Anda di halaman 1dari 12

SEMINAR MATEMATIKA

KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELEGENCES
(KECERDASAN MAJEMUK)

Oleh:
SEPTA RAHMALIA
NPM A2C014008

DOSEN PENGAMPUH :
Dr. Hj. CONNIE, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015
KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS MULTIPLE INTELEGENCES (KECERDASAN MAJEMUK)

SEPTA RAHMALIA
Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Bengkulu
septarahmalia@gmail.com

ABSTRAK

Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau


menciptakan sesuatu yang bernilai dalam budaya. Kecerdasan majemuk dalam
logika matematika dalam kemampuan untuk menangani relevansi atau argumentasi
serta mengenali pola dan uruta. Kemampuan penalaran matematis siswa adalah
kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari permasalahan matematika
berdasarkan pernyataan atau fakta-fakta dan sumber yang telah terbukti
kebenarannya. Melalui penalaran matematika siswa mampu menyajikan pernyataan
matematika, melalui manipulasi terhadap permasalahan (soal) matematika., dan
kemudian menarik kesimpulan dari pernyataan tersebut. Masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimanakahkemampuan penalaran matematis siswa setelah diterapkan
pembelajaran berbasis Multiple Intelegences (Kecerdasan Majemuk)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
exsperimen semu kategori one case study yaitu sebuah exsperimen yang
dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga tanpa adanya tes awal.
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Tehnik analisis
data yaitu dengan cara menghitung persentase kemampuan penalaran matematis
siswa berdasarkan table penskoran.
Berdasarkan hasil analisis data kemampuan penalaran matematis siswa,
diperoleh persentase kemampuan penalaran matematika siswa perindikator melalui
pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelegences (Kecerdasan Majemuk)
yaitu 79,94 dapat dikategorikan tinggi.

Kata Kunci : Penalaran dan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences


(Kecerdasan Majemuk)

I. PENDAHULUAN
Peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan matematika merupakan
hal yang mutlak untuk dilakukan pada tiap jenjang pendidikan. Hal ini dilakukan
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat. Tuntutan dunia yang semakin kompleks, mengharuskan siswa memiliki
kemampuan berfikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar dan kemampuan bekerja
sama yang efektif.
Kemampuan bernalar merupakan salah satu dari sekian banyak kecerdasan
yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh siswa terlebih saat mempelajari
matematika. National Council Of Teachers Of Mathematics (NCTM, 2000)
menegaskan bernalar dan membuktikan merupakan salah satu dari lima kompetensi
yang harus tumbuh dan berkembang manakala anak belajar matematika.
Sebagaimana kecerdasan dasar lainnya yang diwarisi anak saat dilahirkan,
kemampuan bernalar inilah yang digunakan dan diasah untuk memahami dunia.
Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah taraf intelegensi orang
tersebut. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, frames of mind: the
theory of multiple intlegences (1993), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen,
Beliau namakan ketujuh komponen tersebut tujuh kecerdasan ganda. Selain
kecerdasan linguistik-verbal dan kecerdasan logis-matematis, kecerdasan lain
meliputi kecerdasan spesial-visual, kecerdasan ritmik-musik, kecerdasan kinestik,
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.
Dari ketujuh kecersasan ganda yang ditawarkan Dr. Howard Gardner salah
satunya adalah kecerdasan logis matematis menjelaskan kemampuan seseorang
untuk menangani bilangan dan perhitungan. Hubungan antara matematika dan
logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar dan ada
konsistensi dalam pemikuran logis. Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah sehingga
timbul hipotesis dari pengamatan, karena alasan inilah Dr. Howard Gardner
menyertakan kecerdasan logis matematis sebagai salah satu kecerdasan yang
paling penting dalam klasifikasinya.
Berdasarkan ril dilapangan, proses pembelajaran disekolah ini kurang
meningkatkan kreatifitasa siswa, masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan
metode konvensional sehingga belajar terkesan kaku dan monoton. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan pembelajaran dikelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa
hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru sehingga
sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran
menjadi tidak kondusip sehingga siswa menjadi pasif. Itu semua bisa terjadi karena
banyak masalah yang dihadapi didunia pendidikan saat ini. Salah satu masalah
utamanya yaitu masalah dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, dalam arti yang substansial,
bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi pada
guru dan tidak diberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dalam proses berfikirnya (Trianto, 2010:5).
Sesuai pembahasan diatas multi kecerdasan khususnya kecerdasan logis
matematis yang ditawarkan oleh Dr. Hogward Gardner menggerakkan penulis dalam
menggali teori Multiple Intlegences (kecerdasan majemuk) sebagai alat yang
memungkinkan keberhasilan lebih banyak lagi diraih oleh peserta didik serta untuk
mengetahui korelasi antara pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelegences
dengan penalaran siswa. Oleh karena itu, untuk membuat makalah ini penulis
menarik judul KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELEGENCES (KECERDASAN
MAJEMUK)

II. Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi masalah adalah adakah korelasi antara pembelajaran
matematika berbasis Multiple Intelegences (Kecerdasan Majeuk) dengan penalaran
siswa.

