Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, derasnya arus informasi menerpa semua lapisan kehidupan

ini menuntut usaha pengembangan sumber daya manusia dengan segala dimensi baik

dibidang pengetahuan, nilai, sikap, maupun keterampilan. Pengembangan dimensi manusia

yang dilandasi kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kreativitas yang tinggi

hanya dapat dilakukan melalui pendidikan.artinya pendidikan mempunyai peranan yang amat

strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan, kecerdasan

emosional yang tinggi dan menguasai mega skill yang mantap (Syahril, 2008: 1). Dalam

sistem pendidikan, guru merupakan salah satu komponen sistem yang menempati posisi

sentral.
Paradigma pembelajaran yang berpusat pada pendidik harus diubah menjadi berpusat

pada peserta didik agar peserta didik lebih bisa menunjukkan bakat dan minat yang dimiliki.

Dalam paradigm yang berpusat pada peserta didik, guru berperan sebagai motivator dan juga

fasilitator. Guru bertugas untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan dalam

belajar dan mendampingi proses pembelajaran. Guru professional pun harus mempunyai

kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Kemampuan

ini diperlukan untuk menambah efektivitas pembelajaran (Sanjaya, 2009 :144).


Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan

siswa dalam kegiatan, maka semakin besar kesempatan untuk mengalami proses belajar.

Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju ke pembentukan

manusia yang seutuhnya (Amien, 1987 :10). Seorang guru harus berusaha agar siswa tidak

1
hanya belajar memahami konsep-konsepnya saja, tetapi siswa juga mengalami proses belajar

tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sosial melalui Problem

Based Instruction. Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata untuk belajar.


Model pembelajaran Problem Based Instruction mengorganisasikan pembelajaran

antara pertanyaan dan masalah (baik secara personal dan sosial) sehingga penting dan

bermakna bagi siswa (Hobri, 2008:104). Problem Based Instruction menunjukkan sesuatu

yang sebenarnya, yaitu situasi kehidupan nyata yang mengharuskan siswa untuk

melaksanakan siswa untuk melaksanakan penyelidikan sebenarnya untuk mencari jawaban

sebenarnya dari permasalahan nyata yang diberikan. Problem Based Instruction

dikarakteristikan oleh kerjasamanya siswa dengan yang lain dalam pasangan atau kelompok

kecil. Dengan bekerja sama akan memotivasi dan kreativitas berpikir siswa saling terlibat

dan saling menyempurnakan dalam penyelesaian masalah yang kompleks. Siswa belajar

masalah autentik untuk mempelajari isi (konten) pelajaran sekaligus siswa belajar

keterampilan khusus untuk memecahkan masalah dengan sarana konten pelajaran.


Pembelajaran berdasarkan masalah adalah salah satu strategi pembelajaran konstektual

yang membantu untuk : 1. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa, 2. Memecahkan

masalah dan mengembangkan keterampilan intelektual siswa melalui pengalaman nyata

(Ibrahim, 2000:7). Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki lima tahapan utama,

yaitu orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis

dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Ibrahim, 2000:13). Oleh karena itu, penelitian

tentang pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar dan

2
kreativitas siswa yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

mengimplementasikan keterampilan berdasarkan masalah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang

ada, yaitu :
1. Pembelajaran di MAN Z masih berpusat pada guru (Teaching Centered)
2. Pelaksanaan pengajaran Kimia di MAN Z masih menggunakan model pembelajaran

konvensional.
3. Masih adanya siswa yang kurang aktif daalam pembelajaran sehingga hasil belajar dan

partisipasi siswa perlu di optimalkan.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction

terhadap partisipasi dan hasil belajar kimia kelas X MAN Z.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :
1. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap hasil belajar

kimia siswa?
2. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap partisipasi

siswa?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based instruction terhadap hasil

belajar kimia siswa.


2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based instruction terhadap partisipasi

siswa.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara :
1. Teoritis

3
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang relevan oleh

peneliti lain, baik yang berkaitan dengan penelitian lanjutan maupun penelitian

eksperimen yang bersifat memperluas sebagai pelengkap kajian pustaka.


2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat

dalam pembelajaran kimia baik peserta didik, guru, penulis maupun lembaga.
a. Bagi peserta didik
1) Mengembangkan kreativitas berfikir dalam memecahkan masalah
2) Membantu peserta didik dalam menerima dan memahami materi pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.


b. Bagi Pendidik
1) Sebagai salah satu referensi alternatif model pembelajaran yang dirancang guna

membantu proses pembelajaran di dalam kelas.


2) Memotivasi pendidik untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah,

sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan paham.


c. Bagi Lembaga
1) Menjadikan bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

di lembaga-lembaga pendidikan atau di sekolah-sekolah dan juga instansi terkait.

Selain itu memberikan infrmasi dan masukan kepada pihak sekolah dalam

mengambil kebijakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran kimia.


2) Menambah alternative model pembelajaran khususnya pada mata pelajaran kimia.
3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu inspirasi dalam melakukan

inovasi pembelajaran pada pelajaran kimia.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Teori Belajar
Belajar Merupakan suatu perilaku yang berlangsung dalam interaksi aktif antara

pelaku dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan. Di kalangan

ahli psikologi belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Syamsudin, 2002:157).


Guru akan membantu siswa memandang hubungan dan mengorganisasikan

pengalaman mereka ke dalam pola yang bermakna. Semua aspek pelajaran dibagi

menjadi unit-unit yang bermakna dan unit-unit itu harus berkaitan denganseluruh konsep

atau pengalaman, sehingga hal-hal yang dipelajari bukan hanya diingat tetapi juga dengan

mudah diaplikasikan ke situasi yang baru dan dipertahankan jangka waktu yang lama.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

sepanjang hidupnya. Proses belajat itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya (Arsyad, 2005:2). Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan

saja.

