Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT


KEKURANGAN IODIUM

Disusun oleh :

Irma Rahmawati G1B013015

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Defisiensi iodium merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
serius, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas
sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu perkembangan kecerdasan,
perkembangan sosial, dan perkembangan ekonomi. Defisiensi iodium yang juga
disebut Iodine Deficiency Disorder (IDD) menyebabkan berbagai sindrom gangguan
akibat kekurangan iodium (GAKI). Gangguan Akibat Kekurangan Iodium terjadi
pada saat konsumsi iodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan
kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah
hormone tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan
otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif (WHO, 2001).
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menghambat peningkatan
mutu sumber daya manusia Indonesia adalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI). Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKI, yaitu dengan memberikan
unsur yodium telah lama dilakukan oleh pemerintah. Yodium merupakan
mikronutrien penting untuk pembentukan hormon tiroid. Kekurangan yodium
memang agak berbeda masalahnya dengan zat gizi lain, karena permasalahan yang
timbul biasanya terjadi pada lingkungan miskin yodium. Faktor kandungan yodium
lahan suatu tempat sangat penting, karena akan menentukan kandungan yodium pada
air dan bahan makanan yang tumbuh di tempat tersebut. Suatu wilayah menjadi
kekurangan yodium disebabkan lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya
yodium sudah tidak ada, karena akibat erosi tanah secara terus menerus atau akibat
pembakaran hutan yang mengakibatkan yodium dalam tanah hilang (Djokomoeljanto,
2002).
Program penanggulangan GAKI sudah berlangsung lama namun masih selalu
ditemukan daerah endemik baru dan masih munculnya kretin baru. Berdasarkan hasil
pemetaan GAKI tahun 2003, prevarensi TGR anak sekolah dasar sebesar 11,3%.
Disisi lain, proporsi anak SD dengan kadar Ekskresi Yodium Urine (EYU) <100 ug/L
adalah 16.3% sudah jauh melampaui target harapan yaitu 50%, bahkan 35,4% anak
SD mempunyai kadar EYU>300 ug/l sehingga berisiko hipertiroid. Disamping itu,
Indonesia menjadikan GAKI sebagai masalah gizi utama, karena sejumlah 42 juta
penduduk tinggal di daerah endemis GAKI, 10 juta menderita gondok dan 750 ribu
orang menderita kretin. Hasil survey di seluruh Indonesia menunjukkan peninggkatan
prevalensi Total Goiter Rate (TGR) dari 9,8% pada tahun 1998 menjadi sebesar
11,1% pada tahun 2003 (Tim GAKI Pusat, 2005).
Hal Ini menunjukkan masalah GAKI masih memerlukan perhatian khusus, untuk
itu keberadaan lembaga BP2 GAKI sangat diperlukan. BP2 GAKI Magelang adalah
Unit Pelaksanaan Teknis dari Badan Litbangkes yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 575/MENKES/SK/IV/2000 yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
1351/MENKES/PER/IX/2005 tanggal 14 September 2005, dan terakhir dirubah
kembali dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2350/MENKES/PER/XI/2011 tanggal 22 November 2011 merupakan lembaga
dengan kegiatan utama melakukan penelitian dan pengembangan untuk menunjang
upaya penanggulangan masalah GAKI (BP2GAKI, 2014).

B. Tujuan
a. Umum
Mengetahui permasalahan GAKI (Gangguan Akibat Kurang Iodium) yang
terjadi secara umum melalui kunjungan ke Badan Penelitian dan
Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP2GAKI) Magelang.
b. Khusus
1. Mengetahui dan mendeskripsikan iodium.
2. Mengetahui dan mendeskripiskan gangguan akibat kekurangan iodium.
3. Mengetahui penyebab permasalahan gangguan akibat kekurangan iodium.
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari gangguan akibat kekurangan
iodium.
5. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat
kekurangan iodium.

