PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, derasnya arus informasi menerpa semua lapisan kehidupan
ini menuntut usaha pengembangan sumber daya manusia dengan segala dimensi baik
yang dilandasi kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kreativitas yang tinggi
hanya dapat dilakukan melalui pendidikan.artinya pendidikan mempunyai peranan yang amat
emosional yang tinggi dan menguasai mega skill yang mantap (Syahril, 2008: 1). Dalam
sistem pendidikan, guru merupakan salah satu komponen sistem yang menempati posisi
sentral.
Paradigma pembelajaran yang berpusat pada pendidik harus diubah menjadi berpusat
pada peserta didik agar peserta didik lebih bisa menunjukkan bakat dan minat yang dimiliki.
Dalam paradigm yang berpusat pada peserta didik, guru berperan sebagai motivator dan juga
fasilitator. Guru bertugas untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar dan mendampingi proses pembelajaran. Guru professional pun harus mempunyai
kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Kemampuan
siswa dalam kegiatan, maka semakin besar kesempatan untuk mengalami proses belajar.
Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju ke pembentukan
manusia yang seutuhnya (Amien, 1987 :10). Seorang guru harus berusaha agar siswa tidak
1
hanya belajar memahami konsep-konsepnya saja, tetapi siswa juga mengalami proses belajar
tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sosial melalui Problem
Based Instruction. Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang
antara pertanyaan dan masalah (baik secara personal dan sosial) sehingga penting dan
bermakna bagi siswa (Hobri, 2008:104). Problem Based Instruction menunjukkan sesuatu
yang sebenarnya, yaitu situasi kehidupan nyata yang mengharuskan siswa untuk
dikarakteristikan oleh kerjasamanya siswa dengan yang lain dalam pasangan atau kelompok
kecil. Dengan bekerja sama akan memotivasi dan kreativitas berpikir siswa saling terlibat
dan saling menyempurnakan dalam penyelesaian masalah yang kompleks. Siswa belajar
masalah autentik untuk mempelajari isi (konten) pelajaran sekaligus siswa belajar
(Ibrahim, 2000:7). Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki lima tahapan utama,
yaitu orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Ibrahim, 2000:13). Oleh karena itu, penelitian
tentang pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar dan
2
kreativitas siswa yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang
ada, yaitu :
1. Pembelajaran di MAN Z masih berpusat pada guru (Teaching Centered)
2. Pelaksanaan pengajaran Kimia di MAN Z masih menggunakan model pembelajaran
konvensional.
3. Masih adanya siswa yang kurang aktif daalam pembelajaran sehingga hasil belajar dan
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap hasil belajar
kimia siswa?
2. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap partisipasi
siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based instruction terhadap hasil
siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara :
1. Teoritis
3
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang relevan oleh
peneliti lain, baik yang berkaitan dengan penelitian lanjutan maupun penelitian
dalam pembelajaran kimia baik peserta didik, guru, penulis maupun lembaga.
a. Bagi peserta didik
1) Mengembangkan kreativitas berfikir dalam memecahkan masalah
2) Membantu peserta didik dalam menerima dan memahami materi pembelajaran
Selain itu memberikan infrmasi dan masukan kepada pihak sekolah dalam
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar
Belajar Merupakan suatu perilaku yang berlangsung dalam interaksi aktif antara
ahli psikologi belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
pengalaman mereka ke dalam pola yang bermakna. Semua aspek pelajaran dibagi
menjadi unit-unit yang bermakna dan unit-unit itu harus berkaitan denganseluruh konsep
atau pengalaman, sehingga hal-hal yang dipelajari bukan hanya diingat tetapi juga dengan
mudah diaplikasikan ke situasi yang baru dan dipertahankan jangka waktu yang lama.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajat itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya (Arsyad, 2005:2). Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan
saja.
secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
5
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.. belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan anatara dua arah, belajar dan
masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan keapadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa
bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru. Langkah-
langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang telah
Wankat dan Oreovoez sebagaimana dikutip oleh Made Wena mengklasifikasikan lima
1. Rutin : Tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu
keputusan.
