Anda di halaman 1dari 20

A.

Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial (Snider, 2009).
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dalam dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan
oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-perubahan patologi pada
paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat progresif dan tidak sepenuhnya
reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal dari paruparu
terhadap gas atau partikel yang berbahaya (Hariman, 2010).
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik , klasifikasi
PPOK adalah sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk
kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun
berturut - turut (Bruner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana
akanmeningkatkan produksi mukus
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus.
Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan
meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul,
kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus
akan meningkat
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan
produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi
hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi
alveolar, hypoxia dan asidosis
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal
timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga
meningkatkan nilai PaCO2
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi
sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV
dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang
akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas
(Bruner & Suddarth, 2012)
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) Wheezing
4) Batuk non produktif
5) Takikardi
6) Takipnea
B. Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian besar bisa
dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOK.Laki-
laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita PPOK. Menurut Smeltzer C
Suzanne (2011) penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada
penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi paru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan

C. Manifestasi klinik
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana
akanmeningkatkan produksi mukus.
2. Mukus lebih kental
3. Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh
karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan
kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan
menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan normal)
dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus
yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran
udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar,
tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.
5. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama
selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian
distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia
dan asidosis.

D. Patofisiologis
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,
kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang
diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat
hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan
juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan
terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada
saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya
obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun
perfusi darah akan mengalami gangguan.

E. Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang
menebal
2) Corak paru yang bertambah
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah
3) Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah
dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan
KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory
flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal.
Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini
perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema
kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
2. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi
umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.
Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBBB inkomplet.
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap.

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:


1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid
untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.

G. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan
pasien, dan nama penanggungjawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit Paru
Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang
sama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang sama.

e. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik ialah batuk produktif/non produktif, dan sesak nafas.
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat
proses penyakit.
c. Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
d. Gerak dan Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Pasien akan
cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
e. Istirahat dan tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana
banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
f. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu oleh
orang lain.
g. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37C), pireksia/demam(38-40C),
hiperpireksia=40C< ataupun hipertermi <35,5C.
h. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Nyeri dada
meningkat karena batuk berulang (skala 5)
i. Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang dialaminya
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan keluarga atau
temannya.
k. Bekerja
Tanyakan pada pasien, apakan sakit yang dialaminya menyebabkan terganggunya
pekerjaan yang dijalaninya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali pasien sembahyang, dll.
m. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan
waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat
depresi.
n. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi sesak yang dirasakan.
Disinilah peran kita untuk memberikan HE yang tepat dan membantu pasien untuk
mengalihkan sesaknya dengan metode pemberian nafas dalam.

H. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Gangguan pola tidur
6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri

I. Perencanaan dan Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Bersihan Jalan Nafas NOC: Airway suction
tidak efektif Respirator Airway Management
berhubungan dengan: y status : Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
- Infeksi, Respirator tracheal suctioning.
disfungsi y status : Airway patency Auskultasi suara nafas
neuromuskular, Aspiration sebelum dan sesudah
hiperplasia dinding Control suctioning.
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan tindakan Anjurkan pasien untuk
nafas, asma, trauma keperawatan selama istirahat dan napas dalam
- Obstruksi ..pasien menunjukkan Posisikan pasien untuk
jalan nafas : spasme keefektifan jalan nafas dibuktikan memaksimalkan ventilasi
jalan nafas, sekresi dengan kriteria hasil :
tertahan, banyaknya Mendemonstrasikan batuk Lakukan fisioterapi dada
mukus, adanya jalan efektif dan suara nafas yang jika perlu
nafas buatan, bersih, tidak ada sianosis dan Keluarkan sekret dengan
sekresi bronkus, dyspneu (mampu mengeluarkan batuk atau suction
adanya eksudat di sputum, bernafas dengan Auskultasi suara nafas,
alveolus, adanya mudah, tidak ada pursed lips) catat adanya suara tambahan
benda asing di jalan Menunjukkan jalan nafas yang Berikan bronkodilator :
nafas. paten (klien tidak merasa Monitor status
tercekik, irama nafas, frekuensi hemodinamik
pernafasan dalam rentang Berikan pelembab udara
normal, tidak ada suara nafas Kassa basah NaCl Lembab
abnormal) Berikan antibiotik :
Mampu mengidentifikasikan Atur intake untuk cairan
dan mencegah faktor yang mengoptimalkan keseimbangan.
penyebab. Monitor respirasi dan
Saturasi O2 dalam batas normal status O2
Foto thorak dalam batas normal Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

2 Pola Nafas tidak NOC: NIC:


efektif berhubungan Respirator
dengan : y status : Ventilation Airway Management
- Hiperventilasi Respirator Posisikan pasien
- Penurunan y status : Airway patency untuk memaksimalkan ventilasi
energi/kelelahan Vital sign Pasang mayo bila
- Perusakan/pel Status perlu
emahan muskulo- Lakukan
skeletal Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada jika perlu
- Kelelahan otot keperawatan selama ..pasien Keluarkan sekret
pernafasan menunjukkan keefektifan pola dengan batuk atau suction
- Hipoventilasi nafas, dibuktikan dengan kriteria Auskultasi suara
sindrom hasil: nafas, catat adanya suara
- Nyeri Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan
- Kecemasan dan suara nafas yang bersih, Berikan
- Disfungsi tidak ada sianosis dan dyspneu bronkodilator :
Neuromuskuler (mampu mengeluarkan sputum, Berikan
- Obesitas mampu bernafas dg mudah, pelembab udara Kassa basah
- Injuri tulang tidakada pursed lips) NaCl Lembab
belakang Menunjukkan jalan nafas yang Atur intake untuk
paten (klien tidak merasa cairan mengoptimalkan
- tercekik, irama nafas, frekuensi keseimbangan.
pernafasan dalam rentang Monitor respirasi
normal, tidak ada suara nafas dan status O2
abnormal) Bersihka
Tanda Tanda vital dalam rentang n mulut, hidung dan secret
normal (tekanan darah, nadi, trakea
pernafasan) Pertahan
kan jalan nafas yang paten
Observas
i adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor
adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor
vital sign
Informasi
kan pada pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
Ajarkan
bagaimana batuk efektif
Monitor
pola nafas
3 Gangguan NOC: Airway Management
Pertukaran gas Respirator Respiratory Monitoring
Berhubungan y Status : Gas exchange NIC :
dengan : Keseimban Buka jalan nafas,
ketidakseimbangan gan asam Basa, Elektrolit guanakan teknik chin lift
perfusi ventilasi Respirator atau jaw thrust bila perlu
perubahan y Status : ventilation Posisikan pasien untuk
membran kapiler- Vital Sign memaksimalkan ventilasi
alveolar Status Identifikasi pasien perlunya

Setelah dilakukan tindakan pemasangan alat jalan

keperawatan selama . Gangguan nafas buatan


Pasang mayo bila perlu
pertukaran pasien teratasi dengan
Lakukan fisioterapi dada
kriteria hasi:
jika perlu
Mendemon Keluarkan sekret dengan
strasikan peningkatan ventilasi batuk atau suction
dan oksigenasi yang adekuat Auskultasi suara nafas,
Memelihar catat adanya suara
a kebersihan paru paru dan bebas tambahan
dari tanda tanda distress Lakukan suction pada
pernafasan mayo
Mendemonstrasikan batuk
Berikan bronkodilator bila

efektif dan suara nafas yang perlu


Berikan pelembab udara
bersih, tidak ada sianosis dan
Kassa basah NaCl Lembab
dyspneu (mampu mengeluarkan
Atur intake untuk cairan
sputum, mampu bernafas dengan
mengoptimalkan
mudah, tidak ada pursed lips)
keseimbangan.
Tanda tanda vital dalam rentang Monitor respirasi dan
normal status O2
AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam batas
Terapi Oksigen
normal Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

