Elektro
1 of 26
For the manual calculation click here:
SC calculation (h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2013/06/perhitungan-sc-pdf.pdf)
Dengan berkembangnya teknologi maka proses sinkronisasi dapat dilakukan secara otomatis pada
synchronizing panel. berikut gambar dibawah ini merupakan diagram sederhana dari alur proses
sinkronisasi.
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/slide1.png)
A) Urutan Fasa
Untuk mengetahui sinkronisasi pada urutan dan beda fasa maka dapat dilakukan dengan metode
lampu gelap-terang. Ketika urutan dan beda fasa sudah sinkron dapat dilihat pada nyala lampu
untuk L1 dan L2 nyala terang, dan L3 gelap. Berikut diagram vektor dari urutan fase dan proses
nyala ketiga lampu tersebut.
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/slide2.png)
B) Tegangan, Frekuensi dan Synchroscope
Tegangan dan frekuensi dari generator yang akan diparalel harus bernilai sama mendekati rating
bus pada generator yang telah beroperasi. Untuk memasukkan saklar sinkronisasi maka dapat
melihat jarum pada synchroscope tersebut dalam posisi 0 atau arah jarum jam 12. Ini membuktikan
bahwa selisish frekuensi telah bernilai 0. Untuk mensinkronasikan nilai dari tegangan antara
generator yang akan diparalel maka dilakukan dengan mengatur sistem eksitasinya. Apabila
tegangan generator lebih tinggi dari tegangan rating bus di sistem, maka generator akan mengalami
sentakan beban M Var lagging (induktif), pada kondisi ini generator mengirim daya reaktif ke
sistem. Sebaliknya jika tegangan generator lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin akan
mengalami sentakan beban M Var Leading (kapasitif), artinya generator menyerap daya reaktif dari
sistem (loss of eld). Berikutnya untuk Frekuensi generator juga harus bernilai sama dengan
frekuensi sistem pada bus. Untuk mensinkronasikan frekuensi dilakukan dengan cara mengatur
katup governor untuk mengatur putaran generator tersebut. Jika frekuensi generator lebih tinggi
dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami sentakan beban MW dari generator, artinya
mesin membangkitkan dan mulai menyalurkan daya aktif (MW). Sebaliknya jika generator
frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan mengalami sentakan MW dari sistem,
artinya generator akan beroperasi menjadi motor (motoring).
Gambar synchroscope
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/synchroscope.jpg)
Prosedur sinkronisasi generator:
1. Pastikan bahwa breaker dari generator yang akan diparalel (incoming generator) dalam keadaan
terbuka, atau dengan kata lain incoming generator terisolasi dengan sistem.
2. Pastikan AVR (Automatic Voltage Regulator) dalam keadaanAutomatic, bukan manual.
3. Start Prime mover sampai pada spesikasi putaran tanpa beban.
4. Gunakan governor control untuk mengeset frekwensi Incoming Generator lebih tinggi 1/10 dari
frekwensi sistem.
5. Gunakan AVR untuk mengeset Tegangan Incoming Generator sama atau lebih tinggi dari sistem.
6. Gunakan Synchroscope pada incoming generator dan set frekwensi incoming generator berputar
perlahan lahan di daerah Fast mendekati 0.
7. Tutup breaker incoming generator saat 1 sampai 2
derajat pada synchroscope sebelum posisi 0. Dengan
asumsi breaker mepunyai massa lembam dengan
demikian penutupan breaker tepat pada angka 0 pada
synchroscope.
8. Matikan synchroscope
9. Dengan governor control, buat perpindahan beban
ke incoming generator secara perlahan lahan.
10. Jika power faktor yang terbaca antara 2 generator
atau lebih yangdiparalel tidak sama maka, set AVR
masing masing generator sampai power faktor setiap
generator mendekati sama.
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com
/2012/11/synchronizing-panel.png)
Categories: Elektro | Tags: Paralel generator, Pembangkit Listrik, Sinkronisasi, Sistem | Leave a
comment
Load Shedding
Metode menggunakan PLC ini menggunakan deteksi kasus-kasus seperti generator trip. Jika
generator trip maka status breaker pada generator akan memberikan feedback kepada PLC
kemudian setiap substation PLC bekerja untuk mengirimkan sinyal trip kepada beberapa breaker
beban sesuai perencanaan program load shedding yang telah diprogramkan pada PLC.
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/plc-load.jpg)
Hasil pengujian Load Shedding dengan PLC yang saya lakukan menggunakan software ETAP. (klik
gambar untuk memperbesar)
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/loads-1.jpg)
Metode load shedding menggunakan UFR bekerja berdasarkan sensing se&ing dari UFR. Disini UFR
dise&ing open CB pada 99% dari 50Hz delay 0,03s. Berikut hasil pengujian menggunakan UFR :
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/loads2.jpg)
Kurva transient yang terjadi pada frekuensi di Bus 3 dan Bus 4
Categories: Elektro | Tags: ETAP, Load Shedding, Pembangkit Listrik, Sistem | Leave a comment
1. Slip negative (s<0), adanya penggerak mula yang memutar melebihi kecepatan sinkron
2. Kapasitor eksitasi, adanya daya reaktif sebagai penyedia eksitasi untuk menghasilkan tegangan
R1 = tahanan stator
X1 = reaktansi bocor stator
R2 = tahanan rotor
X2 = reaktansi bocor rotor
Rc = representasi rugi rugi inti stator
Xm = reaktansi magnetisasi
C = kapasitor eksitasi
s = slip
Contoh aplikasi generator induksi pada pembangkit mikrohidro:
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/dessin_sentierseng.jpg)
Simulasi generator induksi yang saya uji menggunakan software PSIM
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/poster-gen-ind.jpg)
Categories: Elektro | Tags: Generator Induksi, Motor Induksi, Pembangkit Listrik | Leave a comment
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/konsep-awal-mers2.jpg)
R, L, dan C
2 of 4
Blog at WordPress.com.