III. Tujuan Pembelajaran


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
selain melatih kemampuan penalaran siswa juga untuk mengetahui kemampuan
penalaran siswa setelah belajar matematika berbasis Multiple Intelegences
(Kecerdasan Majeuk).

IV. PEMBAHASAN
IV.1 Kemampuan Penalaran
Kemampuan adalah kesanggyupan dalam melakukan sesuatu, seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
(Ian:2010). Penalaran adalah suatu proses atau suatu aktivitas berfikir untuk
menarik suatu kesimpulan (Fadjar Shadiq,2003). Kemampuan bernalar merupakan
salah satu dari sekian banyak kecerdasan yang paling penting dimiliki dan dikuasai
siswa terlebih saat mempelajari matematika karena kemampuan inilah yang paling
utama digunakan anak sewaktu dihadapkan dengan masalah matematika yang
harus diselesaikannya.
Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor
506/C/Kep/PP/2004 Tanggal 11 November 2004 tentang repor di uraikan bahwa
indikator siswa memiliki kemampuan dalam bernalar adalah mampu :
1. Kemampuan mengajukan dugaan. Siswa mampu mengajukan jawaban yang
diperoleh. Maksudnya siswa mampu menuliskan jawaban sementara dari hasil
oprasi penyelesaian yang dilakukan.
2. Kemampuan melakukan manipulasi matematika. Memanipulasi adalah
mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga tercapai tujuan
yang dikehendaki. Kemampuan manipulasi matematika yaitu siswa mampu
menuliskan oprasi penyelesaian sesuai dengan ketentuan yang ada.
3. Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti terhadap kebesaran solusi yaitu siswa mampu membuktikan dan
menunjukkan jawaban lewat penyelidikan yang tepat dan memberi kesimpilan
dari hasil penyelidikan. Maksudnya adalah siswa mampu menguji jawaban
sementara yang telah diperoleh dan dapat menulis jawaban akhir sebagai
kesimpulan.
4. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan. Yaitu siswa mampu
menyimpulkan pernyataan yang ada.
5. Kemampuan memeriksa kesahian atau argumen maksudnya siswa mampu
menguji benar tidaknya argumen yang ada.
6. Kemampuan menemukan pola. Maksudnya siswa dapat membuat permisalan
atau membuat model matematika.

IV.2 Teori Multiple Intelegences (Kecerdasan Majeuk)

Teori kecerdasan yang semula dimaksudkan untuk psikologi, telah


berkembang menjadi alat yang digunakan dengan antusiasi oleh para pendiik dileruh
dunia. Berangkat dari definisi bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
menyelesaikan masalah. Dr. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan majemuk
dalam logika matematika adalah kemampuan untuk menangani
relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan.
Pada awalnya Dr. Howard Gardner merumuskan tujuh kecerdasan. Dua
kecerdasan pertama telah biasa diterapkan disekolah. Tiga kecerdasan berikutnya
banyak diidentifikasi oleh orang dibidang seni, dan dua yang terakhir disebut
kecerdasan personal. Ketujuh kecerdasan itu adalah :
1. Kecerdasan Verbal/bahasa (verbal linguistic intelegence)
Merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara
lisan maupun tulisan untuk mengexspresikan ide-ide atau gagasan yang
dimilikinya.
2. Kecerdasan Logika/matematik (Logikal/mathematic Intelegence)
Merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan
bilangan dan logika secara efektif, seperti yang dimiliki matematikawan, saintis
dan programmer. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola
logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan.
3. Kecerdasan Visual/ruang (visual/spetial intelegence)
Adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat atau
berhubungan dengan kemampuan indera pandang dan berimajinasi, seperti yang
dimiliki oleh para navigator, pemburu dan arsitek. Yang termasuk dalam
kecerdasan ini adalah kemampuan mengenali bentuk dan benda secara tepat,
melakukan perubahan bentuk benda dlam pikiran serta mengungkapkan data
dalam suatu grafik.
4. Kecerdasan Tubuh/gerak (body/kinesthick intelegence)
Kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau
seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah.
5. Kecerdasan Musikanl/ritmik (musical/rhytmic intelegence)
Merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan,
menikmati bentuk musik dan suara. Peka terhadap ritme, melodi dan intonasi,
serta kemampuan memainkan alat musik.
6. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelegence)
Berhubungan dengan kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi baik verbal
maupun non verbal.
7. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelegences)
Kemampuan pemahaman terhadap aspek internal, seperti perasaan, proses
berfikir, refleksi diri, intuisi dan spiritual. Kecerdasan ini sifatnya paling individual.
Untuk mengembangkan kecerdasan matematika logis ini penulis membatasi
hanya lima kecerdasan yang akan diteliti yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan
matematis logis, kecerdasan visual-spesial, kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal. Karena untuk kecerdasan lain seperti kecerdasan musikal
dan kinestik tidak memungkinkan untuk diterapkan dalam kegiatan belajar engajar
disekolah khususnya untuk mata pelajaran matematika karena kondisi kelas yang
tidak kedap suara sehingga akan mengganggu ketenangan dan konsentrasi kelas
lain.

