Anda di halaman 1dari 6

Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu

wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan
profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa
diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah
tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna
dalam cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam
pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran
ini mutlak harus dikuasai oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika.
Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan
pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam
terbang pengukuran
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu
pemegang alat dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya
hasil yang konsisten. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian membuat garis
bidik horizontal, kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu
ukur secara vertical, dan presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan alat yang
memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo
dan presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat di
antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing, 1995)
Pengoperasian Alat
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat
disetel, operasi waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan
pembacaan sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi
dimana salib sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan
tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu pembacaan bidik belakang
untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu pembacaan bidik muka untuk
menentukan elevasi titik di sebelah muka ( sebuah titik stasiun atau elevasi ).
Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target pada rambu
ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja.
Tambahan bidik muka dapat dilakukan terhadap titik-titik lain yang dsapat dilihat
dari tempat alat dipasang apabila elevasi titik-titiki ini juga diperlukan.
Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik benang tengah, semua
ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat digunakan untuk
melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)
Langkah-langkah Untuk Mengambil Pembacaan Sebuah Waterpass
1. Waterpass dipasang dan didatarkan
2. Teropong diarahkan sedemikian rupa sehingga benang vertikal berimpit
dengan salah satu sisi rambu ukur dan alat dikunci.
3. Lensa objektif difokuskan dan paralaks dihapus.
4. Gelembung nivo diperiksa, digeser ke tengah dan disetel kalau perlu.
5. Rambu ukur dibaca dan hasilnya dicatat.
6. Gelembung nivo diperiksa lagi apakah masih tetap di tengah-tengah.
Apabila gelembung tergeser dari tengah-tangah, ia harus diketengahkan lagi dan
pembacaan diulangi.
7. Setelah pemegang alat merasa puas bahwa gelembung tetap di tengah-
tengah ketika pembacaan dilakukan, selisih pembacaan antara benang atas dan
benang bawah dibaca untuk mengukur jarak dari waterpass sampai mistar ukur.
Jarak ini dipakai untuk menyeimbangkan jarak bidik muka dan bidik belakang
dan cukup dibaca sampai ketelitian sentimeter terdekat.
8. Pemegang alat memberi tanda kepada pemegang rambu ukur untuk maju
ke posisi berikutnya.
9. Kunci teropong dibuka, teropong diputar, diarahkan ke posisi rambu ukur
berikutnya dan difokuskan. Paralaks dihapus, posisi gelembung nivo diperiksa
apakah masih di tengah-tengah, ramb u ukur dibaca, dan posisi gelembung nivo
diperiksa ulang.
10. Tahapan-tahapan ini diulangi sampai jumlah bidik muka yang diinginkan
diambil dan sebuah titik stasiun ditetapkan. Jarak rambu ukur pada titiki stasiun
diukur dan dicatat. Pemegang rambu ukur kemudian mengambil posisi di atas
stasiun.
11. Waterpass dipindahkan ke posisi pemasangan berikutnya dan prosedur ini
diulangi. (Wirshing,
Metode Penghitungan Beda Tinggi

Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi


Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat
dihitung dengan rumus
H = BTB BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu
belakang.
1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang 1-2 km yang terbagi dalam
slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
(Nurjati, 2004 )
Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar
Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesalahan Petugas :
1. Disebabkan oleh observer
1. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna
(penempatan gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
2. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari
kedua rambu.
3. Kesalahan pembacaan.
4. Kesalahan pencatatan.
5. Disebabkan oleh rambu
1. Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
2. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith
yang perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
3. Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan
pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada
tanda-tanda indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak
tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat
datar teliti, seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap
untuk menentukan titik-titik balik.
1. Kesalahan Instrumen :
1. Disebabkan oleh petugas
1. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna
(garis kolimasi tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)
2. Parallax yang timbul pada saat pengukuran
1. Disebabkan oleh rambu
1. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan
kalibrasi.
2. adanya kesalahan indeks rambu.
3. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe
perpanjangan).
2. Kesalahan Alami :
1. Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat
merubah kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi.
Pada sipat datar teliti selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari
sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu harus
dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.
2. Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena
beratnya sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam,
jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu,
penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau harus
dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang akan menyulutkan
pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat digunakan perisai
pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.
3. Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas
cahaya yang melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan
direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah temperatur udara sangat
berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena itu
pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk
meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin.
Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-tengah
antara kedua rambu.
4. Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar,
akan tetapi berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah
diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat datar.
Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara
kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)
Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi
rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang
maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya
permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian
dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti
dalam:
1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.
2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar
profil memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap
penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur
pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan skala yang
berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati,
2004 )
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan
sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan
titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan
sebagai berikut :
Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan
dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan
tanah.
Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas
Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik.

Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik


1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini
pada seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada
titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+HA1
H2 = HA+HA2
Hn = HA+HAn (Nurjati, 2004 )

Anda mungkin juga menyukai