Anda di halaman 1dari 35

Ciri-Ciri Pajak

Pajak merupakan iuran wajib yang bersifat dapat dipaksakan.

Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan undang-undang.

Wajib pajak tidak mendapatkan balas jasa secara langsung.

Pajak digunakan untuk kepentingan umum.

Berikut ini dasar-dasar dalam pemungutan pajak.

UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan.

UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh).

UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang


dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan
PPnBM).

UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat


Paksa.

UU No. 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).

Prinsip-Prinsip Pemungutan Pajak

Prinsip Keadilan (Equity) Keadilan dalam pemungutan pajak


artinya pajak dikenakan secara umum dan sesuai dengan
kemampuan wajib pajak atau sebanding dengan tingkat
penghasilannya.

Prinsip Kepastian (Certainty) Pemungutan pajak harus dilakukan


dengan tegas, jelas, dan ada kepastian hukum.

Prinsip Kecocokan/Kelayakan (Convience) Pajak yang dipungut


hendaknya tidak memberatkan wajib pajak. Artinya pemerintah
harus memerhatikan layak atau tidaknya seseorang dikenakan
pajak sehingga orang yang dikenai pajak akan senang hati
membayar pajak.

Prinsip Ekonomi (Economy) Pada saat menetapkan dan


memungut pajak harus mempertimbangkan biaya pemungutan
pajak. Jangan sampai biaya pemungutannya lebih tinggi dari
pajak yang dikenakan.

Unsur-Unsur Pajak

Berdasarkan pengertian pajak di atas, setiap pajak terdiri atas


beberapa unsur. Berikut ini unsur-unsur pajak.

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut


ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut
pajak atau pemotong pajak tertentu, misalnya pegawai,
pengusaha, dan perusahaan.

Objek Pajak adalah sesuatu yang dikenakan pajak, misalnya


penghasilan seseorang yang melebihi jumlah tertentu, tanah,
bangunan, laba perusahaan, kekayaan, mobil.

Tarif Pajak adalah ketentuan besar kecilnya pajak yang harus


dibayar oleh wajib pajak terhadap objek pajak yang menjadi
tanggungannya. Semua jenis pajak mempunyai tarif yang
berbeda-beda.

Berikut ini beberapa bentuk tarif pajak.

Tarif pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan


persentase yang semakin meningkat mengikuti pertambahan
jumlah pendapatan yang dikenakan pajak.

Tarif pajak degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan


persentase yang semakin kecil dengan semakin besarnya jumlah
pendapatan yang dikenakan pajak.

Tarif pajak proporsional adalah tarif pemungutan pajak


dengan persentase tetap, berapa pun jumlah pendapatan yang
digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.
Tarif pajak tetap adalah tarif pemungutan pajak dengan besar
yang sama untuk semua jumlah. Dengan demikian, besarnya
pajak yang terutang tidak tergantung pada jumlah yang
dikenakan pajak.

Jenis-Jenis Pajak

Pajak dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu jenis pajak


berdasarkan pihak yang memungut, sifat, dan golongan.

Berdasarkan Pihak yang Memungut

1. Pajak negara : Pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh


pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor
Pelayanan Pajak di bawah Departemen Keuangan. Pajak negara
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Contoh pajak
negara, yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), bea meterai, bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan, bea cukai, pajak orang asing, serta pajak atas
royalti dan dividen.

2. Pajak daerah : Pajak daerah adalah pajak yang pemungutannya


dilakukan oleh pemerintah daerah, baik Pemerintah Daerah
Tingkat I maupun Pemerintah Daerah Tingkat II. Secara umum
contoh pajak daerah antara lain pajak kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air, pajak hotel, pajak restoran, dan pajak
reklame.

Pajak daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaran pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Sistem pemungutan pajak yang sekarang ini digunakan ada tiga,
yaitu
1. dibayar sendiri oleh wajib pajak;
2. ditetapkan oleh kepala daerah;
3. dipungut oleh pemungut pajak.

Jenis pajak daerah ada dua.


1. Pajak daerah yang dipungut oleh provinsi, meliputi:
a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,
b. bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air,
c. pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan
d. pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah
dan air permukaan.

2. Pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten/Kota meliputi:


a. pajak hotel,
b. pajak restoran,
c. pajak hiburan,
d. pajak reklame,
e. pajak penerangan jalan,
f. pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan
g. pajak parkir.

Perbedaan Pajak Negara dan Pajak Daerah


Pajak Negara

1. Direktorat Jenderal Pajak Pajak Penghasilan (PPh), Pajak


Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bea meterai, bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan.

2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai - Bea masuk - Cukai

Pajak Daerah

1. Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) : Pajak kendaraan


bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan di
bawah tanah dan permukaan air.