Langkah-langkah menerapkan kecerdasan majemuk ini adalah:

1. Melakukan aktivitas tanya jawab sebagai kecerdasana interpersonal


Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan stimulus kepada peserta
didik untuk memancing siswa mengeluarkan pendapat atau gagasan yang
peserta didik pikirkan. Dengan adanya timbal balik dari peserta didik, maka
secara tidak disadari sudah melatih kecerdasan intrapersonal yang terdapat
dalam diri peserta didik.
2. Membentuk kelompok diskusi sebagai kecerdasan linguistik dan
interpersonal
Dengan dibentuknya kelompok diskusi maka dalam kelompok diskusi tersebut
peserta didik akan saling bertukar pikiran dan saling mengeluarkan pendapat.
Dengan adanya aktivitas tersebut secara tidak langsung melatih kecerdasan
linguistik dan interpersonal siswa.
3. Belajar menggunakan gambar sebagai kecerdasan visual
Guru memberikan permasalahan berupa gambar yang dapat dianalisa oleh siswa
untuk didiskusikan oleh kelompoknya masing-masing. Dengan peserta didik
menganalisa gambar yang diberikan guru, maka itu sudah melatih kecerdasan
visual siswa.
4. Memberikan soal penalaran sebagai kecerdasan matematis logis
Setelah guru memberikan kegiatan-kegiatan yang melatih kemampuan-
kemampuan peserta didik, kemudian guru memberika soal berupa soal-soal yang
menuntut peserta didik untuk menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan
kemampuan penalaran mereka. Dengan itu maka peserta didik akan semakin
terbiasa dalam menggunakan kecerdasan logis matematis mereka.

