PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Tujuan khusus
Setelah mempelajari teori dan konsep Asuhan keperawatan Diabetes
Mellitus tipe 2,mahasiswa mampu mengaplikasikanya di dalam kasus
pemicu tentang:
a. Perlengkapan data pada pengkajian.
b. Penyusunan diagnosa keperawatan keluarga dengan penyakit anak
usia sekolah
c. Penentuan prioritas diagnosa keperawatan
d. Penyusunan rencana,intervensi keperawatan
C. Metode Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai
oleh kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, S.C
& Bare, B. G, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi
karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi
normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja
insulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat
defisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan fungsi insulin (WHO,
2005).
B. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe II.
C. Patofisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah
yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi.
Namun pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi
insulin berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu
megimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II (Smeltzer, S.C & Bare,
B. G, 2002).
D. Manefestasi Klinik
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, sepereti lambat
(tahunan) intoleransi glukosa progresif, poliuria (akibat dari diuresis osmotik
bila diambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan
glukosa keluar melalui ginjal), polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat
lanjut dari poliuria), keletihan, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vagina, keputihan akibat kelainan ginekologis (Smeltzer, S.C & Bare, B. G,
2002).
E. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi
akibat defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia
eksterm (lebih 300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan
intervensi untuk mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki
asidosis berat, elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor
pencetus Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik,
alkohol, gagal diet, kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin,
stress, emosional, dan riwayat penyakit ginjal.
2) Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima
jumlah insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya
untuk mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala
hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat,
gemetar, sakit kepala dan palpitasi), juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang
tumpul dan koma).
b. Komplikasi jangka panjang
1) Mikroangiopati Diabetik merupakan lesi spesifik Diabetes
Melitus yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati
diabetik), otot-otot dan kulit.
F. Penatalaksanaan Medis
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu perencanaan
makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan penyuluhan.
1. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%).
Lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama
untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/ hari.
Jumlah kandungan serat 25 g/ hari, diutamakan jenis serat larut.
Konsumsi garam dibatasai bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama
0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIEPE ( continous, rhytmical, interval,
progressive, endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, renang, bersepeda, dan mendayung.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai
obat tunggal.
c. Inhibitor glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
G. Patoflow
H. Askep Teori Diabetes Mellitus tipe 2
Diabetes Mellitus adalah masalah yang mengancam hidup yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
menurun/ tidak ada, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan: bola
mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain.
Tanda: Ansietas.
d. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola kemih, poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru tau berulang, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda: urin encer, pucat, kuning: poliuri(dapat berkembang menjadi
oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun:
hiperaktif (diare).
e. Makanan/ Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet;
peningkatan gula darah), bau halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton).
f. Neurosensori
Gejala: Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
kejang.
g. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala: Kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
j. Seksualitas
Gejala: raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
k. Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: DM, stroke, hipertensi, penyembuhan yang
obat diabetik.
Tanda: Memerlukan bantuan dan pengaturan diet, pengobatan, perawatan
l. Test Diagnostik
200 mg/dl atau lebih, aseton plasma (keton): positif secara mencolok,
asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat, urin: gula dan
1) Pantau TTV.
mukosa.
Kolaborasi:
R/: tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajad kekurangan
utilisasinya).
kebutuhan terapeutik.
paralitik).
R/: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar
pulang.
Kolaborasi:
fungsiolaesa).
R/: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
nasokomial.
2) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif.
R/: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
sepsis.
kebutuhannya.
R/: menurunkan kebingungan dan membantu untuk
keseimbangan dipengaruhi.
mandiri.
Intervensi:
Mandiri:
1) Observasi TTV.
R/: mengidentifikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologis.
2) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa diganggu.
R/: mencegah kelelahan yang berlebihan.
keseluruhan.
R/: mengidentifikasi area perhatiannya dan mudahkan cara
pemecahan masalah.
2) Berikan kesempatan pada kelurga untuk mengekspresikan
perhatiannya.
R/: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan
perawatannya.
R/: mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa
diharapkan.
R/: partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusia dan kerja