2. Diagnostik : pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
3. Strategi : Pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin untuk
memecahkan suatu masalah. Strategi merupakan bagian dari tahap analisis dan
6
Solso (dalam Wankat dan Oreovocz) mengemukakan enam tahap dalam pemecahan
masalah :
1. Identifikasi permasalahan.
2. Representasi permasalahan.
3. Perencanaan pemecahan.
5. Menilai perencanaan.
Menurut Arends dalam Prasetyo (2011: 13) menyebutkan bahwa PBI atau pengajaran
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
dalam membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial. Dalam perolehan informasi
pemecahan masalah.
Adapun tahapan-tahapan mengenai model Poblem Based Instruction lihat tabel berikut.
7
Tahapan Model Problem Based Instruction
8
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan
adalah berpusat pada siswa dan mendorong inkuiri serta berpikir bebas, seluruh proses
belajar mengajar yang berorientasi pada Problem Based Instruction (PBI) adalah
membantu siswa untuk menjadi mandiri. Peran utama guru dalam Problem Based
efektif.
a. Student Centered
b. Generic Competencies
PBI memberi kesempatan untuk mengembangan generic skills dan attitude yang
c. Integration
9
d. Motivation
PBI cukup menyenangkan bagi siswa dan tutor, dan prosesnya membutuhkan
e. Deep Learning
f. Constructivism Approach
berdasarkan masalah. PBI meniadakan content yang tidak relevan dengan kebutuhan
siswa.
h. Colaboration
Tutor hanya menyenangi disiplin ilmunya sendiri, sehingga tutor mengalami kesulitan
b. Human Resources
10
Jumlah Pendidik yang diperlukan dalam proses tutorial lebih banyak daripada sistem
konvensional.
c. Other Resources
Banyak siswa yang ingin mengakses perpustakaan dalam komputer serta internet
d. Role Models
Tutor bergeser fungsi sebagai pemberi kuliah. Siswa dapat terbawa ke situasi
e. Information Overload
Siswa dapat mengalami kesulitan membatasi sampai sejauh mana mereka harus
melakukan self directed study dan informasi apa saja yang relevan dan bermanfaat
3. Pembelajaran Konvensional
Ruseffendi (2006: 350) mengatakan : Arti lain dari pengajaran tradisional disini adalah
Pada pembelajaranh konvensional lebih menitikberatkan pada komukasi searah dari guru
kepada murid saja. Guru sebagai pusat atau sumber belajar satu-satunya di kelas. Metode
berikut :
11
2. Guru memberikan ilmu, membuktikan dalil-dalil, serta memberikan contoh-contoh
soal.
3. Murid bertindak pasif dan cenderung meniru pola-pola yang diberikan guru;
didalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekpositori, dan aktifitas
adalah metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan
4. Hasil Belajar
Kata hasil menurut W.J.S Poerwadarminta, yaitu sesuatu yang akan (dibuat
dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. Beliau juga mengemukakan definisi belajar
sebagai usaha melalui latihan dan usaha lainnya agar mendapat sesuatu kepandaian atau
12
Menurut Mulyono Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar (Abrurrahman, 2003:32). Sedangkan menurut Nana
menerima pengalaman belajar. Jadi, Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya
merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan
Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pendidikan.
1. Aspek kognitif
Hasil belajar yangdiperoleh peserta didik tidak sama kerena ada beberapa
sekali jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan
faktor ekstern.
dinilai, khususnya pada jenjang pengetahuan yang lebih tinggi (kompleks) dari hanya
Aspek kognitif berkenaan denngan hasil belajar intelektual yang tediri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
a. Tipe hasil belajar pengetahuan tentang hal-hal khusus, pengetahuan tentang cara
13
c. Aplikasi, merupakam kemampuan menerapkan suatu abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus. Abstraksi bias berbentuk : ide, teori, petunjuk teknis
hasil analisis.
f. Tipe hasil evaluasi yaitu member keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan
proses belajar.
