati,2014).
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, S.E. 2012. Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Kacang
Hijau (Phaseolus radiates L) Di Lahan Kering.
Las, I. 2007. Menyiasati Fenomena Anomali Iklim bagi Pemantapan Produksi Padi
Nasional pada Era Revolusi Hijau Lestari. Jurnal Biotek-LIPI. Naskah Orasi Pengukuhan
Profesor Riset Badan Litbang Pertanian, Bogor, 6 Agustus 2004.
Salinger, M J, 2005 Climate variability and Change; past, present, and future over
view. Climate Change Vol 70.
UNDP Indonesia. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim: Mengapa Indonesia harus
beradaptasi untuk melindungi rakyat miskinnya. 20 . pp.