2. Pemerintah Daerah Tingkat II


(Kabupaten/Kotamadya) : Pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
pengambilan bahan galian golongan C, parkir.

b. Berdasarkan Sifatnya
1. Pajak subjektif : Pajak subjektif yaitu pajak yang
pemungutannya berdasarkan diri wajib pajak, misalnya pajak
penghasilan (PPh).

2. Pajak objektif : Pajak objektif yaitu pajak yang pemungutannya


berdasarkan objek atau tidak memerhatikan keadaan wajib pajak.
Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).

Berdasarkan Golongan

1. Pajak langsung : Pajak langsung adalah pajak yang harus


ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh pajak langsung yaitu Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB).

2. Pajak tidak langsung : Pajak tidak langsung adalah pajak yang


harus dibayar pihak tertentu, tetapi dapat dilimpahkan kepada
orang lain. Contoh pajak tidak langsung, yaitu Pajak Penjualan
(PPn), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan bea impor. Akan tetapi
beban pajaknya diteruskan kepada konsumen dalam bentuk
harga jual yang lebih tinggi. Dengan demikian yang membiayai
pajak sebenarnya adalah pemakai atau konsumen.

Pajak yang dipungut dari wajib pajak mempunyai beberapa


Fungsi

1. Sumber Pendapatan Negara : pajak merupakan sumber


utama pendapatan negara. Pajak yang dipungut digunakan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara seperti
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

2. Pengatur Kegiatan Ekonomi : Pajak dapat berfungsi untuk


mengatur perekonomian. Sebagai contoh untuk meningkatkan
investasi,

3. Pemerataan Pembangunan dan Pendapatan


Masyarakat : Penerimaan pajak dari masyarakat yang
berpenghasilan tinggi digunakan untuk membangun sarana dan
prasarana ekonomi di daerah kurang maju, seperti pembangunan
pasar, rumah sakit, sekolah, dan sebagainya.

4. Sarana Stabilitas Ekonomi : Pajak dapat berfungsi sebagai


stabilitas ekonomi. Misalnya untuk meningkatkan kesempatan
kerja, pemerintah menurunkan tarif pajak. Tarif pajak yang
rendah memungkinkan masyarakat mengeluarkan uangnya lebih
banyak untuk membeli barang.
SISTEM PERPAJAKAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
Sistem Perpajakan dan Cara Menghitung Pajak - Sistem perpajakan adalah cara yang digunakan oleh

pemerintah untuk memungut atau menarik pajak dari rakyat dalam rangka membiayai pembangunan dan

pengeluaran pemerintah lainnya.

Ciri dari corak sistem perpajakan di Indonesia berdasarkan undang-undang yang berlaku antara lain sebagai

berikut.

a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta masyarakat untuk

pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak berada pada anggota masyarakat wajib

pajak sendiri.

c. Anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar,

dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment).

Oleh karena itu, pemerintah mengatur sistem perpajakan yaitu Undang-Undang Perpajakan yang baru, yang

terdiri atas UU Nomor 16 tahun 2000, UU Nomor 17 tahun 2000, UU Nomor 18 tahun 2000, dan UU Nomor

12 tahun 1994 tentang perubahan atas UU Nomor 9 tahun 1994, UU Nomor 10 tahun 1994, UU Nomor 11

tahun 1994, dan UU Nomor 12 tahun 1994.

a . Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-undang ini berisi dua bab, yaitu:

1) Bab I mengenai pengertian dasar yang berkaitan dengan pajak dan perhitungan pajak.

Dalam UU ini berisi pengertian berikut.


a) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak dan

pemotongan pajak tertentu.

b) Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama

Pendapatan Kena Pajak (PKP) dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,

lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

c) Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya menghasilkan barang. Mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan perdagangan,

memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan

jasa dari luar daerah pabean.

d) Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud diatas yang melakukan penyerahan

barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan berdasarkan UU Pajak

Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi

pengusaha kena pajak.

e) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

f) Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) tahun takwim atau jangka waktu

lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.
g) Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun

buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

h) Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.

i) Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun

pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

j) Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan

atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban, menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima

atau diperolehnya dalam tahun pajak. Sementara itu, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima, baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat menambah

kekayaan wajib pajak yang bersangkutan.

1) Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak meliputi:

a) - orang pribadi

- warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
b) badan

c) bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal

di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan

yang tidak didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha dan melakukan

kegiatan di Indonesia Subjek pajak terdiri atas subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.

a) Subjek pajak dalam negeri adalah:

- orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;

- badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

- warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

b) Subjek pajak luar negeri adalah:

- orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam

jangka waktu 12 bulan dan badan yang menjalankan usaha;

- orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2) Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan adalah penghasilan yang setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, yang dpaat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam

Bentuk apapun, termasuk:

a) penggantian atau imbahan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk

gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU ini;


b) hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

c) laba usaha;

d) keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;

e) penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

f) bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g) dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada

pemegang polis dan pembagian SHU koperasi;

h) royalti;

i) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j) penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k) keuntungan karena pembebasan utang;

l) keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

m) selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n) premi asuransi;

o) iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang

menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p) tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

Pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi

saham dan sekuritas lannya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau

tabungan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.

3) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/ PMK.03/2005 ditetapkan tanggal 30 Desember 2005,

tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.


a) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut.

- Rp13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi;

- Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

- Rp13.200.00,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami;

- Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan

keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,

paling banyak (3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

b) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tahun pajak 2006.

4) Tarif Pajak Penghasilan

Menurut UU Nomor 17 tahun 2000, tarif pajak yang ditetapkan atas penghasilan wajib pajak perseorangan

(orang pribadi) dengan ketentuan sebagai berikut. Sementara itu, wajib pajak badan dalam negeri dan

bentuk usaha tetap ditentukan sebagai berikut.

Sementara itu, wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan sebagai berikut.
Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan

1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 120.000.000,00. Pajak Penghasilan terutang dihitung:

2) Seorang wajib pajak mempunyai penghasilan neto setiap tiga bulan Rp 24.320.000,00 wajib pajak

tersebut berstatus kawin dan mempunyai 3 orang anak, sedangkan istrinya tidak mempunyai usaha.

Dengan demikian perhitungan PPh sebagai berikut.


c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa,

serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

1) Objek Pajak

Menurut Pasal 4, yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah:

a) penyerahan barang kena pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha,

b) impor barang kena pajak,

c) penyerahan jasa kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh pengusaha,

d) pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,

e) pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,

f) ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.


Menurut Pasal 5, di samping pengenaan PPN, dikenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM),

yaitu:

a) penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang

menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam lingkungan

perusahaan atau pekerjaannya,

b) impor barang kena pajak yang tergolong mewah.

2) Tarif PPN dan PPn BM

Menurut Pasal 7 UU Nomor 11 Tahun 2000, tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah:

a) tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen),

b) tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen),

c) dengan peraturan pemerintah, tarif pajak dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan

setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).

Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM), menurut Pasal 8, adalah:

a) tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah serendahrendahnya 10% (sepuluh persen) dan setinggitingginya

75% (tujuh puluh lima persen),

b) atas ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen),

c) dengan peraturan pemerintah ditetapkan kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah yang

dikenakan PPn BM,

d) macam dan jenis barang yang dikenakan PPn BM atas barang kena pajak yang tergolong mewah

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak pusat yang hasil pemungutannya diserahkan ke pemerintah
daerah, untuk membiayai pembangunan di wilayahnya.

1) Objek PBB

Objek pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan. Sementara itu, objek pajak

yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah:

a) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,

pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.

c) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang

dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani hak.

d) Digunakan oleh perwakilan diplomat, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

e) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

2) Tarif PBB

Tarif PBB yang dikenakan pada objek pajak adalah 0,5% dari Nilai Jual Objek Kena Pajak (NJOKP). Dan

besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan sebesar Rp8.000.000,00 untuk

setiap wajib pajak.

Adapun dasar pengenaan PBB adalah sebagai berikut.

a) Dasarnya adalah nilai jual objek pajak.

b) Besarnya nilai jual objek pajak ditetapkan 3 tahun sekali oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah

tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.

c) Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP) yang ditetapkan

serendahrendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

d) Besarnya nilai jual kena pajak ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi

ekonomi nasional.
3) Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Pembagian hasil penerimaan PBB diatur dalam Peraturan Pemerintah, namun pada garis besarnya

penerimaan tersebut dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ketentuan besarnya

persentase (%) dan urutan pembagian hasil penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah adalah sebagai berikut.

a) Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara (100%).

b) 10% dari hasil penerimaan PBB, untuk pemerintah pusat dan disetor ke kas negara.

c) 90% dari hasil penerimaan PBB, untuk pemerintah daerah.


d) 90% untuk pemerintah daerah tersebut masih harus dikurangi dengan 10% untuk biaya pemungutan.

Sisanya: - Untuk Pemerintah Daerah Tk I 20%

- Untuk Pemerintah Daerah Tk II 80%

e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2000 tentang Bea Meterai

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, besarnya bea meterai ditentukan sebagai berikut.

1) Surat perjanjian, akta notaris, akta PPAT, surat lamaran sebesar Rp 6.000,00.