Aspek psikomotor meliputi empat hal :
a. Menghindar hal ini biasanya berbentuk mendengarkan, melihat, meraba,
perasaan.
c. Bertindak secara terpimpin hal ini biasanya berbentuk gerakan menirukan dan
14
b. Merespon hal ini mencakup sikap responsive, bersedia merespon atas pilihan
sendiri.
c. Menghargai hal ini mencakup menerima nilai, mendambakan nilai dan merasa
sitem nilai.
e. Mewatak hal ini mencakup memberlakukan secara umum seperangkat nilai,
1. Faktor Jasmaniah
Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keaadaan baik segenap badan beserta
belajar.
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada enam factor yang tergolong dalam factor psikologis
tua mendidik, relasi anatara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relsi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
15
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat
(Slameto, 1995:54).
Muhibin Syah megemukakan beberapa hal yang mempengaruhi belajar
adalah:
a. Faktor internal siswa, meliputi 2 aspek :
1) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
member dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
16
pendekatan tinngi, pendekatan menengah dan pendekatan rendah (Syah,
2004:132).
4. Partisipasi Belajar
Partisipasi belajar dari kata participation yang berarti berperan serta dalam suatu
kegiatan (kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989). Partisipasi
merupakan segala bentuk aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Oemar Hamalik
(1991 :20), dengan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut prestasi belajar siswa dapat
meningkat. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2004 :173) aktifitas belajar
mengamati, dsb.
b. Oral activities, meliputi mengatakan, memuaskan, menjawab, bertanya, diskusi,
sebagai suatu keterlibatan siswa dalam kelompok tersebut dalam memecahkan masalah
atau dalam melaksanakan tugas yang sudah ditentukan. Pembelajaran PBI melatih siswa
Menurut Made Sumadi seperti yang dikutip oleh Yuli setyowati (2010: 21) bahwa
beberapa aspek yang dapat dikaji dalam partisipasi belajar siswa antara lain :
17
1) Partisipasi bertanya
2) Partisipasi menjawab
3) Menyeleseikan tugas rumah secara tuntas
4) Partisipasi dalam diskusi
5) Mencatat penjelasan guru
6) Menyelesaikan soal di papan tulis
7) Mengerjakan soal tes secara individu
8) Menyimpulkan materi pelajaran di akhir pertemuan
pengalaman langsung terhadap balikannya dan pembentukan nilai dan sikap. Dalam
yang aktif, sehingga partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat optimal.
Dengan adanya partisipasi siswa yang optimal maka pengalaman belajar akan tercapai
Menurut pendapat Burt, K Sachlan dan Roger dalam Suryosubroto (2002 :282),
lebih tinggi.
5. Reaksi Oksidasi dan Reduksi
a. Reaksi Oksidasi Reduksi
redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara logam
0 +1 +2 0
18
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)
Ingat bahwa angka yang ditulis di atas unsur adalah bilangan oksidasi dari
unsur tersebut. Dilepasnya eletron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai dengan
meningkatnya bilangan oksidasi unsur itu. Dalam reduksi, terjadi penurunan bilangan
oksidasi karena diperolehnya elektron oleh unsur tersebut. Dalam reaksi yang
ditunjukkan di sini, logam Mg dioksidasi dan ion H+ direduksi; ion Cl- adalah ion
pengamat.
Penggabungan dan pelepasan oksigen adalah konsep awal pada defenisi reaksi redoks.
Hal ini didasarkan pada kemampuan gas oksigen untuk bereaksi dengan berbagai
Oksidasi adalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan oksigen. Zat yang
Reduksi adalah proses pelepasan oksigen dari suatu zat. Zat yang menarik oksigen
19
Contoh reaksi reduksi:
Elektron
Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi
penangkapan elektron. Dilihat dari serah terima elektron di atas reaksi reduksi dan
oksidasi selalu terjadi secara bersama-sama sehingga akan ada zat yang melepas dan
menangkap elektron oleh karena itu reaksi tersebut disebut reaksi oksidasi dan reduksi
(redoks). Beberapa contoh reaksi yang dapat menjelaskan peristiwa di atas sebagai
berikut:
Oksidasi: Na Na+ + e
Zn Zn2+ + 2e
Reduksi: K+ + e K
Cu2+ + 2e Cu
20
Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu
Cu2+ tereduksi menjadi Cu maka merupakan oksidator. Reduktor dan oksidator dapat
21
Reaksi antara Ag dan Cl2 membentuk AgCl
(3). Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Pengertian reaksi redoks selanjutnya berkembang menjadi lebih luas. Konsep reaksi
redoks yang terakhir dan masih digunakan sampai sekarang adalah berdasarkan
Reaksi redoks adalah reaksi yang mana terjadi perubahan bilangan oksidasi dari
atom sebelum dan sesudah reaksi. Dilihat dari bilangan oksidasinya maka oksidasi
disebut oksidator.
bilangan oksidasi maka harus dipahami dulu apa itu bilangan oksidasi.
Bilangan Oksidasi
22
Bilangan oksidasi yaitu bilangan yang menyatakan banyaknya elektron yang telah
dilepaskan atau diterima oleh suatu muatan yang dimiliki oleh suatu atom dalam suatu
senyawa.
Biloks diberi tanda positif jika atom itu melepaskan elektron dan diberi tanda negatif
Bagaimana kita bisa menentukan apakah suatu unsur dalam senyawa memiliki biloks
ini.
Logam< H < P < C < S < I < Br < Cl < N < O < F
Jika unsur diatas bereaksi membentuk senyawa, maka unsur yang posisinya lebih
kiri akan mempunyai biloks positif. Sementara itu unsur yang posisinya lebih kanan
1. Bilangan oksidasi atom unsur dalam keadaan unsur bebasnya adalah nol.Contoh
23
3. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa adalah nol sedangkan
untuk ion poliatomik jumlah bilangan oksidasi pembentuk ion tersebut harus sama
2 + (1 x biloks C) + -6 = 0
(1 x biloks C) = +4
Contoh : Bilangan okisdasi H dalam HCl, H2O dan NH3 berturut- turut = +1.
24
8. Oksigen mempunyai bilangan oksidasi -2, dengan pengecualian:
karya ilmiah ataupun sumber lain yang dijadikan penulis sebagai rujukan atau perbandingan
Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Partisipasi Dan Hasil Belajar Kimia Siswa
kelas X Semester II Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim Putri Tahun Ajaran 2010/2011,
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Linda Hariyani (2010) yang berjudul Upaya Meningkatkan Keefektifan dan Hasil
Belajar Siswa Materi Pokok Sistem Respirasi Pada Manusia Melalu Model Pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) Di MTS Negeri Magelang, Jurusan Tadris Biologi
C. Kerangka Berfikir
25
Dalam proses pembelajaran kimia tidak selalu berlangsung dengan baik dan lancar.
Untuk melihat hasil belajar dan partisipasi siswa, guru harus mampu menciptakan suasana
belajar yang demokratis atau membebaskan dan kondusif sehingga proses pembelajaran
mencapai optimal. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari luar individu seperti guru, siswa, media belajar, lingkungan sosial dan model
pembelajaran yakni dapat membantu guru dalam melihat keaktifan siswa mulai dari
kemampuan berfikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Dengan kata lain,
peranan guru hanya sebagai fasilitator dalam belajar dan memberikan kesempatan kepada
dimiliki untuk memcahkan masalah yang dihadapi sehingga terjadi belajar yang bermaksa
belajar dan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran konvensional dimana pembelajaran
berpusat pada aktivitas guru dirasa kurang sesuai dengan hakikat sains. Perlu adanya
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan sehingga menunjang
terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif kemudian mampu mengaktifkan siswa dan
meningkatkan prestasi siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI).