2. Problem Based Instruction (PBI) atau Model Berdasar Masalah


Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, sebab

secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada siswa

situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada

5
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.. belajar berdasarkan masalah adalah

interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan anatara dua arah, belajar dan

lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan

masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif

sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari

pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan

menjadikan keapadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa

dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.


Dalam memecahkan masalah pelajar harus berfikir, mencobakan hipotesis dan

bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru. Langkah-

langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang telah

dikemukakan oleh John Dewey sebagaimana dikutip oleh Nasution yakni :


1. Pelajar dihadapkan dengan masalah.
2. Pelajar merumuskan masalah itu.
3. Ia merumuskan hipotesis.
4. Ia menguji hipotesis (Nasution, 2008 :170)

Wankat dan Oreovoez sebagaimana dikutip oleh Made Wena mengklasifikasikan lima

tingkat taksonomi pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Rutin : Tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu

keputusan.
2. Diagnostik : pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
3. Strategi : Pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin untuk

memecahkan suatu masalah. Strategi merupakan bagian dari tahap analisis dan

evaluasi dalam taksonomi Bloom.


4. Interpretasi : kegiatan pemecahan masalahyang sesungguhnya, karena melibatkan

kegiatan mereduksi masalah yang nyata, sehingga dapat dipecahkan.


5. Generalisasi : Pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan

masalah-masalah baru (Wena, 2009:53).

6
Solso (dalam Wankat dan Oreovocz) mengemukakan enam tahap dalam pemecahan

masalah :

1. Identifikasi permasalahan.

2. Representasi permasalahan.

3. Perencanaan pemecahan.

4. Menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan.

5. Menilai perencanaan.

6. Menilai hasil pemecahan(Wena, 2009:56).

Menurut Arends dalam Prasetyo (2011: 13) menyebutkan bahwa PBI atau pengajaran

berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan

kemandirian dan percaya diri.

Dengan demikian, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif

dalam membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan

menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial. Dalam perolehan informasi

dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana

mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,

mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi

mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam

pemecahan masalah.

Adapun tahapan-tahapan mengenai model Poblem Based Instruction lihat tabel berikut.
7
Tahapan Model Problem Based Instruction

Tahap Kegiatan guru

Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, serta


Orientasi siswa kepada
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
masalah
pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap-2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan kegiatan pembelajaran


Mengorganisasi siswa
yang berhubungan dengan masalah
untuk belajar
tersebut.

Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,


Membimbing penyelidikan
melaksanakan observasi/eksperimen untuk
Individual maupun
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
kelompok
masalah.

Tahap-4 Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang


Mengembangkan dan
sesuai seperti laporan, poster, puisi dan
Menyajikan hasil karya
model yang membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

8
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan


Menganalisis dan
mereka dan proses-proses yang mereka
mengevaluasi
gunakan.
Proses pemecahan masalah

Belajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

adalah berpusat pada siswa dan mendorong inkuiri serta berpikir bebas, seluruh proses

belajar mengajar yang berorientasi pada Problem Based Instruction (PBI) adalah

membantu siswa untuk menjadi mandiri. Peran utama guru dalam Problem Based

Instruction (PBI) adalah membimbing atau memfasilitasi, sehingga siswa dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah secara

efektif.

Adapun keebihan dari PBI, antara lain (Harsono, 1996: 7-8). :

a. Student Centered

PBI mendorong active learning, memperbaiki pemahaman, dan pengembangan

lifelong learning skills.

b. Generic Competencies

PBI memberi kesempatan untuk mengembangan generic skills dan attitude yang

diperlukan dalam praktiknya di kemudian hari.

c. Integration

PBI memberi fasilitas tersusunnya integrated core curriculum.

9
d. Motivation

PBI cukup menyenangkan bagi siswa dan tutor, dan prosesnya membutuhkan

keikutsertaan seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar memberi

stimulasi untuk meningkatkan motivasi.

e. Deep Learning

PBI mendorong pembelajaran yang lebih mendalam (siswa berinteraksi dengan

materi ajar, menghubungkan konsep-konsep dengan aktivitas keseharian, dan

meningkatkan pemahaman mereka).

f. Constructivism Approach

PBI mengaktifkan prior knowledge dan mengembangkan pada kerangka pengetahuan

konseptual yang sedang dihadapi.

g. Relevansi-relevansi kurikulum difasilitasi oleh struktur pembelajaran siswa yang

berdasarkan masalah. PBI meniadakan content yang tidak relevan dengan kebutuhan

siswa.

h. Colaboration

PBI memungkinkan kolaborasiantar disiplin ilmu.

i. PBI mengurangi beban kurikulum yang berlebihan bagi siswa.

Tak hanya kelebihan, PBI pun mempunyai kelemahan, antara lain :

a. Tutor who cant teach

Tutor hanya menyenangi disiplin ilmunya sendiri, sehingga tutor mengalami kesulitan

dalam melaksanakan tugas sebagai fasilitator dan akhirnya mengalami frustasi.

b. Human Resources

10
Jumlah Pendidik yang diperlukan dalam proses tutorial lebih banyak daripada sistem

konvensional.

c. Other Resources

Banyak siswa yang ingin mengakses perpustakaan dalam komputer serta internet

dalam waktu yang bersamaan.

d. Role Models

Tutor bergeser fungsi sebagai pemberi kuliah. Siswa dapat terbawa ke situasi

konvensional dimana tutor memberi materi.

e. Information Overload

Siswa dapat mengalami kesulitan membatasi sampai sejauh mana mereka harus

melakukan self directed study dan informasi apa saja yang relevan dan bermanfaat

(Harsono, 1996: 7-8).