IV.3 Hubungan Antara Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan


Majemuk Dengan Kemampuan Penalaran
Pembelajaran berarti suatu upaya membelajarkan siswa dengan
menggunakan semua sumber belajar (Degeng dalam Wena, 2009:2). Matematika
dalam bahsa belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran (Depdiknas, 2003:5). Jadi pembelajaran matematika adalah
proses yang dilaksanakan oleh guru secara terprogram melalui interaksi antar
pendidik dan sumber belajar untuk mengembangkan pengetahuan, berfikir kreatif
serta kemampuan bernalar siswa dalam menentukan kebenaran suatu konsep atau
pernyataan yang diperoleh akibat dari kebenaran sebelumnya secara hirarki.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah
dalam berbagai keadaan dan dalam situasi nyata. Sedangkan penalaran adalah
suatu aktifitas berfikir untuk menarik kesimpulan atau proses berfikir. Siswa
dikatakan mampu bernalar apabila ia mampu menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
Menurut beberapa ahli (Macchoby dan jeklin: 1974; krutetskii:1976) bahwa
ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam kemampuan berfikir.
Anak laki-laki pada umumnya memiliki kemampuan berfikir yang lebih unggul dalam
kemampuan visual special dan penalaran logis, sedangkan anak perempuan lebih
unggul dalam kemampuan verbal. Karakteristik penalaran siswa berdasarkan gender
dalam memecahkan masalah perlu menjadi fokus perhatian, karena dengan
menggunakan karakteristik penalaran siswa tersebut akan dapat memberikan
konstribusi pada pengembangan teori pembelajaran matematika.
Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu
untuk menemukan kebenaran. Karakteristik yang dimaksud adalah pola berfikir yang
logis dan proses berfikirnya bersifat analisis. Melalui komponen ini siswa memiliki
kesempatan untuk bernalar, menjelaskan konsep, mendeskripsikan persoalan,
menganalisis persoalan, menganalisis solusi dan membuktikan. Selain itu dengan
komponen ini siswa di izinkan untuk meningkatkan kecerdasan majemuk mereka
melalui berbagai ide-ide, pertanyaan dan sudut pandang yang berbeda.
Dari penjelasan dan definisi diatas jelas bahwa ada hubungan pendekatan
pembelajaran kecerdasan majemuk dengan kemampuan penalaran siswa, yaitu
dengan pendekatan pembelajaran kecerdasan majemuk dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa.
V. Kajian Literatur yang Terdahulu
Dari beberapa penelitian yang relevan tentang kecerdasan majemuk yang
telah dilakukan oleh Harpiza (2009) dan Mirzani (2010) akan diuraikan sebagai
berikut:
Harpizah (2009) melakukan penelitian tentang Penerapan Teori Kecerdasan
Berganda Pada Pembelajaran Berganda Pada Pembelajaran Matematika di SMP
Nurul Iman Palembang. Dari hasil analisi data diperoleh persentase aktifitas belajar
siswa sebesar 59.9% pada pertemuan pertama, terjadi peningkatan pada pertemuan
kedua yaitu 74,3%. Dan rata-rata hasil belajar siswa pada tiga kali pertemuan adalah
76,88, 75,44 dan 77,57. Sehingga rata-rata hasil belajar siswa secara keseluruhan
yaitu sebesar 76.63 dan dikategorikan baik.
Nizarani (2010) melakukan penelitian tentang Penerapan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Teori Kecerdasan Berganda Pada
Pembelajaran Matematika di SD Merapi Lahat Timur. Dengan rumusan masalah
bagaimanakah hasil belajar dan kecerdasan yang didominan setelah diterapkan
strategi belajar tersebut menunjukkan hasil belajar yang cukup yaitu 63.75 dengan
kecerdasan yang dominan yaitu kecerdasan intrapersonal dengan persentase
73.61%.
Dari kajian diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai
pendekatan pembelajaran berbasis multiple intelegences (kecerdasan majemuk)
untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa setelah diterapkan pembelajaran
berbasis multiple intelegences (kecerdasan majemuk). Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu hanya sama pendekatan pembelajarannya yaitu
pendekatan pembelajaran berbasis multiple intelegences (kecerdasan majemuk),
kemampuan yang di ukur dan seklahnya yang berbeda, dimana Harpiza (2009)
melakukan penelitian tentang Harpizah (2009) melakukan penelitian tentang
Penerapan Teori Kecerdasan Berganda Pada Pembelajaran Berganda Pada
Pembelajaran Matematika dan Nizarani (2010) melakukan penelitian tentang
Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Teori
Kecerdasan Berganda Pada Pembelajaran Matematika. Sedangkan penelitian yang
akan dilakukan penulis yaitu mengukur kemampuan penalaran matematika siswa
perindikator melalui pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelegences
(Kecerdasan Majemuk).
VI.KESIMPULAN
setelah diterapkan model pembelajaran berbasis multiple intelegences
(kecerdasan majemuk) untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa,
dapat diketahui bahwa penguasaan siswa dalam indikator pertama yaitu
menemukan pola/sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
dikategorikan tinggi, ini karena siswa dibiasakan menggunakan pola/sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi. Penguasaan siswa dalam indikator kedua
yaitu melakukan manipulasi matematika dikatakan sangat tinggi karena siswa sudah
paham bagaimana memilih dan menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal
yang diberikan guru. Penguasaan indikator yang ketiga yaitu mengajukan dugaan
dikatakan sedang , ini terjadi dikarenakan sebagian siswa kurang terlatih untuk
menggunakan konsep untuk menyelesaikan soal. Dan penguasaan indikator yang
ke empat yaitu menarik kesimpulan dikatakan sangat tinggi, ini karena siswa sudah
terbiasa menyimpulkan permasalahan dari setiap soal yang diberikan oleh guru.
Secara keseluruhan kemampuan penalaran matematis siswa dikategorikan
tinggi, jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Multiple Intelegences
(kecerdasan majemuk) dapat melatih kemampuan penalaran siswa.

VII. SARAN
Dari makalah yang ditulis ini maka penulis memberikan saran :
1. Bagi guru, hendaknya agar memberikan perhatian kepada sebagian siswa yang
kurang mempunyai kemampuan dalam penguasaan konsep dalam
menyelesaikan soal.
2. Pada umumnya pembelajaran matematika disekolah masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dan
calon guru agar dapat mengetahui, melaksanakan, serta mengembangkan model
pembelajaran berbasis Multiple Intelegences (kecerdasan majemuk).
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mujiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta


Hoerr, Thomas R. 2007. Buku Kerja Multiple Intelegences. Bandung : PT. Mizan
Pustaka.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 1993. Perkembangan Intelegensi Anak dan
Pengukuran IQ-nya. Bandung : Angkasa
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kratifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT. Bumu Aksara.
Page, Terry. 2006. Uji IQ Anda. Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya
Prosiding, 2010. Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta:
FMIPA UNY dan Indo-MS.

Anda mungkin juga menyukai