Anda di halaman 1dari 11

Wimbo Haryo Anindito

Keep trying & learning

Elektro

Is-Limiter and Short Circuit Analysis

Posted on June 23, 2013 by Wimbo Haryo Anindito

1 of 26
For the manual calculation click here:

SC calculation (h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2013/06/perhitungan-sc-pdf.pdf)

For the result of simulation click here:

Stand Alone (h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2013/06/olv1-short-circuit-


analysis.pdf)
SWGR K-2 with integrated system (h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2013/06
/olv1-short-circuit-analysis2.pdf)
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2013/06/olv1_sistem-integrasi-edit-mode.pdf)33kV
integrated system (h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2013/06/olv1_sistem-
integrasi-edit-mode.pdf)

Categories: Elektro | Leave a comment

Sinkronisasi Paralel Generator

Posted on November 29, 2012 by Wimbo Haryo Anindito


Untuk melakukan operasi paralel generator maka dilakukan tahap sinkronisasi terlebih dahulu.
Beberapa parameter yang harus sama untuk syarat sinkronisasi adalah:
1. Tegangan
2. Frekuensi
3. Urutan Fasa

Dengan berkembangnya teknologi maka proses sinkronisasi dapat dilakukan secara otomatis pada
synchronizing panel. berikut gambar dibawah ini merupakan diagram sederhana dari alur proses
sinkronisasi.

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/slide1.png)
A) Urutan Fasa
Untuk mengetahui sinkronisasi pada urutan dan beda fasa maka dapat dilakukan dengan metode
lampu gelap-terang. Ketika urutan dan beda fasa sudah sinkron dapat dilihat pada nyala lampu
untuk L1 dan L2 nyala terang, dan L3 gelap. Berikut diagram vektor dari urutan fase dan proses
nyala ketiga lampu tersebut.

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/slide2.png)
B) Tegangan, Frekuensi dan Synchroscope
Tegangan dan frekuensi dari generator yang akan diparalel harus bernilai sama mendekati rating
bus pada generator yang telah beroperasi. Untuk memasukkan saklar sinkronisasi maka dapat
melihat jarum pada synchroscope tersebut dalam posisi 0 atau arah jarum jam 12. Ini membuktikan
bahwa selisish frekuensi telah bernilai 0. Untuk mensinkronasikan nilai dari tegangan antara
generator yang akan diparalel maka dilakukan dengan mengatur sistem eksitasinya. Apabila
tegangan generator lebih tinggi dari tegangan rating bus di sistem, maka generator akan mengalami
sentakan beban M Var lagging (induktif), pada kondisi ini generator mengirim daya reaktif ke
sistem. Sebaliknya jika tegangan generator lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin akan
mengalami sentakan beban M Var Leading (kapasitif), artinya generator menyerap daya reaktif dari
sistem (loss of eld). Berikutnya untuk Frekuensi generator juga harus bernilai sama dengan
frekuensi sistem pada bus. Untuk mensinkronasikan frekuensi dilakukan dengan cara mengatur
katup governor untuk mengatur putaran generator tersebut. Jika frekuensi generator lebih tinggi
dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami sentakan beban MW dari generator, artinya
mesin membangkitkan dan mulai menyalurkan daya aktif (MW). Sebaliknya jika generator
frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan mengalami sentakan MW dari sistem,
artinya generator akan beroperasi menjadi motor (motoring).

Gambar synchroscope

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/synchroscope.jpg)
Prosedur sinkronisasi generator:

1. Pastikan bahwa breaker dari generator yang akan diparalel (incoming generator) dalam keadaan
terbuka, atau dengan kata lain incoming generator terisolasi dengan sistem.
2. Pastikan AVR (Automatic Voltage Regulator) dalam keadaanAutomatic, bukan manual.
3. Start Prime mover sampai pada spesikasi putaran tanpa beban.
4. Gunakan governor control untuk mengeset frekwensi Incoming Generator lebih tinggi 1/10 dari
frekwensi sistem.

5. Gunakan AVR untuk mengeset Tegangan Incoming Generator sama atau lebih tinggi dari sistem.
6. Gunakan Synchroscope pada incoming generator dan set frekwensi incoming generator berputar
perlahan lahan di daerah Fast mendekati 0.
7. Tutup breaker incoming generator saat 1 sampai 2
derajat pada synchroscope sebelum posisi 0. Dengan
asumsi breaker mepunyai massa lembam dengan
demikian penutupan breaker tepat pada angka 0 pada
synchroscope.
8. Matikan synchroscope
9. Dengan governor control, buat perpindahan beban
ke incoming generator secara perlahan lahan.
10. Jika power faktor yang terbaca antara 2 generator
atau lebih yangdiparalel tidak sama maka, set AVR
masing masing generator sampai power faktor setiap
generator mendekati sama.

Jika menggunakan peralatan automatic synchronizer yang


digabung dengan peralatan Load sharer dan kVA sharer kita
hanya mengikuti langkah 1 dan 3, selain itu kita dapat mempersingkat semua langkah diatas.