C. Manfaat
a. Mahasiswa
1. Melalui praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui permasalahan GAKY
yang ada di masyarakat. Sehingga mahasiswa dapat ikut berpartisipasi untuk
meminimalkan masalah GAKY yang ada di masyarakat.
2. Menemukan permasalahn yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian
dalam rangka tugas akhir kelak.

b. Institusi ( BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN


AKIBAT KEKURANGAN IODIUM)
Kegiatan praktikum atau kunjungan ini bisa dijadikan sebagai sarana
informasi dan pembelajaran bagi para pengunjung khususnya mahasiswa di
bidang kesehatan atau pengunjung lain yang terkait dengan Gizi. Selain itu bisa
juga dijadikan sebagai sarana untuk perbaikan bagi BP2GAKI Magelang
melalui kritik ataupun saran dari pengunjung yang tentunya akan berdampak
positif untuk lebih meningkatakan dan mengembangkan institusi tersebut
dalam berbagai bidang yang terkait.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Iodium
Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah
anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid.
Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur
kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Jumlah
iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil
secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh
kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi
utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator
utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status
iodium) yang rendah (25 20 ?g I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium
dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya
(Brody, 1999).
Iodium adalah mineral yang terdapat di alam baik di tanah maupun air dan
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk memberi
hormon tiroksin (Depkes RI, 2004).
Asupan iodium per hari yang dianjurkan (WHO, 2001) :

Umur Asupan iodium (g)


Anak belum sekolah (0 59 bulan) 90
Anak sekolah (6 12 tahun) 120
Remaja (di atas 12 tahun) 150
Ibu hamil dan menyusui 200

Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun


jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004% dari berat tubuh atau
sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau
trace element. Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia
membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya
(secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan
dan minuman (Siswono, 2003). Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis
hormon tiroksin, yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat
dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar
untuk menangkap iodium, yang lebih banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid
tersebutlah yang sehari-hari kita kenal sebagai penyakit gondok (Siswono, 2003).
B. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
GAKI atau Gangguan Akibat Kekurangan Iodium merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu
perkembangan kecerdasan, perkembangan sosial dan perkembangan ekonomi
(Depkes RI, 2004). Selain itu, menurut Supariasa (2001), Gangguan akibat
kekurangan iodium adalah rangkaian kekurangan iodium pada tumbuh kembang
manusia, Sprektum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin
endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran,
gangguan pada anak dan dewasa, sering dengan kadar hormon rendah angka lahir dan
kematian janin meningkat.
Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gajala yang dapat
ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus
dalam waktu cukup lama. (Depkes RI, 2000). Menurut Hetzel (1996), GAKI
merupakan defisiensi iodium yang berlangsung lama akibat dari pola konsumsi
pangan yang kurang mengkonsumsi iodium sehingga akan mengganggu fungsi
kelenjar tiroid dan memicu sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid untuk menyerap lebih banyak iodium. Hal ini akan
menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat, sehingga secara perlahan membuat
kelenjar membesar (hiperplasi) sehingga menyebabkan gondok.
GAKI adalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency
Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga
tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid (Thesa, 2009). Menurut WHO (2001),
kekurangan iodium terjadi pada saat konsumsi iodium kurang dari yang
direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi
hormone tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam
darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat
merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium
Deficiency Disorder (IDD).
Besaran pengaruh GAKI merupakan fenomena gunung es dan kretin sebagai
puncaknya menempati bagian seluas 110%. Namun terdapat gangguan dalam
jumlah lebih besar seperti gangguan perkembangan otak 530% dan hipotiroidisme
30-70%. Pengaruh kekurangan iodium terlihat sangat nyata pada perkembamgan
otak, yaitu selama golden period yaitu pada saat janin, bayi dan balita (Hetzel, 1996).
Gangguan akibat kekurangan iodium (iodine deficiency disorder) adalah
gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan timbul
gondok, hipotiroid, kretin, gangguan reproduksi, kematian bayi dan keterbelakangan
sosial.
Gondok adalah pembesaran kelenjar timid yang melebihi normal. Penduduk yang
kekurangan iodium tidak dapat membuat cukup hormon tiroid. Untuk mencukupi
kebutuhan hormon tiroid, kelenjar hipofisis membuat hormon yang disebut thyroid
stimulating hormone (TSI-I) untuk merangsang kelenjar tiroid supaya lebih aktif
menghasilkan hormon tiroid. Penambahan hormon TSH merupakan proses adaptasi
yang normal, akan tetapi kondisi yang kronis mengakibatkan gondok. Penduduk yang
menderita gondok menandakan bahwa mereka mengalami kekurangan iodium
(Rusiawati dkk, 1993).
Kretinisme adalah suatu kondisi penderita dengan tinggi badan di bawah normal
(cebol). Ekspresi orang kretin ini memberikan kesan bodoh karena tingkat kecerdasan
yang sangat rendah. Pada umumnya orang kretin dilahirkan dari ibu yang sewaktu
hamil kekurangan iodium. Kretin juga ditandai dengan gangguan mental, gangguan
perkembangan syaraf otak, gangguan pendengaran, cara berjalan, berbicara, dan
sebagainya. Yang amat penting untuk disadari adalah bahwa kretin adalah satu
kelainan yang irreversible (menetap), sehingga merupakan beban bagi masyarakat
pada umumnya (Djokomoeljanto, 2007).
Flour dan kalsium menghambat penggunaan iodium oleh tiroid sehingga
merupakan goitrogen juga. Air minum yang kotor diduga terdapat zat goitrogen yang
dapat dihilangkan jika dimasak. Faktor keturunan dapat mengurangi kapasitas fungsi
tiroid atau gangguan pada reabsorbsi iodium oleh tubulus ginjal (Pudjiadi, 2002).
C. Penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
(Djokomoeldjanto, 1994). Sedangkan menurut (Depkes RI, 1997) sampai saat ini ada
beberapa teori yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya GAKI adalah defisiensi
iodium, pengaruh zat goitrogenik, faktor genetik, dan kelebihan unsur-unsur iodium.
Akan tetapi dari data yang tersedia bahwa GAKI akan terjadi apabila terdapat juga
defisiensi iodium. Dengan demikian defisiensi iodium merupakan penyebab utama
terjadinya GAKI.
Adapun penyebab yang lainnya yaitu keadaan geografis dan lingkungan, dimana
kandungan yodium dalam tanah sedikit karena adanya erosi, overeksploitasi tanah
dan struktur tanah. Selain itu juga disebabkan oleh Zat goitrogenik (penggangu). Zat
goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar
gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Aktivitas
bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja pada tempat yang berlainan dalam rantai
proses pembentukan hormon tiroid, dapat dibagi atas dua macam yaitu (Soekatri,
2001) :
1. Menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar thyroid, golongan ini termasuk
kelompok perchlorate.
2. Menghalangi pembentukan ikatan organik antara iodium dan thyroxin untuk
menjadi hormon thyroid, golongan ini adalah kelompok tiouracils imidazoles.
Goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan
menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut
merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam
tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain
itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke
bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat. goitrogen alami
ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun dan umbi singkong , gaplek,
gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung), kelompok Mimosin (pete cina dan
lamtoro), kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis,
belimbing wuluh dan cuka. (Picauly, 2002).
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan
hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun
T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan
bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas,
dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid
akhirnya menurun (Djokomoeldjanto, 1994).

D. Dampak yang Ditimbulkan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium


Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKI cukup luas, mulai pada
janin sampai dewasa. Spectrum yang ditimbulkan akibat GAKI menurut WHO,
sebagai berikut :

Masa terjadinya Kemungkinan dampak yang terjadi


GAKI
Janin Abortus, lahir mati, cacat bawaan, kematian perinatal,
kematian bayi, kretin neurologi (keterbelakangan mental,
bisu, tuli, mata juling, lumpuh spastik pada kedua tangkai),
kretin myxedematus (keterbelakangan mental, kerdil),
hambatan psikomotor.
Neonatus Gondok neonates, hipotiroidisme neonates, peningkatan
kerentanan terhadap radiasi nuklir, penurunan IQ
Anak dan Gondok, hypotiroid (juvinil hipotiroidisme), gangguan
Remaja remaja fungsi mental, pertumbuhan terhambat, peningkatan
kerentanan terhadap nuklir.
Gondok dengan berbagai komplikasi, hipotiroidisme,
gangguan fungsi mental, iodine inducedhipotiroidisme (IIH),
peningkatan kerentanan terhadap nuklir. Pada tingkat ringan
kekurangan yodium akan berakibat menurunnta
produktifitas, libido, kesuburan dan immunitas. Fibrocystic
dapat menyebabkan kanker kelenjar mamae
Semua umur Gondok, hypotiroidisme, fungsi mental yang terganggu,
bertambahnya kerentanan terhadap radiasi nuklir.

E. Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium


Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKI dilakukan dengan memberikan
unsur yodium. Dosis cukup memadai atau adekuat, diberikan secara terus menerus
atau kontinyu serta dapat mencapai semua segmen penduduk khususnya yang rawan
(daerah endemis) (Djokomoeljanto, 1993). Secara relatif, hanya makanan laut yang
kaya akan yodium : sekitar 100 g/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui
pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan
kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot
setiap 2 tahun. (Arisman,2004).
Salah satu upaya yang telah dilakukan mulai tahun 1974 sampai dengan tahun
1991 adalah penyuntikan larutan yodium dalam minyak (suntikan lipiodol) pada
penduduk berisiko tinggi di daerah gondok endemik sedang dan berat. Suntikan
lipiodol ini dapat diberikan setiap 4 tahun sekali. Wanita usia reproduktif dan anak
sekolah merupakan kelompok sasaran suntikan lipiodol. Pemberian suntikan lipiodol
sebenarnya sudah memberikan hasil yang cukup baik dan terbukti sangat efektif
untuk penanggulangan kekurangan yodium. Hal ini terlihat dari menurunnya angka
prevalensi gondok dan tercegahnya kretin endemic (Djokomoeljanto, 1993).
Upaya lain dalam mencegah dan menanggulangi masalah GAKI di masyarakat,
selain melalui upaya suplementasi langsung yaitu larutan minyak beryodium (baik
melalui suntikan maupun oral), dilakukan juga upaya secara tidak langsung, yaitu
melalui fortifikasi garam konsumsi dengan yodium, yang dikenal dengan garam
beryodium (Depkes, 1993). Pada tahun 1985, dikeluarkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) 4 menteri, yaitu Menteri Perindustrian, Menteri Kesehatan, Menteri
Perdagangan dan Menteri Dalam Negeri tentang Garam beryodium, yang berlaku di
seluruh di Indonesia, maka sejak saat itu program iodisasi garam diberlakukan secara
nasional (Deperindag RI, 1993).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan tempat pengambilan


Kunjungan praktikum dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 Mei 2015 di Balai
Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP2GAKI)
Borobudur Magelang Jawa Tengah.

B. Cara pengambilan data


Pengambilan data menggunakan data sekunder berupa data hasil rekam medik
pasien yang berkunjung ke Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (BP2GAKI) Borobudur Magelang Jawa Tengah.

C. Analisa data
Analisi data pada penelitian ini menggunakan dokumen dan editing.
a. Dokumen adalah
b. Editing adalah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
IDENTITAS RESPONDEN
1.Nama : WS
2. Alamat : Dusun M 1080 RT01/RW03 Desa Karangwuni
Kecamatan Pringsurat Temanggung
3.Tgl lahir/Umur : Magelang, 22 Agustus 1978 / 36
4.Berat Badan :
5.Tinggi Badan :
6.Pekerjaan : Swasta
7.Jumlah anggota keluarga : Anak ke-3 dari 6 bersaudara

No Nama Status L/P Tgl lahir/ umur Pendidikan Pekerjaan


(th)
1 Muhtar Suami L 27-09-1972 / 42 th SMP Buruh

Rekam Medik
No Tanggal Berat Badan Tinggi Badan IMT Keterangan
kunjungan
1 27-01-2015 40,4 149,2 18,2 Kurang
2 05-02-2015 39,45 149,2 17,69 Kurang
3 05-03-2015 39,45 149,2 17,69 Kurang
4 07-05-2015 41,45 149,2 18,62 Normal

Kondisi saat ini :


1. Cemas
2. Gemetar
3. Batuk sesak
4. Tidak pernah mengkonsumsi iodium

Kondisi Kepala dan leher :


1. Kepala normal
2. Mata exopthalamus
3. Splera batas normal
4. Leher hipertropi
5. Nadi berdebar
6. Perut batas normal
7. Extermitas batas normal
8. Gondok grade 2

Informasi lain
- Mempunyai 2 anak
- Jarak kehamilan 7 tahun
- Hamil anak terakhir berusia 27 th
- Hipertensi 8 th

Scorage wayne tanpa fibritarisasi atrium : KATEGORI HIPERTIROID


a. Jantung berdebar
b. Suhu udara dingin
c. Keringat berlebih
d. Nafsu makan bertambah
e. Berat badan turun
f. Kel tiroid teraba
g. Exopthalamus
h. Hiperaktif
i. Tremor

Nadi :146 x per menit


Respiratori : 24
Status Kesehatan : Punya Hipertensi

Konsumsi Makanan Kaya Yodium Dan Zat Goitrogenik

Nama Makanan Frekuensi Rata- rata skor


/hari /minggu /bulan /tahun
(kali/hari)
Sumber yodium
Ikan laut - - 2 -
Ikan tawar - - - -
Ikan asin - - - -
Udang - - - -
Kerang - - - -
Cumi - - - -
Rumput laut - - - -
Kepiting - - - -
Susu - - - -
Telur - 1 - -
Daging - - - -
Sumber Goitrogenik
Ubi Kayu - 2 dikukus - -
Ubi jalar - 2 dikukus - -
Kubis/kol - 2 sendok - -
Sawi - - - -
Lobak - - - -
Buncis - - - -
Rebung - - - -
Kacang tanah - - - -
Sorgum - - - -
Jagung - - - -
Daun singkong - - - -
Konsumsi Tambahan

Nama makanan Frekuensi Rata-rata Skor


(kali/hari)
/hari /minggu / /tahun
bulan
Tahu 1 3 - -
Tempe 1 3 - -
Sawi hijau - - 1 -
Kangkung - - 1 -
Daun papaya - - 1 -
Kacang panjang - - 1 -

Pisang - 2 - -

Konsumsi tahu sebesar 100 gr dan konsumsi tempe sebesar 50 gr dalam 1 kali
sehari dan 3 kali seminggu.

B. PEMBAHASAN
Kegiatan Praktikum kunjungan lapangan mata kuliah gizi masyarakat
dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (BP2GAKI) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Data diperoleh dari data
rekam medik pasien yang berkunjung ke BP2GAKI.
Berdasarkan hasil rekam medik pasien bernama WS bertempat tinggal di dusun
M 1080 RT01/RW03 Desa Karangwuni Kecamatan Pringsurat Temanggung. WS
lahir di Magelang pada tanggal 22 Agustus 1978 berusia 36 tahun. WS adalah anak
ke-3 dari 6 saudara.
Hasil rekam medik kunjungan yaitu pada tanggal 27-01-2015 berat badan 40,4
kg, tinggi badan 149,2 cm dan IMT 18,2 dengan keterangan kurang, pada tanggal 05-
02-2015 berat badan 39,45 kg tinggi badan 149,2 kg dan IMT 17.69 dengan
keterangan kurang, 05-03-2015 berat badan 39,45 kg, tinggi badan 149,2 cm dan IMT
17,69 dengan keterangan kurang sedangkan 07-05-2015 berat badan 41,45 kg, tinggi
badan 149,2 cm dan IMT 18,62 dengan keterangan normal.
Kondisi saat ini pasien WS yaitu cemas, gemetar, batuk sesak dan tidak pernah
mengkonsumsi iodium. Pasien WS memiliki penyakit lain yaitu hipertensi yang telah
diderita selama 8 tahun. Pasien WS memiliki 2 anak dan hamil anak terakhir berusia
27 sedangkan jarak kehamilannya 7 tahun.
Berdasarakan hasil rekam medik pasien WS menderita gangguan akibat
kelebihan iodium atau yang disebut hipertiroid karena terdapat gejala jantung
berdebar, exopthalamus, nafsu makan bertambah, berat badan turun, kelenjar tiroid
teraba. Sedangkan kondisi leher dan kepalanya yaitu kepala normal, mata
exopthalamus, splera batas normal, leher hipertropi, nadi berdebar perut batas normal,
extermitas batas normal dan gondok grade 2.
Menurut Doenges (2000) hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik
yang merupakan akibat dari produk hormon tiroid yang berlebih. Menurut harsa
(2013) gejala yang terlibat akibat kelebihan iodium yaitu meningkatnya laju
metabolik, rasa cemas yang berlebih, meningkatnya nafsu makan tetapi berat badan
menurun, gerakan yang berlebih, gelisah dan instabilitas emosi, penonjolan pada bola
mata, tremor halus pada jari tangan.
Berdasarkan rekam medik pasien bernama WS juga mengkonsumsi beberapa
makanan sumber zat goitrogenik seperti ubi kayu, ubi jalar dan kubis/kol. Zat
goitrogenik yaitu zat yang dapat menghambat transport aktif iodium dalam kelenjar
tiroid. Walaupun mengkonsumsi beberapa sumber makanan yang mengandung zat
goitrogenik, namun frekuensinya masih jarang. Hal ini juga memungkinkan
menderita Hipertiroid. Zat goitrogenik seharusnya dikonsumsi secara seimbang, tidak
berlebih maupun kurang. Kelebihan zat goitrogenik dapat menyebabkan hipertiroid.
Sedangkan kekurangan zat goitrogenik dapat menyebabkan hiportiroid.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun
jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004% dari berat
tubuh atau sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai
mineral mikro atau trace element. Manusia tidak dapat membuat unsur iodium
dalam tubuhnya seperti ia membuat protein atau gula. Manusia harus
mendapatkan iodium dari luar tubuhnya (secara alamiah), yakni melalui
serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan dan minuman.
2. GAKI merupakan defisiensi iodium yang berlangsung lama akibat dari pola
konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi iodium sehingga akan
mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan memicu sekresi Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) yang merangsang kelenjar tiroid untuk menyerap lebih
banyak iodium. Hal ini akan menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat,
sehingga secara perlahan membuat kelenjar membesar (hiperplasi) sehingga
menyebabkan gondok.
3. Penyebab GAKI sampai saat ini ada beberapa teori yang menyatakan bahwa
penyebab terjadinya GAKI adalah defisiensi iodium, pengaruh zat
goitrogenik, faktor genetik, dan kelebihan unsur-unsur iodium. Akan tetapi
dari data yang tersedia bahwa GAKI akan terjadi apabila terdapat juga
defisiensi iodium. Dengan demikian defisiensi iodium merupakan penyebab
utama terjadinya GAKI.
4. Dampak yang ditimbulkan GAKI cukup luas, mulai janin, neonates, anak dan
remaja, dewasa serta dapat menyerang semua umur.
5. Upaya lain dalam mencegah dan menanggulangi masalah GAKI di
masyarakat, selain melalui upaya suplementasi langsung yaitu larutan minyak
beryodium (baik melalui suntikan maupun oral), dilakukan juga upaya secara
tidak langsung, yaitu melalui fortifikasi garam konsumsi dengan yodium,
yang dikenal dengan garam beryodium.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa diharapkan semua mahasiswa dapat mengikuti praktikum
dengan sebaik mungkin.
2. Untuk BP2GAKI perlu memperhatikan fasilitas, sarana dan prasarana perlu
dilengkapi kembali agar dapat menunjang pelayanan yang diberikan secara
optimal.
3. Untuk masyarakat perlu di perhatiakn makanan apa saja yang di konsumsi,
usahakan konsumsi makanan yang mengandung iodium namun tidak terlalu
tinggi dan juga tidak terlalu rendah atau bahkan sama sekali tidak
mengandung iodium.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi jilid 1.
Jakarta: EGC

Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press.


University of California at Berkeley California

Deperindag RI. 1993. Profil Program Iodisasi Garam Indonesia. Tim Teknis Iodisasi
Garam Pusat, Direktur Industri Kimia Organik dalam Simposium GAKI.
Semarang. Badan Penerbit Undip

Depkes RI. 1997. Strategi mobilisasi sosial dalam rangka meningkatkan Konsumsi
Garam beryodium di masyarakat. Komite Nasional Garam Tingkat Pusat, Dirjen
PKM Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium di Tingkat


Masyarakat. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004


tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Djokomoeljanto R, Suharyo H, Darmono, Soetardjo, Suhartono T. 1993. Laporan


Penelitian Pengalaman Penggunaan Yodium dalam Minyak Yodiol di Daerah
Gondok Endemik In Kongres Nasional III Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(Perkeni) Kumpulan Naskah Simposium GAKY. Badan Penerbit UNDIP, page:
135-155. Semarang.
Djokomoeljanto. 2002. Evaluasi Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) Di Indonesia. Jurnal GAKY. Desember Vol. 3 No 1. P:31-39

Djokomoeljanto. 2007. Gangguan Akibat Kurang Iodium dalam Sudoyo A. W. et


al, (Eds.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (4th Ed). Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Hetzel BS. 1996. S.O.S. for a billion The nature and magnitude of the iodine
deficiency disorders. Beverly Hills: SAGE

http://www.bp2gaki.litbang.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=6&Itemid=9, Kementerian kesehatan
Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Balai
Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekuranagan Iodium, diakses 10
Mei 2015.

Picauly, Intje. 2002. Iodium dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (gaki).
http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/intje_picauly.htm. Diakses tanggal 10 Mei
2015

Pudjiadi. S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi Keempat. Jakarta: FKUI

Rusiawati, Yuyus dan Smengen Sutomo. 1993. Penanggulangan Gangguan Akibat


Kekurangan Iodium di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Supariasa, I Dewa nyoman, 2002. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY).


Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran ECG: Jakarta.

Tim GAKY Pusat. 2005. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program


Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium. Tim GAKY Pusat. Jakarta.
WHO. 2001. Assessment of iodine deficiency disorders and monitoring their
elimination. Aguide for Programme managers Second edition. p. 35 45

Anda mungkin juga menyukai