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional dapat diartikan dengan pengajaran klasikal atau tradisional.

Ruseffendi (2006: 350) mengatakan : Arti lain dari pengajaran tradisional disini adalah

pengajaran klasikal. Jadi, pengajaran konvensional sama dengan pengajran tradisional.

Pada pembelajaranh konvensional lebih menitikberatkan pada komukasi searah dari guru

kepada murid saja. Guru sebagai pusat atau sumber belajar satu-satunya di kelas. Metode

yang diberikan pada pembelajaran konvensional biasanya adalah metode ceramah.

Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional menurut Ruseffendi (2006: 350) sebagai

berikut :

1. Guru dianggap gudang ilmu, bertindak otoriter, serta mendominasi kelas;

11
2. Guru memberikan ilmu, membuktikan dalil-dalil, serta memberikan contoh-contoh

soal.

3. Murid bertindak pasif dan cenderung meniru pola-pola yang diberikan guru;

4. Murid-murid meniru cara-cara yang diberikan guru dianggap belajar berhasil;

5. Murid kurang diberi kesempatan untuk berinisiatif mencari jawaban sendiri,

menemukan konsep, serta merumuskan dalil-dalil.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pembelajaran

matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar matematika

didalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekpositori, dan aktifitas

siswa mendominasi kelas sangat kurang.

Sarwono (dalam Eldiyanto 2011: 19) menyatakan, Metode ekspositori

adalah metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan

memberikan informasi kepada siswa secara langsung. Pembelajaran ekspositori tidak

terlepas dari ceramah, karena sifatnya memberikan informasi.

4. Hasil Belajar

Kata hasil menurut W.J.S Poerwadarminta, yaitu sesuatu yang akan (dibuat

dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. Beliau juga mengemukakan definisi belajar

sebagai usaha melalui latihan dan usaha lainnya agar mendapat sesuatu kepandaian atau

suatu ilmu pengetahuan (Poerwadarminata, 2006:408).

12
Menurut Mulyono Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh

anak setelah melalui kegiatan belajar (Abrurrahman, 2003:32). Sedangkan menurut Nana

Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajar. Jadi, Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya

merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotorik (Sudjana, 1999:22).

Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pendidikan.

Adapun indikator-indikator hasil belajar menurut Bloom yaitu:

1. Aspek kognitif

Hasil belajar yangdiperoleh peserta didik tidak sama kerena ada beberapa

factor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak

sekali jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan

faktor ekstern.

Kognitif ialah seorang siswa mempunyai suatu pengetahuan yang akan

dinilai, khususnya pada jenjang pengetahuan yang lebih tinggi (kompleks) dari hanya

mengingat atau menghafal, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Aspek kognitif berkenaan denngan hasil belajar intelektual yang tediri dari enam

aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi (Sudjana, 1999:23).

Bloom sebagaimana dikutip oleh Mustaqim mengemukakan aspek kognitif

terdiri dari enam kategori yaitu:

a. Tipe hasil belajar pengetahuan tentang hal-hal khusus, pengetahuan tentang cara

dan sarana tentang hal-hal khusus. Pengetahuan universal dan abstraksi.


b. Tipe belajar pengertian meliputi: kemampuan, menerjemahkan, menafsirkan.

13
c. Aplikasi, merupakam kemampuan menerapkan suatu abstraksi pada situasi

konkret atau situasi khusus. Abstraksi bias berbentuk : ide, teori, petunjuk teknis

prinsip atau generalisasi.


d. Tipe belajar analisis yaitu upaya untuk memisahkan satu kesatuan menjadi unsur-

unsurnya. Tipe ini meliputi : analisis unsur-unsur, analisis hubungan-hubungan

dan analisis prinsip.


e. Tipe hasil belajar sintesis yaitu menyatukan unsure-unsur atau bagian-bagian

menjadi satu bentuk menyeluruh. Dalam hal ini menyatukan unsure-unsurdari

hasil analisis.
f. Tipe hasil evaluasi yaitu member keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan

dengan mempunyai sudut pandang tertentu (Mustaqim, 2001:37).


2. Aspek Psikomotor
Pengukuran hasil belajardilakukan secara langsung melalui observasi terhadp

siswa yang sedang memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang menjadi hasil

proses belajar.
Aspek psikomotor meliputi empat hal :
a. Menghindar hal ini biasanya berbentuk mendengarkan, melihat, meraba,

mengecap, dan membau.


b. Kesiagaan diri ha ini biasanya berbentuk konsentrasi mental dan mengembangkan

perasaan.
c. Bertindak secara terpimpin hal ini biasanya berbentuk gerakan menirukan dan

mencoba melakukan tindakan.


d. Bertindak secara kompleks, ini adalah taraf mahir dan gerak atau keterampilan

sudah disertai berbagai improvisasi (Nuryani, 200:185).


3. Aspek Afektif
Hasil belajar yang berhubungan dengan sikap atau nilai siswa. Aspek afektif

meliputi lima hal :


a. Menyimak hal ini mencakup taraf sadar memperhatikan, kesediaan menerima dan

memperhatikan secara selektif.

14
b. Merespon hal ini mencakup sikap responsive, bersedia merespon atas pilihan

sendiri.
c. Menghargai hal ini mencakup menerima nilai, mendambakan nilai dan merasa

wajib mengabdi pada nilai.


d. Mengorganisasi nilai hal ini mencakup mengkonseptualisasi nilai dan organisasi

sitem nilai.
e. Mewatak hal ini mencakup memberlakukan secara umum seperangkat nilai,

menjunjung tinggi nilai (Mustaqim, 2001:39)

Dalam buku Slameto diuraikan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi

belajar, terutama faktor intern, meliputi :

1. Faktor Jasmaniah
Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keaadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap

belajar.
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada enam factor yang tergolong dalam factor psikologis

yang mempengaruhi belajar, yaitu : intelegensi, perhatian, minat, bakat,

kematangan dan kesiapan.


Sedangkan faktor ekstern adalah:
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orng

tua mendidik, relasi anatara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relsi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar dan tugas rumah.


3. Faktor Masyarakat

15
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat

(Slameto, 1995:54).
Muhibin Syah megemukakan beberapa hal yang mempengaruhi belajar

adalah:
a. Faktor internal siswa, meliputi 2 aspek :
1) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan,

juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi

dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.


2) Aspek Psikologis
Banyak factor yang termasuk aspek psikologis kuantitas dan kualitas

perolehan belajar siswa.


b. Faktor eksternal siswa, terdapat dua macam, yakni:
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah orang tua,

keluarga, masyarakat atau tetangga yang ada di sekitarnya. Semuanya dapat

member dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil

yang dicapai siswa.


2) Lingkungan non sosial
Faktor ini meliputi gedung sekolah dan letaknya rumah tempat tinggal

keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu

belajar yang digunakan siswa.


c. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses

belajar siswa. Pendekatan Belajar dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu

16
pendekatan tinngi, pendekatan menengah dan pendekatan rendah (Syah,

2004:132).

4. Partisipasi Belajar
Partisipasi belajar dari kata participation yang berarti berperan serta dalam suatu

kegiatan (kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989). Partisipasi

merupakan segala bentuk aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Oemar Hamalik

(1991 :20), dengan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut prestasi belajar siswa dapat

meningkat. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2004 :173) aktifitas belajar

digolongkan menjadi 8, yaitu:


a. Visual activities, meliputi membaca, memperhatikan, percobaan, demonstrasi,

mengamati, dsb.
b. Oral activities, meliputi mengatakan, memuaskan, menjawab, bertanya, diskusi,

menanggapi, mengemukakan pendapat, presentasi, dsb.


c. Listening activities, meliputi mendengar, menerima, diskusi, dsb.
d. Drawing activities, meliputi menggambar, membuat grafik, diagram, dsb.
e. Writing activities, meliputi menulis cerita, merangkum, menulis, dsb.
f. Motor activities, meliputi melakukan percobaan, membuat model, dsb.
g. Mental activities, meliputi mengingat, menganggap, memecahkan masalah,

menganalisis, membuat hubungan.


h. Emotional activities, meliputi menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, sedih,

tenang, gugup, dsb.

Partisipasi sangat diperlukan dalam kerja kelompok. Partisipasi dapat diartikan

sebagai suatu keterlibatan siswa dalam kelompok tersebut dalam memecahkan masalah

atau dalam melaksanakan tugas yang sudah ditentukan. Pembelajaran PBI melatih siswa

untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.

Menurut Made Sumadi seperti yang dikutip oleh Yuli setyowati (2010: 21) bahwa

beberapa aspek yang dapat dikaji dalam partisipasi belajar siswa antara lain :

17
1) Partisipasi bertanya
2) Partisipasi menjawab
3) Menyeleseikan tugas rumah secara tuntas
4) Partisipasi dalam diskusi
5) Mencatat penjelasan guru
6) Menyelesaikan soal di papan tulis
7) Mengerjakan soal tes secara individu
8) Menyimpulkan materi pelajaran di akhir pertemuan

Proses keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan memungkinkan terjadinya

asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta

pengalaman langsung terhadap balikannya dan pembentukan nilai dan sikap. Dalam

proses pembelajaran, seorang guru hendaknya dapat mngembangkan proses pembelajaran

yang aktif, sehingga partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat optimal.

Dengan adanya partisipasi siswa yang optimal maka pengalaman belajar akan tercapai

secara efektif dan efisien.

Menurut pendapat Burt, K Sachlan dan Roger dalam Suryosubroto (2002 :282),

manfaat dari partisipasi adalah :

a) Lebih banyak komunikasi dua arah


b) Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan
c) Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakkui dalam derajat

lebih tinggi.
5. Reaksi Oksidasi dan Reduksi
a. Reaksi Oksidasi Reduksi

Reaksi asam-basa dapat dikenali sebagai proses transfer-proton. Reaksi

oksidasi-reduksi (redoks) dikenal juga sebagai reaksi tranfer-elektron. Dalam reaksi

redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara logam

magnesium dan asam klorida merupakan satu contoh reaksi redoks:

0 +1 +2 0

18
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

Ingat bahwa angka yang ditulis di atas unsur adalah bilangan oksidasi dari

unsur tersebut. Dilepasnya eletron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan

meningkatnya bilangan oksidasi unsur itu. Dalam reduksi, terjadi penurunan bilangan

oksidasi karena diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Dalam reaksi yang

ditunjukkan di sini, logam Mg dioksidasi dan ion H+ direduksi; ion Cl- adalah ion

pengamat.

b. Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen.

Penggabungan dan pelepasan oksigen adalah konsep awal pada defenisi reaksi redoks.