2) Dokumen nominal Rp 250.000,00 Rp 1.000.000,00 sebesar Rp 3.000,00 lebih dari Rp 1.000.000,00

sebesar Rp 6.000,00.

3) Cek dan bilyet giro sebesar Rp 3.000,00.

Sebagai gambaran tentang besarnya penerimaan dari pajak negara, berikut ini disajikan perkembangan

penerimaan beberapa jenis pajak-pajak negara dari tahun 20062007.


Pengertian Pajak, Fungsi, dan Jenis-
Jenisnya
edited by 22 March 2016

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah
untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Ciri-ciri Pajak
Ciri-ciri Pajak via dentalcpas.com

Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib


Warga Negara
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut hanya
berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu
warga negara yang memiliki Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) lebih dari Rp2.050.000 per
bulan. Jika Anda adalah karyawan/pegawai, baik karyawan swasta maupun pegawai pemerintah,
dengan total penghasilan lebih dari Rp2 juta, maka wajib membayar pajak. Jika Anda adalah
wirausaha, maka setiap penghasilan akan dikenakan pajak sebesar 1% dari total penghasilan
kotor/bruto (berdasarkan PP 46 tahun 2013).

2. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap


Warga Negara
Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib untuk
membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja
tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi administratif
maupun hukuman secara pidana.

3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan


Langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir, maka harus
membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan
salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika membayar pajak dalam
jumlah tertentu, Anda tidak langsung menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan Anda
dapatkan berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,
beasiswa pendidikan bagi anak Anda, dan lain-lainnya.

4. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang yang mengatur
tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.

Perspektif Pajak Dari Sisi Ekonomi dan


Hukum

Perspektif Pajak via staticflickr.com

Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam perspektif
ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat dari 2 perspektif, yaitu:

a) Pajak dari perspektif ekonomi


Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara) kepada sektor
publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak menyebabkan 2 situasi menjadi
berubah, yaitu:

Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa.

Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik
yang merupakan kebutuhan masyarakat.

b) Pajak dari perspektif hukum

Perspektif ini terjadi akibat adanya suatu ikatan yang timbul karena undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah dana tertentu
kepada negara. Di mana negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan pajak tersebut
dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang
dipungut harus berdasarkan undang-undang, sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi petugas pajak sebagai pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Fungsi Pajak bagi Negara dan Masyarakat

Fungsi Pajak via cfo-india.in

Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya pembangunan.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai seluruh pengeluaran yang
dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa
fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)


Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara mengumpulkan dana atau
uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran
negara lainnya. Sehingga fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki
tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)


Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam lapangan
sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.


Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor,
seperti: pajak ekspor barang.
Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang
produksi dari dalam negeri, contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu
perekonomian agar semakin produktif.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)


Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan
dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian, seperti: untuk
mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah
menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.

Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai di berbagai
negara. Untuk Indonesia saat ini pemerintah lebih menitik beratkan kepada 2 fungsi pajak yang
pertama. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak, sesuai fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan, penyuluhan, pelayanan, serta pengawasan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan
fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.
Baca Juga : Pajak Barang Mewah, Hal-Hal yang
Mesti Anda Ketahui
Jenis Pajak yang Dipungut Pemerintah dari
Masyarakat

Jenis Pajak via mmbiztoday.com

Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat atau wajib pajak, yang
dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta subjek pajak.

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat


Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung dan pajak
langsung.

a) Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila melakukan
peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat dipungut secara
berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang
menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan atas barang mewah, di
mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang mewah.

b) Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib pajak berlandaskan
surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah
pajak yang harus dibayar wajib pajak. Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena
wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi dan
Penghasilan (PBB) dan pajak penghasilan.

2. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi


Pemungut
Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak daerah dan
pajak negara.

a) Pajak Daerah (Lokal)

Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah dan terbatas hanya pada rakyat
daerah itu sendiri, baik yang dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingkat I. Contohnya:
pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, dan masih banyak lainnya.

b) Pajak Negara (Pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui instansi terkait, seperti:
Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor inspeksi pajak yang tersebar di seluruh
Indonesia. Contohnya: pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan,
dan masih banyak lainnya.

3. Jenis Pajak Berdasarkan Objek Pajak dan


Subjek Pajak
Berdasarkan objek dan subjeknya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak objektif dan
pajak subjektif.

a) Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya. Contohnya: pajak
impor, pajak kendaraan bermotor, bea materai, bea masuk dan masih banyak lainnya.

b) Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya. Contohnya: pajak
kekayaan dan pajak penghasilan.

Semua pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor


Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP),
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Sedangkan pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di Kantor
Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah setempat

Anda mungkin juga menyukai