Model pembelajaran PBI ini, siswa dituntut untuk turut terlibat dalam penelitian yang
menggunanakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Hal ini dapat memberikan
26
pengetahuan serta pengalaman yang mereka miliki dalam belajarnya. Sehingga siswa akan
D. Rumusan Hipotesis
1. Ada pengaruh positif terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction
terhadap partisipasi belajar siswa materi Reaksi reduksi dan oksidasi pada kelas X
terhadap Hasil belajar siswa materi Reaksi reduksi dan oksidasi pada kelas X semester
genap di MAN Z.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari semester genap Tahun Ajaran 2014/201
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Pengelompokkan subjek ke
dalam kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak dilakukan randomisasi tetapi berdasarkan
kelompok yang sudah ada. Rancangan penelitian yang digunakan adalah matching pretest-
Keterangan :
O1 : pre-test kelas eksperimen
O2 : post-test kelas eksperimen
O3 : pre-test kelas kontrol
O4 : post-tes kelas kontrol
X1 : pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Instruction.
X2 : pembelajaran konvensional
Ajaran 2014/2015.
2. Sampel
Dalam penelitian ini diambil dua kelas, masing-masing untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen dari kelas X yang ada di MAN Z. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kelas X 2 untuk eksperimen dan kelas X 3 untuk kelas kontrol.
28
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yaitu teknik
pengambilan secara acak. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelaas kontrol,
pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi. Pengundian dilakukan pada kelas
yang memiliki kemampuan awal yang sama berdasarkan uji homogenitas dan uji kesamaan
mean.
Untuk melakukan penelitian pengaruh model pembelajaran PBI terhadap Partisipasi
dan Hasil Belajar Siswa kelas X di MAN Z materi pokok konsep redoksi oksidasi, pada tahap
awal sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pengujian terhadap
hasil ulangan harian siswa kelas X MAN Z Tahun Ajaran 2014/2015. Pengujian tersebut
dilakukan untuk menentukan kelas sebagai kelas kontrol dan sebagai kelas eksperimen.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Variabel dalam
prosedur dan manejemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar
yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini digunakan oleh setiap pengajar sebagai
pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada siswa. Rpp berisi petunjuk
secara rinci, mata pelajaran, kelas/semester, pertemuan, alokasi waktu, Kompetensi Iti
29
(KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian, tujuan, ruang lingkup materi yang
diajar, metode, langkah-langkah, sumber, media, serta evaluasi. Oleh karena itu, Rpp
merupakan pedoman bagi pengajar secara sistematis. Dalam penelitian ini ada dua jenis
RPP, yaitu RPP untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBI
sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan model konvensional (ceramah dan diskusi).
Media pembelajaran merupakan suatu alat, media atau sarana yang digunakan untuk
menggunakan media PPT, dan orang-orang sekitar sebagai media untuk mendapatkan
pembelajaran.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Instrumen Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Reduksi Oksidasi
Instrument untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa pada materi reduksi oksidasi,
yaitu pretest/posttest yang berupa soal multiple choice (pilihan ganda) dengan lima
ditanyakan.
2) Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternative jawaban.
3) Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat.
4) Distraktor/pengecoh, yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci.
30
(i) Pelaporan, dan
(j) Pemanfaatan
Soal pretest dan posttest divalidasi leh dosen pembimbing dan guru pembimbing
secara validitas isi, logis dan empirik. Soal yang diberikan harus bersifat objektif agar
b. Lembar Observasi tentang partisipasi belajar siswa pada model pelajaran PBI.
Lembar observasi digunakan untuk mengidentifikasi partisisipasi siswa dalam kerja
kelompok di kelas maupun luar kelas selama proses pembelajaran dan untuk
31
mengetahui pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai yang diharapkan atau belum.
Adapun kisi-kisi lembar observasi ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Partisipasi Siswa
1
Membaca
1 Visual Activity 2
Mengamati 3
4
Mendengar
2 Listening Activity 5
Menerima Pendapat 6
7
Menjawab Pertanyaan
8
9
3 Oral Activity Bertanya
10
11
Menanggapi
12
Memecahkan masalah 13
4 Mental Activity
Menganalisis 14
( Adopsi Sutartini 2010)
G. Validasi Instrumen
Sejauh mana kepercayaan dapat diberikan pada kesimpulan penelitian tergantung
pada kecermatan dan akurasi data yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil
diukur.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrument yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sedangkan instrument yang reabel adalah instrument yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
32
validasi instrumen agar instrument (butir soal) yang digunakan dapat dikatakan valid
dan reliabel. Adapun validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menurut Sukardi (2008 : 32) merupakan derajat dimana sebuah tes
mengukur cakupan substansi yang akan diukur.validasi isi dari soal yang akan
diujikan dapat dilihat dengan membandingkan isi soal dengan isi materi. Apabila
butirsoal pada materi sesuaidengan isi materi berarti soal tersebut dapat dikatakan
valid secara isinya. Namun, apabila tidak sesuai berdasarkan dengan isi materi
tolak pada konstruksi teoritik terhadap factor-faktor yang hendak diukur oleh
suatu alat pengukur. Dari konstruksi teoritik ini dilahirkan definisi-definisi yang
digunakan oleh pembuat alat ukur sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid
tidaknya alat ukur yang dibuatnya. Pada penelitian ini, mengukur kegiatan
harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
mengukur suatu variabel. Valid berarti dapat digunakan untuk mengukur suatu
variabel. Instrument yang reliabel adalah apabila digunakan berulang kali untuk
mengukur objek yang sama, maka akan menunjukkan hasil yang sama.
Uji Validitas instrumen dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Instrument tersebut diuji
cobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah menerima materi yang akan
33
adalah teknik product moment dari Pearson dengan menggunakan komputer
dengan program komputer paket Statistical product and Service Solutions 16.00
(SPSS 16.00).
Uji validasi ini menggunakan SPSS 16.0 jika Pearson > 0.30 maka butir soal
tersebut dikatakan valid ditunjukkan dngan tanda bintang satu atau dua (* atau
**).
2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2002 :164) menjelaskan bahwa suatu tes dikatakan mempunyai
reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang trelatif tetap bila digunakan
pada kesempatan lain. Instrument yang baik adalah instrument yang dapat dengan
ajeg (tetap) memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Reliabilitas dalam
dikatakan reliable jika r1 > rtabel . uji reliabilitas diuji dengan program SPSS 16.0 jika
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang
statistic dibagi menjadi dua bagian yaitu statistis deskriptif dan infrensial. Uji statistic
untukmengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Uji
lebih esar dari 0,05 maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, atau
275), yaitu :
SD 2 Mk + SdSD2 Mk
Mk Mc
t=
2 r ke(SDMk )(SDMe)
t : koefisien t
Mk : mean kelompok Kontrol
35
Me : Mean kelompok eksperimen
SD2Mk : Sumber deviasi kelompok kontrol
SD2Me : Sumber deviasi kelompok eksperimen
rke : koefisien korelasi antara skor dan matched factor dengan skor
treatment variable
Pada penelitian ini digunakan SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikasi 5%.
Dengan interpretasi jika probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka ada perbedaan
hipotesis terbukti.
I. Analisis Deskripsi
Menurut Sugiyono (2010 :147) statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
untuk umum atau generalisasi. Statistic deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya
ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku
partisipasi belajar kimia siswa sebagai berikut (Anas sudjiono, 2003 :40-41) :
F
P = N x 100%
Keterangan
F : Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N : Number of Cases ( jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : angka presentase
DAFTAR PUSTAKA
Karya, 2002).
36
Amien, M. 1987. MengajarPengetahuan (IPA) dengan Metode Discovery dan Inquiry.
Jakarta: Depdikbud.
Hobri. 2008. Model Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center For Society
Studies (CSS)
2009).
Cipta, 2003)
Nana. Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1999),
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengejar, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2008)
Oemar Hamalik. 1991. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
37
Sanjaya, Wina. 2009. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Cipta,1995).
Syahril dkk. 2008. Bahan Ajar Profesi Kependidikan. Padang: Fakultas Ilmu
Pendidikan UNP.
2006).
38