Bab V-1
Bab V-1
berjumlah 100 orang, yang kemudian dipilih 50 orang sebagai sampel penelitian
tingktan analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil analisis
ibu tentang penanganan awal balita ISPA dan tingkat keparahan ISPA. Data
penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang penanganan awal balita ISPA, dapat
Tabel 5.1 Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan awal Balita ISPA di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa jumlah ibu dengan pengetahuan
tentang penanganan awal balita ISPA yang baik berjumlah 17 orang (34%).
Jumlah ibu dengan pengetahuan tentang penanganan awal balita ISPA yang
sedang menjadi yang tertinggi pada penelitian ini, dengan jumlah 27 orang (54%).
Sedangkan jumlah ibu dengan pengetahuan tentang penanganan awal balita ISPA
Jumlah ibu yang berpengetahuan sedang dalam hal penanganan awal balita
ISPA menjadi yang tertinggi pada penelitian ini. Berdasarkan kriteria inklusi, yang
menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu dengan riwayat pendidikan
hanya sebatas dipermukaan saja dan kurang mendalam. Menurut Wawan dan
Dewi (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat
yang didapat. Kemudian dapat dilihat dari jawaban responden pada kuesioner,
sebagian besar responden hanya mengetahui sebagian dari penanganan awal ISPA.
Persentasi
Pengetahuan ibu
tentang
penanganan awal
Balita ISPA (%)
Nomor Soal
Gambar 5.1 Distribusi Jawaban Ibu tentang Penanganan Awal Balita ISPA
Keterangan :
dengan jumlah 27 orang (54%). Sedangkan balita dengan gejala ISPA ringan
penelitian ini tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu
Berdasarkan kriteria inklusi pada penelitian ini, umur responden adalah balita (12-
59 bulan). Hal ini dapat mempengaruhi maturitas daya tahan tubuh anak, dimana
semakin muda usia seorang anak, semakin rentan daya tahan tubuh anak tersebut
Kemungkinan, hal ini berpengaruh pada cara ibu menangani balita yang mengidap
ISPA. Pengetahuan yang sedang memiliki arti: beberapa tindakan yang dilakukan
ibu dalam menangani balita ISPA sudah benar, namun masih ada sebagian langkah
yang salah. Sehingga tingkat keparahan ISPA sedang lebih tinggi dari tingkat
keparahan ringan.
Jumlah Balita
yang terkena
ISPA
Gambar 5.2. Distribusi Jumlah Balita yang Terkena ISPA Berdasarkan Kelompok
Umur Dalam Bulan
hubungan antara pengetahuan ibu tentang penanganan awal balita ISPA dengan
ISPA dengan tingkat keparahan ISPA terdapat pada tabel 5.3 dibawah ini:
Tabel 5.3 Hasil pengujian Hipotesis Penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Penanganan awal Balita dengan Tingkat Keparahan ISPA di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin
ISPA yang baik berjumlah 17 orang, terdiri dari 13 ibu yang anak balitanya sedang
mengalami gejala ISPA ringan, dan 4 ibu yang anak balitanya sedang mengalami
gejala ISPA sedang. Ibu dengan pengetahuan penanganan awal balita ISPA yang
sedang berjumlah 27 orang, terdiri dari 14 ibu yang anak balitanya sedang
mengalami gejala ISPA ringan, dan 13 ibu yang anak balitanya sedang mengalami
gejala ISPA sedang, sedangkan ibu dengan pengetahuan penanganan awal balita
ISPA yang kurang berjumlah 6 orang, terdiri dari 2 ibu yang anak balitanya
sedang mengalami gejala ISPA ringan, dan 4 ibu yang anak balitanya sedang
korelasi sebesar 0,325 dan signifikansi 2 arah (p) 0,021 dengan tingkat
kemaknaan (p) <0,05. Ini berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu tentang penanganan awal balita ISPA dengan tingkat
ibu mengenai penanganan awal penyakit ISPA, semakin rendah tingkat keparahan
ISPA yang diderita balita. Nilai koefisien korelasi pada penelitian ini sebesar
0,325, maka menurut aturan Colton berarti terdapat korelasi sedang. Hasil
populasi.26 Kemungkinan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor internal
diantaranya adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh balita yang lemah
dapat menyebabkan balita langsung terkena ISPA derajat sedang. Faktor eksternal
ISPA pada balita. Sehingga, korelasi hubungan pada penelitian ini sedang. Faktor
menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu dengan riwayat pendidikan
hanya sebatas dipermukaan saja dan kurang mendalam. Menurut Wawan dan
Dewi (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat
yang didapat.
tata cara penatalaksanaan dini ISPA tidak lepas dengan derajat keparahan ISPA
yang akan dialami sang anak. Hal ini dikarenaka orang tua, khususnya ibu sebagai
balita yang masih sangat tergantung pada orang tua, khususnya ibu. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ellyne Nicole
Wahyu (2014) bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam penanganan awal balita
pengetahuan ibu tentang penanganan awal balita ISPA dengan tingkat keparahan
ketika anaknya terkena ISPA agar gejala ISPA tidak bertambah berat.