Hal ini didasarkan pada kemampuan gas oksigen untuk bereaksi dengan berbagai

unsur membentuk suatu oksida.

Oksidasi adalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan oksigen. Zat yang

member oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator.

Contoh reaksi oksidasi:

2Cu(s) + O2(g) 2CuO(s)

2 Fe(s) + O2(g) 2FeO(s)

CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l)

Reduksi adalah proses pelepasan oksigen dari suatu zat. Zat yang menarik oksigen

pada reaksi oksidasi disebut reduktor.

19
Contoh reaksi reduksi:

CuO(s) Cu(s) + O2(g)

2SO3(s) 2SO2(s) + O2(g)

PbO(s) Pb(s) + O2(g)

c. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pelepasan dan Penangkapan

Elektron

Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi

penangkapan elektron. Dilihat dari serah terima elektron di atas reaksi reduksi dan

oksidasi selalu terjadi secara bersama-sama sehingga akan ada zat yang melepas dan

menangkap elektron oleh karena itu reaksi tersebut disebut reaksi oksidasi dan reduksi

(redoks). Beberapa contoh reaksi yang dapat menjelaskan peristiwa di atas sebagai

berikut:

Oksidasi: Na Na+ + e

Zn Zn2+ + 2e

Reduksi: K+ + e K

Cu2+ + 2e Cu

Zat yang mengalami oksidasi (melepaskan elektron) disebut reduktor(pereduksi),

sebab menyebabkan zat lain mengalami reduksi (menangkap elektron).Sebaliknya zat

yang mengalami reduksi disebut oksidator (pengoksidasi), misalnyauntuk reaksi

20
Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu

Zn teroksidasi menjadi Zn2+, maka Zn merupakan reduktor, sedangkan

Cu2+ tereduksi menjadi Cu maka merupakan oksidator. Reduktor dan oksidator dapat

ditentukan dengan menuliskan persamaan reaksi oksidasi dan reduksi dengan

cara setengah reaksi. perhatikan contoh dibawah ini:

21
Reaksi antara Ag dan Cl2 membentuk AgCl

Oksidasi: Ag(s) Ag+ (s) + e

Reduksi : Cl2(g) + 2e 2Cl-(g)

2Ag(s) + Cl2(g) Ag+ (s) + Cl-(g)

(3). Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi

Pengertian reaksi redoks selanjutnya berkembang menjadi lebih luas. Konsep reaksi

redoks yang terakhir dan masih digunakan sampai sekarang adalah berdasarkan

biloks.Konsep redoks yang berdasarkan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:

Reaksi redoks adalah reaksi yang mana terjadi perubahan bilangan oksidasi dari

atom sebelum dan sesudah reaksi. Dilihat dari bilangan oksidasinya maka oksidasi

dan reduksi dapat didefinisikan sebagai berikut:

Oksidasi: peningkatan bilangan oksidasi. bilangan oksidasinya bertambah (oksidasi),

yang disebut reduktor.

Reduksi: penurunan bilangan oksidasi. bilangan oksidasinya berkurang (reduksi), yang

disebut oksidator.

Sebelum kita mempelajari lebih jauh reaksi redoks berdasarkan perubahan

bilangan oksidasi maka harus dipahami dulu apa itu bilangan oksidasi.

Bilangan Oksidasi

22
Bilangan oksidasi yaitu bilangan yang menyatakan banyaknya elektron yang telah

dilepaskan atau diterima oleh suatu muatan yang dimiliki oleh suatu atom dalam suatu

senyawa.

Biloks diberi tanda positif jika atom itu melepaskan elektron dan diberi tanda negatif

jika atom itu menerima elektron.

Bagaimana kita bisa menentukan apakah suatu unsur dalam senyawa memiliki biloks

positif atau negatif? Perhatikan deret unsur berdasarkan keelektronegatifannya berikut

ini.

Logam< H < P < C < S < I < Br < Cl < N < O < F

Jika unsur diatas bereaksi membentuk senyawa, maka unsur yang posisinya lebih

kiri akan mempunyai biloks positif. Sementara itu unsur yang posisinya lebih kanan

akan mempunyai biloks negatif.

Untuk menentukan bilangan oksidasi berbagai unsur dalam senyawa disusun

aturan sebagai berikut:

1. Bilangan oksidasi atom unsur dalam keadaan unsur bebasnya adalah nol.Contoh

: Bilangan okisdasi Na, Fe, H2, N2, O2 berturut-turut = 0

2. Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.

Contoh : Bilangan oksidasi ion Cu2+ = +2 Na+ = +1 Al3+ = +3

23
3. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa adalah nol sedangkan

untuk ion poliatomik jumlah bilangan oksidasi pembentuk ion tersebut harus sama

dengan muatan ion poliatomik tersebut.

Contoh : Tentukan bilangan oksidasi C dalam H2CO3

Berlaku : (2 x biloks H) + (1 x biloks C) + (3 x Biloks O) = 0

(2 x +1) + (1 x biloks C) +(3 x -2) = 0

2 + (1 x biloks C) + -6 = 0

(1 x biloks C) = +4

4. Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan VII A , atom F, Cl, Br, I selalu

mempunyai bilangan oksidai -1 dalam senyawa biner logam.

Contoh : HF, NaBr, FeCl3 bilangan oksidasi F, Br, Cl berturut-turut= -1.

5. Atom unsur golongan IA mempunyai bilangan oksidasi +1 dalam senyawanya.

Contoh : Li , Na, K, Rb Cs mempunyai biloks = +1

6. Atom unsur golongan IIA mempunyai bilangan oksidasi +2 dalam senyawanya.

Contoh : Be, Mg, Ca, Sr, Ba mempunyai biloks = +2

7. Dalam senyawanya, atom H mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali dalam

senyawa hidrida logam atom H mempunyai bilangan oksidasi -1.

Contoh : Bilangan okisdasi H dalam HCl, H2O dan NH3 berturut- turut = +1.

Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1.

24
8. Oksigen mempunyai bilangan oksidasi -2, dengan pengecualian:

a. Dalam senyawa biner dengan F, O mempunyai bilangan oksidasi +2

b. Dalam peroksida mempunyai bilangan oksidasi -1.

Contoh : Bilangan oksidasi O dalam H2O, NO, CO2berturut-turut adalah -2

Bilangan oksidasi O dalam H2O2, Na2O2 berturut-turut adalah -1.

B. Kajian Pustaka yang Relevan


Kajian pustaka yang merupakan penelusuran pustaka atau yang berupa buku hasil penelitian,

karya ilmiah ataupun sumber lain yang dijadikan penulis sebagai rujukan atau perbandingan

terhadap penelitian yaitu :


1. Maryati (2011) yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) Berbasis Information And Communication Technology (ICT) Pada

Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Partisipasi Dan Hasil Belajar Kimia Siswa

kelas X Semester II Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim Putri Tahun Ajaran 2010/2011,

Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.
2. Linda Hariyani (2010) yang berjudul Upaya Meningkatkan Keefektifan dan Hasil

Belajar Siswa Materi Pokok Sistem Respirasi Pada Manusia Melalu Model Pembelajaran

Problem Based Instruction (PBI) Di MTS Negeri Magelang, Jurusan Tadris Biologi

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

C. Kerangka Berfikir

25
Dalam proses pembelajaran kimia tidak selalu berlangsung dengan baik dan lancar.

Untuk melihat hasil belajar dan partisipasi siswa, guru harus mampu menciptakan suasana

belajar yang demokratis atau membebaskan dan kondusif sehingga proses pembelajaran

mencapai optimal. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor yang

berasal dari luar individu seperti guru, siswa, media belajar, lingkungan sosial dan model

pembelajaran. Model pembelajaran harus mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran yakni dapat membantu guru dalam melihat keaktifan siswa mulai dari

kemampuan berfikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Dengan kata lain,

peranan guru hanya sebagai fasilitator dalam belajar dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri, menggunakan konsep-konsep yang sudah

dimiliki untuk memcahkan masalah yang dihadapi sehingga terjadi belajar yang bermaksa

dan bisa meningkatkan penguasaan konsep siswa.


Model pembelajaran adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

belajar dan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran konvensional dimana pembelajaran

berpusat pada aktivitas guru dirasa kurang sesuai dengan hakikat sains. Perlu adanya

penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan sehingga menunjang

terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif kemudian mampu mengaktifkan siswa dan

meningkatkan prestasi siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based

Instruction (PBI).
Model pembelajaran PBI ini, siswa dituntut untuk turut terlibat dalam penelitian yang

mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan

menggunanakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Hal ini dapat memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi dan melakukan rekonstruksi terhadap

26
pengetahuan serta pengalaman yang mereka miliki dalam belajarnya. Sehingga siswa akan

mengalami dan melakukan pembelajaran berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki

dalam kehidupan nyata.

D. Rumusan Hipotesis
1. Ada pengaruh positif terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction

terhadap partisipasi belajar siswa materi Reaksi reduksi dan oksidasi pada kelas X

semester genap di MAN Z.


2. Ada pengaruh positif terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction

terhadap Hasil belajar siswa materi Reaksi reduksi dan oksidasi pada kelas X semester

genap di MAN Z.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

27
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari semester genap Tahun Ajaran 2014/201

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Pengelompokkan subjek ke

dalam kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak dilakukan randomisasi tetapi berdasarkan

kelompok yang sudah ada. Rancangan penelitian yang digunakan adalah matching pretest-

posttest control group design (Sukmadinata, 2009:207). Rancangan tersebut digambarkan

seperti pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


Kelas Eksperimen O1 X1 O2
Kelas Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :
O1 : pre-test kelas eksperimen
O2 : post-test kelas eksperimen
O3 : pre-test kelas kontrol
O4 : post-tes kelas kontrol
X1 : pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Instruction.
X2 : pembelajaran konvensional

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelilitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Z Tahun

Ajaran 2014/2015.
2. Sampel
Dalam penelitian ini diambil dua kelas, masing-masing untuk kelas kontrol dan

kelas eksperimen dari kelas X yang ada di MAN Z. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kelas X 2 untuk eksperimen dan kelas X 3 untuk kelas kontrol.

D. Teknik Pengambilan Sampel

28
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yaitu teknik

pengambilan secara acak. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelaas kontrol,

pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi. Pengundian dilakukan pada kelas

yang memiliki kemampuan awal yang sama berdasarkan uji homogenitas dan uji kesamaan

mean.
Untuk melakukan penelitian pengaruh model pembelajaran PBI terhadap Partisipasi

dan Hasil Belajar Siswa kelas X di MAN Z materi pokok konsep redoksi oksidasi, pada tahap

awal sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pengujian terhadap

hasil ulangan harian siswa kelas X MAN Z Tahun Ajaran 2014/2015. Pengujian tersebut

dilakukan untuk menentukan kelas sebagai kelas kontrol dan sebagai kelas eksperimen.

E. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Variabel dalam

penelitian ini yakni :


1. Variabel Bebas : Model Pembelajaran PBI untuk kelas eksperimen, dan pembelajaran

konvensional berupa metode ceramah dan diskusi untuk kelas kontrol.


2. Variabel Terikat : Hasil Belajar Kimia dan Partisipasi siswa.

F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2010 :102), instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.


1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus,

Rencana pPelaksanaan Pembelajaran (RPP), media Power Point Presentation (PPT).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (PPT) adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan manejemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar

yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini digunakan oleh setiap pengajar sebagai

pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada siswa. Rpp berisi petunjuk

secara rinci, mata pelajaran, kelas/semester, pertemuan, alokasi waktu, Kompetensi Iti

29
(KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian, tujuan, ruang lingkup materi yang

diajar, metode, langkah-langkah, sumber, media, serta evaluasi. Oleh karena itu, Rpp

merupakan pedoman bagi pengajar secara sistematis. Dalam penelitian ini ada dua jenis

RPP, yaitu RPP untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBI

sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan model konvensional (ceramah dan diskusi).
Media pembelajaran merupakan suatu alat, media atau sarana yang digunakan untuk

mempermudah pemahaman dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini

menggunakan media PPT, dan orang-orang sekitar sebagai media untuk mendapatkan

suatu informasi mengenai masalah-masalah yang sedang diamati dalam proses

pembelajaran.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Instrumen Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Reduksi Oksidasi
Instrument untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa pada materi reduksi oksidasi,

yaitu pretest/posttest yang berupa soal multiple choice (pilihan ganda) dengan lima

alternative jawaban. Adapun criteria dari soal pilihan gandasebagai berikut :


1) Stem, yaitu suatu pertanyaan/pernyataan yang berisi permasalahan yang akan

ditanyakan.
2) Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternative jawaban.
3) Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat.
4) Distraktor/pengecoh, yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci.

Sementara itu, menurut Surapranata (2006: 45-79) tahap penyususnan dan

penggunaan tes meliputi :

(a) Penentuan tujuan


(b) Penyusunan kisi-kisi
(c) Penulisan soal
(d) Review dan revisi soal
(e) Uji coba dan analisis
(f) Perakitan
(g) Penyajian
(h) Pensekoran

30
(i) Pelaporan, dan
(j) Pemanfaatan

Soal pretest dan posttest divalidasi leh dosen pembimbing dan guru pembimbing

secara validitas isi, logis dan empirik. Soal yang diberikan harus bersifat objektif agar

mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya. Adapun kisi-kisi soal pre-test/post-

test materi reaksi oksidasi-reduksi.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre-test/Post-test

Aspek Kognitif Jumlah


Materi
C
Kompetensi Dasar No.
C1 C2 C3 C4
pembelajaran
5
Konsep 21 2, 4, 12, 8
1. reaksi
18 5 20,
oksidasi-
reduksi 23
3.9 Menganalisis Bilangan 1, 7, 16 7
oksidasi
perkembangan konsep reaksi 3, 22
unsur
2.
oksidasi-reduksi serta 6,
dalam
menentukan bilangan senyawa
19
atau ion
oksidasi atom dalam molekul

atau ion 8, 13, 10, 11 9 10


Persamaan
3.
reaksi 14, 15 24,
pembakaran
17 25
Jumlah 8 6 6 4 1 25

b. Lembar Observasi tentang partisipasi belajar siswa pada model pelajaran PBI.
Lembar observasi digunakan untuk mengidentifikasi partisisipasi siswa dalam kerja

kelompok di kelas maupun luar kelas selama proses pembelajaran dan untuk

31
mengetahui pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai yang diharapkan atau belum.

Adapun kisi-kisi lembar observasi ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Partisipasi Siswa

No Partisipasi Sub Partisipasi Nomor Item

1
Membaca
1 Visual Activity 2

Mengamati 3
4
Mendengar
2 Listening Activity 5
Menerima Pendapat 6
7
Menjawab Pertanyaan
8
9
3 Oral Activity Bertanya
10
11
Menanggapi
12
Memecahkan masalah 13
4 Mental Activity
Menganalisis 14
( Adopsi Sutartini 2010)

G. Validasi Instrumen
Sejauh mana kepercayaan dapat diberikan pada kesimpulan penelitian tergantung

pada kecermatan dan akurasi data yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil

pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukurnya.


1. Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 167) validitas adalah keadaan yang

menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mengukur apa yang akan

diukur.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang mendapatkan data (mengukur) itu

valid. Valid berarti instrument yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur. Sedangkan instrument yang reabel adalah instrument yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono :2010: 121). Sebelum instrument penelitian digunakan perlu adanya

32
validasi instrumen agar instrument (butir soal) yang digunakan dapat dikatakan valid

dan reliabel. Adapun validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menurut Sukardi (2008 : 32) merupakan derajat dimana sebuah tes

mengukur cakupan substansi yang akan diukur.validasi isi dari soal yang akan

diujikan dapat dilihat dengan membandingkan isi soal dengan isi materi. Apabila

butirsoal pada materi sesuaidengan isi materi berarti soal tersebut dapat dikatakan

valid secara isinya. Namun, apabila tidak sesuai berdasarkan dengan isi materi

berarti soal tersebut tidak memenuhi validitas isi.


b. Validitas Logis (Logical Validity)
Konsep validitas logis atau konstruksi menurut Sutrisno Hadi (2002 : 112) bertitik

tolak pada konstruksi teoritik terhadap factor-faktor yang hendak diukur oleh

suatu alat pengukur. Dari konstruksi teoritik ini dilahirkan definisi-definisi yang

digunakan oleh pembuat alat ukur sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid

tidaknya alat ukur yang dibuatnya. Pada penelitian ini, mengukur kegiatan

dilakukan dengan meminta pertimbangan dari berbagai pihak seperti dosen

pembimbing dan guru di sekolah.


c. Validitas empirik
Sutrisno hadi (2002 : 110) mengatakan bahwa instrument test maupun non-test

harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk

mengukur suatu variabel. Valid berarti dapat digunakan untuk mengukur suatu

variabel. Instrument yang reliabel adalah apabila digunakan berulang kali untuk

mengukur objek yang sama, maka akan menunjukkan hasil yang sama.
Uji Validitas instrumen dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi

instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Instrument tersebut diuji

cobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah menerima materi yang akan

diujikan. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kevalidan suatu instrument

33
adalah teknik product moment dari Pearson dengan menggunakan komputer

dengan program komputer paket Statistical product and Service Solutions 16.00

(SPSS 16.00).
Uji validasi ini menggunakan SPSS 16.0 jika Pearson > 0.30 maka butir soal

tersebut dikatakan valid ditunjukkan dngan tanda bintang satu atau dua (* atau

**).

2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2002 :164) menjelaskan bahwa suatu tes dikatakan mempunyai

reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang trelatif tetap bila digunakan

pada kesempatan lain. Instrument yang baik adalah instrument yang dapat dengan

ajeg (tetap) memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Reliabilitas dalam

penelitian inimenggunakanrumus Kuder Richardson (KR 20), yaitu :


K SB 2 pq
r1 = K 1 { SB 2 }
Keterangan
r1 : reliabilitas tes secara keseluruhan.
K : jumlah item dalam instrument
SB2 :Varian total
P : proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar
Q : proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah
pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
Hasil uji coba dilakukan dengan menggunakan computer paket SPSS 16.0. criteria

yang menunjukkan derajat reliabilitas instrument adalah sebagai berikut :


r1 0,2 derajat reliabilitas sangat rendah
0,2< r1 0,40 derajat reliabilitas rendah
0,40 < r1 0,40 derajat reliabilitas sedang
0,60 < r1 0,80 derajat reliabilitas tinggi
0,80 < r1 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi
Hasil perhitungan r1 kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dengan 5% = a. criteria

dikatakan reliable jika r1 > rtabel . uji reliabilitas diuji dengan program SPSS 16.0 jika

Cronbachs Alpha > 0,60 maka butir soal diakatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data


34
Menurut Sugiyono ( 2010 :147) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.


Pengolahan data diperlukan data alat bantu beserta statistik. Menurut kepentingannya

statistic dibagi menjadi dua bagian yaitu statistis deskriptif dan infrensial. Uji statistic

tersebut untuk analisis prasarat dan analisis data.


1. Uji prasarat analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menurut Sutrisno Hadi (2004 :273-294) bertujuan

untukmengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Uji

Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov

sebagai berikut: (Conover, 1980:347)


T = maksF*(x) S(x)
Dengan :
T : Nilai statistic uji Kolmogorov-Smirnov
F* : fungsi distribusi komulatif
S(x) : fungsi distribusi empiric
Hipotesis pengujian
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Daerah kritis untuk uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah jika harga T >

W(n;95%) dari tabel kuantil ke 95% Kolmogorov-Smirnov atau p-value (sig)

lebih esar dari 0,05 maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, atau

jika kebalikannya maka sampel bukan berasal dari berdistribusi normal.


Adapun rumus t-test yang digunakann pada penelitian ini (Sutrisno Hadi, 2004 :

275), yaitu :
SD 2 Mk + SdSD2 Mk
Mk Mc
t=
2 r ke(SDMk )(SDMe)

t : koefisien t
Mk : mean kelompok Kontrol

35
Me : Mean kelompok eksperimen
SD2Mk : Sumber deviasi kelompok kontrol
SD2Me : Sumber deviasi kelompok eksperimen
rke : koefisien korelasi antara skor dan matched factor dengan skor

treatment variable
Pada penelitian ini digunakan SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikasi 5%.

Dengan interpretasi jika probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka ada perbedaan

yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, artinya

hipotesis terbukti.

I. Analisis Deskripsi
Menurut Sugiyono (2010 :147) statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi. Statistic deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya

ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku

untuk populasi dimana sampel diambil.


Adapun rumus yang dapat mendeskripsikan data lembar partisipasipenelitian untuk

partisipasi belajar kimia siswa sebagai berikut (Anas sudjiono, 2003 :40-41) :
F
P = N x 100%

Keterangan
F : Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N : Number of Cases ( jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : angka presentase

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin, Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2002).

36
Amien, M. 1987. MengajarPengetahuan (IPA) dengan Metode Discovery dan Inquiry.

Jakarta: Depdikbud.

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),

Hobri. 2008. Model Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center For Society

Studies (CSS)

Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah.

Surabaya: University Press

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta : Bumi Aksara,

2009).

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004)

Mulyono. Abrurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003)

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001),hlm 37

Nana. Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda

Karya, 1999),

Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengejar, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2008)

Nuryani, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (UPI : FP MIPA LIPI,2003)

Oemar Hamalik. 1991. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.

Bumi Aksara

37
Sanjaya, Wina. 2009. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: kencana.

Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka

Cipta,1995).

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar-Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rhineka Cipta.

Syahril dkk. 2008. Bahan Ajar Profesi Kependidikan. Padang: Fakultas Ilmu

Pendidikan UNP.

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta : Kencana Predana Media.

W.J.S. Poerwadarminta, Komisi Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

2006).

38

Anda mungkin juga menyukai