Contoh gambar synchronizing panel

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com
/2012/11/synchronizing-panel.png)

Categories: Elektro | Tags: Paralel generator, Pembangkit Listrik, Sinkronisasi, Sistem | Leave a
comment

Rangkaian Ekivalen Trafo

Posted on November 21, 2012 by Wimbo Haryo Anindito


1 of 5
ekivalen trafo (h+p://www.slideshare.net/wimbo_h/ekivalen-trafo) from wimbo_h
(h+p://www.slideshare.net/wimbo_h)
Categories: Elektro | Tags: Transformator | Leave a comment

Load Shedding

Posted on November 9, 2012 by Wimbo Haryo Anindito


Load shedding adalah teknik pengontrolan atau pemutusan beban berdasarkan prioritas apabila
terjadi gangguan yang telah diimplementasikan pada beberapa lokasi di eksisting sistem.

1. Load Shedding dengan PLC

Metode menggunakan PLC ini menggunakan deteksi kasus-kasus seperti generator trip. Jika
generator trip maka status breaker pada generator akan memberikan feedback kepada PLC
kemudian setiap substation PLC bekerja untuk mengirimkan sinyal trip kepada beberapa breaker
beban sesuai perencanaan program load shedding yang telah diprogramkan pada PLC.
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/plc-load.jpg)

Hasil pengujian Load Shedding dengan PLC yang saya lakukan menggunakan software ETAP. (klik
gambar untuk memperbesar)

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/loads-1.jpg)

2. Load Shedding dengan UFR (Under Frequency Relay)

Metode load shedding menggunakan UFR bekerja berdasarkan sensing se&ing dari UFR. Disini UFR
dise&ing open CB pada 99% dari 50Hz delay 0,03s. Berikut hasil pengujian menggunakan UFR :

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/loads2.jpg)
Kurva transient yang terjadi pada frekuensi di Bus 3 dan Bus 4

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/f.png)Dari kedua metode tersebut baik


load shedding menggunakan PLC dan UFR masing-masing mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Untuk load shedding berbasis PLC tentunya dapat direncanakan lebih awal untuk
menentukan beban mana saja yang akan dishedding. Namun ketika dalam kondisi real perencanaan
juga harus mengikuti keadaan eksisting jika ada penambahan beban atau pembangkit, karena dapat
mengakibatkan kondisi dimana beban yang dishedding berlebih. Untuk instalasi juga membutuhkan
biaya lebih karena dibutuhkan banyak komponen-komponen pendukung. Pada UFR koordinasi rele
harus diperhatikan karena frekuensi ini sangat sensitif. UFR juga melepas beban secara acak dengan
step-step yang dikoordinasikan mengikuti penurunan nilai dari frekuensi ketika terjadi generator
trip. Dari kedua metode ini yang terpenting adalah memilih metode mana yang tepat sesuai dengan
kondisi sitem agar kestabilan dan kehandalan tetap terjaga.

Categories: Elektro | Tags: ETAP, Load Shedding, Pembangkit Listrik, Sistem | Leave a comment

MISG (Motor Induksi sebagai Generator)

Posted on November 8, 2012 by Wimbo Haryo Anindito


MISG atau Generator induksi merupakan motor induksi yang dioperasikan sebagai generator.
Generator induksi umumnya digunakan pada pembangkit-pembangkit seperti angin atau
mikrohidro. Ada dua syarat untuk mengoperasikan motor induksi sebagai generator yaitu :

1. Slip negative (s<0), adanya penggerak mula yang memutar melebihi kecepatan sinkron

2. Kapasitor eksitasi, adanya daya reaktif sebagai penyedia eksitasi untuk menghasilkan tegangan

Berikut rangkaian ekivalen per fase dari generator induksi:


(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/gi-ekivalen.jpg)

R1 = tahanan stator
X1 = reaktansi bocor stator
R2 = tahanan rotor
X2 = reaktansi bocor rotor
Rc = representasi rugi rugi inti stator
Xm = reaktansi magnetisasi
C = kapasitor eksitasi
s = slip
Contoh aplikasi generator induksi pada pembangkit mikrohidro:

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/dessin_sentierseng.jpg)
Simulasi generator induksi yang saya uji menggunakan software PSIM
(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/poster-gen-ind.jpg)
Categories: Elektro | Tags: Generator Induksi, Motor Induksi, Pembangkit Listrik | Leave a comment

MERS (Magnetic Energy Recovery Switch)

Posted on November 7, 2012 by Wimbo Haryo Anindito


Konsep awal dari MERS adalah untuk membuat kompensator variabel yang terhubung seri. Solusinya
dengan mengatur periode charging dan discharging kapasitor dengan merancang sebuah kapasitor dan 4
buah saklar semikonduktor yang dirangkai full bridge. Maka didapatkan 3 mode output dari kapasitor.

(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/konsep-awal-mers2.jpg)

Pengujian MERS yang saya lakukan dengan menggunakan software PSIM.


(h&ps://wimboharyoanindito.les.wordpress.com/2012/11/poster-mers2.jpg)
Categories: Elektro | Tags: F. Danang Wijaya, MERS, Power Electronic, Series Compensator, Takanori
Isobe | 2 Comments

R, L, dan C

Posted on November 7, 2012 by Wimbo Haryo Anindito


Materi ini saya tampilkan teringat ketika muncul pada soal tes rekruitmen salah satu
perusahaan dibidang kelistrikan. Sangat mendasar dan baik untuk dimengerti.

2 of 4

Categories: Elektro | Tags: Elektro, ppt, RLC | Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai