Anda di halaman 1dari 4

KREDIT MOTOR (HUKUM ISLAM)

https://almanhaj.or.id/3155-taqsith-kredit-motor-di-dealer.html

Bagaimana hukumnya beli sepeda motor di dealer dengan cara kredit ? terima kasih atas
jawabannya. abu usamah, dari pemalang. 857424xxxxx

Jawab :
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kita akan menyampaikan definisi jual-beli
secara kredit. Jual beli secara kredit atau yang dikenal dengan sebutan baiut taqsth yaitu jual-beli
barang dengan sistem pembayaran dicicil dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dua
belah pihak.[1]
Mengenai hukum jual-beli dengan cara seperti ini, para Ulama berbeda pendapat, ada yang
menghukuminya haram, ada yang mengatakan sah dan ada pula kelompok ketiga yang
pertengahan antara boleh dan tidak tetapi lebih cenderung memakruhkan. [2]

Akan tetapi pendapat yang rajih adalah bolehnya sistem jual beli dengan cara kredit. Ini
merupakan pendapat jumhur Ulama, diantaranya fuqaha mazdhab, Imam asy-Syirazi dalam al-
Majmu Syarh Muhazzab (13/16), Imam asy-Sythibi rahimahullah dalam al-Muwfaqt (4/41),
Imam az-Zarqni, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah , Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ,
Syaikh Abdul Aziz bin Bz rahimahullah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ,
dan lainnya. Mereka berhujjah dengan keumuman firman Allh Azza wa Jalla dalam al-Baqarah
ayat ke-275 :

Dan Allh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Ayat ini menjelaskan bahwa hukum asal dari jual beli adalah halal.

Dan juga firman-Nya :




Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. [An-Nisa/4:29]

Sedangkan hadits yang mendasari pendapat ini yaitu hadits yang menceritakan bahwa Raslullh
memerintahkan kepada Abdullh bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhu agar mempersiapkan
pasukan lalu beliau Radhiyallahu anhu segera membeli seekor onta dengan harga dua ekor onta
sampai waktu yang ditentukan[3] . Hadits ini menjelaskan bolehnya mengambil tambahan harga
dengan bertambahnya waktu pembayaran.

Untuk melengkapi penjelasan para Ulama tentang jual beli system kredit ini, kami membawakan
beberapa fatwa tentang hal ini. Diantaranya :
FATWA SYAIKH ABDUL AZIZ BIN BAZ RAHIMAHULLAH
Beliau mengatakan : Jual beli berjangka dengan waktu yang jelas itu boleh, berdasarkan
keumuman firman Allh Azza wa Jalla :

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah secara tidak tunai (hutang
piutang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya [Al-Baqarah/2:282]

Dan penambahan harga sebagai konpensasi dari pemberian waktu itu dibolehkan. Juga
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits bahwa Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan Abdullah bin Amr bin Ash agar mempersiapkan pasukan maka beliau
Radhiyallahu anhu membeli satu onta dengan harga dua onta sampai waktu yang ditentukan.

Dan seyogyanya, kita mengetahui dan memperhatikan kaidah-kaidah syariat dalam muamalah
model ini agar tidak terjerumus kedalam muamalah yang diharamkan. Karena terkadang
seseorang menjual sesuatu yang tidak dia miliki. (Artinya seteleh terjadi akad jual beli dengan
pihak tertentu) dia baru mencarikan barang (yang sudah diakadkan tadi) dan selanjut baru
diserahkan ke (pihak tertentu yang menjadi) pembeli tadi. Atau pun seandainya dia sudah
membeli barang tersebut (namun) kemudian dia menjual barang yang baru dibeli tadi kepada
orang lain dilokasi akad pertama sebelum ada serah terima atau sebelum barang berada dalam
penguasaannya. Dua cara ini diharamkan berdasarkan sabda Raslullh Shallallahu alaihi wa
salalm kepada Hakm bin Hizam Radhiyallahu anhu :

Janganlah engkau menjual barang yang tidak engkau miliki. [4]

Juga sabda Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam :

Tidak halal jual beli salaf (system pesan) dan menjual sesuatu yang bukan miliknya [5]

Dan juga sabda Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam :

Barangsiapa yang membeli makanan maka janganlah dia menjualnya sampai dia benar-benar
menguasainya. [6]

Abdullh bin Umar Radhiyallahu anhuma mengatakan, Kami membeli makanan tanpa takaran
atau timbangan lalu Raslullh mengutus seseorang yang melarang kami agar kami tidak menjual
kecuali setelah kami bawa ke rumah kami. [7]

Dan juga dalam sebuah riwayat shahih diceritakan bahwa Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
melarang menjual barang dagangan dilokasi dia membeli, sampai para pedagang membawanya
ke rumahnya [8]
Berdasarkan hadits-hadits di atas dan hadits-hadits lain yang semakna maka akan tampak jelas
bagi para pencari kebenaran bahwa seorang Muslim tidak boleh menjual barang yang tidak dia
miliki (atau belum dimiliki), seperti mengadakan barang setelah akan berlangsung. Namun
(seharusnya) penjualan itu dilakukan setelah dia membeli barang tersebut dan benar-benar
menguasainya. (Berdasarkan hadits-hadits di atas juga) maka terlihat jelas bahwa praktik yang
dilakukan oleh sebagian orang yang menjual barang dagangan di lokasi dia membeli, sebelum
memindahkannya ke milik pembeli adalah praktik terlarang karena bertentangan dengan sunnah
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ini termasuk sikap peremehan terhadap aturan dalam
muamalah (berintraksi) dan tidak mau mengikat diri dengan kaidah-kaidah syariat yang suci ini.
Ini tentu akan menimbulkan kerusakan dan akibat buruk yang tidak terhitung. [9]

FATWA SYAIKH DR SHALIH AL-FAUZAN HAFIZHAHULLAH


Beliau hafizhahullah pernah ditanya tentang hukum jual beli mobil dengan cara kredit ?
Beliau hafizhahullah menjawab :
Jual beli dengan cara tersebut tidak apa-apa selama mobil tersebut sudah menjadi hak miliknya
sebelum akad jual beli itu berlangsung, kamudian dia menjual kepada orang lain dengan cara
tempo atau kredit dengan waktu yang telah ditentukan. Yang terlarang adalah praktek yang
dilakukan oleh sebagian muassasah (perusahaan) atau individu yang melangsungkan akad jual
beli dengan pihak lain untuk menjual mobil. Mereka menyepakati harga dan tempo pembayaran
(padahal mereka tidak memiliki mobil tersebut). Kemudian setelah itu mereka pergi ke show room
mobil untuk membeli mobil kemudian baru diserahkan kepada pembeli. Praktek seperti ini bathil,
berdasarkan sabda Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam :

Janganlah kamu menjual barang yang tidak kamu miliki.

Dalam praktek seperti ini tidak bisa diterapkan hukum jual beli salam (jual beli sistem pesanan),
karena dalam hal ini pembeli tidak menyerahkan uang di lokasi transaksi. [10]

Catatan : Adapun praktek jual beli kredit yang ada di negara kita, maka jika jelas ada unsur riba-
nya dan jahalahnya (ketidakjelasan hak milik barang yang akan dikreditkan) demikian pula
madharat (bahaya dan tindak kedzaliman) yang akan didapatkan jika tidak bisa membayar cicilan
pada waktunya, maka berlepas diri dan tidak melakukan kredit lebih selamat. Hendaknya beli
barang secara tunai jika ada uang dan tidak memaksakan diri membeli jika belum ada uang.

Wallahu alam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XV/1432/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat Fatawa al lajnatid Daimah, no 16402,
[2]. Lihat Shahh Fiqh Sunnah, 4/343
[3]. Hadits Hasan riwayat Abu Daud, no. 3357; Imam Ahmad, 2/171 dan 216; ad-Daru Quthni, 3/69
dan 70. al-Haafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam al-Fath (4/489) mengatakan, sanad hadits ini
kuat dan Syaikh Syuaib al-Arnauth hafizhahullah menghukumi hadits ini dengan hasan (Lihat,
Shahih Fiqhis Sunnah, 4/349)
[4]. HR Imam Ahmad dalam Musnad al-Makkiyin; Musnad Hakim bin Hizam, no. 14887; Tirmidzi
dalam al-Buy, Bb M Ja Fi Karahiyati Baii Ma Laisa Indak, no. 1232; Ibnu Majah, no. 2187
[5]. HR Imam Ahmad dalam Musnad al-Muktsirin minas Shahabah Musnad Abdillah bin Amr bin
al-Ash, no. 6633; Tirmidzi dalam kitab al-Buy, Bb M Ja Fi Karahiyati Baii Ma Laisa Indak,
no. 4611
[6]. HR Bukhari, al-Buyu, Bab al-Kiil alal BaI wal Muthi, no. 2126 dan Muslim dalam al-Buyu,
Bb Buthln Bail Mabi Qabla Qabdh, no. 1526
[7]. HR. Muslim dalam al-Buyu, Bab Buthlan Bail Mabi Qabla Qabdh, no. 1526
[8]. HR Abu Daud dalam al-Buyu bab Fi Bait Thaam Qabla an Yastaufiya, no. 2499
[9]. Lihat Majmu fatwa, Syaikh Bin Baz , 19/11-15
[10]. Lihat al-Muntaqa min Fatw, Syaikh Shleh Fauzan, 3/198

Sumber: https://almanhaj.or.id/3155-taqsith-kredit-motor-di-dealer.html

Anda mungkin juga menyukai