4 Ketidakseimbangan NOC: Nutrition Management


nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Nutrition Monitoring
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient Kaji adanya alergi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : makanan
Ketidakmampuan food and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli
untuk memasukkan c. Weight Control gizi untuk menentukan jumlah
atau mencerna nutrisi Setelah dilakukan tindakan kalori dan nutrisi yang
oleh karena faktor keperawatan selama.nutrisi dibutuhkan pasien
biologis, psikologis kurang teratasi dengan indikator: Yakinkan diet yang
atau ekonomi. Albumin dimakan mengandung tinggi
- serum serat untuk mencegah konstipasi
Pre Ajarkan pasien
albumin serum bagaimana membuat catatan
Hematokrit makanan harian.
Hemoglobi Monitor adanya
n penurunan BB dan gula darah
Total iron Monitor lingkungan
binding capacity selama makan
Jumlah limfosit Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam
makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, total protein, Hb
dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV
line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
5 Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan: Anxiety Sleep Enhancement
- Psikologis : Control - Determinasi efek-
usia tua, kecemasan, Comfort efek medikasi terhadap pola
agen biokimia, suhu Level tidur
tubuh, pola Pain Level - Jelaskan
aktivitas, depresi, Rest : pentingnya tidur yang
kelelahan, takut, Extent and Pattern adekuat
kesendirian. Sleep : - Fasilitasi untuk
- Lingkungan : Extent ang Pattern mempertahankan aktivitas
kelembaban, Setelah dilakukan tindakan sebelum tidur (membaca)
kurangnya keperawatan selama . gangguan - Ciptakan
privacy/kontrol pola tidur pasien teratasi dengan lingkungan yang nyaman
tidur, pencahayaan, kriteria hasil: - Kolaburasi
medikasi (depresan, Jumlah pemberian obat tidur
stimulan),kebisinga jam tidur dalam batas normal
n. Pola
Fisiologis : Demam, tidur,kualitas dalam batas
mual, posisi, urgensi normal
urin. Perasaan
fresh sesudah tidur/istirahat
Mampu
mengidentifikasi hal-hal yang
meningkatkan tidur

6 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan : Self Care : Energy Management
ADLs Observasi adanya
Tirah Toleransi pembatasan klien dalam
Baring atau aktivitas melakukan aktivitas
imobilisasi Konservasi Kaji adanya
eneergi faktor yang menyebabkan
Kele Setelah dilakukan tindakan kelelahan
mahan keperawatan selama . Pasien Monitor nutrisi
menyeluruh bertoleransi terhadap aktivitas dan sumber energi yang
dengan Kriteria Hasil : adekuat
Ketid Berpartisip Monitor pasien
akseimbangan asi dalam aktivitas fisik tanpa akan adanya kelelahan fisik dan
antara suplei disertai peningkatan tekanan emosi secara berlebihan
oksigen dengan darah, nadi dan RR Monitor respon
kebutuhan Mampu kardivaskuler terhadap
Gaya hidup yang melakukan aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi, disritmia,
dipertahankan. (ADLs) secara mandiri sesak nafas, diaporesis, pucat,
Keseimban perubahan hemodinamik)
gan aktivitas dan istirahat Monitor pola
tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan
dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk
memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan
penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien
untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon
fisik, emosi, sosial dan spiritual

7 Defisit perawatan NOC : NIC :


diri b/d kelemahan Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
fisik Living (ADLs) Monitor kemempuan klien
Setelah dilakukan tindakan untuk perawatan diri yang
keperawatan selama . Defisit mandiri.
perawat diri pasien teratasi dengan Monitor kebutuhan klien
untuk alat-alat bantu untuk
Kriteria Hasil : kebersihan diri, berpakaian,
Klien terbebas dari bau berhias, toileting dan makan.
badan Sediakan bantuan sampai
Menyatakan kenyamanan klien mampu secara utuh
terhadap kemampuan untuk untuk melakukan self-care.
melakukan ADLs Dorong klien untuk
Dapat melakukan ADLS melakukan aktivitas sehari-hari
dengan bantuan yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien
jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta,
EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Johnson, M.,et all, 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2012, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2015, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi

Price, Sylvia. 2013. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.


Smeltzer C Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarths, Ed
8 Vol 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai